Roma 15:22-24 - Misi Paulus dan Hati Misioner

Roma 15:22-24 - Misi Paulus dan Hati Misioner

Pendahuluan: Sebuah Surat, Sebuah Panggilan

Surat Roma adalah mahakarya rasuli Paulus yang tidak hanya berisi ajaran doktrinal yang mendalam tentang keselamatan melalui iman, tetapi juga mengungkapkan isi hati Paulus terhadap pelayanan dan misinya. Dalam Roma 15:22-24, kita menemukan penggalan narasi yang menggambarkan rencana perjalanan Paulus dan motivasi pelayanannya. Tiga ayat ini terlihat sederhana, tetapi menyimpan kekayaan teologis yang penting bagi gereja masa kini, terutama dalam memahami misi Allah bagi bangsa-bangsa.

Teks Utama: Roma 15:22-24

Roma 15:22-24 (TB):
"Itulah sebabnya aku telah berkali-kali dihalang-halangi untuk datang kepadamu. Tetapi sekarang, karena aku tidak lagi mempunyai tempat untuk bekerja di daerah-daerah ini, dan karena aku telah rindu beberapa lama untuk mengunjungi kamu, aku berharap, sesudah aku melintasi negeri kamu, dapat melihat kamu dalam perjalananku ke Spanyol, dan diantar kamu ke sana, setelah terlebih dahulu mendapat kepuasan karena berada beberapa waktu di tengah-tengah kamu."

Latar Belakang Historis

Dalam konteks ini, Paulus menulis dari Korintus, di akhir pelayanan misinya yang ketiga. Ia merencanakan untuk mengunjungi Roma dalam perjalanannya menuju Spanyol – wilayah yang, pada waktu itu, dianggap sebagai ujung barat dari Kekaisaran Romawi. Roma sendiri adalah jemaat yang belum pernah didatangi Paulus secara langsung. Namun, ia menaruh perhatian besar kepada mereka karena posisinya yang strategis sebagai pusat pemerintahan dan budaya.

Eksposisi Ayat demi Ayat

Roma 15:22 – “Aku telah berkali-kali dihalang-halangi…”

Ayat ini menunjukkan bagaimana dorongan hati Paulus untuk mengunjungi Roma berkali-kali tertunda karena komitmennya untuk memberitakan Injil di tempat-tempat yang belum terjangkau (lih. Roma 15:20). Menurut John Calvin, dalam komentarnya, ia menyatakan:

“Paulus tidak sekadar ingin menjadi pelayan yang terkenal di pusat kekaisaran, melainkan tunduk pada panggilan untuk memberitakan Injil kepada mereka yang belum pernah mendengarnya. Itulah sebabnya ia menunda rencananya ke Roma.”

Dalam teologi Reformed, hal ini menunjukkan prinsip kesetiaan pada amanat misi yang ditentukan oleh Allah, bukan sekadar dorongan pribadi.

Roma 15:23 – “...tidak lagi mempunyai tempat untuk bekerja...”

Ayat ini menyingkapkan cara pikir misioner Paulus. Ia merasa bahwa misinya di wilayah-wilayah Timur Kekaisaran Romawi sudah mencapai titik puncak. R.C. Sproul menafsirkan ini sebagai ekspresi dari “strategi misi yang didasarkan pada penyebaran Injil, bukan hanya penggembalaan.”

Herman Ridderbos menambahkan bahwa Paulus memahami “penyebaran Injil sebagai pekerjaan apostolik yang harus menjangkau wilayah baru.” Ini memperlihatkan bahwa gereja perlu memiliki visi meluas, bukan hanya memperkuat yang sudah ada.

Roma 15:24 – “...aku berharap...dapat melihat kamu...dalam perjalananku ke Spanyol…”

Paulus mengungkapkan harapannya untuk pergi ke Spanyol melalui Roma. Dalam teologi Reformed, ayat ini menggambarkan:

  1. Tujuan Strategis – Roma sebagai titik transit penting.

  2. Partisipasi Jemaat – Paulus mengharapkan orang Roma untuk mendukung perjalanannya, baik secara doa maupun materi.

  3. Kerinduan Relasional – “...setelah terlebih dahulu mendapat kepuasan karena berada beberapa waktu di tengah-tengah kamu.” Ini menunjukkan pentingnya relasi di tengah pelayanan.

John Stott, dalam bukunya The Message of Romans, menulis:

“Paulus bukanlah pelayan soliter. Ia haus akan persekutuan orang percaya, dan ingin agar jemaat Roma menjadi bagian dalam misinya.”

Implikasi Teologis dalam Teologi Reformed

1. Misi Bersumber dari Pemilihan dan Anugerah

Dalam pemikiran Reformed, misi bukan inisiatif manusia, tetapi tanggapan atas anugerah. Paulus menjalankan panggilan karena ia dipilih dan diutus. Hal ini konsisten dengan doctrina electionis, bahwa mereka yang dipilih menjadi alat untuk memanggil yang lain (lih. Kisah Para Rasul 9:15).

2. Injil adalah Kuasa Allah untuk Keselamatan (Roma 1:16)

Pusat dari pelayanan Paulus bukan budaya, politik, atau bahkan keagamaan, tetapi Injil Kristus. Dalam konteks ayat ini, ia merencanakan semua perjalanannya agar Injil diberitakan lebih luas.

3. Kedaulatan Allah dalam Rencana Misi

Penundaan Paulus bukan karena kelemahan, tetapi karena kedaulatan Allah. Ia paham bahwa waktu dan tujuan pelayanan harus sejalan dengan kehendak Allah. Charles Hodge mengomentari bahwa “Paulus tidak pernah terburu-buru, sebab ia tahu waktunya ada di tangan Tuhan.”

4. Gereja Lokal dan Peran Misi Global

Paulus mengandalkan jemaat lokal untuk mendukung misi global. Ini sejalan dengan prinsip Reformed bahwa gereja harus memiliki partisipasi aktif dalam amanat agung (Matius 28:19-20).

Aplikasi untuk Gereja Masa Kini

1. Mengembangkan Visi Misi Lintas Budaya

Roma 15:22-24 mengingatkan gereja bahwa fokus pelayanan tidak boleh hanya internal. Gereja perlu memikirkan strategi menjangkau dunia, termasuk daerah-daerah yang belum terjangkau Injil.

2. Pentingnya Strategi Pelayanan

Paulus menunjukkan pentingnya strategi dalam misi. Ia tidak asal pergi, melainkan punya perencanaan matang. Gereja Reformed modern perlu meniru prinsip ini: menilai kebutuhan, mempertimbangkan lokasi, dan menjalin kemitraan.

3. Peran Gereja sebagai Pengutus

Paulus mengandalkan orang percaya di Roma untuk mendukungnya. Demikian juga, gereja saat ini harus menjadi pengutus misionaris, bukan hanya mengirim, tetapi juga menyediakan dukungan spiritual dan material.

4. Ketaatan Misioner dalam Kedaulatan Allah

Paulus tunduk pada waktu Tuhan. Gereja dan hamba Tuhan masa kini pun harus belajar untuk tidak memaksakan waktu dan cara sendiri, melainkan berserah kepada kehendak-Nya.

Pandangan Pakar Teologi Reformed Lainnya

  • Martyn Lloyd-Jones melihat Roma 15:24 sebagai ekspresi "visi penginjilan global yang belum selesai." Ia menekankan bahwa ini adalah seruan bagi gereja untuk bergerak keluar dari zona nyaman.

  • Timothy Keller menekankan bahwa Paulus mengundang jemaat Roma menjadi bagian dari misi, bukan hanya penonton. “Kerinduan Paulus adalah contoh bagaimana semua orang percaya harus terlibat aktif dalam misi Kristus.”

Kesimpulan: Roma 15:22-24 dan Misi Allah

Tiga ayat ini tidak hanya berbicara soal rencana perjalanan seorang rasul, tetapi menyingkapkan isi hati Allah untuk bangsa-bangsa. Dari kerinduan Paulus, kita melihat model seorang misionaris sejati: tunduk kepada kehendak Allah, strategis dalam rencana, haus akan persekutuan, dan fokus pada pemberitaan Injil.

Roma 15:22-24 adalah cermin bagi gereja masa kini untuk terus memperluas Kerajaan Allah – dengan cara yang alkitabiah, strategis, dan penuh kasih. Dengan memahami ayat ini secara mendalam, kita tidak hanya belajar sejarah pelayanan Paulus, tetapi juga dipanggil untuk meneruskan semangat misi yang ia wariskan.

Next Post Previous Post