Yohanes 14:28 Kristus, Ketaatan, dan Keagungan Bapa
"Kamu telah mendengar, bahwa Aku telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar daripada Aku." — Yohanes 14:28 (TB)
Pendahuluan: Makna Ayat yang Sering Disalahpahami
Yohanes 14:28 merupakan salah satu ayat yang sering dijadikan rujukan oleh kelompok non-Trinitarian untuk menolak doktrin keilahian penuh Yesus Kristus. Pernyataan Yesus bahwa “Bapa lebih besar daripada Aku” tampak, pada permukaan, menunjukkan bahwa Kristus berada di bawah Bapa secara ontologis. Namun, pandangan Reformed menafsirkan ayat ini dengan memperhatikan konteks inkarnasi dan relasi ekonomi dalam Trinitas, bukan dalam hal esensi.
Dalam artikel ini, kita akan membahas Yohanes 14:28 secara mendalam berdasarkan tafsiran para teolog Reformed seperti John Calvin, Herman Bavinck, Louis Berkhof, dan R.C. Sproul, serta mempertimbangkan relevansi doktrinalnya terhadap Kristologi dan penghiburan bagi orang percaya.
I. Konteks Yohanes 14:28: Janji dan Penghiburan
A. Latar belakang percakapan
Pasal 14 dari Injil Yohanes adalah bagian dari apa yang dikenal sebagai “Upper Room Discourse” — pengajaran terakhir Yesus sebelum penyaliban-Nya. Dalam bagian ini, Yesus berusaha menenangkan hati murid-murid-Nya yang sedang gelisah karena akan segera ditinggalkan.
B. Janji akan kedatangan kembali
Yesus berkata, “Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu.” Frasa ini mengacu pada dua hal: pertama, kematian, kebangkitan, dan kenaikan-Nya ke surga; kedua, janji kedatangan-Nya kembali dalam Roh Kudus dan pada akhir zaman. Bagi murid-murid yang mencintai-Nya, ini seharusnya menjadi sumber sukacita, bukan kesedihan.
II. “Bapa Lebih Besar daripada Aku”: Perspektif Ekonomi, Bukan Ontologi
A. Perbedaan antara esensi dan fungsi
Dalam teologi Reformed, penting untuk membedakan antara ontological Trinity (Trinitas dalam esensi) dan economic Trinity (Trinitas dalam karya keselamatan). Herman Bavinck menjelaskan bahwa dalam hal esensi, Bapa, Anak, dan Roh Kudus adalah sama dan setara — tidak ada yang lebih besar atau lebih kecil. Namun dalam pelaksanaan keselamatan (economia salutis), Anak dengan sukarela menundukkan diri kepada Bapa.
“Perbedaan dalam fungsi tidak menyangkut perbedaan dalam hakikat ilahi.” — Herman Bavinck, Reformed Dogmatics
B. Pandangan John Calvin
John Calvin dalam Commentary on the Gospel of John menafsirkan bahwa ungkapan “Bapa lebih besar daripada Aku” mengacu pada keadaan inkarnasi Kristus. Dalam kemanusiaan-Nya, Kristus merendahkan diri dan berada dalam status kehambaan.
“Yesus tidak berbicara tentang keilahian-Nya yang sejati, tetapi tentang keadaan-Nya sebagai Mediator yang ditundukkan kepada Bapa dalam karya penebusan.” — John Calvin
C. R.C. Sproul dan ketaatan Anak
R.C. Sproul menekankan bahwa pernyataan ini harus dibaca dalam kerangka ketaatan relasional. Kristus sebagai Anak menjalankan kehendak Bapa, bukan karena lebih rendah dalam esensi, tetapi karena peran-Nya sebagai Pelayan Penebus.
“Yesus tidak menyangkal keilahian-Nya, tetapi menunjukkan ketaatan-Nya kepada Bapa demi keselamatan umat-Nya.” — R.C. Sproul, Knowing Christ
III. Kristologi Reformed: Kristus Sepenuhnya Allah dan Sepenuhnya Manusia
A. Dua natur dalam satu Pribadi
Doktrin yang sangat ditekankan dalam teologi Reformed adalah communicatio idiomatum, yaitu komunikasi sifat-sifat antara dua natur Kristus. Louis Berkhof menulis bahwa dalam inkarnasi, Kristus tetap Allah sepenuhnya, namun juga menjadi manusia sejati.
“Natur manusia Kristus tunduk kepada Bapa, namun natur ilahi-Nya tetap sejajar dan setara dengan Bapa.” — Louis Berkhof, Systematic Theology
Dengan demikian, ketika Yesus berkata bahwa Bapa lebih besar, Ia mengacu pada status manusiawi-Nya yang bersifat temporer dalam sejarah keselamatan.
B. Inkarnasi dan kerendahan diri Kristus
Filipi 2:6-8 memberikan cahaya atas Yohanes 14:28:
“... yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya...”
Ayat ini memperjelas bahwa Kristus secara sukarela merendahkan diri untuk menanggung kutuk dosa. Yohanes 14:28 bukanlah pernyataan ketidaksamaan esensi, tetapi pengakuan akan posisi peran dalam rencana keselamatan.
IV. Sukacita dalam Ketaatan Kristus: Implikasi Pastoral
A. Respons kasih: bersukacita karena Kristus kembali kepada Bapa
Yesus berkata, “Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita.” Ini menegur para murid yang lebih fokus pada kehilangan mereka daripada pada kemuliaan yang akan diterima oleh Kristus.
John Owen menulis bahwa kasih sejati kepada Kristus berarti menghargai kehendak-Nya lebih dari perasaan pribadi.
“Orang percaya sejati akan memuliakan Kristus bahkan dalam kepergian-Nya, karena mereka tahu itu untuk kemuliaan Allah dan keselamatan mereka.” — John Owen, Communion with God
B. Penghiburan bahwa Kristus tidak tinggal dalam kerendahan selamanya
Kepergian Yesus ke Bapa adalah bukti bahwa misi-Nya berhasil. Ia naik untuk memerintah dan menyediakan tempat bagi umat-Nya. Teologi Reformed menekankan penghiburan ini melalui sesi Kristus — bahwa sekarang Ia duduk di sebelah kanan Allah Bapa sebagai Imam Besar dan Raja.
C. Aplikasi iman: pengharapan dalam penggenapan janji
Matius Henry mengatakan bahwa ayat ini adalah undangan untuk percaya dan menghibur diri dalam janji-janji Allah yang tak berubah. Ketika kita merasa ditinggalkan, kita diingatkan bahwa Yesus telah pergi untuk kepentingan kita.
V. Refleksi Teologis dan Aplikasi Doktrinal
A. Trinitas: Relasi bukan hirarki
Yohanes 14:28 mengajarkan bahwa dalam Trinitas terdapat relasi kasih dan pengutusan, bukan struktur kekuasaan yang timpang. Bapa mengutus Anak, dan Anak mengutus Roh Kudus — bukan karena perbedaan nilai, melainkan perbedaan peran (functional subordination).
B. Kristus sebagai teladan ketaatan
Ketaatan Yesus kepada Bapa menjadi model bagi umat percaya. Seperti Kristus tunduk kepada Bapa demi kemuliaan-Nya, demikian juga kita dipanggil untuk tunduk kepada kehendak Allah, bahkan ketika itu berarti penderitaan.
C. Keselamatan dan pengharapan eskatologis
Karena Kristus kembali kepada Bapa, kita memiliki pengharapan bahwa Ia juga akan datang kembali menjemput umat-Nya. Ini adalah fondasi pengharapan eskatologis Reformed: bahwa sejarah bergerak menuju penggenapan dalam Kristus.
VI. Kesimpulan: “Bapa Lebih Besar” dalam Terang Salib dan Kemuliaan
Yohanes 14:28 bukanlah penyangkalan atas keilahian Kristus, melainkan peneguhan akan kerendahan hati dan ketaatan-Nya dalam rencana keselamatan. Dalam terang teologi Reformed, ayat ini memperkuat doktrin Kristologi dan Trinitarian, bukan melemahkannya.
Yesus berkata demikian bukan untuk menunjukkan bahwa Ia kurang ilahi, tetapi untuk menghibur para murid dengan fakta bahwa kepergian-Nya adalah bagian dari misi penebusan yang besar — dan bahwa kemuliaan-Nya akan dinyatakan sepenuhnya saat Ia kembali kepada Bapa.
Sebagai umat percaya, kita diajak untuk:
-
Mengasihi Kristus dengan sukacita atas kemuliaan-Nya.
-
Menyembah Dia sebagai Allah sejati yang taat sampai mati.
-
Mengharapkan kedatangan-Nya kembali dengan iman yang teguh.