Kisah Para Rasul 3:26 Kristus, Berkat, dan Pertobatan Sejati
“Dan kepada kamulah pertama-tama Allah membangkitkan Hamba-Nya dan mengutus-Nya kepada kamu supaya Ia memberkati kamu dengan memimpin kamu masing-masing kembali dari segala kejahatanmu.”— Kisah Para Rasul 3:26 (TB)
Pendahuluan: Penginjilan Awal dan Fokus pada Israel
Kisah Para Rasul 3:26 adalah bagian dari khotbah kedua Petrus di Serambi Salomo setelah penyembuhan orang lumpuh di Bait Allah. Ayat ini merupakan klimaks dari khotbah tersebut dan menyatakan dengan jelas maksud kedatangan Yesus Kristus menurut rencana Allah: untuk memberkati umat-Nya dengan pertobatan.
Ayat ini tidak hanya relevan secara historis bagi bangsa Israel, tetapi juga mengandung prinsip teologis mendalam tentang pekerjaan penebusan Kristus, anugerah ilahi, dan tanggapan pertobatan. Dalam pandangan teologi Reformed, ayat ini memuat konsep penting tentang pemilihan, penebusan khusus, dan kasih karunia yang efektif (efficacious grace).
Artikel ini akan mengeksplorasi makna Kisah Para Rasul 3:26 dalam terang ajaran Reformed, dengan mengutip pemikiran teolog seperti John Calvin, Herman Bavinck, Louis Berkhof, serta pengkhotbah Puritan seperti John Owen dan Martyn Lloyd-Jones.
I. “Dan kepada kamulah pertama-tama” — Urgensi Penjangkauan kepada Israel
A. Prioritas pewartaan kepada Israel
Frasa “kepada kamulah pertama-tama” menunjukkan bahwa Injil pertama-tama ditujukan kepada bangsa Israel. Hal ini sesuai dengan urutan pewahyuan Allah dan janji-janji-Nya dalam Perjanjian Lama.
John Calvin menjelaskan bahwa prioritas ini bukan karena Israel lebih layak, tetapi karena kesetiaan Allah terhadap janji-janji-Nya kepada para leluhur mereka.
“Allah mengutamakan mereka bukan karena mereka lebih baik, tetapi karena kasih setia-Nya terhadap Abraham dan keturunannya.”
— John Calvin, Commentary on Acts
Paulus juga menyatakan prinsip yang sama dalam Roma 1:16 — Injil adalah kekuatan Allah bagi keselamatan, pertama-tama bagi orang Yahudi.
B. Tidak menutup pintu bagi bangsa lain
Namun, “pertama-tama” tidak berarti “hanya.” Dalam rencana Allah, bangsa-bangsa lain juga akan menerima berkat Injil. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada urutan pewartaan, keselamatan bersifat universal dalam ruang lingkup tetapi khusus dalam pelaksanaan.
II. “Allah membangkitkan Hamba-Nya” — Kristus sebagai Hamba Yahweh
A. Istilah “Hamba-Nya” dan nubuat Yesaya
Kata "Hamba-Nya" merujuk pada konsep Servant of the Lord dalam kitab Yesaya, khususnya pasal 42, 49, 50, dan 53. Yesus adalah penggenapan dari Hamba yang menderita dan ditinggikan itu.
Louis Berkhof menjelaskan bahwa gelar ini menekankan peran Mesianik Kristus yang tunduk kepada kehendak Bapa untuk menebus umat-Nya.
“Yesus disebut Hamba bukan untuk merendahkan martabat-Nya, tetapi untuk menunjukkan ketaatan dan penundukan-Nya kepada kehendak penebusan ilahi.”
— Louis Berkhof, Systematic Theology
B. Kebangkitan sebagai peneguhan Mesianis
Frasa “membangkitkan Hamba-Nya” menekankan bahwa Allah sendiri yang mengangkat dan menetapkan Kristus sebagai Mesias. Kebangkitan menjadi deklarasi publik bahwa Yesus adalah Anak Allah (bdk. Roma 1:4).
Herman Bavinck menekankan bahwa kebangkitan Kristus bukan hanya akhir penderitaan, tetapi awal pemerintahan-Nya sebagai Raja yang hidup.
“Kristus bangkit sebagai Jaminan bahwa penebusan telah diselesaikan dan kuasa dosa dihancurkan.”
— Herman Bavinck, Reformed Dogmatics
III. “Dan mengutus-Nya kepada kamu” — Kristus sebagai Rasul Utama
A. Misi Kristus: diutus kepada umat pilihan
Kristus diutus untuk menyatakan kasih karunia dan kebenaran. Ia datang bukan untuk menghakimi dunia saat itu, tetapi untuk menyelamatkan (Yohanes 3:17). Dalam konteks Israel, Yesus menggenapi janji-janji Allah dan memanggil mereka kepada pertobatan.
Martyn Lloyd-Jones menekankan bahwa pengutusan Kristus menunjukkan belas kasihan Allah yang tidak membiarkan umat-Nya binasa dalam dosa mereka.
“Yesus adalah utusan kasih karunia. Ia datang tidak karena kita mencari Dia, tetapi karena Allah mengutus-Nya.”
— M. Lloyd-Jones, Authentic Christianity
B. Terus diutus melalui Roh Kudus dan pemberitaan Injil
Setelah kenaikan-Nya, Kristus tetap hadir dan diutus melalui pekerjaan Roh Kudus dan pemberitaan Firman oleh para rasul. Ini menjadi dasar dari misi gereja — meneruskan pengutusan Kristus ke seluruh dunia.
IV. “Supaya Ia memberkati kamu” — Berkat Injil Sejati
A. Berkat rohani, bukan materi
Berkat yang dimaksud bukanlah kesejahteraan duniawi, melainkan keselamatan jiwa. Dalam pandangan Reformed, berkat terbesar yang diberikan oleh Allah melalui Kristus adalah pembenaran, pengampunan dosa, dan persekutuan dengan Allah.
John Owen menjelaskan bahwa berkat Injil bersifat rohani dan kekal:
“Berkat dari Kristus bukanlah emas dan perak, tetapi hati yang baru dan damai dengan Allah.”
— John Owen, The Glory of Christ
B. Berkat ini bersifat efektif dan transformatif
Berkat Kristus bukan sekadar tawaran; dalam anugerah pilihan, berkat ini mengubah dan memperbaharui mereka yang menerimanya. Ini terkait dengan doktrin regenerasi dan efikasi anugerah — bahwa mereka yang diberkati pasti dibawa kepada pertobatan.
V. “Dengan memimpin kamu masing-masing kembali dari segala kejahatanmu” — Pertobatan sebagai Berkat Ilahi
A. Pertobatan: anugerah, bukan usaha manusia
Kata “memimpin” di sini menyiratkan tindakan aktif Allah. Ia tidak sekadar menunggu, tetapi menarik orang kepada diri-Nya. Dalam teologi Reformed, ini dikenal sebagai effectual calling.
R.C. Sproul menekankan bahwa pertobatan sejati bukan buah dari kehendak bebas manusia yang netral, tetapi hasil dari karya Roh Kudus dalam hati manusia berdosa.
“Tanpa karya Roh Kudus, tidak ada seorang pun yang bisa bertobat dengan sungguh-sungguh.”
— R.C. Sproul, Chosen by God
B. Pertobatan mencakup pembalikan total
Pertobatan sejati bukan sekadar menyesal, tetapi berbalik dari dosa kepada Allah. Petrus berkata bahwa Kristus memimpin “masing-masing kembali dari segala kejahatan,” menunjukkan aspek personal dan menyeluruh dari pertobatan itu.
Bavinck menekankan bahwa pertobatan adalah hasil berkat, bukan syarat untuk mendapatkannya.
“Pertobatan bukanlah harga yang kita bayar untuk mendapatkan berkat, tetapi bukti bahwa berkat itu sudah mulai bekerja.”
— Herman Bavinck
VI. Aplikasi Doktrinal dan Pastoral
A. Injil bukan sekadar tawaran, tetapi kuasa Allah
Ayat ini menunjukkan bahwa pemberitaan Injil disertai dengan kuasa efektif Allah yang mengubah. Kristus bukan hanya ditawarkan, tetapi diutus untuk memberkati dan memimpin kembali umat-Nya.
B. Keselamatan adalah pekerjaan Allah dari awal sampai akhir
Dari kebangkitan, pengutusan, pemberkatan, hingga pertobatan — semua berasal dari Allah. Ini sejalan dengan doktrin sola gratia yang menjadi inti dari Reformasi.
C. Pertobatan sebagai buah, bukan prasyarat
Banyak orang menganggap pertobatan sebagai syarat untuk mendapatkan berkat. Namun ayat ini membalikkan logika itu: pertobatan adalah hasil dari berkat Allah yang aktif memimpin umat-Nya kembali dari kejahatan.
VII. Kesimpulan: Kisah Para Rasul 3:26 dan Keindahan Anugerah
Kisah Para Rasul 3:26 merangkum inti Injil dalam satu ayat padat: Allah membangkitkan Kristus, mengutus-Nya kepada umat-Nya, untuk memberkati mereka dengan membawa mereka kembali dari dosa.
Dalam terang teologi Reformed, ayat ini menyatakan:
-
Prioritas Allah dalam keselamatan — dimulai dari Israel, tetapi meluas ke segala bangsa.
-
Kristus sebagai Hamba dan Penebus — yang menderita, bangkit, dan diutus.
-
Berkat sejati — bukan materi, tetapi pertobatan dan persekutuan dengan Allah.
-
Keselamatan adalah karya Allah — dari pengutusan hingga pemulihan.
Dengan demikian, ayat ini mengajak kita untuk memandang keselamatan bukan sebagai sesuatu yang kita raih, melainkan sebagai berkat mulia yang dikaruniakan oleh Allah melalui Kristus. Kita bersukacita karena Dialah yang memimpin kita kembali — dari kejahatan kepada terang.