Iman dan Karakter Dalam Kristus
Pendahuluan
Dalam kekristenan, iman merupakan fondasi dari hubungan antara manusia dengan Allah, sementara karakter dalam Kristus adalah buah dari hubungan tersebut. Dalam tradisi teologi Reformed, kedua hal ini saling berkaitan secara erat dan tidak terpisahkan. Iman yang sejati akan menghasilkan transformasi karakter, dan karakter yang dibentuk oleh Roh Kudus akan menjadi cermin dari Kristus yang hidup dalam diri orang percaya. Artikel ini akan mengupas secara mendalam hubungan antara iman dan karakter dalam Kristus, berdasarkan eksposisi ayat-ayat Alkitab dan pandangan para teolog Reformed ternama seperti John Calvin, Jonathan Edwards, R.C. Sproul, dan lainnya.
I. Makna Iman dalam Kristus
1. Definisi Iman Sejati Menurut Reformed
Dalam teologi Reformed, iman bukanlah sekadar kepercayaan intelektual terhadap fakta-fakta teologis, melainkan suatu kepercayaan yang aktif, personal, dan menyeluruh kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. John Calvin menyatakan bahwa iman adalah “pengetahuan yang pasti dan teguh tentang kemurahan Allah terhadap kita, yang didasarkan atas janji Injil dan dinyatakan kepada hati kita oleh Roh Kudus.”
Iman melibatkan tiga aspek utama:
-
Notitia: pengetahuan tentang kebenaran (fakta-fakta Alkitabiah)
-
Assensus: persetujuan terhadap kebenaran itu
-
Fiducia: kepercayaan pribadi kepada kebenaran tersebut, terutama kepada pribadi Yesus Kristus
Iman sejati melampaui pengetahuan; ia menjangkau hati dan kemauan, mengarahkan seseorang kepada kehidupan yang taat.
2. Iman sebagai Karunia Allah
Efesus 2:8-9 menegaskan bahwa iman adalah anugerah dari Allah, bukan hasil usaha manusia. Teologi Reformed menekankan bahwa tanpa intervensi Roh Kudus, manusia yang berdosa tidak akan bisa beriman kepada Kristus. Regenerasi (kelahiran baru) mendahului iman. Seperti yang diajarkan oleh para teolog Puritan, Roh Kudus yang lebih dahulu mengubah hati manusia, sehingga ia dapat percaya kepada Injil.
II. Karakter Dalam Kristus: Buah dari Iman yang Hidup
1. Karakter Kristiani Sebagai Hasil dari Pembenaran dan Pengudusan
Dalam kerangka Reformed, karakter bukanlah syarat keselamatan, melainkan hasil atau buah dari keselamatan. Ketika seseorang dibenarkan oleh iman (justification), Roh Kudus mulai bekerja dalam proses pengudusan (sanctification) untuk membentuk karakter yang serupa dengan Kristus.
Galatia 5:22-23 menyebutkan buah Roh: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kebaikan, kemurahan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri. Ini bukan hasil usaha manusia semata, tetapi hasil pekerjaan Roh dalam hidup orang percaya.
R.C. Sproul menekankan bahwa karakter dalam Kristus bukanlah hasil dari moralitas duniawi, tetapi ekspresi dari hidup yang dikuduskan oleh kebenaran Allah.
2. Perubahan Karakter: Dari Daging ke Roh
Dalam Roma 12:2, Paulus menasihatkan agar orang percaya tidak menjadi serupa dengan dunia ini, melainkan diubah oleh pembaharuan budi. Ini adalah panggilan kepada transformasi karakter. Teologi Reformed menegaskan bahwa perubahan karakter sejati bukanlah modifikasi perilaku eksternal, tetapi pembaharuan internal oleh Firman dan Roh.
Jonathan Edwards menyatakan bahwa afeksi rohani sejati selalu menghasilkan buah kehidupan yang kudus dan penuh kasih. Tanpa perubahan karakter, iman seseorang patut dipertanyakan.
III. Hubungan Iman dan Karakter dalam Kristus
1. Iman Melahirkan Ketaatan
Yakobus 2:17 menegaskan bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati. Dalam teologi Reformed, perbuatan bukan sarana keselamatan, tetapi bukti dari iman yang hidup. Orang yang memiliki iman sejati akan menampakkan karakter Kristus dalam kehidupan sehari-hari.
John Owen berkata, "Di mana Roh Kudus bekerja, di sana akan tampak keserupaan dengan Kristus." Dengan kata lain, iman sejati akan mendorong kehidupan yang mencerminkan kasih, kesetiaan, dan kebenaran Kristus.
2. Iman dan Karakter dalam Kesatuan Injil
Injil bukan hanya berita keselamatan dari hukuman dosa, tetapi juga panggilan kepada kehidupan yang baru. Iman kepada Kristus membawa masuk kepada identitas baru sebagai ciptaan baru (2 Korintus 5:17). Dari identitas baru inilah karakter baru dibangun.
Karakter orang percaya mencerminkan kerajaan Allah: lemah lembut, mengasihi musuh, mengampuni, rendah hati, dan berani menyatakan kebenaran.
IV. Kristus Sebagai Teladan Utama
1. Kristus sebagai Model Iman dan Karakter
Ibrani 12:2 menyebut Yesus sebagai "pemimpin dan penyempurna iman kita." Kristus tidak hanya objek iman, tetapi juga teladan iman. Ia hidup dalam ketundukan penuh kepada Bapa, menunjukkan kasih kepada sesama, dan menanggung penderitaan demi ketaatan.
John Calvin menulis bahwa hidup Kristus adalah “cermin sempurna dari kehidupan orang percaya.” Dalam pengertian ini, kita dipanggil untuk meniru Kristus, bukan demi memperoleh keselamatan, tetapi sebagai ungkapan syukur dan kesetiaan kita kepada-Nya.
2. Kesatuan dengan Kristus (Union with Christ)
Salah satu doktrin penting dalam Reformed adalah union with Christ—kesatuan orang percaya dengan Kristus. Dalam kesatuan ini, kita tidak hanya menerima kebenaran Kristus (imputed righteousness), tetapi juga hidup dalam kuasa-Nya.
Karakter Kristus ditanamkan dalam diri kita melalui pekerjaan Roh. Oleh sebab itu, iman dan karakter bukan dua hal terpisah, tetapi dua sisi dari mata uang keselamatan.
V. Praktik Pertumbuhan dalam Iman dan Karakter
1. Disiplin Rohani
Pertumbuhan iman dan karakter menuntut keterlibatan aktif dalam disiplin rohani: doa, pembacaan Firman, persekutuan, dan pelayanan. Dalam Reformed spirituality, disiplin ini bukan cara untuk “mendapatkan lebih banyak kasih karunia,” melainkan sarana anugerah (means of grace) di mana Allah bekerja secara aktif dalam membentuk umat-Nya.
2. Penderitaan Sebagai Alat Pembentukan Karakter
Dalam Roma 5:3-5, Paulus menghubungkan penderitaan dengan pertumbuhan karakter. Teologi Reformed melihat penderitaan bukan sebagai hukuman, melainkan sebagai sarana Allah untuk memperdalam iman dan memperhalus karakter.
Seperti kata Charles Spurgeon, “Allah tidak akan membentuk seseorang menjadi kuat tanpa terlebih dahulu melewatkannya melalui lembah penderitaan.”
VI. Tantangan dan Peringatan
1. Iman yang Palsu dan Moralitas yang Kosong
Ada dua bahaya yang sering mengancam gereja:
-
Iman palsu: mengaku percaya, tetapi tidak menunjukkan karakter Kristus.
-
Moralitas kosong: berperilaku baik, tetapi tanpa iman sejati.
Reformed theology menolak keduanya. John MacArthur memperingatkan bahwa banyak orang religius akan terkejut di hari penghakiman karena mereka tidak memiliki iman yang menyelamatkan.
2. Legalisme vs. Injil
Legalism mengajarkan bahwa karakter dan perbuatan baik adalah syarat keselamatan. Namun Injil menekankan bahwa keselamatan oleh kasih karunia melalui iman, dan karakter yang kudus adalah hasilnya, bukan penyebabnya. Ini adalah perbedaan mendasar yang ditekankan oleh Reformasi
Kesimpulan: Panggilan Menjadi Serupa Kristus
Dalam terang teologi Reformed, iman dan karakter dalam Kristus bukanlah dua realitas terpisah. Iman sejati akan menuntun pada transformasi karakter. Karakter yang kudus menjadi bukti kehadiran Roh Kudus dan pekerjaan anugerah dalam hidup seseorang.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk terus bertumbuh dalam iman, membangun karakter yang serupa dengan Kristus, dan hidup dalam terang Injil. John Piper menekankan, “Tugas utama kita bukan hanya percaya kepada Yesus, tetapi juga menjadi seperti Dia.”
Iman membawa kita kepada Kristus. Karakter menjadikan kita serupa dengan Kristus.