Roma 16:21–24: Persekutuan Injil dan Kesetiaan Para Pelayan Tuhan

Roma 16:21–24: Persekutuan Injil dan Kesetiaan Para Pelayan Tuhan

Pendahuluan

Surat Paulus kepada jemaat di Roma adalah salah satu karya teologi yang paling mendalam dalam Perjanjian Baru. Dalam bagian akhir surat ini, tepatnya Roma 16:21–24, kita melihat catatan salam dari para rekan sekerja Paulus. Meskipun ayat-ayat ini tampak hanya berisi nama-nama, namun bagi teologi Reformed, tidak ada bagian Alkitab yang tidak penting. Setiap kata adalah ilham Allah (2 Timotius 3:16), termasuk daftar salam ini.

Eksposisi ini akan membahas makna ayat Roma 16:21–24 secara mendalam, mengkaitkannya dengan konteks surat Roma secara keseluruhan, dan menampilkan pandangan beberapa teolog Reformed seperti John Calvin, Charles Hodge, dan Herman Bavinck mengenai pentingnya persekutuan Injil dan kesetiaan para pelayan Tuhan.

Teks Alkitab: Roma 16:21–24 (TB)

“Timotius, teman sekerjaku, dan Lukas, Yason dan Sosipatros, saudara-saudaraku, menyampaikan salam kepadamu. Aku Tertius, yang menuliskan surat ini kepadamu, menyampaikan salam kepadamu dalam Tuhan. Salam dari Gayus, tuan rumahku dan juga tuan rumah jemaat seluruhnya. Salam dari Erastus, bendaharawan kota, dan dari Quartus, saudara kita. Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu sekalian!”

Latar Belakang Konteks Roma 16

Pasal 16 dalam surat Roma sering dianggap sebagai penutup yang penuh dengan salam pribadi, namun teologi Reformed memandang bahwa di dalamnya tersimpan nilai-nilai penting tentang persekutuan, pelayanan, dan pengakuan terhadap kesetiaan umat Allah. Ayat 21–24 menunjukkan bahwa Injil tidak dikabarkan dalam kesendirian, tetapi dalam komunitas dan persekutuan yang saling menguatkan.

Eksposisi Ayat per Ayat

1. Roma 16:21 – “Timotius, teman sekerjaku, dan Lukas, Yason dan Sosipatros, saudara-saudaraku, menyampaikan salam kepadamu.”

Timotius adalah tokoh penting dalam pelayanan Paulus. Dalam teologi Reformed, Timotius melambangkan regenerasi rohani dan pelipatgandaan misi. John Calvin menekankan bahwa penyebutan Timotius sebagai “teman sekerja” menunjukkan bahwa pelayanan Injil adalah kerja sama antara orang-orang percaya yang dipanggil Allah (Calvin, Commentary on Romans).

Lukas, kemungkinan di sini adalah Lucius, yang juga disebut dalam Kisah Para Rasul 13:1. Herman Ridderbos menekankan bahwa kehadiran banyak tokoh menunjukkan bagaimana gereja mula-mula berdiri dalam kolaborasi dan saling meneguhkan.

Yason dan Sosipatros mungkin berasal dari Makedonia, seperti yang dicatat dalam Kisah Para Rasul. Nama-nama ini menunjukkan penyebaran Injil melintasi batas-batas geografis, budaya, dan etnis.

Dari sini kita belajar bahwa Injil Kristus adalah kabar sukacita yang dikabarkan oleh komunitas yang beraneka ragam namun bersatu dalam iman kepada Kristus.

2. Roma 16:22 – “Aku Tertius, yang menuliskan surat ini kepadamu, menyampaikan salam kepadamu dalam Tuhan.”

Tertius bukan penulis utama surat ini, tetapi penulis yang mencatat langsung kata-kata Paulus (amanuensis). Dalam teologi Reformed, ini menunjukkan kerja sama dan peran penting dari mereka yang bekerja “di belakang layar” dalam pelayanan Injil. Meskipun ia bukan rasul, Tertius digunakan oleh Tuhan untuk menyampaikan Firman-Nya yang tertulis.

Charles Hodge mencatat bahwa salam pribadi dari Tertius menunjukkan relasi yang akrab antara para pelayan Tuhan. Tertius tidak hanya “sekretaris”, tetapi saudara seiman yang menyumbangkan talenta administratifnya bagi kemajuan Injil.

Hal ini memberi pelajaran bahwa dalam tubuh Kristus, setiap anggota memiliki fungsi penting, dan tidak ada yang dianggap kecil dalam rencana Allah.

3. Roma 16:23 – “Salam dari Gayus, tuan rumahku dan juga tuan rumah jemaat seluruhnya. Salam dari Erastus, bendaharawan kota, dan dari Quartus, saudara kita.”

Gayus, kemungkinan adalah Gayus dari Korintus (bdk. 1 Korintus 1:14). Ia digambarkan sebagai tuan rumah bagi Paulus dan seluruh jemaat. Ini menunjukkan peran penting dari hospitalitas (keramahtamahan) dalam kehidupan gereja mula-mula. Menurut teolog Sinclair Ferguson, praktik keramahtamahan dalam konteks ini bukan sekadar sosial, tetapi ekspresi nyata dari kasih Injil dan kesatuan tubuh Kristus.

Erastus, seorang pejabat tinggi (bendaharawan kota), menunjukkan bahwa Injil menjangkau berbagai lapisan masyarakat. Di tengah kecenderungan masyarakat untuk melihat jabatan duniawi sebagai simbol kuasa, Erastus menunjukkan bagaimana kuasa Injil menundukkan diri kepada Kristus.

Quartus disebut sebagai “saudara kita” tanpa tambahan jabatan. Ini menekankan bahwa status dalam gereja bukan ditentukan oleh jabatan atau peran sosial, tetapi oleh relasi dalam Kristus.

4. Roma 16:24 – “Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu sekalian!”

Ini adalah penutup yang mengandung berkat. Frasa ini biasa digunakan Paulus dalam surat-suratnya (lih. 2 Kor. 13:13). Dalam pemahaman Reformed, berkat ini menunjukkan bahwa segala sesuatu yang telah ditulis dan disampaikan hanya akan berguna jika dikerjakan dalam dan melalui kasih karunia Kristus.

John Murray menyatakan bahwa tanpa kasih karunia Tuhan Yesus, semua usaha manusia, bahkan pelayanan Injil pun, adalah sia-sia. Oleh sebab itu, penutup ini mengikat semua isi surat dalam kerangka teologis yang kokoh: anugerah Allah di dalam Kristus adalah pusat dari segalanya.

Teologi Reformed dalam Roma 16:21–24

1. Providence dan Pemeliharaan Allah dalam Komunitas

Pemunculan berbagai nama dalam bagian ini menunjukkan bagaimana Allah memelihara gereja-Nya melalui orang-orang yang berbeda latar belakang. Teologi Reformed menekankan divine providence — bahwa Allah bekerja di balik layar, menggunakan berbagai pribadi dengan latar belakang yang berbeda, demi kemajuan kerajaan-Nya.

2. Kesetiaan Pelayan Tuhan

Nama-nama seperti Timotius, Gayus, dan Erastus mencerminkan kesetiaan dalam pelayanan. Mereka mungkin tidak menulis surat seperti Paulus, tetapi mereka adalah bagian integral dari misi Allah. Dalam Reformed theology, hal ini dikenal sebagai prinsip vocation — bahwa setiap orang percaya dipanggil untuk melayani Allah, tidak hanya para pengkhotbah, tetapi juga para tuan rumah, bendahara, penulis, dan saudara biasa.

3. Kesatuan Tubuh Kristus

Sebagaimana ditulis oleh Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics, gereja adalah “communitas fidei,” komunitas iman yang dibentuk oleh kasih karunia Kristus. Ayat-ayat ini menunjukkan kesatuan dalam keragaman, yang menjadi ciri khas gereja sejati.

4. Kasih Karunia Sebagai Sumber dan Tujuan

Akhir dari bagian ini ditutup dengan “Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu sekalian.” Kasih karunia bukan hanya permulaan hidup Kristen, tetapi juga kekuatannya dan tujuan akhirnya. Teologi Reformed selalu menekankan bahwa tanpa kasih karunia, tidak ada iman sejati, tidak ada pelayanan yang murni, dan tidak ada keselamatan.

Aplikasi Praktis untuk Gereja Masa Kini

1. Menghargai Peran Masing-Masing Anggota Jemaat

Gereja harus belajar menghargai peran setiap anggotanya, baik yang melayani di mimbar maupun yang melayani melalui keramahtamahan atau bantuan administratif. Semua dipakai Allah.

2. Kesetiaan dalam Pelayanan Sehari-hari

Para pelayan seperti Tertius atau Quartus mungkin tidak terdengar besar, tetapi mereka setia. Kita dipanggil untuk setia dalam pelayanan, sekecil apapun tampaknya di mata manusia.

3. Menjaga Kesatuan Tubuh Kristus

Nama-nama yang disebut berasal dari berbagai latar belakang. Hal ini mengingatkan gereja masa kini untuk tetap menjaga kesatuan di tengah perbedaan, terutama dalam hal non-esensial.

4. Bergantung pada Kasih Karunia

Segala pelayanan harus dimulai dan diakhiri dalam kasih karunia Kristus. Kita tidak dapat mengandalkan kekuatan sendiri, melainkan hanya pada kasih karunia yang menopang.

Penutup

Roma 16:21–24 bukan sekadar daftar nama. Di baliknya, ada kisah tentang kesetiaan, komunitas, pemeliharaan Allah, dan kasih karunia Kristus. Dalam terang teologi Reformed, bagian ini mengajarkan kepada kita tentang pentingnya persekutuan Injil, nilai dari setiap peran dalam pelayanan, dan sentralitas kasih karunia.

Seperti yang dikatakan Paulus, “Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu sekalian.” Kiranya ini menjadi dasar dan kekuatan bagi gereja masa kini untuk terus setia dalam persekutuan dan pelayanan kepada Kristus, Sang Kepala Gereja.

Next Post Previous Post