Yohanes 6:70 Pemilihan Yesus, Perlawanan Manusia, dan Panggilan Kita untuk Hidup Setia
Pendahuluan
Salah satu bagian yang paling mengejutkan dalam Injil Yohanes adalah perkataan Yesus kepada murid-murid-Nya setelah banyak orang meninggalkan Dia. Dalam Yohanes 6:70, Yesus berkata: “Bukankah Aku sendiri yang telah memilih kamu yang dua belas ini? Namun seorang di antaramu adalah iblis.” Ayat ini begitu tegas, penuh misteri, dan sarat makna. Bagaimana mungkin Yesus, yang Mahatahu, memilih seorang murid yang Ia tahu akan mengkhianati-Nya? Apakah ini kesalahan dalam pemilihan? Ataukah ada maksud ilahi di baliknya?
Artikel ini akan mengupas Yohanes 6:70 dengan mendalam dari perspektif teologi Reformed. Kita akan melihat konteks, makna teologis, pengajaran bagi gereja, dan aplikasi pribadi bagi kita. Pada akhirnya, kita akan menyadari betapa seriusnya panggilan untuk hidup setia kepada Kristus, meskipun kita berada di tengah dunia yang penuh pencobaan dan perlawanan terhadap Injil.
1. Konteks Yohanes 6
Untuk memahami Yohanes 6:70, kita harus melihat keseluruhan konteks pasal ini. Yohanes 6 dimulai dengan mukjizat Yesus memberi makan lima ribu orang dengan lima roti dan dua ikan (Yohanes 6:1-15). Mukjizat ini membuat banyak orang terkesan, bahkan mereka ingin menjadikan Yesus raja. Tetapi Yesus menyingkapkan motivasi hati mereka—mereka mencari Dia bukan karena mengerti tanda, melainkan karena ingin kenyang secara jasmani (Yohanes 6:26).
Setelah itu, Yesus mengajarkan bahwa Dialah “roti hidup yang turun dari sorga” (Yohanes 6:35). Pengajaran ini keras bagi banyak orang, karena menuntut mereka percaya sepenuhnya kepada Kristus, bukan hanya mencari berkat materi. Akibatnya, banyak pengikut meninggalkan Dia (Yohanes 6:66).
Di tengah situasi itu, Yesus bertanya kepada kedua belas murid-Nya: “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” (Yohanes 6:67). Petrus menjawab dengan indah: “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.” (Yohanes 6:68-69).
Namun, segera setelah pengakuan iman Petrus itu, Yesus mengingatkan mereka dengan perkataan yang keras: “Bukankah Aku sendiri yang telah memilih kamu yang dua belas ini? Namun seorang di antaramu adalah iblis.” (Yohanes 6:70).
Konteks ini menunjukkan ketegangan: di satu sisi ada pengakuan iman yang tulus dari Petrus dan para murid; di sisi lain ada pengkhianatan yang tersembunyi dalam hati Yudas Iskariot.
2. “Aku yang telah memilih kamu”
Frasa pertama menegaskan kedaulatan Yesus dalam pemilihan para murid. Kata “memilih” (eklexomai dalam bahasa Yunani) sama dengan istilah yang digunakan dalam doktrin pemilihan. Yesus tidak asal mengumpulkan pengikut; Ia secara aktif memilih dua belas orang untuk menjadi murid inti-Nya.
Teologi Reformed menekankan bahwa pemilihan Allah selalu bersifat berdaulat. Seperti dalam Efesus 1:4, Allah telah memilih kita “sebelum dunia dijadikan.” Pemilihan murid-murid juga adalah tindakan ilahi yang penuh tujuan. Namun, menariknya, di antara dua belas itu ada seorang yang jahat—Yudas Iskariot.
Mengapa Yesus tetap memilih Yudas? Ada dua alasan teologis:
-
Penggenapan nubuat – Mazmur 41:10 menubuatkan: “Bahkan sahabat karibku, yang makan rotiku, telah mengangkat tumitnya terhadap aku.” Kehadiran Yudas adalah bagian dari rencana Allah yang sudah dinubuatkan.
-
Penyataan kedaulatan Allah atas kejahatan – Roma 9:17-18 menunjukkan bahwa Allah bahkan memakai orang berdosa untuk melaksanakan maksud-Nya. Yudas dipakai untuk menggenapi karya penebusan Kristus melalui salib.
Dengan kata lain, pemilihan Yesus tidak gagal meski ada Yudas. Sebaliknya, kehadiran Yudas justru memperlihatkan kedaulatan Allah yang bekerja bahkan melalui pengkhianatan manusia.
3. “Namun seorang di antaramu adalah iblis”
Pernyataan Yesus ini sangat keras. Ia tidak berkata bahwa Yudas hanya “lemah,” “rapuh,” atau “bingung,” tetapi menyebutnya sebagai “iblis.” Maksudnya bukan Yudas berubah menjadi setan, tetapi bahwa ia dikuasai oleh roh jahat dan bertindak sebagai alat Iblis.
Dalam Yohanes 13:27, ditulis bahwa “sesudah Yudas menerima roti itu, maka masuklah Iblis ke dalam dirinya.” Dengan demikian, Yudas adalah gambaran tragis manusia yang menyerahkan dirinya kepada kuasa kegelapan meskipun pernah dekat dengan Kristus.
Teologi Reformed menekankan realitas pengakuan lahiriah vs iman sejati. Ada orang yang secara lahiriah berada di dalam gereja, aktif dalam pelayanan, tetapi hatinya jauh dari Tuhan. Yudas adalah contoh nyata dari orang yang tampak rohani, namun sebenarnya binasa.
Yesus sendiri pernah mengingatkan dalam Matius 7:21-23 bahwa tidak semua orang yang berseru “Tuhan, Tuhan” akan masuk ke dalam kerajaan sorga, melainkan hanya mereka yang melakukan kehendak Bapa.
4. Makna Teologis Yohanes 6:70
Dari penjelasan di atas, kita bisa menarik beberapa pelajaran penting:
a. Pemilihan Kristus adalah nyata, tetapi bukan semua yang dipilih secara lahiriah adalah umat pilihan sejati
Yudas dipilih secara lahiriah untuk menjadi murid, tetapi bukan bagian dari umat tebusan sejati. Ini menunjukkan bahwa ada perbedaan antara pemilihan untuk pelayanan dan pemilihan untuk keselamatan.
b. Kedaulatan Allah bekerja bahkan melalui kejahatan manusia
Yudas mengkhianati Yesus dengan niat jahat, tetapi Allah memakai pengkhianatan itu untuk menggenapi karya penebusan. Ini sejajar dengan kisah Yusuf: “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakan untuk kebaikan.” (Kejadian 50:20).
c. Kehadiran Yudas menjadi peringatan bagi gereja
Tidak semua orang yang ada di tengah jemaat adalah domba sejati. Ada lalang di antara gandum (Matius 13:24-30). Gereja dipanggil untuk waspada, bukan hanya terhadap ancaman dari luar, tetapi juga dari dalam.
d. Kesetiaan kepada Kristus adalah anugerah, bukan hasil kekuatan manusia
Petrus bisa bertahan bukan karena ia lebih kuat, tetapi karena Kristus memelihara imannya (Lukas 22:32). Hal ini mengingatkan kita akan doktrin perseverance of the saints (ketekunan orang kudus) dalam teologi Reformed.
5. Aplikasi Bagi Kehidupan Kristen
a. Waspada terhadap kemunafikan rohani
Yudas adalah murid yang ikut melayani, mendengar pengajaran, bahkan mengelola kas kelompok. Tetapi hatinya tidak sungguh-sungguh mengasihi Yesus. Banyak orang Kristen hari ini juga bisa aktif dalam pelayanan gereja, tetapi sebenarnya hatinya tertarik pada uang, posisi, atau pujian.
Pertanyaannya: apakah kita mengikut Yesus karena Dia, atau karena berkat-Nya?
b. Menguji diri dalam iman
Paulus berkata: “Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu!” (2 Korintus 13:5). Kita perlu terus mengevaluasi motivasi hati kita dalam mengikut Kristus.
c. Hidup dalam ketekunan iman
Kesetiaan tidak datang dari diri kita, tetapi dari kasih karunia Allah. Karena itu, kita perlu terus melekat pada Kristus, membaca firman-Nya, berdoa, dan hidup dalam komunitas iman yang sehat.
d. Tidak heran jika ada pengkhianatan di dalam gereja
Seringkali orang terkejut ketika menemukan pemimpin rohani jatuh dalam dosa atau ada orang gereja yang berkhianat. Yohanes 6:70 sudah mengingatkan kita bahwa sejak awal, bahkan dalam kelompok murid Yesus pun ada Yudas. Namun hal itu tidak menggagalkan karya Allah.
e. Mengandalkan kedaulatan Allah
Kita bisa belajar dari cara Allah memakai pengkhianatan Yudas untuk menggenapi rencana keselamatan. Dalam hidup kita, ketika menghadapi pengkhianatan, kekecewaan, atau penderitaan, kita pun bisa percaya bahwa Allah berdaulat dan sanggup membalikkan kejahatan menjadi kebaikan.
6. Ilustrasi Kehidupan
Bayangkan seseorang yang setiap minggu hadir di gereja, ikut perjamuan kudus, bahkan melayani. Secara lahiriah, ia tampak setia. Namun di balik layar, ia hidup dalam dosa tersembunyi, menjual imannya demi keuntungan pribadi. Orang seperti ini adalah gambaran modern dari Yudas.
Sebaliknya, ada orang percaya yang mungkin sederhana, tidak menonjol, tetapi hatinya melekat kepada Kristus. Ia bertahan dalam iman meskipun penuh pergumulan. Orang ini lebih mirip Petrus yang lemah, tetapi tetap dijaga oleh kasih karunia Tuhan.
7. Refleksi Pribadi
-
Apakah motivasi saya mengikut Yesus murni karena Dia, atau ada kepentingan tersembunyi?
-
Apakah saya benar-benar telah mengalami kelahiran baru, atau hanya memiliki iman lahiriah?
-
Bagaimana saya menjaga ketekunan iman di tengah dunia yang penuh godaan?
-
Apakah saya siap menghadapi kekecewaan dalam gereja, sambil tetap percaya kepada kedaulatan Allah?
Kesimpulan
Yohanes 6:70 adalah peringatan keras sekaligus penghiburan. Yesus memilih kedua belas murid dengan sadar, termasuk Yudas yang akan mengkhianati-Nya. Hal ini bukan karena Yesus salah pilih, melainkan karena Allah berdaulat, bahkan atas kejahatan manusia.
Bagi kita, ayat ini menjadi panggilan untuk:
-
Waspada terhadap kemunafikan rohani.
-
Menguji diri dalam iman.
-
Bertahan dalam ketekunan berkat kasih karunia Tuhan.
-
Tetap percaya bahwa Allah berdaulat atas segala keadaan.
Akhirnya, kita diingatkan untuk berkata seperti Petrus: “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal.” (Yohanes 6:68). Hanya dengan tetap melekat pada Kristus, kita dapat bertahan setia sampai akhir.