1 Tesalonika 2:11-12 Hidup Layak bagi Allah yang Memanggil

1 Tesalonika 2:11-12 Hidup Layak bagi Allah yang Memanggil

Pendahuluan

Surat 1 Tesalonika adalah salah satu surat Paulus yang paling hangat dan penuh kasih pastoral. Jemaat Tesalonika adalah jemaat muda, baru lahir di dalam iman, namun hidup di tengah tekanan dan aniaya. Paulus, seperti seorang ayah rohani, menulis surat ini untuk menguatkan mereka agar tetap teguh dalam iman dan hidup berpadanan dengan panggilan Allah.

Dalam pasal 2, Paulus membela pelayanannya. Ia menegaskan bahwa ia dan rekan-rekannya (Silwanus dan Timotius) melayani bukan dengan tipu daya, melainkan dengan kasih dan kesungguhan. Ia menggambarkan dirinya seperti seorang ibu yang penuh kelembutan (ayat 7–8) dan juga seperti seorang bapa yang menasihati anak-anaknya (1 Tesalonika 2:11–12).

Mari kita baca teks kita hari ini:

“Kamu tahu, betapa kami, seperti bapa terhadap anak-anaknya, telah menasihati kamu, menguatkan hatimu dan mengajar kamu, supaya hidupmu layak bagi Allah yang memanggil kamu ke dalam Kerajaan dan kemuliaan-Nya.” (1 Tesalonika 2:11-12)

Di sini Paulus mengajarkan kepada kita tentang hakikat pelayanan sejati dan panggilan orang percaya. Ada tiga hal pokok yang ingin kita renungkan:

  1. Peran Paulus sebagai bapa rohani.

  2. Isi nasihat Paulus kepada jemaat.

  3. Panggilan untuk hidup layak bagi Allah.

I. Peran Paulus sebagai Bapa Rohani

1. Paulus sebagai bapa bagi jemaat

1 Tesalonika 2:11 berkata: “Kamu tahu, betapa kami, seperti bapa terhadap anak-anaknya...”

Paulus memakai metafora keluarga. Sebelumnya ia memakai gambaran ibu (ayat 7–8), kini ia memakai gambaran bapa. Ia ingin menunjukkan keseimbangan kasih dan ketegasan. Seorang ayah tidak hanya menyayangi, tetapi juga menasihati dan mengarahkan.

Calvin menulis:

“Pelayan Kristus dipanggil untuk melayani dengan kelembutan seorang ibu dan dengan ketegasan seorang bapa, supaya jemaat bertumbuh dalam kasih sekaligus dalam ketaatan.”

2. Pelayanan yang penuh kedekatan

Seorang bapa mengenal anak-anaknya. Paulus tidak melayani dari jauh, tetapi dekat, terlibat, dan penuh perhatian. Ia tidak sekadar berkhotbah, tetapi hadir dalam hidup jemaat.

Richard Baxter, seorang gembala Puritan, berkata:

“Gembala yang sejati bukan hanya mengajar dari mimbar, tetapi juga mengunjungi, menasihati, dan menangis bersama jemaatnya.”

Pelayanan pastoral sejati bukanlah sekadar formalitas, tetapi sebuah relasi penuh kasih seperti ayah dengan anak-anaknya.

II. Isi Nasihat Paulus kepada Jemaat

Paulus menjelaskan tiga hal yang ia lakukan sebagai bapa rohani: menasihati, menguatkan, dan mengajar.

1. Menasihati (parakaleĊ)

Kata ini berarti mendorong, meneguhkan, atau mendesak. Paulus ingin agar jemaat tidak berhenti pada iman yang dangkal, tetapi sungguh-sungguh berjalan dalam kebenaran.

R.C. Sproul menekankan:

“Kasih yang sejati bukanlah membiarkan orang lain tetap dalam dosa, tetapi menasihati mereka menuju kekudusan.”

Nasehat adalah bentuk kasih. Seorang bapa menegur karena ia peduli akan masa depan anaknya.

2. Menguatkan (paramytheomai)

Kata ini berarti memberi penghiburan dan kekuatan, terutama di tengah penderitaan. Jemaat Tesalonika menghadapi aniaya, sehingga mereka perlu dikuatkan agar tidak goyah.

John Stott menulis:

“Pelayanan Kristen sejati selalu menyatukan dorongan dan penghiburan. Kita dipanggil bukan hanya menunjukkan jalan, tetapi juga berjalan bersama jemaat di jalan itu.”

3. Mengajar (martyromai)

Kata ini berarti bersaksi dengan tegas, memberikan pengajaran yang berakar pada otoritas Allah. Paulus tidak hanya memberi nasihat moral, tetapi mengajar berdasarkan firman Allah.

B.B. Warfield, teolog Reformed Princeton, berkata:

“Pelayanan firman adalah pelayanan otoritas. Gembala bukan memberi opini pribadi, tetapi menyampaikan kebenaran Allah yang mengikat.”

Dengan demikian, pelayanan Paulus mencakup dimensi dorongan, penghiburan, dan pengajaran.

III. Panggilan untuk Hidup Layak bagi Allah

1 Tesalonika 2:12 menyatakan tujuan dari semua nasihat Paulus:

“supaya hidupmu layak bagi Allah yang memanggil kamu ke dalam Kerajaan dan kemuliaan-Nya.”

1. Hidup layak bagi Allah

Kata axios berarti “berpadanan” atau “sesuai dengan.” Artinya, hidup orang percaya harus sesuai dengan panggilan Allah.

Calvin menjelaskan:

“Paulus tidak berkata bahwa kita dapat membalas kasih karunia Allah, sebab itu mustahil. Tetapi ia menekankan bahwa hidup kita harus mencerminkan kemuliaan Allah yang telah memanggil kita.”

Hidup layak bagi Allah berarti hidup yang berpusat pada Allah, bukan diri sendiri.

2. Allah yang memanggil

Paulus menekankan: “Allah yang memanggil kamu.” Inisiatif ada pada Allah. Ini selaras dengan doktrin Reformed tentang panggilan efektif (eficacious call).

John Murray dalam Redemption Accomplished and Applied menulis:

“Panggilan efektif adalah karya Roh Kudus yang tidak dapat ditolak, yang membawa orang berdosa keluar dari kegelapan kepada terang Kristus.”

Jadi, hidup layak bagi Allah adalah respons terhadap panggilan kasih karunia Allah.

3. Masuk ke dalam Kerajaan dan kemuliaan

Panggilan ini bukan sekadar untuk hidup sekarang, tetapi menuju Kerajaan Allah dan kemuliaan kekal. Inilah tujuan akhir kita.

Jonathan Edwards berkata:

“Seluruh perjalanan hidup Kristen adalah ziarah menuju kemuliaan. Dunia ini hanyalah tempat persinggahan; rumah kita yang sejati adalah kemuliaan Allah yang kekal.”

Hidup layak bagi Allah berarti hidup dengan orientasi eskatologis — hidup yang memandang pada kemuliaan yang akan datang.

IV. Aplikasi bagi Kita

1. Panggilan untuk menjadi bapa rohani

Setiap pemimpin jemaat dipanggil meneladani Paulus: melayani dengan kasih seorang ibu dan ketegasan seorang bapa. Gereja membutuhkan gembala yang rela hadir, mengasuh, dan membimbing umat Allah.

2. Nasehat, penghiburan, dan pengajaran

Kita semua, bukan hanya pendeta, dipanggil untuk saling menasihati, menguatkan, dan mengajar dalam tubuh Kristus (Kolose 3:16). Gereja adalah keluarga Allah, di mana setiap orang berperan.

3. Hidup layak bagi Allah

Apakah hidup kita sudah berpadanan dengan Injil? Hidup layak bagi Allah bukan soal kesempurnaan moral, tetapi soal kesetiaan kepada Kristus. Itu berarti:

  • Menjauhi dosa.

  • Mengasihi sesama.

  • Bertekun dalam pelayanan.

  • Hidup dengan orientasi pada kemuliaan kekal.

4. Mengingat panggilan kita

Kita tidak dipanggil oleh dunia, melainkan oleh Allah. Kita dipanggil bukan untuk kesia-siaan, melainkan untuk Kerajaan dan kemuliaan-Nya.

Kesimpulan

Saudara-saudara, 1 Tesalonika 2:11-12 menunjukkan kepada kita gambaran pelayanan Paulus yang penuh kasih dan tujuan panggilan Allah bagi kita.

  • Paulus melayani sebagai seorang bapa rohani: menasihati, menguatkan, dan mengajar.

  • Tujuannya jelas: supaya jemaat hidup layak bagi Allah.

  • Allah sendiri yang memanggil kita, dan panggilan itu menuju Kerajaan dan kemuliaan.

Marilah kita menanggapi panggilan itu dengan hidup yang berpadanan dengan Injil, sehingga ketika Kristus datang kembali, kita ditemukan setia dan layak berdiri di hadapan-Nya.

Soli Deo Gloria.

Next Post Previous Post