1 Tesalonika 2:9 Pelayanan yang Berjerih Lelah demi Injil Kristus

Pendahuluan
Saudara-saudara yang terkasih dalam Kristus,
Ketika kita berbicara mengenai pelayanan Injil, kita tidak bisa melepaskannya dari unsur pengorbanan dan kerja keras. Dalam dunia modern, banyak orang memandang pelayanan sebagai profesi yang “menghasilkan,” bahkan ada yang menuduh bahwa gereja dan hamba Tuhan mencari keuntungan pribadi. Namun, dalam 1 Tesalonika 2:9, Rasul Paulus memberikan teladan yang sangat berbeda.
Teks ini berbunyi:
“Sebab kamu masih ingat, saudara-saudara, akan usaha dan jerih payah kami; sementara kami bekerja siang malam supaya jangan menjadi beban bagi siapa pun juga di antara kamu, kami memberitakan Injil Allah kepada kamu.”
Ayat ini adalah kesaksian hidup Paulus mengenai pelayanan yang penuh integritas, pengorbanan, dan kasih. Ia tidak hanya berbicara dengan kata-kata, tetapi juga membuktikan Injil melalui gaya hidup yang berjerih lelah.
Hari ini, kita akan menelusuri ayat ini dalam beberapa bagian besar:
-
Konteks pelayanan Paulus di Tesalonika
-
Makna “usaha dan jerih payah” dalam pelayanan Injil
-
Motif Paulus: agar tidak menjadi beban bagi jemaat
-
Tujuan utama: memberitakan Injil Allah
-
Aplikasi praktis bagi gereja masa kini
Dengan menolong diri pada pemikiran para teolog Reformed—seperti John Calvin, John Stott, Herman Bavinck, dan lain-lain—kita akan melihat bagaimana prinsip ini relevan bagi kehidupan gereja sekarang.
Eksposisi Ayat
1. Konteks Pelayanan Paulus di Tesalonika
Untuk memahami teks ini, kita harus menengok kembali ke Kisah Para Rasul 17:1-9. Paulus tiba di Tesalonika, sebuah kota besar di Makedonia yang menjadi pusat perdagangan dan budaya. Ia hanya tinggal di sana dalam waktu singkat (sekitar tiga minggu menurut Kis. 17:2), namun pelayanan Injil menghasilkan buah yang besar. Banyak orang Yahudi dan Yunani bertobat, termasuk “sejumlah besar perempuan terkemuka.”
Namun, tidak lama kemudian muncul penganiayaan. Orang-orang Yahudi yang iri menimbulkan keributan dan memfitnah Paulus. Mereka menuduh bahwa ia memberitakan Injil demi keuntungan pribadi. Karena itu, dalam surat ini, Paulus membela integritas pelayanannya.
John Stott dalam bukunya The Gospel & the End of Time menegaskan bahwa surat 1 Tesalonika adalah apologetika pelayanan Paulus. Ia tidak membela dirinya karena haus pujian, melainkan untuk menjaga kesaksian Injil agar tidak ternoda. Jemaat perlu diyakinkan bahwa pelayanan rasuli adalah murni, penuh kasih, dan tulus.
2. “Usaha dan Jerih Payah” dalam Pelayanan Injil
Paulus menggunakan istilah “usaha” (kopos) dan “jerih payah” (mochthos). Dua kata ini menunjukkan kerja keras fisik sekaligus penderitaan. Paulus bukan hanya berkhotbah, melainkan juga bekerja dengan tangannya sendiri.
Dalam Kisah Para Rasul 18:3, kita tahu Paulus bekerja sebagai pembuat tenda (tentmaker). Dengan pekerjaan itu ia menafkahi dirinya. Mengapa? Agar ia tidak dituduh memberitakan Injil demi keuntungan materi.
John Calvin menekankan bahwa ini adalah bukti kerendahan hati Paulus. Dalam komentarnya atas ayat ini, Calvin berkata:
“Rasul dengan jelas menunjukkan bahwa ia tidak mencari keuntungan dari pelayanan Injil, sebab ia menopang hidupnya dengan kerja keras. Ia rela memikul penderitaan agar Injil tidak dicurigai.”
Bagi Calvin, pelayanan sejati selalu ditandai dengan kesediaan untuk berjerih lelah. Tidak ada pelayanan sejati tanpa pengorbanan.
Matthew Henry dalam Commentary on the Whole Bible menambahkan:
“Paulus bukan hanya bekerja untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk memberi teladan kepada jemaat, bahwa Injil bukanlah sarana untuk kenyamanan duniawi, melainkan untuk pengorbanan demi Kristus.”
Dengan demikian, “jerih payah” di sini adalah lambang dedikasi penuh—bahwa pemberitaan Injil bukan jalan pintas menuju kehormatan, tetapi jalan salib.
3. “Siang dan Malam” – Intensitas Pelayanan Paulus
Paulus menekankan bahwa ia bekerja “siang malam.” Ini bukan sekadar ungkapan hiperbolis, melainkan realitas dari kesibukan hidupnya. Ia bekerja pada siang hari untuk menopang hidup, dan melayani jemaat pada malam hari dengan pengajaran dan penggembalaan.
Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menegaskan bahwa bagi Paulus, kerja jasmani dan kerja rohani adalah dua sisi dari satu panggilan. Seluruh hidup orang percaya adalah vocatio (panggilan). Karena itu, Paulus tidak melihat ada perbedaan nilai antara membuat tenda dan memberitakan Injil—semuanya adalah bentuk ketaatan kepada Allah.
Pelayanan “siang dan malam” juga menunjukkan totalitas dedikasi. Paulus tidak mengenal batas dalam pelayanan. Seperti ia katakan dalam Kolose 1:29:
“Itulah yang kuusahakan dan kuperjuangkan dengan segala tenaga sesuai dengan kuasa-Nya yang bekerja dengan kuat di dalam aku.”
Artinya, pelayanan Injil menuntut seluruh hidup, bukan hanya waktu luang atau setengah hati.
4. “Supaya Jangan Menjadi Beban” – Motif Paulus
Paulus menjelaskan alasannya: “supaya jangan menjadi beban bagi siapa pun juga di antara kamu.” Kata “beban” (epibareo) berarti tidak ingin menjadi tanggungan finansial.
John Stott menekankan bahwa ini adalah bagian dari strategi misi Paulus. Ia sadar bahwa jika ia menerima dukungan dari jemaat muda di Tesalonika, lawan-lawan Injil akan menuduh bahwa ia mencari keuntungan. Maka, demi kesaksian Injil, ia melepaskan haknya.
Dalam 1 Korintus 9:14, Paulus sendiri mengakui bahwa Tuhan menetapkan agar mereka yang memberitakan Injil mendapat nafkah dari Injil. Namun di Tesalonika, Paulus menahan diri untuk tidak menuntut hak itu. Mengapa? Karena ia lebih mengutamakan Injil daripada hak pribadinya.
Ini adalah prinsip penting dalam teologi Reformed: kemerdekaan Kristen berarti rela melepaskan hak demi kasih. Paulus bebas menuntut dukungan, tetapi ia rela melepaskannya agar Injil tidak dipersalahkan.
5. “Memberitakan Injil Allah” – Fokus Paulus
Akhir ayat ini menegaskan tujuan dari semua jerih payah: “kami memberitakan Injil Allah kepada kamu.”
Paulus tidak bekerja keras untuk membangun reputasi atau kekayaan, melainkan untuk Injil Allah. Ia tahu bahwa Injil bukan miliknya, tetapi berasal dari Allah. Karena itu, ia harus menjaga kemurnian Injil itu dari segala tuduhan.
Calvin menyebut ini sebagai “sifat kerasulan yang sejati”—yaitu mengarahkan semua usaha kepada kemuliaan Allah. Pelayanan bukan tentang pelayan, tetapi tentang Kristus yang diberitakan.
Aplikasi Bagi Gereja Masa Kini
Setelah menelusuri teks ini, mari kita lihat beberapa prinsip penting bagi gereja dan orang percaya masa kini.
1. Pelayanan Sejati Bukan untuk Keuntungan Pribadi
Banyak orang di zaman ini mencurigai gereja atau hamba Tuhan mencari uang. Firman ini menegaskan bahwa Injil tidak boleh diperdagangkan. Seorang pelayan Kristus harus dikenal karena integritas, bukan karena keserakahan.
2. Kerja Keras Adalah Bagian dari Panggilan Kristen
Dalam dunia yang sering mencari jalan pintas, Paulus mengingatkan bahwa pelayanan membutuhkan usaha, jerih lelah, dan disiplin. Tidak ada pelayanan sejati tanpa pengorbanan.
3. Mengutamakan Injil di Atas Hak Pribadi
Kadang kita harus melepaskan hak yang sah demi kemajuan Injil. Seperti Paulus, kita pun dipanggil untuk rela berkorban demi menjaga kesaksian Kristus.
4. Integritas Adalah Kunci Kesaksian
Pelayanan tanpa integritas akan runtuh. Jemaat dan dunia melihat lebih banyak kepada kehidupan kita daripada kata-kata kita. Karena itu, pelayan Kristus harus hidup transparan, jujur, dan rendah hati.
5. Totalitas dalam Pelayanan
“Siang dan malam” menantang kita untuk memberi yang terbaik bagi Kristus. Pelayanan bukan sampingan, melainkan pusat hidup kita.
Penutup
Saudara-saudara, 1 Tesalonika 2:9 adalah cermin pelayanan Paulus yang penuh kasih dan integritas. Ia bekerja keras, siang dan malam, bukan untuk dirinya, melainkan agar Injil diberitakan tanpa cela.
Dalam dunia yang menilai segala sesuatu dengan uang, kenyamanan, dan popularitas, teladan Paulus menegur kita:
-
Apakah kita rela berjerih lelah demi Injil?
-
Apakah kita menempatkan Kristus di atas hak pribadi kita?
-
Apakah hidup kita mencerminkan integritas Injil?
Kiranya Roh Kudus menolong kita untuk mengikuti teladan Paulus, yang pada akhirnya mengikuti Kristus, Sang Gembala yang baik, yang telah memberikan hidup-Nya bagi kita.