Balsam Perjanjian Diterapkan pada Luka Berdarah Orang Kudus yang Menderita

Balsam Perjanjian Diterapkan pada Luka Berdarah Orang Kudus yang Menderita

Pendahuluan

Tema penderitaan orang kudus merupakan salah satu persoalan teologis dan pastoral yang paling mendalam dalam kehidupan Kristen. Sejak gereja mula-mula, umat Allah menghadapi aniaya, kesulitan, dan berbagai penderitaan yang sering menimbulkan pertanyaan: Bagaimana janji Allah dalam perjanjian dapat menghibur umat-Nya di tengah luka yang berdarah?

Dalam Alkitab, Allah menegaskan diri-Nya sebagai Allah perjanjian yang setia, yang tidak meninggalkan umat-Nya. Melalui karya Kristus, perjanjian itu dimeteraikan dengan darah yang kekal (Ibrani 13:20). Di dalam konteks ini, janji-janji perjanjian bertindak sebagai “balsam rohani” yang diterapkan pada luka terdalam orang kudus. Seperti seorang tabib surgawi, Allah sendiri menghibur umat-Nya dengan firman-Nya, Roh-Nya, dan janji setia-Nya.

Tulisan ini akan menguraikan secara sistematis pengertian balsam perjanjian, luka orang kudus yang menderita, serta bagaimana teologi Reformed menafsirkan dan mengaplikasikan penghiburan Allah melalui perjanjian kekal-Nya.

I. Fondasi Biblika: Allah sebagai Tabib Perjanjian

1. Gambaran Balsam dalam Kitab Suci

Dalam PL, “balsam Gilead” (Yeremia 8:22) digunakan sebagai metafora untuk penyembuhan. Nabi Yeremia bertanya: “Adakah balsam di Gilead? Adakah tabib di sana?” Pertanyaan retoris ini menggambarkan keadaan umat yang sakit karena dosa dan penderitaan, serta kebutuhan akan penyembuhan ilahi.

PB menegaskan bahwa penyembuhan ini digenapi dalam Kristus. Ia sendiri menanggung penderitaan umat (Yesaya 53:4-5), dan melalui luka-luka-Nya kita disembuhkan. Maka, Kristus adalah balsam perjanjian yang sejati, diberikan kepada orang percaya yang luka oleh dosa dan penderitaan.

2. Perjanjian sebagai Sumber Penghiburan

Kitab Ibrani 8–10 menekankan bahwa Kristus adalah Pengantara perjanjian yang lebih baik. Janji-janji perjanjian ini bukan hanya menyangkut keselamatan eskatologis, tetapi juga penghiburan dalam penderitaan sekarang. Allah berjanji: “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau” (Ibrani 13:5).

Dalam penderitaan, janji ini menjadi balsam yang menenangkan luka orang percaya.

II. Luka Berdarah Orang Kudus: Realitas Penderitaan Kristen

1. Penderitaan karena Dosa dan Kerapuhan Dunia

Orang percaya tidak kebal dari penderitaan. Seperti yang dikatakan Paulus dalam Roma 8:22-23, seluruh ciptaan mengeluh dalam kesakitan karena kerusakan dosa. Luka orang kudus dapat berupa sakit penyakit, kehilangan, pengkhianatan, maupun kekecewaan hidup.

2. Penderitaan karena Iman

Yesus menubuatkan bahwa pengikut-Nya akan dianiaya (Yohanes 15:20). Sejarah gereja menunjukkan bahwa penderitaan adalah bagian integral dari kehidupan Kristen. Luka orang kudus sering berdarah karena kesetiaan mereka kepada Kristus di dunia yang membenci Injil.

3. Penderitaan sebagai Disiplin Allah

Ibrani 12:6 mengajarkan bahwa Allah mendisiplin orang yang dikasihi-Nya. Disiplin ini bukan penghukuman, melainkan koreksi penuh kasih untuk mendewasakan iman. Luka yang dialami sering menjadi sarana pembentukan rohani.

III. Teologi Reformed tentang Balsam Perjanjian

1. John Calvin: Janji sebagai Obat Jiwa

Calvin menegaskan bahwa janji-janji perjanjian adalah obat bagi jiwa yang terluka. Dalam komentarnya atas Mazmur, ia sering menekankan bahwa orang kudus menemukan penghiburan dalam kesetiaan Allah. Bagi Calvin, iman adalah tangan yang meraih balsam ilahi:

“Ketika kita percaya janji Allah, kita seakan menerima obat yang menyembuhkan luka hati kita.”

2. John Owen: Perjanjian dan Komuni dengan Kristus

Owen menekankan bahwa perjanjian baru memberi umat Allah persekutuan dengan Kristus. Ia menulis dalam Communion with God bahwa Kristus menerapkan janji-janji perjanjian secara pribadi melalui Roh Kudus. Luka orang percaya dipulihkan karena mereka bersatu dengan Kristus yang menderita.

Balsam perjanjian, menurut Owen, adalah realitas objektif (janji Allah) yang diterapkan secara subjektif (oleh Roh Kudus) ke hati orang percaya.

3. Jonathan Edwards: Sukacita dalam Janji Kekal

Edwards menyoroti bahwa penderitaan orang kudus dapat dilihat dalam terang kekekalan. Janji perjanjian bukan hanya untuk sekarang, tetapi juga untuk kebahagiaan kekal. Dalam The End for Which God Created the World, ia menegaskan bahwa Allah dimuliakan dalam memuaskan umat-Nya dengan diri-Nya sendiri.

Bagi Edwards, balsam perjanjian adalah sukacita dalam Allah, bahkan di tengah penderitaan terdalam.

4. Herman Bavinck: Kesetiaan Allah dalam Sejarah

Bavinck menekankan dimensi historis perjanjian. Allah setia dalam seluruh sejarah penebusan, dan umat-Nya boleh yakin bahwa janji-Nya berlaku di setiap zaman. Dalam penderitaan, orang percaya menemukan penghiburan dalam fakta bahwa Allah yang sama yang menolong Israel adalah Allah yang menopang gereja.

5. Charles Hodge: Providensi dan Janji

Hodge menekankan bahwa providensi Allah berjalan selaras dengan janji perjanjian. Tidak ada penderitaan yang terlepas dari kontrol Allah. Luka orang kudus, betapapun menyakitkan, selalu berada dalam lingkup kasih dan janji Allah.

IV. Dimensi Kristologis: Kristus sebagai Balsam Perjanjian

1. Kristus yang Terluka untuk Menyembuhkan

Yesaya 53:5: “Oleh bilur-bilur-Nya kita menjadi sembuh.” Luka Kristus adalah sumber penyembuhan luka orang kudus. Ia adalah Imam Besar yang turut merasakan kelemahan kita (Ibrani 4:15).

2. Darah Perjanjian

Kristus berkata dalam Perjamuan Kudus: “Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku” (Lukas 22:20). Darah Kristus menjadi meterai janji Allah. Balsam perjanjian yang diterapkan kepada orang percaya adalah realitas bahwa mereka telah ditebus dengan darah yang mahal.

3. Roh Kudus sebagai Penghibur

Roh Kudus menerapkan janji-janji perjanjian ke hati orang percaya (Yohanes 14:16-17). Dialah yang menghibur, menguatkan, dan menyembuhkan luka rohani orang kudus di tengah penderitaan.

V. Aplikasi Pastoral: Bagaimana Balsam Perjanjian Diterapkan

1. Melalui Firman

Firman Allah adalah saluran utama di mana janji perjanjian diterapkan. Mazmur berulang kali menunjukkan bagaimana firman menjadi penghiburan bagi jiwa yang menderita (Mazmur 119:50).

2. Melalui Sakramen

Sakramen Perjamuan Kudus adalah pengingat konkret bahwa darah perjanjian dicurahkan untuk kita. Bagi orang percaya yang terluka, sakramen menjadi balsam rohani yang menguatkan iman.

3. Melalui Doa

Doa adalah saluran di mana orang percaya menuangkan luka mereka kepada Allah dan menerima penghiburan janji-Nya. Doa bukan hanya permintaan, tetapi persekutuan penyembuhan dengan Allah.

4. Melalui Komunitas Iman

Tubuh Kristus dipanggil untuk saling menanggung beban (Gal. 6:2). Gereja adalah wadah di mana balsam perjanjian dibagikan secara komunal, melalui penghiburan, pengajaran, dan pelayanan kasih.

VI. Kontras dengan Pandangan Dunia

  1. Stoikisme: menekankan ketabahan tanpa emosi, namun gagal memberi penghiburan sejati.

  2. Hedonisme: mencari pelarian melalui kesenangan, namun meninggalkan luka semakin dalam.

  3. Humanisme sekuler: mengandalkan kekuatan diri, padahal luka terdalam manusia adalah spiritual.

Teologi Reformed menegaskan bahwa hanya balsam perjanjian Allah yang dapat menyembuhkan luka terdalam orang percaya.

VII. Perspektif Eskatologis: Luka yang Akan Disembuhkan Sepenuhnya

Wahyu 21:4 menubuatkan: “Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita.”

Penghiburan terbesar bagi orang kudus adalah kepastian bahwa suatu hari, luka mereka tidak hanya diredakan, tetapi disembuhkan sepenuhnya. Balsam perjanjian menemukan penggenapan finalnya dalam langit baru dan bumi baru.

Kesimpulan

Konsep “balsam perjanjian” menggambarkan bagaimana Allah yang setia menerapkan janji-janji-Nya kepada umat-Nya yang menderita. Luka orang kudus nyata dan sering berdarah, namun balsam perjanjian menyembuhkan melalui:

  1. Kristus yang terluka bagi umat-Nya.

  2. Roh Kudus yang menerapkan janji ke hati orang percaya.

  3. Firman, sakramen, doa, dan komunitas iman.

Dalam perspektif Reformed, penderitaan orang kudus bukan akhir, tetapi sarana pembentukan iman yang lebih dalam. Balsam perjanjian memberi penghiburan sekarang dan pengharapan kekal. Dengan demikian, orang percaya dapat berkata bersama Paulus: “Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita” (Roma 8:18).

Next Post Previous Post