Kasih Karunia dan Kemuliaan

Pendahuluan
Saudara-saudari yang terkasih di dalam Kristus, pada hari ini kita akan merenungkan sebuah tema agung yang menjadi inti dari iman Kristen, yaitu Grace and Glory (Kasih Karunia dan Kemuliaan). Tema ini bukan sekadar konsep teologis yang abstrak, melainkan realitas hidup yang menyentuh dasar keselamatan kita dan tujuan akhir keberadaan kita. Sebagaimana tertulis dalam Mazmur 84:11, "Sebab Tuhan Allah adalah matahari dan perisai; kasih karunia dan kemuliaan Ia berikan, Ia tidak menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela." Ayat ini menyatukan dua hal besar: kasih karunia yang menopang kehidupan kita di dunia, dan kemuliaan yang menjadi tujuan akhir kita dalam kekekalan.
Banyak teolog Reformed seperti John Calvin, Jonathan Edwards, dan Herman Bavinck menekankan bahwa seluruh jalan keselamatan manusia dimulai dengan kasih karunia Allah dan berakhir dalam kemuliaan Allah. Kasih karunia adalah permulaan, kemuliaan adalah akhir. Atau seperti yang sering diringkas: grace is glory begun, and glory is grace consummated (kasih karunia adalah kemuliaan yang dimulai, dan kemuliaan adalah kasih karunia yang disempurnakan).
I. Kasih Karunia: Dasar dan Sumber Keselamatan
1. Definisi Kasih Karunia
Dalam teologi Reformed, kasih karunia dipahami sebagai anugerah Allah yang tidak layak kita terima, yang diberikan kepada manusia berdosa. Louis Berkhof menyebut kasih karunia sebagai favor Dei gratuitus, yakni kebaikan Allah yang cuma-cuma, diberikan bukan karena jasa, melainkan karena kerelaan-Nya yang berdaulat. Calvin menegaskan bahwa kasih karunia adalah tangan Allah yang merendahkan manusia agar berhenti mengandalkan diri, dan meninggikan Allah sebagai satu-satunya sumber keselamatan.
2. Kasih Karunia yang Menyelamatkan
Efesus 2:8-9 dengan jelas berkata: “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.” Keselamatan adalah murni karya kasih karunia. Bavinck menekankan bahwa kasih karunia bukan sekadar bantuan tambahan bagi manusia, tetapi kekuatan ilahi yang mengubah hati, membangkitkan dari kematian rohani, dan menuntun pada kehidupan baru.
3. Kasih Karunia yang Memelihara
Kasih karunia tidak hanya menyelamatkan, tetapi juga memelihara. Seperti yang ditulis Paulus dalam 1 Korintus 15:10, “Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang.” Hidup kekristenan bukanlah usaha manusia mempertahankan keselamatan dengan kekuatannya sendiri, melainkan kasih karunia yang terus menopang kita setiap hari.
II. Kemuliaan: Tujuan Akhir Orang Percaya
1. Pengertian Kemuliaan
Kemuliaan dalam Alkitab memiliki dua dimensi: (1) kemuliaan Allah yang tak terbatas, kekudusan dan keagungan-Nya; (2) kemuliaan yang dianugerahkan kepada umat tebusan, yakni partisipasi dalam hidup kekal bersama Kristus. Roma 8:30 berkata: “Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.” Inilah tujuan akhir dari ordo salutis: dimuliakan bersama Kristus.
2. Kemuliaan sebagai Warisan
Yesus Kristus berdoa dalam Yohanes 17:24, “Bapa, Aku mau, supaya di manapun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku.” Tujuan akhir keselamatan bukan sekadar bebas dari hukuman, tetapi masuk dalam persekutuan mulia dengan Kristus. Jonathan Edwards menyebut hal ini sebagai the beatific vision — kebahagiaan tertinggi ketika manusia melihat kemuliaan Allah dan dipuaskan olehnya.
3. Kemuliaan yang Mengubahkan
Dalam 2 Korintus 3:18 kita membaca: “Kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak terselubung. Dan karena kemuliaan itu datang dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar.” Kemuliaan bukan hanya tujuan akhir, tetapi juga proses yang sedang berlangsung. Kita ditransformasi dari hari ke hari, hingga akhirnya mencapai puncak pada kebangkitan.
III. Hubungan Antara Kasih Karunia dan Kemuliaan
1. Kasih Karunia sebagai Jalan Menuju Kemuliaan
Kebanyakan teolog Reformed melihat bahwa kasih karunia dan kemuliaan tidak dapat dipisahkan. Calvin menulis dalam Institutes: “Kasih karunia adalah benih kemuliaan; apa yang sekarang tumbuh dalam kasih karunia akan berbuah penuh dalam kemuliaan.” Dengan kata lain, apa yang dimulai Allah dalam kasih karunia-Nya pasti akan Ia genapi dalam kemuliaan.
2. Kemuliaan sebagai Puncak Kasih Karunia
Herman Bavinck menekankan bahwa kemuliaan bukanlah sesuatu yang dicapai manusia sebagai upah, tetapi sebagai puncak kasih karunia. Segala sesuatu yang dimulai dari kasih karunia harus juga berakhir dengan kasih karunia. Tidak ada ruang bagi kesombongan manusia.
3. Keterjaminan Janji
Roma 8:18 berkata: “Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.” Janji ini memberikan kepastian bahwa setiap orang yang hidup dalam kasih karunia akan sampai kepada kemuliaan.
IV. Implikasi Praktis bagi Hidup Orang Percaya
1. Kerendahan Hati
Menyadari bahwa keselamatan berasal dari kasih karunia menuntun kita untuk hidup dalam kerendahan hati. Tidak ada yang dapat kita banggakan di hadapan Allah. Segala sesuatu adalah pemberian.
2. Ketekunan dalam Penderitaan
Pemahaman akan kemuliaan yang akan datang memberi kita kekuatan untuk bertahan dalam penderitaan. Paulus sendiri berkata dalam 2 Korintus 4:17, “Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya.”
3. Hidup Kudus
Kasih karunia bukan alasan untuk hidup sembarangan. Sebaliknya, kasih karunia mendorong kita hidup dalam kekudusan, karena kita dipanggil untuk mencerminkan kemuliaan Allah.
4. Pengharapan yang Pasti
Setiap orang percaya dapat memiliki pengharapan yang pasti. Tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah dalam Kristus. Kasih karunia yang memulai perjalanan iman kita akan menuntun kita sampai pada kemuliaan.
Kesimpulan
Saudara-saudari, Grace and Glory bukanlah dua hal yang terpisah, melainkan dua sisi dari satu rencana keselamatan Allah. Kasih karunia adalah permulaan, kemuliaan adalah tujuan akhir. Allah yang telah memanggil kita oleh kasih karunia-Nya akan membawa kita masuk ke dalam kemuliaan-Nya. Seperti kata Mazmur 84:11, Tuhan memberikan kasih karunia dan kemuliaan, dan tidak menahan kebaikan dari orang yang hidup dalam persekutuan dengan-Nya.
Kiranya kebenaran ini menguatkan iman kita, merendahkan hati kita, menghibur kita dalam penderitaan, dan menyalakan pengharapan akan kemuliaan yang kekal di dalam Kristus Yesus. Amin.