Kekudusan: Hakikat, Hambatan, Kesulitan, dan Akar

Kekudusan: Hakikat, Hambatan, Kesulitan, dan Akar

Pendahuluan

Kekudusan adalah salah satu tema paling mendasar dalam Alkitab dan kehidupan Kristen. Alkitab menegaskan bahwa Allah itu kudus (Yesaya 6:3; 1 Petrus 1:16), dan karena itu umat-Nya dipanggil untuk hidup kudus. Kekudusan bukanlah pilihan tambahan, melainkan inti dari panggilan kita sebagai orang percaya. Rasul Petrus menegaskan, “Kuduslah kamu, sebab Aku kudus” (1 Petrus 1:16).

John Charles Ryle, seorang teolog dan uskup Anglikan yang banyak dipengaruhi oleh pemikiran Reformed, menulis sebuah karya klasik berjudul Holiness: Its Nature, Hindrances, Difficulties, and Roots. Buku ini menolong gereja melihat kembali pentingnya kekudusan bukan hanya sebagai doktrin, tetapi sebagai realitas hidup sehari-hari.

Hari ini kita akan menggali eksposisi firman Tuhan mengenai kekudusan dengan empat pokok besar:

  1. Hakikat Kekudusan (Its Nature)

  2. Hambatan Kekudusan (Its Hindrances)

  3. Kesulitan Kekudusan (Its Difficulties)

  4. Akar Kekudusan (Its Roots)

Mari kita memohon pertolongan Roh Kudus agar kebenaran firman ini bukan hanya kita mengerti, melainkan juga kita hidupi.

1. Hakikat Kekudusan (Its Nature)

a. Kekudusan adalah pemisahan diri bagi Allah

Secara alkitabiah, kata kudus berarti dipisahkan atau dikhususkan. Kekudusan bukan pertama-tama tentang moralitas atau kesalehan manusia, melainkan tentang identitas baru kita di dalam Kristus. Ketika Allah memilih Israel, Ia memisahkan mereka dari bangsa-bangsa lain untuk menjadi milik-Nya (Imamat 20:26). Demikian pula, orang percaya adalah umat yang dikuduskan di dalam Kristus (1 Korintus 1:2).

John Calvin menulis dalam Institutes: “Kekudusan tidak lain adalah hidup yang dipersembahkan sepenuhnya kepada Allah, di mana seluruh aspek kehidupan diarahkan kepada kemuliaan-Nya.” Jadi, hakikat kekudusan bukan sekadar menjauhi dosa, melainkan hidup bagi Allah.

b. Kekudusan adalah transformasi batiniah

Kekudusan bukanlah kepura-puraan lahiriah, melainkan pembaruan hati. Rasul Paulus menegaskan, “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu” (Roma 12:2). Kekudusan adalah karya Roh Kudus yang mengubah keinginan, motivasi, dan tindakan kita agar selaras dengan kehendak Allah.

Jonathan Edwards menekankan bahwa kekudusan adalah keindahan utama dari semua sifat Allah. Maka, ketika kita hidup kudus, kita sedang mencerminkan keindahan karakter Allah di dunia.

c. Kekudusan adalah buah keselamatan

Kekudusan bukan syarat untuk diselamatkan, tetapi bukti dari keselamatan. Martin Luther berkata, “Kita dibenarkan oleh iman saja, tetapi iman yang membenarkan tidak pernah sendirian.” Dengan kata lain, iman yang sejati pasti menghasilkan buah kekudusan.

Kekudusan adalah tanda kehidupan baru. Seorang yang lahir baru tidak lagi hidup bagi dosa, tetapi bagi Kristus. Inilah mengapa Ibrani 12:14 dengan tegas mengatakan: “tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan.” Kekudusan adalah bukti bahwa kita sungguh memiliki bagian dalam anugerah Allah

2. Hambatan Kekudusan (Its Hindrances)

Meski kekudusan begitu penting, realitanya banyak hambatan yang membuat orang percaya gagal hidup dalam kekudusan.

a. Dosa yang masih tinggal

Rasul Paulus menggambarkan adanya peperangan batin antara daging dan roh (Galatia 5:17). Dosa masih tinggal dalam natur lama kita, meski kuasanya telah dipatahkan oleh Kristus. Thomas Watson, seorang Puritan, berkata: “Meski dosa asal telah dipaku di kayu salib, namun ia masih bernapas.” Inilah yang membuat kita sering bergumul untuk hidup kudus.

b. Dunia yang menekan

Dunia menawarkan kenikmatan sementara, kekuasaan, dan kemuliaan palsu yang seringkali menarik hati kita. Yakobus memperingatkan bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah (Yakobus 4:4). Banyak orang Kristen kehilangan kekudusan karena kompromi dengan nilai-nilai dunia.

c. Tipuan Iblis

Iblis digambarkan sebagai singa yang mengaum mencari mangsa (1 Petrus 5:8). Ia menipu umat Allah dengan dosa yang tampak indah, seolah-olah tidak berbahaya. John Owen memperingatkan: “Dosa selalu berusaha membunuh. Jika kita tidak membunuh dosa, dosa akan membunuh kita.”

d. Kelemahan rohani

Kurangnya doa, pengabaian firman Tuhan, dan ketidaktaatan pada disiplin rohani membuat kekudusan sulit bertumbuh. Seperti tubuh jasmani butuh makanan, demikian juga jiwa kita membutuhkan firman dan doa. Tanpa keduanya, kita menjadi lemah dan mudah jatuh dalam dosa.

3. Kesulitan Kekudusan (Its Difficulties)

Mengapa kekudusan begitu sulit dikejar? Mari kita lihat beberapa alasannya.

a. Kekudusan menuntut perjuangan

Ibrani 12:14 berkata, “kejarlah kekudusan.” Kata kejar berarti usaha sungguh-sungguh, bahkan perjuangan yang melelahkan. Kekudusan bukan hasil instan, tetapi proses panjang sepanjang hidup. Paulus menggambarkan hidup Kristen sebagai perlombaan iman (1 Korintus 9:24-27). Itu artinya kekudusan memerlukan disiplin, pengorbanan, dan ketekunan.

b. Kekudusan bertentangan dengan natur manusia

Sejak kejatuhan, natur manusia cenderung mencintai dosa. Kekudusan menuntut kita menyangkal diri, mematikan hawa nafsu, dan menyalibkan keinginan daging (Kolose 3:5). Tindakan ini terasa menyakitkan, karena kita melawan diri kita sendiri. John Owen berkata: “Mematikan dosa adalah pekerjaan tanpa henti sepanjang hidup; tidak ada liburan dari peperangan ini.”

c. Kekudusan tidak populer

Di tengah dunia yang memuja kebebasan dan relativisme, hidup kudus sering dianggap aneh atau ketinggalan zaman. Orang Kristen yang menjaga kekudusan sering ditolak, dihina, bahkan dianiaya. Namun Yesus sendiri sudah mengingatkan bahwa dunia akan membenci kita sebagaimana ia membenci Dia (Yohanes 15:18-19).

d. Kekudusan mengungkapkan kelemahan kita

Ketika kita mengejar kekudusan, kita semakin menyadari betapa dalamnya dosa yang masih tinggal dalam hati. Paulus, meski seorang rasul besar, berkata: “Aku manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?” (Roma 7:24). Kesadaran ini bisa membuat orang putus asa jika tidak berpaut pada anugerah Kristus.

4. Akar Kekudusan (Its Roots)

Jika kekudusan begitu sulit, dari manakah sumber atau akar kekudusan kita?

a. Kekudusan berakar pada karya Kristus

Kristus bukan hanya menebus kita dari hukuman dosa, tetapi juga dari kuasanya. Melalui kematian dan kebangkitan-Nya, kita menerima identitas baru sebagai orang yang mati terhadap dosa dan hidup bagi Allah (Roma 6:11). Kekudusan sejati hanya mungkin karena persatuan kita dengan Kristus.

Calvin menegaskan: “Segala berkat keselamatan, termasuk pengudusan, berasal dari persekutuan kita dengan Kristus.” Artinya, tanpa Kristus kita tidak memiliki sumber kekudusan.

b. Kekudusan berakar pada karya Roh Kudus

Roh Kudus adalah agen utama pengudusan. Dialah yang memperbaharui hati, menginsafkan dosa, dan memampukan kita taat. Galatia 5:22-23 menegaskan bahwa buah Roh adalah dasar kekudusan. John Owen menyebut Roh Kudus sebagai “penyuci jiwa”. Tanpa Roh Kudus, segala usaha kekudusan hanya akan menjadi moralitas kosong.

c. Kekudusan berakar pada firman Allah

Yesus berdoa: “Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran” (Yohanes 17:17). Firman Allah adalah alat utama untuk menumbuhkan kekudusan. Ketika firman mengisi pikiran dan hati kita, kita dimampukan untuk menolak dosa dan hidup benar.

d. Kekudusan berakar pada doa

Doa adalah nafas rohani yang menjaga kekudusan kita. Tanpa doa, kita mudah jatuh dalam pencobaan (Matius 26:41). Doa memelihara kerendahan hati, ketergantungan kepada Allah, dan kekuatan untuk melawan dosa. Seperti kata Robert Murray M’Cheyne: “Seorang Kristen yang paling kudus adalah seorang Kristen yang paling banyak berdoa.”

Aplikasi Praktis

  1. Periksa diri kita: Apakah hidup kita menunjukkan buah kekudusan? Apakah ada dosa tersembunyi yang harus kita akui dan matikan?

  2. Jangan kompromi dengan dosa: Sekecil apapun dosa, jika dibiarkan, akan menghancurkan kekudusan kita.

  3. Hiduplah dalam firman dan doa: Tanpa disiplin rohani, kekudusan tidak mungkin bertumbuh.

  4. Berpeganglah pada Kristus: Dialah sumber kekudusan kita. Jangan pernah berusaha hidup kudus dengan kekuatan sendiri.

  5. Ingat tujuan akhir: Kekudusan adalah persiapan untuk melihat Allah muka dengan muka (Wahyu 22:4).

Penutup

Kekudusan bukanlah pilihan, melainkan panggilan mutlak bagi setiap orang percaya. Memang ada hambatan, kesulitan, dan perjuangan, tetapi akar kekudusan kita teguh: Kristus yang telah menebus kita, Roh Kudus yang menyucikan kita, firman yang menguduskan kita, dan doa yang menguatkan kita.

Kiranya kita sungguh-sungguh mengejar kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan. Amin.

Next Post Previous Post