Kewibawaan Pelayanan Firman: Titus 2:15
Pendahuluan
Surat Paulus kepada Titus merupakan salah satu surat pastoral yang menekankan pentingnya pengajaran sehat (sound doctrine) dan kehidupan kudus yang sesuai dengan Injil. Dalam pasal 2, Paulus menguraikan berbagai nasihat praktis bagi jemaat Kristen—baik tua maupun muda, laki-laki maupun perempuan, bahkan para hamba—tentang bagaimana mereka harus hidup sebagai umat Allah.
Ayat 15 menutup seluruh bagian Titus 2 dengan sebuah perintah kuat kepada Titus:
“Beritakanlah semuanya itu, nasihatilah dan yakinkanlah orang dengan segala kewibawaan. Janganlah ada orang yang menganggap engkau rendah.” (Titus 2:15, LAI TB).
Ayat ini menyoroti otoritas pelayanan pemberitaan Injil. Bagi teologi Reformed, teks ini sangat penting karena menegaskan panggilan gembala dan pengajar gereja untuk menyampaikan firman Allah dengan wibawa, sekaligus mengingatkan jemaat untuk tunduk pada otoritas firman itu.
John Calvin menyebut ayat ini sebagai penegasan mengenai "martabat pelayanan firman" yang tidak boleh digoyahkan oleh manusia. Bagi Calvin, bukan pribadi hamba Tuhan yang mulia, melainkan firman Allah yang diberitakan melalui mereka.
Latar Belakang Historis dan Literer
Surat Titus ditulis Paulus kepada murid dan rekan sepelayanannya, Titus, yang sedang melayani di Kreta. Pulau ini terkenal dengan budaya yang korup dan reputasi moral yang buruk (lih. Titus 1:12). Tugas Titus adalah menata jemaat, mengangkat penatua, dan memastikan ajaran sehat ditegakkan.
Pasal 2 berisi instruksi praktis tentang bagaimana setiap kelompok dalam jemaat harus berperilaku, selaras dengan Injil yang mereka imani. Paulus menekankan bahwa anugerah Allah telah menyelamatkan mereka dan mendidik mereka untuk hidup saleh (Titus 2:11–14).
Ayat 15 muncul sebagai penutup yang menegaskan tanggung jawab Titus: ia harus menyampaikan semua instruksi ini dengan otoritas apostolik. Dalam konteks pastoral, ayat ini memberi landasan kuat bagi pelayanan firman dalam gereja sepanjang masa.
Analisis Eksegetis Titus 2:15
Teks Yunani berbunyi:
Ταῦτα λάλει καὶ παρακάλει καὶ ἔλεγχε μετὰ πάσης ἐπιταγῆς· μηδείς σου περιφρονείτω.
Terjemahan literal:
“Semua ini bicarakanlah, nasihatilah, dan tegurlah dengan segala kewibawaan; jangan seorang pun menganggap engkau rendah.”
1. Ταῦτα λάλει (Tauta lalei) – “Beritakanlah semuanya itu”
Kata kerja lalei (berbicara, memberitakan) dalam bentuk imperatif menunjukkan perintah berkelanjutan. Yang dimaksud “semuanya itu” adalah seluruh ajaran yang baru saja disampaikan dalam pasal 2, termasuk panggilan hidup kudus dan anugerah keselamatan dalam Kristus (ay. 11–14).
Calvin menekankan bahwa seorang hamba Tuhan tidak boleh diam atau selektif dalam memberitakan, tetapi harus menyampaikan seluruh kebenaran firman Allah.
2. καὶ παρακάλει (kai parakalei) – “Nasihatilah”
Kata parakalei berarti menghibur, mendorong, atau menguatkan. Dimensi pastoral terlihat di sini: pemberitaan bukan hanya menginformasikan, tetapi juga menasihati dan membangun iman jemaat.
Hendriksen menegaskan bahwa pengajaran Kristen tidak hanya bersifat akademis, tetapi harus praktis dan mengubah kehidupan.
3. καὶ ἔλεγχε (kai elegche) – “Yakinkanlah / Tegurlah”
Kata elegche berarti menegur, mengoreksi, atau menunjukkan kesalahan. Ini mengandung aspek disiplin rohani dalam penggembalaan. Gereja dipanggil bukan hanya untuk mengajar, tetapi juga meluruskan ketika jemaat jatuh dalam dosa atau kesalahan ajaran.
Dalam kerangka Reformed, teguran adalah wujud kasih yang sejati, karena Allah memakai firman-Nya untuk mendidik dan mengoreksi umat-Nya.
4. μετὰ πάσης ἐπιταγῆς (meta pases epitagēs) – “Dengan segala kewibawaan”
Kata epitagē berarti perintah atau otoritas. Artinya, Titus harus melakukan semua itu dengan otoritas penuh yang berasal dari Allah.
Menurut Calvin, otoritas ini tidak bersandar pada Titus sebagai pribadi, melainkan pada firman Allah yang ia sampaikan. Oleh sebab itu, pelayanan firman harus dilakukan dengan keyakinan penuh, bukan dengan keraguan atau kompromi.
5. μηδείς σου περιφρονείτω (medeis sou periphroneito) – “Jangan seorang pun menganggap engkau rendah”
Kata periphroneito berarti meremehkan atau menganggap sepele. Paulus memberi dorongan agar Titus tidak kehilangan keberanian atau dibiarkan diremehkan.
Matthew Henry menafsirkan bahwa seorang hamba Tuhan tidak boleh membiarkan otoritas Injil dipermalukan. Tugas gembala adalah berdiri teguh, meskipun ditolak atau diremehkan.
Perspektif Teologi Reformed
1. Martabat Pelayanan Firman
Tradisi Reformed menekankan bahwa pelayanan firman adalah sarana utama Allah memelihara gereja-Nya. Mazmur 2:15 menegaskan bahwa pemberitaan firman harus dilakukan dengan otoritas ilahi.
Calvin menulis: “Tugas pengkhotbah bukanlah menyampaikan kata-kata manusia, melainkan orakel Allah; karena itu, kata-kata mereka harus dihormati dengan penuh kesungguhan.” Dengan demikian, pelayanan firman memiliki martabat yang tidak bergantung pada kepribadian hamba Tuhan, tetapi pada firman itu sendiri.
2. Kewibawaan yang Berasal dari Firman
Dalam teologi Reformed, otoritas tertinggi ada pada Alkitab. Karena itu, kewibawaan Titus (dan setiap hamba Tuhan) bukan berasal dari dirinya, tetapi dari firman yang diberitakannya.
Bavinck menegaskan bahwa firman Allah adalah norma tertinggi bagi iman dan kehidupan. Maka, tugas Titus adalah menyampaikan firman itu dengan berani, tanpa takut pada opini manusia.
3. Dimensi Gembalaan: Nasihat dan Teguran
Reformed menekankan keseimbangan antara kasih karunia dan kebenaran. Pelayanan firman harus mengandung parakaleo (dorongan, penghiburan) sekaligus elegcho (teguran, koreksi).
Sproul menjelaskan bahwa Injil selalu bersifat ganda: memberi penghiburan bagi yang bertobat, tetapi juga menjadi teguran keras bagi yang menolak. Seorang gembala yang setia harus melakukan keduanya.
4. Keberanian dalam Menghadapi Penolakan
Mazmur 2:15 juga mengingatkan realitas bahwa hamba Tuhan sering diremehkan atau ditolak. Namun, Paulus menegaskan: “Jangan seorang pun menganggap engkau rendah.”
Van Til melihat hal ini sebagai bagian dari antitesis: dunia yang berdosa akan selalu menolak otoritas firman Allah. Tetapi gereja dipanggil untuk tetap teguh dalam keberanian iman, karena firman Allah adalah kebenaran mutlak.
Implikasi Teologis dan Praktis
-
Otoritas Firman dalam Gereja
Gereja Reformed meyakini Sola Scriptura. Titus 2:15 meneguhkan bahwa otoritas pemberitaan firman adalah sentral dalam kehidupan gereja. Setiap pengajar dipanggil untuk menyampaikan firman dengan penuh keyakinan. -
Peran Gembala dan Pengkhotbah
Ayat ini menegaskan pentingnya keberanian pastoral. Seorang gembala harus mengajar, menasihati, dan menegur, meskipun tidak populer. Kewibawaan pelayanan berasal dari Allah, bukan dari dukungan manusia. -
Nasihat dan Teguran sebagai Sarana Kasih Karunia
Dalam konteks pastoral, nasihat dan teguran bukanlah tanda otoritarianisme, melainkan sarana kasih Allah untuk menumbuhkan jemaat. Gereja harus melihat disiplin rohani sebagai anugerah, bukan hukuman semata. -
Menghadapi Penolakan dengan Teguh
Hamba Tuhan tidak boleh takut diremehkan. Dunia memang cenderung mengabaikan otoritas firman, tetapi tugas gembala adalah tetap setia, karena yang mereka wakili adalah kebenaran Allah. -
Panggilan bagi Jemaat
Jemaat dipanggil untuk menghormati dan menerima pemberitaan firman, bukan meremehkan hamba Tuhan. Dengan demikian, firman dapat bekerja efektif membangun kehidupan rohani.
Kesimpulan
Titus 2:15 menegaskan panggilan fundamental bagi setiap pelayan firman: memberitakan, menasihati, dan menegur dengan segala kewibawaan yang berasal dari firman Allah. Dalam perspektif Reformed, ayat ini menyingkapkan martabat pelayanan firman, otoritas Alkitab, keseimbangan kasih dan kebenaran, serta keberanian yang dibutuhkan dalam menghadapi penolakan dunia.
Bagi gereja masa kini, pesan ini tetap relevan. Gereja membutuhkan pemberitaan firman yang murni, disampaikan dengan kewibawaan, dan diterima dengan kerendahan hati. Seperti ditegaskan oleh Calvin, martabat pelayanan firman bukan terletak pada manusia, tetapi pada Allah yang berbicara melalui firman-Nya.