Khotbah Kristus: Anak Allah dan Pewaris Segala Bangsa (Mazmur 2:7-8)
“Aku mau menceritakan tentang ketetapan TUHAN; Ia berkata kepadaku: ‘Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini. Mintalah kepada-Ku, maka bangsa-bangsa akan Kuberikan kepadamu menjadi milik pusakamu, dan ujung bumi menjadi kepunyaanmu.’” (Mazmur 2:7-8)
Pendahuluan
Mazmur 2 merupakan salah satu mazmur yang paling sering dikutip dalam Perjanjian Baru dan dipahami secara mesianik. Tema utama mazmur ini adalah penetapan Allah atas Mesias sebagai Raja yang berdaulat atas segala bangsa. Ayat 7-8 menjadi pusat teologis, di mana Allah sendiri menyatakan: “Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini” dan menjanjikan pewarisan bangsa-bangsa kepada-Nya.
Mazmur ini bukan sekadar nubuat untuk konteks Israel, tetapi menyingkapkan rencana penebusan Allah yang kekal, di mana Kristus dinyatakan sebagai Anak Allah yang berotoritas penuh dan pewaris segala bangsa.
Dalam khotbah ini, kita akan menelaah teks ini secara eksposisional berdasarkan tafsiran para pakar teologi Reformed, lalu menarik implikasi praktis bagi gereja dan orang percaya di masa kini.
I. Kristus Sebagai Anak Allah
1. Dimensi Teologis
Ungkapan “Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini” telah menjadi bahan perdebatan panjang. Para penafsir Reformed seperti John Calvin menekankan bahwa “melahirkan” di sini bukan berarti Kristus diciptakan, melainkan menunjuk kepada relasi kekal antara Bapa dan Anak. Kristus adalah Anak Allah secara esensial, bukan secara adopsi.
Calvin menulis:
“Kita tidak boleh berpikir bahwa Kristus menjadi Anak hanya pada saat tertentu; melainkan ayat ini menyingkapkan pengakuan publik dari status-Nya yang kekal, yang sejak semula sudah dimiliki-Nya.”
Artinya, pengakuan “Anak Allah” adalah deklarasi yang menegaskan otoritas dan kedudukan Kristus sebagai Raja yang sah.
2. Dimensi Kristologis
Di Perjanjian Baru, ayat ini dikutip beberapa kali. Misalnya, dalam Kisah Para Rasul 13:33, Paulus mengutip Mazmur 2:7 untuk menjelaskan kebangkitan Kristus. Kebangkitan menjadi momen deklarasi publik bahwa Yesus sungguh Anak Allah (bdk. Roma 1:4).
Herman Bavinck menekankan bahwa kebangkitan bukanlah permulaan keilahian Kristus, melainkan peneguhan bahwa Yesus yang mati di salib sungguh adalah Anak Allah yang hidup, Raja yang berkuasa.
Dengan demikian, Mazmur 2:7 menunjuk kepada Kristus yang sejak kekekalan adalah Anak Allah, namun dalam sejarah keselamatan, Ia dinyatakan secara nyata melalui kebangkitan-Nya.
3. Dimensi Eskatologis
Anthony Hoekema menekankan bahwa Mazmur 2 juga mengandung unsur eskatologis. Kristus sebagai Anak Allah bukan hanya ditetapkan dalam sejarah, tetapi akan dinyatakan dalam kepenuhan pada akhir zaman ketika segala bangsa tunduk di bawah-Nya.
Hal ini sesuai dengan Filipi 2:10-11, bahwa pada akhirnya “dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit, di bumi, dan di bawah bumi.”
II. Kristus Sebagai Pewaris Segala Bangsa
1. Janji Pewarisan
Ayat 8 berkata: “Mintalah kepada-Ku, maka bangsa-bangsa akan Kuberikan kepadamu menjadi milik pusakamu, dan ujung bumi menjadi kepunyaanmu.”
Matthew Henry menafsirkan bahwa janji ini tidak hanya berlaku bagi Daud, tetapi digenapi secara penuh dalam diri Kristus. Dialah yang mewarisi bangsa-bangsa, bukan sekadar wilayah geografis, tetapi seluruh umat manusia dari berbagai bangsa dan bahasa.
Warisan Kristus bukan terbatas, melainkan universal. Bavinck menyebut ini sebagai “katolisitas Injil”—keselamatan Allah meluas kepada seluruh bangsa, bukan hanya Israel.
2. Bangsa-Bangsa Sebagai Milik Kristus
John Owen menekankan bahwa bangsa-bangsa diberikan kepada Kristus bukan melalui paksaan militer, tetapi melalui karya penebusan-Nya. Salib dan kebangkitan menjadi dasar pewarisan itu.
Yesaya 53:11-12 menubuatkan bahwa setelah penderitaan-Nya, Kristus akan memperoleh banyak orang sebagai bagian-Nya. Artinya, pewarisan bangsa-bangsa adalah buah dari karya penebusan.
Kristus tidak hanya berhak atas bangsa-bangsa, tetapi Ia juga mengklaim mereka sebagai milik pusaka-Nya. Gereja dari segala bangsa menjadi realisasi janji ini.
3. Dimensi Misi
Para teolog Reformed melihat Mazmur 2:8 sebagai dasar misi global. Janji “ujung bumi menjadi kepunyaanmu” menunjuk kepada Amanat Agung (Matius 28:18-20).
David Bosch menyatakan:
“Misi bukanlah inisiatif gereja, melainkan partisipasi dalam misi Allah yang telah menetapkan Kristus sebagai pewaris segala bangsa.”
Maka, setiap gerakan penginjilan adalah wujud dari janji Allah dalam Mazmur 2. Bangsa-bangsa akan menjadi milik Kristus melalui pemberitaan Injil.
III. Relevansi Mazmur 2:7-8 Bagi Gereja Masa Kini
1. Keyakinan dalam Kristus yang Berdaulat
Mazmur 2 diawali dengan pertanyaan: “Mengapakah rusuh bangsa-bangsa, mengapakah suku-suku bangsa mereka-reka perkara yang sia-sia?” (ay. 1). Dunia penuh dengan perlawanan terhadap Kristus, tetapi Allah sudah menetapkan Anak-Nya sebagai Raja.
Gereja dipanggil untuk hidup dalam keyakinan, bukan ketakutan. Semua kekuatan dunia tidak akan bisa menggagalkan rencana Allah. Kuyper dengan tegas berkata: “Tidak ada satu inci pun di seluruh alam semesta ini yang Kristus tidak berteriak: Itu milik-Ku!”
2. Dorongan untuk Misi
Janji pewarisan bangsa-bangsa mendorong gereja untuk taat kepada Amanat Agung. Gereja tidak boleh eksklusif, melainkan terbuka untuk semua bangsa.
Misi bukan sekadar pilihan, melainkan konsekuensi dari penetapan Allah atas Kristus sebagai pewaris bangsa-bangsa. Dengan memberitakan Injil, gereja sedang menggenapi janji Mazmur 2.
3. Penghiburan dalam Penderitaan
Seperti Kristus memperoleh bangsa-bangsa melalui salib, demikian pula gereja sering dipanggil untuk menderita dalam pelayanan misi. Namun penderitaan bukan akhir, melainkan jalan menuju kemenangan.
Mazmur 2 mengingatkan bahwa di balik penderitaan, ada kepastian warisan. Hal ini menghibur gereja yang mengalami penganiayaan. Kristus yang bangkit dan berdaulat akan menegakkan kerajaan-Nya sampai ke ujung bumi.
IV. Aplikasi Praktis
-
Bagi Pemimpin Gereja
Mazmur 2 meneguhkan bahwa otoritas gereja bersumber dari Kristus yang berdaulat. Seorang pemimpin tidak boleh membangun kerajaan sendiri, tetapi harus tunduk pada Raja yang sejati. -
Bagi Jemaat
Jemaat dipanggil untuk menyadari identitas mereka sebagai umat kepunyaan Kristus. Hidup kita bukan milik kita, tetapi milik Sang Raja. Oleh sebab itu, ketaatan dan kekudusan adalah respons yang wajar. -
Bagi Panggilan Misi
Setiap orang percaya dipanggil untuk terlibat, baik melalui doa, dukungan, maupun pergi sendiri, dalam memberitakan Injil ke segala bangsa. Karena Kristus berhak atas semua bangsa, kita tidak boleh tinggal diam. -
Bagi Kehidupan Sehari-hari
Dalam dunia yang tampak kacau, orang percaya dapat hidup dengan damai karena mengetahui bahwa Kristus memegang kendali. Ia bukan hanya Raja atas bangsa-bangsa, tetapi juga Raja atas kehidupan pribadi kita.
Kesimpulan
Mazmur 2:7-8 menyatakan kebenaran mendalam bahwa Kristus adalah Anak Allah yang kekal dan pewaris segala bangsa. Melalui kebangkitan-Nya, status itu dinyatakan secara penuh, dan melalui misi gereja, bangsa-bangsa diklaim menjadi milik-Nya.
Teologi Reformed menegaskan bahwa semua ini adalah bagian dari rencana Allah yang kekal—Kristus ditetapkan sebagai Raja, dan gereja dipanggil untuk hidup dalam keyakinan, ketaatan, dan misi.
Marilah kita, sebagai umat Allah, dengan rendah hati tunduk pada Sang Raja, mengabarkan Injil ke segala bangsa, dan menantikan hari ketika seluruh dunia mengakui: “Yesus Kristus adalah Tuhan!”