Khotbah: Pelayan Kristus yang Tidak Bercela (Titus 1:6-7)

Teks Firman Tuhan:
"Yaitu seorang yang tak bercacat, suami dari satu isteri, yang anak-anaknya hidup beriman dan tidak dapat dituduh karena hidup tidak senonoh atau hidup tidak tertib. Sebab sebagai pengatur rumah Allah seorang penilik jemaat harus tidak bercacat, tidak angkuh, bukan pemberang, bukan peminum, bukan pemarah, tidak serakah akan keuntungan yang keji." (Titus 1:6-7)
Pendahuluan
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,
Salah satu persoalan besar dalam gereja sepanjang sejarah adalah persoalan kepemimpinan rohani. Gereja Allah di dunia ini bukan hanya membutuhkan pengajaran yang benar, melainkan juga pemimpin yang hidupnya kudus dan tidak bercela. Banyak kali pelayanan Injil menjadi terhambat bukan karena kekurangan strategi atau metode, melainkan karena kegagalan moral pemimpin-pemimpinnya.
Rasul Paulus sangat menyadari hal ini. Itu sebabnya dalam suratnya kepada Titus, ia menekankan kriteria bagi seorang penilik jemaat atau gembala sidang. Syarat-syarat itu bukan pertama-tama tentang kemampuan intelektual atau karunia kepemimpinan, melainkan tentang karakter rohani yang tidak bercela.
Dalam Titus 1:6-7, Paulus menegaskan bahwa seorang pelayan Kristus harus memiliki reputasi yang baik, hidup keluarga yang sehat, dan karakter pribadi yang kudus. Hal ini sejalan dengan pandangan teologi Reformed yang selalu menekankan bahwa pelayanan sejati lahir dari integritas hati dan kesalehan hidup, bukan sekadar kefasihan mulut atau keberhasilan organisatoris.
Khotbah ini akan membahas secara mendalam tentang panggilan seorang pelayan Kristus untuk hidup tidak bercela, dengan melihat eksposisi teks, pandangan para teolog Reformed, serta penerapannya bagi gereja masa kini.
Eksposisi Teks Titus 1:6-7
1. "Seorang yang tak bercacat" (Titus 1:6a)
Istilah Yunani anegklētos berarti "tidak dapat dituduh," "tanpa cela," atau "tidak terbuka bagi tuduhan yang sah." Bukan berarti sempurna tanpa dosa, tetapi memiliki integritas hidup yang membuat tuduhan terhadapnya tidak dapat berdiri.
John Calvin menekankan bahwa "tak bercacat" berarti seorang pelayan harus hidup sedemikian rupa sehingga kehidupannya tidak menjadi batu sandungan bagi Injil. Calvin berkata:
"Seorang gembala harus memiliki reputasi yang bersih, agar ajaran yang keluar dari mulutnya tidak ditolak karena kesalahannya sendiri."
(Commentary on Titus)
2. "Suami dari satu isteri" (Titus 1:6b)
Frasa ini menekankan kesetiaan perkawinan. Dalam dunia Yunani-Romawi, poligami dan perselingkuhan cukup lazim, bahkan dianggap biasa. Namun Paulus menekankan bahwa pelayan Kristus harus memberi teladan dalam kesetiaan pernikahan.
Matthew Henry menafsirkan:
"Seorang pelayan harus mengasihi istrinya seperti Kristus mengasihi jemaat. Kesetiaan dalam rumah tangga adalah cerminan dari kesetiaan kepada Kristus."
3. "Anak-anaknya hidup beriman" (Titus 1:6c)
Keluarga seorang gembala adalah gambaran kecil dari gereja. Jika ia gagal memimpin keluarganya, bagaimana mungkin ia memimpin jemaat Allah? (bdk. 1 Timotius 3:5).
Charles Hodge menekankan bahwa syarat ini bukan menuntut anak-anak sempurna tanpa dosa, melainkan agar mereka hidup dalam ketertiban dan iman, sehingga tidak mempermalukan pelayanan orang tua mereka.
4. "Tidak dapat dituduh karena hidup tidak senonoh atau hidup tidak tertib" (Titus 1:6d)
Kehidupan keluarga dan anak-anak harus mencerminkan kesalehan, bukan pemberontakan. Jika anak-anak liar, pelayanan sang ayah akan kehilangan otoritas moral.
5. "Sebab sebagai pengatur rumah Allah seorang penilik jemaat harus tidak bercacat" (Titus 1:7a)
Di sini Paulus mengulang syarat utama: tidak bercela. Kata "pengatur rumah Allah" menunjukkan bahwa gereja adalah keluarga Allah, dan seorang gembala berfungsi sebagai pengurus atau steward. Ia bukan pemilik, melainkan hamba yang dipercayakan untuk mengatur rumah tangga Allah.
John Stott berkata:
"Pelayan Kristus bukanlah pemilik gereja, melainkan pengurus rumah Allah. Karena itu, ia harus menjaga hidupnya dengan kesetiaan penuh."
6. "Tidak angkuh, bukan pemberang, bukan peminum, bukan pemarah, tidak serakah" (Titus 1:7b)
Paulus menyebutkan lima larangan khusus:
-
Tidak angkuh: menolak kesombongan, karena kesombongan menghancurkan pelayanan.
-
Bukan pemberang: bukan orang yang mudah tersulut amarah.
-
Bukan peminum: tidak dikuasai oleh kesenangan duniawi.
-
Bukan pemarah: tidak kasar atau suka bertengkar.
-
Tidak serakah: tidak mencari keuntungan keji dari pelayanan.
Semua ini menunjukkan bahwa pelayan Kristus harus memiliki penguasaan diri, kerendahan hati, dan motivasi murni.
Pandangan Teologi Reformed
1. John Calvin
Calvin menegaskan bahwa syarat bagi penatua bukanlah sekadar "kehebatan khotbah," melainkan "kebajikan moral." Ia berkata:
"Ketaatan kepada Kristus harus nyata dalam kehidupan sehari-hari seorang gembala. Mereka yang tidak mampu mengatur rumah tangga sendiri tidak layak mengatur rumah Allah."
2. Herman Bavinck
Bavinck dalam Gereja dan Dogmatika menekankan bahwa gereja adalah "keluarga Allah," dan seorang pelayan harus menjadi teladan dalam rumah tangganya. Ia menulis:
"Kehidupan rumah tangga seorang gembala adalah cerminan dari Injil yang ia khotbahkan. Tanpa integritas itu, kata-katanya kehilangan kuasa."
3. Charles Hodge
Hodge mengingatkan bahwa kriteria moral seorang pelayan lebih penting daripada bakat atau popularitas. Ia berkata:
"Gereja dapat bertahan tanpa orator hebat, tetapi tidak dapat bertahan dengan pemimpin yang gagal secara moral."
4. John Owen
Owen menekankan bahwa pelayanan Injil adalah panggilan suci yang menuntut kesucian hidup:
"Tidak ada yang lebih merusak gereja selain pemimpin yang mengaku melayani Kristus tetapi hidupnya dipenuhi dosa."
Implikasi Praktis bagi Gereja
1. Pentingnya Karakter di atas Karunia
Gereja masa kini sering lebih terpesona oleh kharisma, kemampuan komunikasi, atau strategi modern. Namun Alkitab menekankan bahwa yang terpenting adalah karakter. Seorang pelayan mungkin berbakat, tetapi tanpa integritas, pelayanannya tidak akan bertahan.
2. Teladan dalam Keluarga
Pelayanan sejati dimulai dari rumah. Jika seorang pelayan gagal mengasihi istrinya atau mendidik anak-anaknya, ia tidak layak memimpin gereja. Keluarga adalah ladang pelayanan pertama.
3. Menolak Keserakahan
Banyak pemimpin rohani jatuh karena cinta uang. Paulus memperingatkan bahwa seorang gembala tidak boleh serakah, melainkan puas dalam Kristus.
4. Gereja sebagai Saksi Dunia
Kehidupan gembala mencerminkan Injil yang ia bawa. Jika ia hidup bercela, dunia akan menghina Injil. Tetapi jika ia hidup kudus, Injil akan dipermuliakan.
Aplikasi Pribadi
-
Bagi Hamba Tuhan:
-
Periksa hati setiap hari, apakah motivasi pelayanan murni demi Kristus atau ada kepentingan pribadi.
-
Pelihara kesetiaan dalam rumah tangga.
-
Berjuang hidup tidak bercela di hadapan jemaat maupun di hadapan Allah.
-
-
Bagi Jemaat:
-
Doakan pemimpin-pemimpin gereja agar mereka hidup kudus.
-
Jangan menuntut pemimpin hanya dari segi kharisma, tetapi perhatikan karakter rohaninya.
-
Belajar meneladani hidup kudus mereka.
-
-
Bagi Gereja Secara Umum:
-
Seleksi pemimpin harus berdasarkan kriteria Alkitabiah, bukan sekadar kemampuan organisasi.
-
Tegakkan disiplin gereja bila ada pemimpin yang hidup bercela.
-
Dorong pemimpin untuk hidup dalam kesalehan.
-
Teladan Kristus, Gembala Agung
Akhirnya, semua syarat seorang pelayan sejati menunjuk kepada Kristus, Gembala Agung. Ia adalah teladan utama:
-
Tidak bercela: hidup-Nya tanpa dosa.
-
Setia: Kristus adalah Mempelai yang setia kepada gereja-Nya.
-
Mengasihi: Ia memberikan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya.
-
Tidak serakah: Ia miskin supaya kita menjadi kaya dalam anugerah.
Kristuslah standar tertinggi dari setiap gembala. Maka, seorang pelayan Kristus dipanggil untuk meneladani Dia.
Penutup
Saudara-saudara, Titus 1:6-7 mengingatkan kita bahwa seorang pelayan Kristus harus tidak bercela, setia dalam rumah tangganya, dan kudus dalam karakternya. Gereja Allah membutuhkan pemimpin-pemimpin yang hidupnya selaras dengan Injil, bukan yang hidupnya menjadi batu sandungan.
Marilah kita berdoa agar Tuhan membangkitkan gembala-gembala yang hidup kudus, rendah hati, dan berintegritas. Dan kiranya setiap kita, baik hamba Tuhan maupun jemaat, terus meneladani Kristus, Gembala Agung yang hidup-Nya tidak bercela.
Amin.