Kisah Para Rasul 6:2-3 Pelayanan yang Seimbang: Firman, Doa, dan Diakonia

Kisah Para Rasul 6:2-3 Pelayanan yang Seimbang: Firman, Doa, dan Diakonia

“Berhubung itu kedua belas rasul itu memanggil semua murid berkumpul dan berkata: ‘Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan Firman Allah untuk melayani meja. Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu.” (Kisah Para Rasul 6:2-3)

Pendahuluan

Kisah Para Rasul 6:2-3 mencatat salah satu titik penting dalam sejarah gereja mula-mula. Pada saat itu, gereja sedang berkembang pesat—jumlah murid bertambah, Injil diberitakan dengan kuasa, dan kasih karunia Allah nyata. Tetapi, pertumbuhan itu juga membawa tantangan baru: terjadi perselisihan karena pelayanan sosial (diakonia) yang dianggap tidak adil.

Para rasul menyadari, bila mereka mengurus semua hal praktis itu sendiri, maka pelayanan utama mereka—yaitu doa dan pemberitaan firman—akan terbengkalai. Karena itu, mereka mengajukan solusi: memilih tujuh orang yang penuh Roh Kudus dan hikmat untuk melayani meja, sementara para rasul fokus pada firman dan doa.

Di sini kita belajar prinsip penting bagi kehidupan gereja sepanjang masa: pelayanan gereja harus seimbang antara pelayanan firman, doa, dan diakonia.

Hari ini kita akan merenungkan tiga pokok besar:

  1. Prioritas utama gereja: Firman dan doa.

  2. Panggilan diakonia: melayani dengan Roh dan hikmat.

  3. Keseimbangan pelayanan: tubuh Kristus bertumbuh dalam kasih.

I. Prioritas Utama Gereja: Firman dan Doa

1. Rasul tidak meremehkan pelayanan meja

Ketika para rasul berkata, “Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan firman Allah untuk melayani meja,” bukan berarti mereka menganggap diakonia rendah.

  • Rasul sadar: melayani meja adalah pelayanan penting. Tetapi itu bukan panggilan utama mereka.

  • Allah memberi mandat khusus kepada rasul: memberitakan Injil, mengajar firman, dan memimpin gereja dalam doa.

John Calvin menjelaskan:

“Rasul tidak menolak pelayanan kasih, tetapi menegaskan bahwa pelayanan firman adalah pusat kehidupan gereja. Bila firman ditinggalkan, maka semua pelayanan lain akan kehilangan arah.”

2. Firman dan doa adalah inti pertumbuhan gereja

Dalam Kisah Para Rasul, selalu ditekankan: firman diberitakan, doa dipanjatkan, dan Roh Kudus bekerja.

  • Kisah 2:42 → “Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan.”

  • Firman memberi arah, doa memberi kekuatan. Tanpa keduanya, gereja akan mati secara rohani.

Martyn Lloyd-Jones menulis:

“Tanda gereja sejati bukanlah pertama-tama organisasi yang rapi atau aktivitas sosial yang hebat, melainkan apakah firman diberitakan dengan setia dan doa menjadi nafas hidup jemaat.”

3. Aplikasi

  • Gereja modern sering tergoda untuk lebih menekankan program sosial, pembangunan fisik, atau kegiatan budaya, sementara firman dan doa diabaikan.

  • Kita perlu kembali pada prinsip gereja mula-mula: inti gereja adalah firman dan doa.

II. Panggilan Diakonia: Melayani dengan Roh dan Hikmat

1. Pelayanan meja adalah pelayanan yang mulia

Para rasul berkata: “Pilihlah tujuh orang...” Ini bukan keputusan asal-asalan. Mereka menekankan kriteria rohani yang tinggi:

  • “Terkenal baik” → reputasi yang teruji.

  • “Penuh Roh Kudus” → dipimpin oleh Roh dalam hidupnya.

  • “Penuh hikmat” → memiliki kebijaksanaan dalam mengambil keputusan.

William Hendriksen berkata:

“Para diaken pertama dipilih bukan hanya karena kemampuan administratif, melainkan terutama karena kualitas rohani. Pelayanan sosial pun adalah pelayanan rohani.”

2. Pelayanan diakonia lahir dari kasih Kristus

Yesus sendiri berkata dalam Markus 10:45: “Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani.”

  • Gereja dipanggil untuk mencerminkan kasih Kristus dengan melayani kebutuhan jemaat.

  • Pelayanan meja adalah cerminan Injil yang nyata.

Herman Bavinck menulis:

“Kasih adalah buah dari iman. Iman sejati yang berakar dalam firman akan selalu menghasilkan pelayanan kasih kepada sesama.”

3. Aplikasi

  • Pelayanan sosial dalam gereja bukan sekadar “program amal,” tetapi manifestasi dari kasih Kristus.

  • Mereka yang melayani harus dipenuhi Roh Kudus dan hikmat, bukan hanya keterampilan teknis.

III. Keseimbangan Pelayanan: Tubuh Kristus Bertumbuh dalam Kasih

1. Firman, doa, dan diakonia saling melengkapi

Jika gereja hanya menekankan firman tanpa diakonia, maka kasih akan terasa hampa. Tetapi jika hanya menekankan diakonia tanpa firman, pelayanan akan kehilangan arah rohani.

  • Firman dan doa adalah fondasi.

  • Diakonia adalah buah nyata dari firman.

R.C. Sproul menegaskan:

“Gereja yang setia kepada Kristus harus menyeimbangkan kebenaran dan kasih, firman dan pelayanan. Kedua hal ini tidak boleh dipisahkan.”

2. Hasilnya: pertumbuhan gereja sejati

Perhatikan Kisah Para Rasul 6:7 setelah perikop ini: “Firman Allah makin tersebar, jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak, dan sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya.”

  • Artinya, ketika gereja mengatur pelayanan dengan seimbang, Injil bertumbuh dengan kuat.

  • Gereja yang sehat adalah gereja yang firman dan kasihnya sama-sama nyata.

3. Aplikasi

  • Gereja lokal kita harus selalu menyeimbangkan prioritas ini. Jangan berat sebelah.

  • Para pelayan firman harus fokus pada doa dan pengajaran. Para diaken harus melayani dengan kasih dan hikmat.

  • Semua anggota jemaat harus mendukung kedua pelayanan ini dengan doa, persembahan, dan partisipasi aktif.

Kesimpulan

Kisah Para Rasul 6:2-3 mengajarkan prinsip penting bagi gereja sepanjang zaman:

  1. Firman dan doa adalah prioritas utama gereja. Tanpa firman dan doa, gereja kehilangan nyawanya.

  2. Diakonia adalah pelayanan rohani yang mulia. Itu harus dijalankan oleh orang yang penuh Roh dan hikmat.

  3. Keseimbangan antara firman, doa, dan kasih menghasilkan pertumbuhan gereja.

Kiranya kita semua belajar dari gereja mula-mula untuk setia menjaga keseimbangan pelayanan ini. Biarlah firman diberitakan dengan setia, doa menjadi nafas kita, dan kasih Kristus nyata dalam pelayanan sosial.

Soli Deo Gloria.

Next Post Previous Post