Markus 1:35-37 Doa Sang Mesias dan Prioritas Pelayanan

“Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana. Tetapi Simon dan kawan-kawannya menyusul Dia; ketika menemukan Dia mereka berkata: ‘Semua orang mencari Engkau.’” (Markus 1:35-37)
Pendahuluan
Injil Markus memperlihatkan Yesus sebagai Hamba Allah yang penuh kuasa dan penuh belas kasihan. Di pasal pertama ini, Yesus sudah memperlihatkan otoritas-Nya: Ia mengajar dengan kuasa (ay. 22), mengusir roh jahat (ay. 25), menyembuhkan banyak orang sakit (ay. 34). Popularitas-Nya dengan cepat menyebar. Orang banyak datang berbondong-bondong mencari Dia.
Namun di tengah kesibukan pelayanan dan popularitas itu, Markus 1:35 mencatat satu adegan penting: Yesus bangun pagi-pagi benar, mencari tempat sunyi, dan berdoa. Adegan ini sederhana, tetapi sarat makna. Ayat ini mengajarkan kepada kita tentang kehidupan doa Kristus, prioritas pelayanan, dan relasi yang intim antara Anak dengan Bapa.
Hari ini kita akan menelaah tiga kebenaran besar dari teks ini:
-
Doa Kristus: teladan kerendahan hati dan ketergantungan pada Allah.
-
Tempat sunyi: pentingnya keheningan dan pemisahan diri dalam doa.
-
Pelayanan yang berorientasi pada misi, bukan popularitas.
I. Doa Kristus: Teladan Kerendahan Hati dan Ketergantungan pada Allah
1. Yesus yang ilahi tetap berdoa
Pertanyaan sering muncul: jika Yesus adalah Anak Allah, mengapa Ia masih perlu berdoa?
Calvin menjawab:
“Kristus berdoa bukan karena Ia kekurangan kuasa ilahi, tetapi untuk menunjukkan kepada kita, sebagai manusia sejati, bagaimana hidup bergantung penuh kepada Allah.”
Doa Kristus menunjukkan realitas inkarnasi: Ia sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia. Sebagai manusia sejati, Ia taat, rendah hati, dan bergantung pada Bapa.
2. Doa sebagai pusat pelayanan
Yesus memulai hari-Nya bukan dengan kegiatan, melainkan dengan doa. Dalam seluruh Injil, kita melihat pola ini:
-
Sebelum memilih murid (Lukas 6:12), Yesus berdoa semalam-malaman.
-
Sebelum penyaliban, Ia berdoa di Getsemani (Markus 14:32-39).
-
Doa menjadi kekuatan dalam setiap momen penting.
Martyn Lloyd-Jones menegaskan:
“Pelayanan Kristus lahir dari doa. Doa bukan tambahan, tetapi inti dari seluruh kehidupan-Nya.”
3. Aplikasi bagi kita
-
Jika Kristus yang sempurna saja berdoa, apalagi kita yang penuh kelemahan.
-
Doa harus menjadi prioritas, bukan sisa waktu.
-
Gereja yang besar di mata Allah bukan pertama-tama karena programnya, tetapi karena doa umatnya.
II. Tempat Sunyi: Pentingnya Keheningan dan Pemisahan Diri dalam Doa
1. Yesus mencari tempat sunyi
Markus menekankan bahwa Yesus mencari tempat yang “sunyi” (erÄ“mos dalam bahasa Yunani, berarti padang gurun atau tempat terasing).
-
Di tengah keramaian dan popularitas, Yesus memilih kesendirian bersama Bapa.
-
Ia mengajarkan pentingnya keheningan rohani, jauh dari distraksi.
R.C. Sproul berkata:
“Doa yang sejati menuntut kita keluar dari hiruk-pikuk dunia, masuk ke hadirat Allah, dan berdiam di hadapan-Nya.”
2. Keheningan sebagai sarana mendengar suara Allah
Dalam dunia modern yang penuh kebisingan, keheningan rohani semakin sulit. Kita dikelilingi oleh notifikasi, berita, dan kesibukan. Namun, firman Allah mengajarkan:
-
Mazmur 46:11 → “Diamlah dan ketahuilah bahwa Akulah Allah!”
-
Yesaya 30:15 → “Dalam bertobat dan tinggal diam terletak keselamatanmu.”
3. Aplikasi praktis
-
Sediakan waktu khusus setiap hari untuk berdoa, jauh dari gangguan.
-
Doa bukan sekadar permintaan, tetapi juga persekutuan sunyi dengan Allah.
-
Gereja perlu kembali menekankan disiplin rohani: doa pribadi, doa keluarga, doa jemaat.
III. Pelayanan yang Berorientasi pada Misi, Bukan Popularitas
1. Orang banyak mencari Yesus
Markus 1:37 mencatat: “Semua orang mencari Engkau.”
-
Popularitas Yesus sangat besar karena mukjizat penyembuhan dan pengusiran setan.
-
Namun Yesus tidak terjebak pada popularitas itu. Ia tidak membangun pelayanan berdasarkan sensasi atau keinginan orang banyak.
2. Prioritas Kristus adalah pemberitaan Injil
Jika kita membaca ayat 38 (lanjutannya), Yesus berkata: “Marilah kita pergi ke tempat lain... supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang.”
Hendriksen menafsirkan:
“Yesus tidak membiarkan agenda-Nya ditentukan oleh orang banyak, melainkan oleh misi yang diberikan Bapa.”
Yesus fokus pada panggilan utama: memberitakan Kerajaan Allah. Mukjizat hanya mendukung, bukan tujuan utama.
3. Aplikasi bagi kita
-
Gereja sering tergoda untuk mengejar popularitas, angka, atau sensasi. Namun misi utama adalah setia memberitakan Injil.
-
Hamba Tuhan dipanggil untuk taat kepada misi Kristus, bukan untuk mencari kepuasan manusia.
-
Hidup Kristen bukan tentang kenyamanan, tetapi tentang kesetiaan pada panggilan Allah.
Kesimpulan
Saudara-saudara, Markus 1:35-37 mengajarkan kepada kita tiga kebenaran besar:
-
Doa Kristus adalah teladan kerendahan hati dan ketergantungan pada Allah. Jika Yesus saja berdoa, kita lebih lagi harus hidup dalam doa.
-
Tempat sunyi menunjukkan pentingnya keheningan rohani. Kita butuh waktu menyendiri dengan Allah, menjauh dari hiruk-pikuk dunia.
-
Pelayanan Kristus berorientasi pada misi, bukan popularitas. Fokus kita bukan kepuasan manusia, melainkan ketaatan pada panggilan Injil.
Kiranya kita belajar meneladani Kristus dalam doa, dalam kesunyian bersama Allah, dan dalam kesetiaan pada misi-Nya. Dengan demikian, hidup kita akan dipenuhi kuasa Roh Kudus, bukan karena kehebatan kita, tetapi karena kuasa Allah yang bekerja melalui kita.
Soli Deo Gloria.