Kisah Para Rasul 6:5-6 Pemilihan dan Peneguhan Pelayan Tuhan

Kisah Para Rasul 6:5-6 Pemilihan dan Peneguhan Pelayan Tuhan

Pendahuluan

Gereja mula-mula adalah gereja yang penuh dengan pertumbuhan, baik dalam jumlah maupun dalam kasih karunia Tuhan. Namun pertumbuhan itu juga menghadirkan tantangan. Dalam Kisah Para Rasul 6, kita membaca bagaimana muncul keluhan dari golongan janda-janda Helenis yang merasa diabaikan dalam pembagian pelayanan sehari-hari.

Para rasul kemudian memutuskan untuk memilih tujuh orang yang penuh Roh Kudus dan hikmat untuk melayani kebutuhan praktis jemaat, sehingga para rasul dapat tetap fokus pada doa dan pelayanan firman. Dari sinilah kita belajar tentang pentingnya pelayanan diakonia, pembagian tugas dalam gereja, dan panggilan Allah bagi para pelayan-Nya.

Mari kita baca Kisah Para Rasul 6:5-6:

“Usul itu diterima baik oleh seluruh jemaat, lalu mereka memilih Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus, dan Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus, seorang penganut agama Yahudi dari Antiokhia. Mereka itu dihadapkan kepada rasul-rasul, lalu rasul-rasul itu berdoa dan meletakkan tangan di atas mereka.”

Melalui teks ini, kita akan mempelajari tiga hal penting:

  1. Pemilihan para pelayan gereja

  2. Kriteria seorang pelayan Tuhan

  3. Peneguhan pelayanan melalui doa dan penumpangan tangan

Eksposisi Ayat

1. “Usul itu diterima baik oleh seluruh jemaat…” (Kisah Para Rasul 6:5a)

Keputusan para rasul bukanlah keputusan sepihak, tetapi disetujui oleh seluruh jemaat. Ini menunjukkan adanya keterlibatan jemaat dalam pemilihan pelayan.

Gereja Reformed menekankan prinsip ini: kepemimpinan rohani berasal dari Kristus sebagai Kepala Gereja, dijalankan melalui para penatua, tetapi jemaat juga turut berperan dalam pemilihan pelayan.

Matthew Henry menulis:

“Meskipun rasul-rasul memiliki otoritas, mereka tetap meminta persetujuan jemaat. Dengan demikian, pelayanan yang dihasilkan bukanlah paksaan, tetapi pelayanan yang didukung seluruh tubuh Kristus.”

2. “...lalu mereka memilih Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus, dan Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus...” (Kisah Para Rasul 6:5b)

Nama-nama yang disebutkan kebanyakan adalah nama Yunani, menunjukkan bahwa jemaat memilih orang-orang dari golongan Helenis untuk memastikan pelayanan adil.

Yang menonjol adalah Stefanus, digambarkan sebagai “seorang yang penuh iman dan Roh Kudus.”

John Calvin menekankan bahwa kriteria utama pelayan gereja bukanlah kecakapan organisasi semata, tetapi kualitas rohani: penuh iman, penuh Roh Kudus, dan hikmat. Pelayanan gereja tidak boleh direduksi menjadi fungsi administratif, melainkan panggilan rohani yang memerlukan kehidupan kudus.

3. “Mereka itu dihadapkan kepada rasul-rasul, lalu rasul-rasul itu berdoa dan meletakkan tangan di atas mereka.” (Kisah Para Rasul 6:6)

Setelah dipilih, para pelayan dihadapkan kepada rasul-rasul untuk diteguhkan melalui doa dan penumpangan tangan.

Ini menunjukkan dua hal penting:

  1. Doa – pelayanan hanya dapat berhasil jika dikerjakan dengan pertolongan Allah.

  2. Penumpangan tangan – simbol pengutusan, pengakuan, dan berkat rohani dari Allah melalui para pemimpin gereja.

Louis Berkhof menulis:

“Penumpangan tangan dalam Perjanjian Baru adalah tanda peneguhan pelayanan. Itu bukan sekadar simbol manusiawi, tetapi sarana anugerah di mana Roh Kudus meneguhkan panggilan dan pengutusan seseorang.”

Telaah Teologis (Perspektif Reformed)

1. Kristus sebagai Kepala Gereja

Teologi Reformed menegaskan bahwa Kristus adalah satu-satunya Kepala Gereja (Efesus 1:22-23). Semua pemilihan dan peneguhan pelayan harus dilakukan dalam ketaatan kepada Kristus.

Institusi gereja bukanlah ciptaan manusia, tetapi rancangan Allah. Karena itu, pelayanan diakonia dan penggembalaan bukanlah sekadar aktivitas sosial, melainkan pelayanan rohani yang berakar dalam kedaulatan Kristus.

2. Prinsip Pemilihan dalam Gereja

Kisah Para Rasul 6 memberi dasar bagi praktik Reformed mengenai pemilihan majelis (penatua dan diaken) dengan keterlibatan jemaat.

  • Jemaat memilih,

  • Para penatua/rasul meneguhkan,

  • Roh Kudus yang memanggil dan memampukan.

Calvin menekankan pentingnya order (tata tertib) dalam gereja. Gereja yang sehat harus memilih pemimpin yang rohani, bukan berdasarkan kekayaan, status sosial, atau kepandaian duniawi.

3. Kriteria Pelayan Gereja

Ayat 5 menekankan: penuh iman, penuh Roh Kudus, penuh hikmat.

Reformed Theology selalu menekankan bahwa jabatan gereja adalah jabatan rohani. Itu sebabnya, syarat pemimpin gereja (1 Timotius 3; Tit. 1) lebih menekankan integritas hidup dan karakter rohani daripada kemampuan teknis.

R. C. Sproul berkata:

“Gereja bukanlah perusahaan. Pemimpin gereja bukan manajer bisnis. Mereka adalah hamba Kristus yang dipanggil untuk melayani dengan kuasa Roh Kudus.”

4. Peneguhan Pelayanan

Penumpangan tangan adalah tanda pengutusan rohani. Dalam pandangan Reformed, ini bukanlah sakramen, tetapi sebuah upacara kudus yang meneguhkan panggilan dan pelayanan seseorang.

Dengan demikian, pelayanan diaken atau penatua bukanlah pekerjaan sukarela belaka, melainkan panggilan kudus yang diteguhkan oleh Allah melalui gereja-Nya.

Aplikasi Praktis

1. Jemaat Harus Aktif dalam Pemilihan Pelayan

Kita dipanggil untuk berdoa, menimbang, dan memilih pelayan berdasarkan kualitas rohani, bukan popularitas atau kepentingan pribadi.

2. Pelayan Gereja Harus Penuh Roh Kudus

Pelayanan tanpa Roh Kudus hanya akan menjadi aktivitas kosong. Setiap pelayan Tuhan harus terus hidup dalam doa, firman, dan kekudusan.

3. Pentingnya Doa dalam Setiap Pelayanan

Sebelum para diaken itu diutus, rasul-rasul berdoa. Ini menunjukkan bahwa keberhasilan pelayanan bergantung sepenuhnya pada kuasa Allah. Gereja modern pun harus kembali menekankan doa sebagai dasar pelayanan.

4. Semua Jabatan Gereja Adalah Panggilan Kudus

Baik pelayanan firman maupun pelayanan meja, keduanya sama-sama penting. Tidak ada pelayanan yang rendah jika dilakukan untuk Kristus.

Kesimpulan

Kisah Para Rasul 6:5-6 menyingkapkan kepada kita pola pelayanan gereja yang sehat:

  • Jemaat terlibat dalam pemilihan,

  • Pelayan dipilih berdasarkan kualitas rohani,

  • Peneguhan dilakukan melalui doa dan penumpangan tangan.

Melalui teks ini kita diajar bahwa pelayanan adalah panggilan kudus dari Kristus, Kepala Gereja. Gereja yang setia adalah gereja yang memilih, meneguhkan, dan melayani dengan tunduk kepada Kristus dan bergantung pada kuasa Roh Kudus.

Kiranya kita sebagai jemaat dan pelayan Tuhan terus menghidupi panggilan ini, sehingga gereja Tuhan bertumbuh dalam kasih karunia dan kebenaran Injil.

Amin.

Next Post Previous Post