Yesaya 53:3 Kristus yang Dihina, Namun Menjadi Juruselamat

Yesaya 53:3 Kristus yang Dihina, Namun Menjadi Juruselamat

Pendahuluan

Dalam Perjanjian Lama, nubuat Yesaya pasal 53 merupakan salah satu teks paling agung dan mendalam yang berbicara mengenai penderitaan Sang Hamba Tuhan. Pasal ini disebut sebagai The Gospel in the Old Testament, karena dengan begitu jelas melukiskan karya penebusan Kristus yang akan datang.

Yesaya 53:3 berkata:

“Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; Ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap Dia dan bagi kita pun Dia tidak masuk hitungan.” (TB)

Ayat ini berbicara tentang penolakan dan penghinaan yang dialami Kristus. Tidak ada kemuliaan duniawi, tidak ada kehormatan yang Ia terima. Sebaliknya, dunia menolak Dia.

Di sinilah kita menemukan paradoks Injil: Kristus yang adalah Raja segala raja, justru datang dalam kerendahan, kesengsaraan, dan penghinaan. Mengapa demikian? Karena melalui jalan penderitaan itulah keselamatan kita dikerjakan.

Hari ini kita akan mempelajari ayat ini melalui tiga bagian:

  1. Kristus yang Dihina dan Ditolak

  2. Kristus sebagai Hamba Penderitaan

  3. Makna Teologis dan Aplikasi bagi Orang Percaya

Eksposisi Ayat

1. “Ia dihina dan dihindari orang”

Kata dihina (Ibrani: bazah) berarti dianggap tidak bernilai, dipandang rendah, atau diremehkan. Kristus tidak dihargai oleh dunia. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang milik-Nya tidak menerima Dia (Yohanes 1:11).

Dunia menolak Kristus karena:

  • Ia tidak datang dengan kemegahan politik, melainkan dengan kelemahlembutan.

  • Ia tidak menawarkan kekuasaan dunia, tetapi salib.

  • Ia tidak memuaskan hawa nafsu manusia, tetapi menuntut pertobatan.

John Calvin dalam komentarnya menulis:

“Nabi menubuatkan bahwa Kristus akan datang tanpa penampilan yang mulia menurut dunia, sehingga banyak orang akan meremehkan Dia. Tetapi justru dalam kehinaan itu kita melihat kemuliaan sejati Allah.”

Kata berikutnya, dihindari, menggambarkan bagaimana orang menjauh dari-Nya, seolah-olah Ia aib bagi mereka. Hal ini digenapi ketika orang banyak berteriak: “Salibkan Dia!” (Lukas 23:21).

2. “Seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan”

Yesus disebut seorang yang penuh kesengsaraan (ish makoboth – “a man of sorrows”). Ini menunjuk kepada identitas-Nya sebagai Hamba yang akrab dengan penderitaan.

Seluruh kehidupan Yesus ditandai dengan penderitaan:

  • Ia lahir di kandang yang hina.

  • Ia hidup miskin, tidak punya tempat untuk meletakkan kepala-Nya (Matius 8:20).

  • Ia mengalami penolakan, kebencian, dan pengkhianatan.

  • Ia akhirnya disalibkan secara memalukan.

C. H. Spurgeon berkata:

“Kristus adalah Man of Sorrows bukan hanya di kayu salib, tetapi sepanjang hidup-Nya. Salib hanyalah puncak dari penderitaan yang telah Ia pikul sejak Ia turun ke dunia.”

Yesus sungguh memahami penderitaan manusia. Ia bukan Juruselamat yang jauh, tetapi yang masuk dalam realitas kesakitan kita.

3. “Ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap Dia”

Ini menggambarkan betapa besar penghinaan yang Ia terima. Orang-orang menutup muka mereka karena tidak tahan melihat penderitaan dan kehinaan Kristus, atau karena menolak mengakui-Nya.

Di kayu salib, banyak orang mengejek-Nya: “Ia menyelamatkan orang lain, tetapi Ia tidak dapat menyelamatkan diri-Nya sendiri!” (Matius 27:42).

Dunia tidak melihat kemuliaan Allah di dalam diri Kristus, melainkan kehinaan. Tetapi justru dalam kelemahan itu, kuasa Allah dinyatakan.

4. “Dan bagi kita pun Dia tidak masuk hitungan”

Yesus dianggap tidak layak diperhitungkan. Ia dipandang seolah-olah tidak ada nilainya.

Namun justru melalui penghinaan itu, Kristus menanggung dosa kita. Paulus berkata: “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.” (2 Korintus 5:21).

Inilah misteri Injil: Kristus yang ditolak, justru menjadi Batu Penjuru keselamatan (Mazmur 118:22; 1 Peter 2:7).

Telaah Teologis Reformed

1. Kristus dan Doktrin Inkarnasi

Yesaya 53:3 menegaskan realitas inkarnasi: Allah menjadi manusia, masuk ke dalam penderitaan kita.

Herman Bavinck menulis:

“Kristus tidak hanya mengambil natur manusia, tetapi juga seluruh realitas penderitaan manusia. Hanya dengan demikian Ia dapat menjadi Penebus sejati.”

Inkarnasi bukan sekadar Allah “menjadi seperti manusia,” tetapi sungguh-sungguh Allah yang turut merasakan penderitaan kita.

2. Kristus sebagai Hamba Penderitaan

Dalam teologi Reformed, Yesaya 53 dipahami sebagai nubuat tentang substitutionary atonement (penebusan pengganti).

  • Kristus menderita bukan karena kesalahan-Nya, melainkan menggantikan kita.

  • Ia dihina agar kita dimuliakan.

  • Ia ditolak agar kita diterima.

John Owen menegaskan:

“Penderitaan Kristus bukan sekadar teladan moral, melainkan karya penebusan yang menggantikan umat pilihan-Nya.”

3. Kristus dan Kehinaan (Humiliation of Christ)

Dalam ordo salutis (urutan keselamatan), Reformed Theology menekankan “humiliation of Christ” – tahap di mana Kristus merendahkan diri-Nya.

  • Dari lahir di kandang, hidup miskin, ditolak, hingga mati di salib.

  • Semua ini adalah bagian dari ketaatan-Nya kepada Bapa demi keselamatan kita.

Louis Berkhof menulis:

“Kehinaan Kristus mencapai puncaknya di salib, tetapi sudah dimulai sejak inkarnasi. Ia rela masuk ke dalam dunia yang hina, agar kita diangkat ke dalam kemuliaan.”

4. Kristus dan Solidaritas dengan Penderita

Karena Kristus adalah Man of Sorrows, Ia bisa bersimpati kepada kita.

Ibrani 4:15 berkata: “Imam Besar kita bukanlah Imam Besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita.”

Itulah sebabnya, orang percaya menemukan penghiburan dalam penderitaan, sebab Kristus memahami dan hadir di tengah kesengsaraan kita.

Sinclair Ferguson menulis:

“Kristus adalah Juruselamat yang bukan hanya memberi solusi atas dosa kita, tetapi juga sahabat yang mengerti air mata kita.”

Aplikasi Praktis

1. Belajar Menghargai Kristus

Yesaya 53:3 menegur kita: sering kali manusia menganggap Kristus tidak bernilai. Dunia mengejar kekayaan, popularitas, dan kenyamanan, tetapi menolak Kristus.

Pertanyaan bagi kita: Apakah kita sungguh menghargai Kristus lebih dari dunia ini? Ataukah kita masih menjadikan-Nya sekadar tambahan?

2. Mengikut Kristus berarti Siap Ditolak

Jika Sang Guru sendiri ditolak, murid-Nya pun akan mengalami hal yang sama (Yohanes 15:18-20). Hidup Kristen sejati tidak lepas dari penghinaan.

Apakah kita rela ditolak oleh dunia demi setia kepada Kristus?

3. Penghiburan bagi yang Menderita

Bagi kita yang sedang mengalami penderitaan, ayat ini menjadi penghiburan: Kristus memahami kita. Ia telah menanggung kesakitan lebih besar daripada yang kita alami.

Spurgeon berkata:

“Tidak ada seorang pun yang dapat berkata: ‘Yesus tidak mengerti penderitaanku.’ Sebab Ia adalah Man of Sorrows, yang telah merasakan semuanya.”

4. Meneladani Kerendahan Hati Kristus

Kristus rela dihina demi kita. Maka kita pun dipanggil untuk hidup rendah hati, tidak mencari kehormatan dunia, melainkan kemuliaan Allah.

Kesimpulan

Yesaya 53:3 adalah gambaran Kristus sebagai Hamba yang menderita:

  • Ia dihina dan ditolak,

  • Ia penuh kesengsaraan dan kesakitan,

  • Ia dianggap tidak berharga,

Namun justru melalui jalan penderitaan itu, Allah mengerjakan keselamatan kita.

Injil adalah kabar bahwa melalui kehinaan Kristus, kita menerima kemuliaan. Melalui penolakan Kristus, kita diterima oleh Allah. Melalui kesengsaraan Kristus, kita mendapat sukacita kekal.

Kiranya kita semakin menghargai Kristus, rela menanggung penolakan demi Dia, dan menemukan penghiburan dalam penderitaan kita, sebab kita memiliki Juruselamat yang mengerti dan menyertai.

Amin.

Next Post Previous Post