Iman, Pengharapan, dan Kasih: Inti Kehidupan Kristen

I. PENDAHULUAN
Hari ini kita akan merenungkan satu warisan teologis yang sangat penting dari Bapa Gereja, Agustinus dari Hippo, yang dikenal dengan karyanya Enchiridion: Being a Treatise on Faith, Hope and Love. Walaupun Agustinus hidup pada abad ke-4, refleksi teologisnya menjadi fondasi bagi banyak pemikiran Reformed di kemudian hari. Reformator seperti Martin Luther, Yohanes Calvin, hingga Jonathan Edwards banyak dipengaruhi oleh teologi Agustinus.
Enchiridion bukanlah buku yang tebal, tetapi sebuah manual rohani yang singkat dan padat, ditulis untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana seseorang dapat hidup dalam iman, pengharapan, dan kasih. Agustinus menekankan bahwa ketiga kebajikan teologis ini adalah inti kehidupan Kristen dan jalan menuju keselamatan di dalam Kristus.
Hari ini kita akan mengkaji gagasan ini secara ekspositori, dengan menyoroti iman, pengharapan, dan kasih—serta bagaimana pandangan Agustinus ini dipahami, ditegaskan, dan bahkan diperdalam dalam tradisi Reformed.
II. DASAR ALKITABIAH: IMAN, PENGHARAPAN, DAN KASIH
1. Iman (Faith)
Iman adalah kepercayaan penuh pada janji Allah yang dinyatakan di dalam Yesus Kristus. Ibrani 11:1 mendefinisikan iman sebagai “dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.”
Bagi Paulus, iman bukanlah sekadar kepercayaan buta, melainkan respons rohani terhadap pewahyuan Allah dalam Injil. Iman adalah instrumen yang dipakai Allah untuk menghubungkan kita dengan Kristus dan karya penebusan-Nya.
Calvin dalam Institutes (III.2.7) menegaskan: “Iman adalah pengetahuan yang teguh dan pasti mengenai kasih Allah kepada kita, yang didasarkan pada janji Injil dan dimeteraikan dalam hati kita oleh Roh Kudus.”
2. Pengharapan (Hope)
Pengharapan Kristen bukanlah optimisme buta, melainkan penantian yang teguh akan janji Allah yang pasti digenapi. Roma 8:24-25 berkata, “Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan. Tetapi pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi.”
Pengharapan mengarahkan pandangan kita kepada eskatologi—kepada penggenapan janji Allah di masa depan. Teologi Reformed sangat menekankan dimensi eskatologis ini, di mana orang percaya hidup dalam ketegangan antara “sudah” (already) dan “belum” (not yet).
3. Kasih (Love)
Kasih adalah puncak dari semua kebajikan Kristen. Yesus sendiri menegaskan hukum yang terutama adalah kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama (Matius 22:37-40).
Paulus menyebut kasih sebagai yang terbesar di antara iman, pengharapan, dan kasih (1 Korintus 13:13). Mengapa? Karena kasih adalah sifat kekal Allah itu sendiri (1 Yohanes 4:8). Iman dan pengharapan akan berakhir ketika kita melihat Allah muka dengan muka, tetapi kasih akan tetap tinggal selamanya.
III. PENJELASAN AGUSTINUS DALAM ENCHIRIDION
Agustinus menulis Enchiridion sebagai panduan rohani yang menjelaskan keselamatan Kristen melalui tiga aspek: iman, pengharapan, dan kasih. Ia menghubungkannya dengan pengakuan iman (Credo), doa Bapa Kami, dan kehidupan Kristen sehari-hari.
-
Iman → Agustinus menekankan bahwa iman dimulai dari pengakuan akan kebenaran doktrinal (Credo). Seseorang harus mengetahui siapa Allah, apa yang dilakukan-Nya, dan bagaimana jalan keselamatan itu terbuka melalui Kristus.
-
Pengharapan → Ia menghubungkan pengharapan dengan doa, khususnya doa Bapa Kami. Dengan doa, orang percaya menantikan penggenapan janji Allah.
-
Kasih → Kasih adalah tujuan akhir dari iman dan pengharapan. Agustinus menulis: “The fulfillment of all our works is love; for the end of the commandment is love.”
IV. PENDEKATAN TEOLOGI REFORMED TERHADAP ENCHIRIDION
Tradisi Reformed menafsirkan gagasan Agustinus ini dalam kerangka sola fide, sola gratia, dan solus Christus. Mari kita lihat bagaimana pakar Reformed memahami tiga kebajikan teologis ini.
1. John Calvin
Calvin menekankan bahwa iman adalah “instrumen” keselamatan, bukan penyebabnya. Kasih memang penting, tetapi imanlah yang menjadi pintu masuk kepada anugerah Kristus. Namun, iman yang sejati tidak pernah berdiri sendiri; ia selalu menghasilkan kasih (Galatia 5:6).
2. Herman Bavinck
Dalam Reformed Dogmatics, Bavinck menekankan bahwa iman, pengharapan, dan kasih saling terkait erat. Menurutnya, iman melahirkan pengharapan, dan kasih mengikat keduanya dalam relasi dengan Allah. Kasih adalah ekspresi tertinggi dari hidup dalam persekutuan dengan Allah.
3. Jonathan Edwards
Edwards, dalam karyanya Charity and Its Fruits, menekankan supremasi kasih. Baginya, kasih adalah tanda utama kelahiran baru. Tanpa kasih, iman hanya menjadi kepercayaan intelektual kosong.
4. Louis Berkhof
Berkhof menegaskan bahwa iman, pengharapan, dan kasih adalah kebajikan rohani yang diberikan oleh Roh Kudus. Kasih adalah buah Roh yang terutama, tetapi iman adalah dasar eksistensi Kristen karena melalui iman kita dipersatukan dengan Kristus.
V. APLIKASI PRAKTIS BAGI ORANG PERCAYA
-
Iman yang Hidup, Bukan Iman yang Mati
Yakobus menegaskan bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati (Yakobus 2:17). Iman sejati harus menghasilkan buah ketaatan dan kasih. -
Pengharapan dalam Penderitaan
Kehidupan Kristen tidak bebas dari penderitaan. Tetapi pengharapan memberi kita kekuatan untuk bertahan. Roma 5:3-5 mengajarkan bahwa penderitaan menghasilkan ketekunan, ketekunan menghasilkan tahan uji, dan tahan uji menghasilkan pengharapan. -
Kasih sebagai Tanda Anak Allah
Kasih adalah tanda bahwa kita sungguh-sungguh milik Kristus. Yohanes menulis, “Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih” (1 Yoh. 4:8). -
Iman, Pengharapan, dan Kasih dalam Gereja
Gereja dipanggil untuk hidup sebagai komunitas iman yang mempercayai firman, komunitas pengharapan yang menantikan kedatangan Kristus, dan komunitas kasih yang melayani dunia dengan kerendahan hati.
VI. KASIH SEBAGAI PUNCAK SEMUA KEBENARAN
Mengapa Paulus menyebut kasih sebagai yang terbesar? Karena kasih adalah sifat Allah yang kekal. Ketika kita telah sampai pada penggenapan, iman dan pengharapan akan berakhir, tetapi kasih akan tetap tinggal.
Calvin menulis: “Iman dan pengharapan adalah sarana, tetapi kasih adalah tujuan. Karena kita diciptakan untuk hidup dalam kasih Allah dan berbagi kasih itu dengan sesama.”
Jonathan Edwards menambahkan: “Kasih adalah satu-satunya kebajikan Kristen yang akan terus bertahan di surga.”
Dengan demikian, kasih adalah telos, tujuan akhir, dari seluruh kehidupan Kristen.
VII. PENUTUP
Kita telah merenungkan bagaimana Enchiridion Agustinus menekankan tiga kebajikan utama: iman, pengharapan, dan kasih. Tradisi Reformed kemudian memperdalamnya dengan menekankan bahwa iman adalah instrumen keselamatan, pengharapan adalah pengharapan eskatologis, dan kasih adalah puncak dari semua kebajikan Kristen.
Kita dipanggil untuk hidup dalam iman yang teguh, pengharapan yang tidak tergoyahkan, dan kasih yang tulus. Dengan demikian, kita sedang berjalan dalam jalan yang ditunjukkan oleh Kitab Suci, ditegaskan oleh Agustinus, dan diperkuat oleh para teolog Reformed.
Kiranya Roh Kudus menolong kita untuk menghidupi iman, pengharapan, dan kasih ini setiap hari. Dan pada akhirnya, kita boleh mengalami kasih Allah yang kekal di dalam Kristus Yesus Tuhan kita.
Amin.