1 Petrus 1:8–9 Mengasihi Kristus yang Tidak Kelihatan dan Sukacita yang Tidak Terkatakan

1 Petrus 1:8–9 Mengasihi Kristus yang Tidak Kelihatan dan Sukacita yang Tidak Terkatakan

Pendahuluan

Surat 1 Petrus ditulis kepada jemaat yang tersebar di Asia Kecil, banyak di antara mereka adalah orang Kristen yang sedang menderita karena iman mereka. Rasul Petrus menulis untuk menguatkan mereka agar tetap teguh, walaupun menghadapi penganiayaan, fitnah, dan kesulitan.

Dalam pasal 1, Petrus menekankan bahwa orang percaya memiliki pengharapan yang hidup (ay. 3), warisan yang tidak dapat binasa (ay. 4), dan iman yang diuji tetapi menghasilkan kemurnian (ay. 6–7). Dan pada 1 Petrus 1:8–9, ia membawa pembacanya pada puncak penghiburan: meskipun mereka tidak melihat Kristus, mereka mengasihi-Nya, percaya kepada-Nya, dan bersukacita dengan sukacita yang mulia, sebab tujuan iman mereka adalah keselamatan jiwa.

Mari kita baca:

“Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada-Nya sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan, karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu.” (1 Petrus 1:8–9, TB)

Saudara, bagian ini berbicara tentang iman Kristen dalam tiga dimensi: kasih kepada Kristus, iman kepada Kristus, dan sukacita dalam Kristus. Semuanya berakar dalam janji keselamatan yang pasti.

Eksposisi Ayat demi Ayat

1. “Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya” (1 Petrus 1:8a)

Petrus sedang berbicara kepada orang-orang percaya generasi kedua yang tidak pernah melihat Yesus secara fisik seperti para rasul. Namun, meski tidak melihat, mereka tetap mengasihi-Nya.

  • Inilah realitas iman Kristen: kasih kepada Kristus tidak didasarkan pada penglihatan jasmani, melainkan pada karya Roh Kudus yang menyingkapkan Kristus melalui firman.

  • Yohanes 20:29 berkata: “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.”

John Calvin dalam komentarnya menegaskan:

“Kasih kepada Kristus lahir dari iman. Meskipun mata jasmani tidak pernah melihat-Nya, hati orang percaya dapat melihat Dia melalui Injil, sehingga cinta yang sejati itu tetap nyata.”

Kasih kepada Kristus adalah bukti regenerasi. Tanpa kelahiran baru, manusia hanya mencintai dirinya. Tetapi oleh karya Roh Kudus, hati diubah sehingga mengasihi Sang Juruselamat yang tidak kelihatan.

2. “Kamu percaya kepada-Nya sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya” (1 Petrus 1:8b)

Ayat ini menekankan aspek kedua: iman kepada Kristus yang tidak kelihatan.

  • Orang Kristen percaya kepada Kristus yang saat ini tidak dapat dilihat karena Ia telah naik ke surga.

  • Iman adalah “dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat” (Ibrani 11:1).

R. C. Sproul menjelaskan:

“Iman bukanlah lompatan buta, tetapi keyakinan yang pasti akan janji Allah, meski objek itu tidak kelihatan. Orang percaya tidak melihat Kristus secara fisik, namun mereka percaya karena kesaksian firman dan karya Roh Kudus dalam hati mereka.”

Reformed theology menekankan bahwa iman adalah anugerah Allah (Efesus 2:8). Maka, percaya kepada Kristus yang tidak kelihatan adalah bukti karya supranatural Roh Kudus di dalam orang percaya.

3. “Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan” (1 Petrus 1:8c)

Inilah buah dari kasih dan iman: sukacita yang tidak terkatakan (inexpressible joy).

  • Sukacita ini bukan berasal dari keadaan dunia, melainkan dari relasi dengan Kristus.

  • Sukacita ini mulia karena berakar pada keselamatan kekal, bukan pada kesenangan sementara.

Herman Bavinck menulis:

“Sukacita Kristen adalah pantulan sukacita surgawi yang diberikan Roh Kudus sebagai jaminan warisan kekal. Ia melampaui semua bentuk kebahagiaan duniawi.”

Perhatikan: sukacita ini “tidak terkatakan.” Bahasa manusia tidak mampu menggambarkannya. Paulus dalam Filipi 4:7 menyebutnya sebagai “damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal.” Inilah sukacita yang lahir dari Kristus, bukan dari keadaan eksternal.

4. “Karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu” (1 Petrus 1:9)

Petrus menutup bagian ini dengan tujuan akhir iman: keselamatan jiwa.

  • Kata “mencapai” di sini menunjukkan kepastian, bukan sekadar harapan kosong. Orang percaya sudah merasakan keselamatan itu sekarang, meski kepenuhan akhirnya menanti di masa depan.

  • Keselamatan bukan sekadar pembebasan dari masalah dunia, melainkan pemulihan total dari dosa dan penerimaan hidup kekal dalam Kristus.

Sinclair Ferguson berkata:

“Iman orang Kristen tidak menggantung di udara, melainkan memiliki arah dan tujuan: keselamatan jiwa. Inilah kepastian yang menopang orang percaya dalam penderitaan.”

Dalam pandangan Reformed, keselamatan adalah karya Allah dari awal hingga akhir (ordo salutis): dipilih sejak kekekalan, dipanggil, dibenarkan, dikuduskan, dan akhirnya dimuliakan (Roma 8:30). Maka tujuan iman ini adalah janji yang pasti.

Teologi Reformed dalam 1 Petrus 1:8–9

  1. Kasih dan iman adalah anugerah Allah.
    Manusia secara alami tidak mengasihi Kristus. Hanya Roh Kudus yang dapat membangkitkan kasih dan iman dalam hati orang berdosa. (Efesus 2:8–9).

  2. Iman melihat yang tidak kelihatan.
    Iman Kristen berakar pada firman Allah, bukan pada bukti lahiriah. Sola Scriptura menjadi dasar keyakinan kita terhadap Kristus yang tidak kelihatan.

  3. Sukacita sejati bersifat rohani.
    Sukacita dalam Kristus melampaui keadaan hidup. Inilah yang disebut oleh tradisi Reformed sebagai joy in the Lord, yang lahir dari relasi dengan Allah, bukan dari keadaan duniawi.

  4. Keselamatan adalah tujuan akhir iman.
    Teologi Reformed menegaskan perseverance of the saints: orang pilihan pasti akan mencapai tujuan iman, yaitu keselamatan penuh dalam Kristus.

Aplikasi Praktis

  1. Mengasihi Kristus yang tidak kelihatan.
    Apakah kasih kita kepada Kristus nyata? Ukurannya bukan sekadar emosi, melainkan ketaatan kepada firman (Yohanes 14:15).

  2. Percaya meski tidak melihat.
    Dunia sering menuntut bukti visual, tetapi iman Kristen berdiri di atas janji firman. Kita dipanggil untuk berjalan dengan iman, bukan dengan penglihatan (2 Korintus 5:7).

  3. Sukacita di tengah penderitaan.
    Orang Kristen dapat bersukacita meski dianiaya atau menghadapi masalah hidup, karena sukacita kita bersumber dari Kristus, bukan keadaan.

  4. Hidup dengan orientasi pada keselamatan kekal.
    Dunia mengajarkan kita untuk mencari kebahagiaan sekarang, tetapi firman mengarahkan kita kepada tujuan akhir: keselamatan jiwa. Orientasi ini memberi kekuatan dalam penderitaan.

Kesimpulan

Saudara-saudara, 1 Petrus 1:8–9 menyingkapkan inti pengalaman Kristen:

  • Kita mengasihi Kristus meski tidak melihat-Nya.

  • Kita percaya kepada-Nya meski sekarang Ia tidak kelihatan.

  • Kita bersukacita dengan sukacita yang mulia dan tidak terkatakan.

  • Karena tujuan iman kita sudah pasti: keselamatan jiwa.

Seperti jemaat mula-mula, kita pun dipanggil untuk hidup dalam kasih, iman, dan sukacita, sambil menantikan kepenuhan keselamatan ketika Kristus datang kembali.

R. C. Sproul menutup penjelasan tentang bagian ini dengan kalimat yang indah:

“Meskipun kita tidak melihat Kristus sekarang, kita mengenal-Nya lebih baik daripada yang dapat kita lihat dengan mata jasmani, sebab Roh Kudus menyingkapkan-Nya di dalam hati kita. Dan pada hari itu, iman kita akan menjadi penglihatan, kasih kita akan sempurna, dan sukacita kita penuh.”

Kiranya kita semua terus mengasihi Kristus, percaya kepada-Nya, dan bersukacita dalam Dia, sampai kita menikmati keselamatan penuh dalam kekekalan.

Amin.

Next Post Previous Post