Mazmur 4:6–8 Sukacita Sejati dan Damai dalam Allah

Pendahuluan
Mazmur 4 adalah doa Daud yang sering disebut sebagai mazmur malam. Bila Mazmur 3 menggambarkan doa pagi (Mazmur 3:6: “Aku membaringkan diri, lalu tidur; aku bangun, sebab TUHAN menopang aku”), maka Mazmur 4 menutup hari dengan doa dan refleksi malam hari. Di dalamnya, Daud menyampaikan perenungan tentang penderitaan, kesulitan, dan seruan kepada Allah untuk melepaskan dia dari tekanan musuh.
Bagian yang kita fokuskan, Mazmur 4:6–8, adalah klimaks dari mazmur ini. Di dalamnya terdapat kontras antara orang fasik yang mencari kebahagiaan dalam harta benda dengan Daud yang menemukan sukacita dan damai sejati dalam Allah.
Mari kita baca:
“Banyak orang berkata: ‘Siapa yang akan menunjukkan kepada kita yang baik?’ Biarlah cahaya wajah-Mu, ya TUHAN, menyinari kami! Engkau telah memberikan sukacita kepadaku, lebih banyak daripada ketika mereka kelimpahan gandum dan anggur. Dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur; sebab hanya Engkaulah, ya TUHAN, yang membiarkan aku diam dengan aman.” (Mazmur 4:6–8, TB)
Di sini kita melihat tiga hal utama:
-
Kerinduan manusia akan yang baik (ay. 6),
-
Sumber sukacita sejati yang Allah berikan (ay. 7),
-
Kedamaian dan keamanan sejati dalam Tuhan (ay. 8).
Eksposisi Ayat demi Ayat
1. Seruan Manusia: “Siapa yang Akan Menunjukkan Kepada Kita yang Baik?” (Mazmur 4:6)
Frasa ini menggambarkan jeritan hati manusia yang universal. Sejak dahulu, manusia selalu bertanya: “Apakah yang baik? Siapa yang dapat memberikannya kepada kita?”
-
Orang dunia mengaitkan “yang baik” dengan kelimpahan materi, kesuksesan, dan kenyamanan.
-
Tetapi Daud berdoa: “Biarlah cahaya wajah-Mu, ya TUHAN, menyinari kami!”
Kontrasnya jelas: sementara banyak orang mencari kebahagiaan di luar Allah, Daud menemukan kebahagiaan dalam hadirat Allah.
John Calvin dalam Commentary on the Psalms menjelaskan:
“Orang fasik selalu mencari kebaikan di luar Allah, tetapi Daud menunjukkan bahwa satu-satunya kebaikan sejati adalah menikmati terang wajah Allah. Itulah sumber sukacita dan damai yang kekal.”
Dalam teologi Reformed, inilah inti summum bonum (kebaikan tertinggi): Allah sendiri. Katekismus Singkat Westminster Q1 berkata: “Apakah tujuan utama manusia? Tujuan utama manusia adalah memuliakan Allah dan menikmati Dia selamanya.” Inilah jawaban dari pertanyaan eksistensial: “Apa yang baik?” Yaitu hidup dalam persekutuan dengan Allah.
2. Sukacita Sejati yang Melebihi Kelimpahan Dunia (Mazmur 4:7)
Daud berkata: “Engkau telah memberikan sukacita kepadaku, lebih banyak daripada ketika mereka kelimpahan gandum dan anggur.”
Di dunia agraris, gandum dan anggur adalah simbol kemakmuran, hasil panen melimpah, dan perayaan besar. Namun Daud membandingkan: sukacita rohani yang Allah berikan jauh lebih besar daripada semua itu.
R. C. Sproul menulis:
“Kebahagiaan duniawi selalu sementara, terkait pada keadaan eksternal. Tetapi sukacita rohani adalah anugerah Allah yang bekerja dalam hati oleh Roh Kudus. Ia tidak tergantung situasi, melainkan pada relasi dengan Allah.”
Hal ini sesuai dengan teologi Paulus: “Sukacita dalam Roh Kudus” (Roma 14:17). Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menekankan bahwa kebahagiaan sejati manusia hanya dapat ditemukan dalam Allah, karena manusia diciptakan untuk Allah.
Perhatikan juga bahwa Daud berkata: “Engkau telah memberikan…” — sukacita ini bukan hasil usaha manusia, melainkan pemberian Allah. Dalam kerangka Reformed, ini sejalan dengan doktrin anugerah: segala sesuatu yang baik, termasuk sukacita rohani, adalah karunia Allah (Yakobus 1:17).
3. Damai Sejati: Tidur dengan Aman dalam Tuhan (Mazmur 4:8)
Akhir mazmur ini sangat indah: “Dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur; sebab hanya Engkaulah, ya TUHAN, yang membiarkan aku diam dengan aman.”
-
Tidur adalah gambaran kepercayaan. Orang tidak bisa tidur nyenyak bila hatinya dipenuhi kecemasan.
-
Tetapi Daud, meski hidup dalam ancaman musuh, bisa tidur dengan tenteram karena ia percaya bahwa Allah yang menjaganya.
Matthew Henry mengomentari:
“Tidur yang nyenyak adalah hadiah dari Allah kepada orang yang hati nuraninya damai dan yang percaya pada pemeliharaan-Nya. Dunia bisa memiliki tempat tidur yang empuk, tetapi hanya Allah yang dapat memberikan tidur yang tenang.”
Sinclair Ferguson menambahkan:
“Ketenteraman Daud bukanlah hasil dari kondisi eksternal, melainkan hasil dari pengenalan bahwa Allah adalah perisainya. Itulah mengapa ia bisa tidur dengan damai bahkan di tengah bahaya.”
Aplikasi bagi kita jelas: damai sejati bukan datang dari keadaan yang aman secara lahiriah, tetapi dari keyakinan bahwa Allah adalah Penjaga hidup kita. Mazmur 127:2 berkata: “Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur.”
Aplikasi Teologis dan Praktis
1. Dunia Mencari “Kebaikan” yang Salah
Manusia modern sama seperti pada zaman Daud: mengejar kebahagiaan dalam materi, prestasi, atau relasi. Namun semua itu fana. Teologi Reformed mengingatkan kita: kebaikan tertinggi hanyalah Allah sendiri.
2. Sukacita Rohani Melebihi Segala Kekayaan
Sukacita yang Allah berikan melalui Roh Kudus lebih besar daripada perayaan panen atau kesuksesan duniawi. Ini mengingatkan kita bahwa berkat rohani lebih berharga daripada berkat materi.
3. Tidur Nyenyak Sebagai Bukti Iman
Kemampuan untuk tidur dengan damai di tengah kesulitan adalah tanda iman. Orang yang percaya bahwa Allah adalah perisainya dapat beristirahat dengan tenang, meski dunia sekelilingnya bergoncang.
4. Kristus Adalah Sumber Sukacita dan Damai Sejati
Mazmur ini menemukan puncak penggenapannya dalam Kristus. Dialah terang wajah Allah (2 Korintus 4:6), sumber sukacita rohani (Yohanes 15:11), dan pemberi damai sejati (Yohanes 14:27).
Kesimpulan
Mazmur 4:6–8 membawa kita kepada inti Injil:
-
Dunia mencari yang baik di luar Allah, tetapi orang percaya menemukan kebaikan tertinggi dalam terang wajah Allah.
-
Dunia mencari sukacita dalam kelimpahan materi, tetapi sukacita sejati adalah anugerah Allah dalam hati yang percaya.
-
Dunia mencari keamanan dalam kondisi eksternal, tetapi damai sejati hanya ada dalam Allah yang memelihara umat-Nya.
Saudara-saudara, mari kita bertanya pada diri kita: Apakah kita mencari yang baik di luar Allah, ataukah kita sudah menemukan sukacita dan damai dalam Dia?
Seperti Daud, kiranya kita juga dapat berkata setiap malam sebelum tidur:
“Dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur; sebab hanya Engkaulah, ya TUHAN, yang membiarkan aku diam dengan aman.”
Amin.