Markus 2:1–12 Kuasa Yesus Mengampuni Dosa dan Menyembuhkan

Markus 2:1–12 Kuasa Yesus Mengampuni Dosa dan Menyembuhkan

Pendahuluan

Teks Markus 2:1–12 adalah salah satu bagian paling penting dalam Injil Markus karena di sini kita melihat perjumpaan antara iman, kuasa Yesus, dan kontroversi dengan ahli Taurat. Kisah ini tidak hanya berbicara tentang mujizat penyembuhan seorang lumpuh, tetapi lebih dalam lagi: Yesus menyingkapkan otoritas-Nya sebagai Anak Manusia yang berkuasa di bumi untuk mengampuni dosa.

Di dalam khotbah ini kita akan menelusuri teks ini ayat demi ayat, lalu menimbangnya melalui kacamata teologi Reformed dengan bantuan beberapa tokoh seperti John Calvin, R. C. Sproul, Herman Ridderbos, dan Sinclair Ferguson. Dengan demikian kita akan melihat bukan saja karya mujizat lahiriah Yesus, tetapi inti Injil: dosa adalah masalah terdalam manusia, dan Kristuslah satu-satunya yang berkuasa menghapusnya.

Eksposisi Ayat demi Ayat

1. Yesus Memberitakan Firman di Tengah Kerumunan (Markus 2:1–2)

Kapernaum disebut sebagai “kota-Nya” Yesus (Mat. 9:1), pusat pelayanan-Nya di Galilea. Begitu Yesus tiba, berita tersebar cepat, dan rumah tempat Ia berada penuh sesak oleh orang-orang. Markus menekankan bahwa Yesus “memberitakan firman”.

Poin penting: pelayanan utama Yesus bukan hanya mujizat, tetapi firman Allah. Mujizat selalu menyertai firman, bukan menggantikannya. John Calvin menulis dalam Commentary on the Synoptic Gospels:

“Kristus datang bukan pertama-tama untuk menyembuhkan tubuh, melainkan untuk mengajarkan firman yang memberi hidup kekal. Mujizat hanyalah meterai yang menguatkan otoritas firman itu.”

Dalam konteks ini, mujizat penyembuhan lumpuh menjadi ilustrasi konkret dari kuasa firman yang Yesus beritakan.

2. Iman yang Bertindak (Markus 2:3–4)

Empat orang membawa seorang lumpuh, tetapi karena keramaian, mereka membuka atap rumah dan menurunkan orang itu di hadapan Yesus. Tindakan ini adalah bukti iman yang aktif, kreatif, dan gigih.

Yesus melihat iman mereka (ay. 5). Iman sejati bukan sekadar keyakinan pasif, tetapi dorongan untuk bertindak meskipun ada hambatan. R. C. Sproul dalam Mark: An Expositional Commentary menegaskan:

“Iman sejati selalu tampak dalam tindakan. Iman bukanlah sekadar perasaan di hati, melainkan kepercayaan yang diwujudkan dalam langkah nyata.”

Reformed theology menekankan bahwa iman adalah anugerah Allah (Efesus 2:8–9), tetapi anugerah itu nyata dalam ketaatan dan tindakan nyata umat-Nya.

3. Prioritas Yesus: Pengampunan Dosa (Markus 2:5)

Ketika Yesus melihat iman mereka, Ia tidak langsung berkata: “Engkau sembuh.” Sebaliknya, Ia berkata: “Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!”

Inilah inti kisah ini. Yesus menyingkapkan bahwa masalah utama manusia bukanlah lumpuh tubuh, melainkan lumpuh rohani akibat dosa. Herman Ridderbos dalam The Coming of the Kingdom menulis:

“Mujizat-mujizat Yesus bukanlah tujuan akhir, tetapi tanda kedatangan kerajaan Allah, di mana kuasa dosa dihancurkan dan manusia dipulihkan dalam relasi dengan Allah.”

Yesus memprioritaskan pengampunan dosa karena tanpa itu, penyembuhan fisik hanyalah bersifat sementara.

4. Kontroversi dengan Ahli Taurat (Markus 2:6–7)

Ahli Taurat menuduh Yesus menghujat, sebab menurut mereka hanya Allah yang dapat mengampuni dosa. Dari sudut pandang teologi Yahudi, tuduhan ini benar: pengampunan adalah hak prerogatif Allah saja.

Namun inilah inti dari klaim Yesus: Ia adalah Anak Manusia yang memiliki otoritas ilahi. Dengan kata lain, Yesus sedang menyatakan diri-Nya sebagai Allah yang berinkarnasi. John Calvin berkomentar:

“Kristus tidak menyangkal tuduhan itu, melainkan menegaskan bahwa Ia memiliki kuasa Allah. Maka, orang yang menolak klaim ini tidak dapat menerima Dia kecuali sebagai penghujat atau sebagai Allah sejati.”

5. Kuasa Anak Manusia (Markus 2:8–11)

Yesus membaca hati mereka — sesuatu yang hanya Allah bisa lakukan. Ia lalu mengajukan pertanyaan retoris: “Manakah lebih mudah?”

  • Mengatakan: “Dosamu sudah diampuni” tidak bisa diverifikasi secara lahiriah.

  • Mengatakan: “Bangunlah dan berjalan” bisa langsung diuji.

Karena itu, Yesus melakukan yang kedua untuk membuktikan otoritas-Nya atas yang pertama. Ia menyebut diri-Nya Anak Manusia — gelar Mesianik dari Daniel 7:13–14, yang menggambarkan sosok surgawi yang menerima kuasa, kemuliaan, dan kerajaan dari Allah.

Sinclair Ferguson menulis:

“Dengan menyebut diri-Nya Anak Manusia, Yesus menyatakan bahwa Dialah penggenapan nubuat Daniel: yang menerima kuasa dari Yang Mahatinggi. Maka pengampunan dosa yang Ia lakukan adalah bukti nyata kerajaan Allah hadir di bumi.”

6. Respons Orang Banyak (Markus 2:12)

Orang lumpuh itu segera bangun, mengangkat tilamnya, dan berjalan pulang. Reaksi orang banyak: takjub, memuliakan Allah, dan berkata: “Yang begini belum pernah kita lihat!”

Namun Markus menyiratkan perbedaan respons: orang banyak kagum, tetapi ahli Taurat menolak. Injil selalu menghasilkan dua respons: iman yang tunduk atau penolakan yang keras hati.

Aplikasi Teologis dan Praktis

1. Yesus Mengutamakan Firman

Pelayanan utama Yesus adalah memberitakan firman, bukan sekadar mujizat. Gereja Reformed menekankan sola Scriptura — firman adalah pusat ibadah dan sarana utama Allah bekerja menyelamatkan.

2. Iman Sejati Aktif dan Berkorban

Iman bukan sekadar percaya dalam hati, tetapi berani bertindak meski ada rintangan. Iman itu membawa kita kepada Kristus, satu-satunya sumber pengampunan.

3. Dosa Adalah Masalah Terdalam

Yesus tidak pertama-tama menyembuhkan penyakit, tetapi mengampuni dosa. Dunia modern sering lebih peduli pada masalah fisik atau psikologis, tetapi Kristus menegaskan bahwa akar terdalam penderitaan manusia adalah dosa.

4. Kristus Adalah Allah yang Berkuasa Mengampuni

Yesus bukan hanya guru moral atau penyembuh, tetapi Allah yang menjelma. Otoritas-Nya untuk mengampuni dosa adalah dasar iman Kristen.

5. Injil Menuntut Respons

Orang banyak takjub, tetapi ahli Taurat menolak. Demikian juga hari ini: firman Kristus menuntut kita untuk merespons dengan iman, bukan sekadar kekaguman dangkal.

Kesimpulan

Saudara-saudara, Markus 2:1–12 menegaskan bahwa:

  1. Kristus datang untuk memberitakan firman dan mengampuni dosa.

  2. Iman sejati membawa kita kepada-Nya, meski ada banyak rintangan.

  3. Kuasa Kristus bukan hanya menyembuhkan tubuh, tetapi terutama membebaskan manusia dari dosa.

  4. Dialah Anak Manusia yang memiliki otoritas ilahi.

R. C. Sproul menutup komentarnya dengan kalimat ini:

“Yesus tidak hanya menyembuhkan orang lumpuh, Ia juga menyembuhkan luka terbesar umat manusia: dosa. Hanya Dialah yang dapat berkata dengan otoritas penuh, ‘Dosamu sudah diampuni.’”

Kiranya kita semua datang kepada Kristus dengan iman, tidak hanya mencari berkat jasmani, tetapi terlebih pengampunan yang membawa kita kepada hidup kekal.

Next Post Previous Post