Markus 1:38–39 Misi Yesus: Memberitakan Injil ke Seluruh Galilea

“Jawab-Nya: ‘Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang.’ Lalu pergilah Ia ke seluruh Galilea dan memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat mereka dan mengusir setan-setan.” (Markus 1:38–39)
Pendahuluan
Injil Markus adalah kitab yang menekankan Yesus sebagai Hamba Allah yang datang untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang (Markus 10:45). Markus menulis dengan gaya cepat, langsung, penuh tindakan, untuk menunjukkan otoritas dan misi Yesus.
Di pasal pertama, Markus memperkenalkan pelayanan Yesus yang penuh kuasa: Yesus dibaptis, dicobai, memanggil murid-murid pertama, mengajar dengan kuasa, menyembuhkan banyak orang, dan mengusir roh jahat. Namun, puncak dari bagian ini ada pada Markus 1:38–39, ketika Yesus menjelaskan misi utama-Nya: bukan hanya menyembuhkan atau mengusir setan, tetapi memberitakan Injil ke seluruh kota-kota.
R. C. Sproul menekankan bahwa bagian ini menunjukkan orientasi pelayanan Kristus: “Misi Yesus tidak dapat direduksi pada mukjizat-Nya, karena semua mukjizat hanyalah tanda yang menunjuk pada realitas yang lebih besar: kerajaan Allah yang hadir melalui pemberitaan Injil.”
Hari ini kita akan melihat tiga hal utama dari ayat ini:
-
Fokus Yesus pada pemberitaan Injil.
-
Ketaatan Yesus pada misi yang ditentukan Bapa.
-
Respons kita sebagai murid dalam melanjutkan misi Kristus.
I. Fokus Yesus pada Pemberitaan Injil (Markus 1:38)
1. Konteks: orang banyak mencari Yesus
Jika kita melihat ayat sebelumnya (Markus 1:32–37), orang banyak datang kepada Yesus membawa orang sakit dan kerasukan. Seluruh kota berkerumun di depan pintu. Keesokan paginya, Yesus bangun pagi-pagi benar untuk berdoa di tempat sunyi. Namun murid-murid-Nya mencari Dia dan berkata: “Semua orang mencari Engkau” (ayat 37).
Di sini terlihat bahwa orang banyak mengharapkan Yesus terus melakukan mukjizat. Mereka melihat Yesus sebagai “penyembuh ajaib” yang bisa memenuhi kebutuhan mereka. Tetapi Yesus tidak membiarkan diri-Nya ditentukan oleh kebutuhan orang banyak. Ia tahu tujuan utama pelayanan-Nya.
2. Pernyataan Yesus: “Marilah kita pergi ke tempat lain”
Yesus menjawab: “Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil.”
Perhatikan beberapa poin:
-
Yesus tidak mencari popularitas atau kenyamanan di satu tempat.
-
Ia tidak terjebak dalam keinginan orang banyak.
-
Ia berfokus pada panggilan utama: memberitakan Injil.
William Hendriksen dalam komentarnya menulis: “Yesus menolak menjadi sekadar penyembuh lokal. Ia adalah Juruselamat dunia. Panggilan-Nya bukan hanya memuaskan kebutuhan sementara, tetapi membawa kabar baik yang kekal.”
3. Pemberitaan Injil sebagai inti misi Yesus
Yesus berkata: “Untuk itu Aku telah datang.” Kata ini menegaskan bahwa tujuan kedatangan Yesus ke dunia adalah proklamasi Injil kerajaan Allah. Mukjizat-mukjizat hanya menjadi tanda yang menunjang, bukan tujuan utama.
John Calvin menekankan: “Kristus ingin agar kita tahu bahwa inti Injil bukanlah mukjizat lahiriah, tetapi pengajaran yang menuntun pada keselamatan jiwa.”
Dengan kata lain, misi Yesus bukan sekadar memperbaiki keadaan fisik atau sosial manusia, melainkan membawa mereka kepada keselamatan kekal melalui Injil.
II. Ketaatan Yesus pada Misi yang Ditentukan Bapa (Markus 1:38b–39)
1. “Untuk itu Aku telah datang”
Ungkapan ini menunjukkan kesadaran misi Yesus. Ia tahu alasan inkarnasi-Nya: diutus oleh Bapa untuk memberitakan Injil kerajaan. Yohanes 18:37 mencatat Yesus berkata kepada Pilatus: “Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran.”
Yesus bukan seorang guru yang kebetulan populer, melainkan Utusan Allah yang datang dengan misi jelas.
2. Pemberitaan dalam rumah ibadat
Markus mencatat bahwa Yesus pergi ke seluruh Galilea dan memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat mereka. Rumah ibadat (sinagoga) adalah tempat utama orang Yahudi berkumpul untuk membaca Taurat dan berdoa. Dengan mengajar di sinagoga, Yesus menyatakan bahwa Injil adalah penggenapan dari janji-janji Allah dalam Perjanjian Lama.
B. B. Warfield menekankan bahwa pelayanan Yesus di sinagoga menunjukkan kesinambungan antara Perjanjian Lama dan Baru: “Kristus datang bukan untuk membatalkan Taurat, tetapi untuk menggenapinya, dan Injil-Nya adalah puncak dari semua nubuat yang telah dinyatakan.”
3. Pengusiran setan sebagai tanda kuasa Injil
Selain memberitakan Injil, Yesus juga mengusir setan-setan. Hal ini menunjukkan bahwa pemberitaan Injil adalah konfrontasi dengan kuasa kegelapan. Injil bukan hanya informasi, melainkan kuasa Allah yang membebaskan manusia dari perbudakan dosa dan setan.
R. C. Sproul berkata: “Ketika Yesus memberitakan Injil dan mengusir setan, itu bukan dua hal terpisah. Itu adalah dua sisi dari satu kebenaran: kerajaan Allah hadir, dan kerajaan kegelapan digoncangkan.”
III. Panggilan bagi Kita sebagai Murid
1. Meneladani fokus misi Yesus
Sebagai murid Kristus, kita dipanggil untuk melanjutkan misi yang sama: memberitakan Injil. Gereja bukanlah pusat hiburan rohani atau sekadar tempat mencari berkat lahiriah, melainkan pusat pengutusan Injil.
Charles Spurgeon berkata: “Gereja bukanlah klub sosial, tetapi markas besar misi. Setiap orang percaya adalah utusan Injil.”
2. Mengutamakan Firman di atas tanda-tanda lahiriah
Kita sering terjebak untuk lebih mencari mukjizat, kesembuhan, atau berkat jasmani. Namun ayat ini mengingatkan kita bahwa inti Injil adalah Firman Allah yang menyelamatkan. Paulus menulis dalam Roma 1:16: “Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya.”
3. Misioner yang melintasi batas
Yesus tidak hanya tinggal di satu kota, tetapi pergi ke seluruh Galilea. Ini menjadi teladan bagi kita untuk melintasi batas-batas kenyamanan, budaya, atau lokasi, demi Injil.
John Stott menekankan dalam The Contemporary Christian: “Gereja yang setia adalah gereja yang keluar. Injil tidak pernah dimaksudkan untuk ditahan di dalam tembok, tetapi dibawa ke ujung bumi.”
4. Menghadapi perlawanan dengan iman
Yesus memberitakan Injil sekaligus menghadapi setan. Artinya, misi Injil pasti menghadapi perlawanan rohani. Namun kita percaya bahwa kuasa Kristus lebih besar daripada kuasa kegelapan.
Efesus 6:12 mengingatkan kita bahwa pergumulan kita bukan melawan darah dan daging, melainkan melawan pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dunia yang gelap ini. Karena itu kita harus mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah dan tetap teguh di dalam Firman.
IV. Aplikasi Praktis bagi Jemaat
-
Prioritaskan Firman: Jadikan pemberitaan Firman sebagai pusat ibadah dan kehidupan jemaat, bukan hiburan atau acara semata.
-
Panggilan misi pribadi: Tanyakan, “Ke mana saya dipanggil untuk memberitakan Injil?” Bisa kepada keluarga, teman kerja, tetangga, atau bahkan lintas budaya.
-
Doa bagi misi: Yesus sendiri mendahului misi dengan doa (ayat 35). Tanpa doa, kita tidak akan memiliki kuasa dalam pelayanan.
-
Hidup melawan kuasa kegelapan: Jangan kompromi dengan dosa, tetapi hiduplah dalam kemenangan Kristus yang sudah mengalahkan setan.
-
Sukacita dalam misi: Mengingat bahwa Injil adalah kabar baik, mari kita bawa dengan sukacita, bukan dengan keterpaksaan.
Penutup
Saudara-saudara, Markus 1:38–39 menegaskan kembali arah pelayanan Kristus. Di tengah popularitas dan tuntutan banyak orang, Yesus tetap berfokus pada misi utama: memberitakan Injil. Ia tahu, “Untuk itu Aku telah datang.”
Sebagai murid-murid-Nya, kita pun dipanggil untuk meneladani-Nya: menempatkan Injil di pusat hidup, melintasi batas demi misi, dan hidup dalam kuasa Kristus yang mengalahkan kegelapan.
Kiranya kita, sebagai gereja Kristus, hidup bukan untuk kenyamanan atau popularitas, tetapi untuk misi Injil, sampai Kristus dimuliakan di seluruh bumi.
Amin.