Pengampunan Kristen yang Menyembuhkan

Pengampunan Kristen yang Menyembuhkan

Pendahuluan

Salah satu luka terdalam yang sering dialami manusia bukanlah luka fisik, melainkan luka batin: sakit hati, kekecewaan, pengkhianatan, perlakuan tidak adil, dan penghinaan. Luka semacam ini tidak terlihat oleh mata, namun menyiksa jiwa. Banyak orang hidup dengan beban kepahitan bertahun-tahun, yang lambat laun menggerogoti damai sejahtera dan bahkan kesehatan fisik mereka.

Alkitab menawarkan jalan pemulihan yang radikal tetapi penuh kuasa, yaitu pengampunan. Dalam Matius 6:14-15, Yesus berkata: “Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.” Firman ini bukan hanya perintah, tetapi juga kunci penyembuhan rohani.

Tema kita hari ini adalah “Pengampunan Kristen yang Menyembuhkan”. Kita akan merenungkan mengapa pengampunan itu penting, bagaimana kuasanya menyembuhkan, serta bagaimana kita dapat melakukannya, dengan menolong diri kita melalui kebenaran firman Tuhan dan pandangan para teolog Reformed.

I. Dasar Teologis Pengampunan

1. Allah sebagai sumber pengampunan

Dalam Mazmur 103:3 kita membaca: “Dia yang mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu.” Menurut John Calvin, dalam Institutes of the Christian Religion (III.4.2), pengampunan dosa adalah inti dari keselamatan. Tanpa pengampunan Allah, manusia tidak mungkin berelasi dengan-Nya. Dengan demikian, setiap tindakan pengampunan yang kita lakukan terhadap sesama adalah refleksi dari anugerah Allah sendiri.

2. Kristus sebagai teladan pengampunan

Yesus Kristus di kayu salib berkata: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” (Lukas 23:34). Bagi teologi Reformed, ini bukan sekadar ekspresi belas kasihan, tetapi perwujudan misi penebusan. Herman Bavinck menekankan bahwa pengampunan Allah di dalam Kristus adalah dasar bagi seluruh etika Kristen. Artinya, pengampunan yang kita berikan kepada orang lain bersumber dari karya salib, bukan dari kekuatan manusiawi.

3. Pengampunan sebagai tanda hidup baru

Efesus 4:32 menegaskan: “Hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.” Menurut Martyn Lloyd-Jones, pengampunan adalah bukti nyata kelahiran baru. Orang yang telah mengalami kasih karunia Allah akan dimampukan untuk mengampuni. Dengan kata lain, ketidakmauan mengampuni menunjukkan ada sesuatu yang tidak beres dalam pemahaman kita tentang Injil.

II. Luka yang Membutuhkan Pengampunan

1. Luka dosa dan pengkhianatan

Kisah Yusuf dalam Kejadian 37–50 adalah contoh klasik. Yusuf dikhianati oleh saudara-saudaranya, dijual sebagai budak, bahkan hampir dibunuh. Namun ketika ia berkuasa di Mesir, Yusuf memilih mengampuni. Calvin menafsirkan bahwa pengampunan Yusuf didasarkan pada keyakinan akan kedaulatan Allah, bukan sekadar sikap moral.

2. Luka karena ketidakadilan

Banyak orang menderita karena perlakuan tidak adil: ditipu, ditindas, atau dirugikan. Secara manusiawi, kita ingin membalas. Namun Paulus berkata: “Janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah.” (Roma 12:19). Teologi Reformed menekankan bahwa hanya Allah hakim yang adil, sehingga pengampunan berarti menyerahkan hak pembalasan kepada Allah.

3. Luka batin yang membusuk

Kepahitan yang dipelihara akan menimbulkan kebencian, kecemasan, dan bahkan sakit fisik. Seperti yang ditulis Jonathan Edwards, dosa yang tidak dibereskan akan merusak seluruh keberadaan manusia. Tanpa pengampunan, hati menjadi ladang subur bagi kebencian dan permusuhan.

III. Kuasa Penyembuhan dari Pengampunan

1. Pengampunan memulihkan hubungan dengan Allah

Yesaya 59:2 berkata: “Tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu.” Dosa memisahkan kita dari Allah, namun pengampunan melalui Kristus memulihkan relasi itu. Menurut John Owen, dalam bukunya The Forgiveness of Sin, pengampunan ilahi adalah satu-satunya obat bagi hati nurani yang tertuduh. Tanpa pengampunan, manusia hidup dalam ketakutan; dengan pengampunan, manusia dipulihkan kepada damai sejahtera.

2. Pengampunan menyembuhkan luka batin

Secara psikologis, pengampunan membebaskan kita dari belenggu masa lalu. R.C. Sproul menekankan bahwa banyak orang Kristen hidup dalam kekalahan bukan karena mereka tidak percaya pada kuasa Kristus, tetapi karena mereka tidak mau melepaskan kepahitan. Dengan mengampuni, kita membuka ruang bagi Roh Kudus untuk menyembuhkan batin kita.

3. Pengampunan memutus rantai kejahatan

Tanpa pengampunan, dunia akan terus dikuasai siklus balas dendam. Kisah salib menunjukkan jalan lain: kasih yang rela menderita. Dietrich Bonhoeffer, meskipun bukan Reformed klasik tetapi sangat dipengaruhi pemikiran Reformed, menekankan bahwa salib menghentikan lingkaran kekerasan dengan menerima kejahatan namun tidak membalasnya.

IV. Tantangan dalam Mengampuni

1. Luka yang terlalu dalam

Banyak orang berkata, “Aku tidak bisa mengampuni karena lukanya terlalu dalam.” Namun Alkitab menunjukkan bahwa pengampunan bukan hasil kekuatan kita, tetapi karya Roh Kudus. Calvin menegaskan bahwa manusia tidak mungkin mengampuni secara sejati tanpa anugerah Allah.

2. Salah paham tentang pengampunan

Sebagian orang mengira mengampuni berarti melupakan atau membiarkan kejahatan. Padahal, pengampunan bukan menghapus keadilan, melainkan menyerahkan keadilan kepada Allah. Bavinck menekankan bahwa pengampunan tidak berarti menghapus konsekuensi, tetapi mengubah sikap hati.

3. Rasa keadilan yang terluka

Secara naluriah, kita ingin melihat orang yang bersalah dihukum. Namun Injil mengajarkan bahwa keadilan Allah sudah dipenuhi di salib Kristus. Jika kita menolak mengampuni, pada dasarnya kita meremehkan karya Kristus.

V. Cara Hidup dalam Pengampunan

1. Mengingat anugerah Allah

Orang yang sadar betapa besar dosanya yang telah diampuni akan lebih mudah mengampuni orang lain. Yesus mengajar perumpamaan tentang hamba yang tidak berbelas kasihan (Matius 18:21-35). John Piper menegaskan bahwa kunci pengampunan adalah menyadari bahwa hutang dosa kita kepada Allah jauh lebih besar daripada kesalahan orang lain kepada kita.

2. Berdoa memohon kuasa Roh Kudus

Pengampunan sering kali mustahil dilakukan dengan kekuatan kita sendiri. Kita perlu memohon Roh Kudus mengubahkan hati kita. Lloyd-Jones berkata, doa adalah saluran di mana kasih karunia Allah bekerja dalam hati orang percaya, termasuk memberi kekuatan untuk mengampuni.

3. Melatih hati untuk mengasihi

Kolose 3:13 berkata: “Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain, apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain; sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.” Hidup dalam pengampunan berarti melatih hati untuk selalu mengingat kasih Kristus.

VI. Aplikasi Praktis bagi Jemaat

  1. Dalam keluarga
    Banyak rumah tangga hancur bukan karena masalah besar, melainkan karena akumulasi kesalahan kecil yang tidak diampuni. Pengampunan menjadi kunci rekonsiliasi dan keharmonisan.

  2. Dalam jemaat
    Gereja bisa menjadi ladang pertengkaran jika jemaat tidak saling mengampuni. Paulus menasihati jemaat Korintus agar tidak terpecah karena kepahitan. Jemaat yang hidup dalam pengampunan akan menjadi saksi kasih Kristus.

  3. Dalam masyarakat
    Dunia yang penuh kebencian membutuhkan teladan orang percaya yang mau mengampuni. Inilah yang menjadi kesaksian Injil yang hidup.

VII. Pengampunan yang Menyembuhkan: Kesaksian Sejarah

Dalam sejarah gereja, banyak teladan pengampunan yang mengubah dunia:

  • Reformator Martin Luther menghadapi banyak penganiayaan, namun ia berkata: “Aku tidak bisa hidup tanpa mengampuni, karena aku sendiri hidup hanya karena pengampunan.”

  • Corrie ten Boom, seorang Kristen Belanda yang keluarganya disiksa Nazi, mampu mengampuni penjaga kamp konsentrasi setelah perang. Ia berkata: “Pengampunan adalah kunci yang membuka pintu kebencian dan belenggu kepahitan.”

Teladan ini menunjukkan bahwa pengampunan bukan sekadar teori, tetapi kuasa nyata Injil.

Kesimpulan

Saudara-saudara yang terkasih, pengampunan adalah panggilan yang berat, namun penuh kuasa. Pengampunan menyembuhkan karena:

  1. Memulihkan hubungan dengan Allah.

  2. Membebaskan hati dari kepahitan.

  3. Menghentikan rantai kejahatan.

Dasarnya adalah karya Kristus di kayu salib. Kita mengampuni bukan karena orang lain layak, tetapi karena kita sendiri telah diampuni oleh Allah.

Mari kita menutup dengan merenungkan kata-kata Paulus: “Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu.” (Kolose 3:13). Inilah Injil yang menyembuhkan dunia yang terluka.

Kiranya Roh Kudus memampukan kita hidup dalam pengampunan yang sejati, sehingga damai sejahtera Allah melimpah dalam hati kita, keluarga kita, jemaat kita, dan masyarakat kita.

Amin.

Next Post Previous Post