1 Tesalonika 2:7-8 Kasih Pengorbanan dalam Pelayanan Injil

1 Tesalonika 2:7-8 Kasih Pengorbanan dalam Pelayanan Injil

Teks:

"Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya. Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi." (1 Tesalonika 2:7-8) 

Pendahuluan

Firman Tuhan yang kita renungkan hari ini berasal dari surat Rasul Paulus kepada jemaat di Tesalonika. Dalam 1 Tesalonika 2:7-8, kita menemukan gambaran yang penuh kelembutan dan kasih dari Paulus dalam pelayanannya. Paulus, yang dikenal tegas, argumentatif, dan penuh wibawa sebagai seorang rasul, ternyata juga menyingkapkan sisi hati seorang gembala yang penuh kasih dan pengorbanan. Ia menyamakan dirinya dengan seorang ibu yang merawat anak-anaknya, sebuah metafora yang sarat makna teologis sekaligus pastoral.

Tema besar artikel ini adalah "Kasih Pengorbanan dalam Pelayanan Injil". Kita akan membahas bagaimana kasih dalam pelayanan bukan hanya menyampaikan kebenaran, melainkan juga menyerahkan hidup demi kemuliaan Allah dan kesejahteraan jemaat-Nya. Kita akan menguraikan eksposisi ayat ini dengan merujuk kepada tafsiran para pakar Reformed, agar kita dapat memahami panggilan Injil yang sejati.

I. Konteks Surat 1 Tesalonika

Sebelum masuk ke eksposisi ayat, kita perlu memahami konteksnya. Paulus menulis surat ini dari Korintus sekitar tahun 50-51 M, setelah ia terpaksa meninggalkan Tesalonika karena penganiayaan (Kis. 17:1-10). Jemaat di Tesalonika adalah jemaat muda, lahir dari pemberitaan Injil yang relatif singkat. Namun mereka bertumbuh cepat dalam iman, kasih, dan pengharapan, meski hidup di tengah tekanan.

Paulus menulis surat ini untuk menguatkan mereka, menegaskan ketulusannya dalam pelayanan, sekaligus menjawab tuduhan lawan-lawannya yang meragukan motivasi dan integritas pelayanannya. Dalam pasal 2, Paulus menguraikan bagaimana ia dan rekan-rekan pelayanannya hidup di antara jemaat, bukan dengan sikap mencari keuntungan, melainkan dengan kasih dan kerendahan hati.

II. Eksposisi 1 Tesalonika 2:7-8

1. "Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu" (1 Tesalonika 2:7a)

Kata "ramah" (Yunani: ēpioi) juga dapat diterjemahkan sebagai "lembut" atau "penuh kelembutan." Ada naskah yang menggunakan kata nēpioi yang berarti "anak kecil". Namun, mayoritas penafsir Reformed (misalnya John Calvin) menekankan makna kelembutan di sini. Paulus sedang menggambarkan sikap seorang gembala yang tidak keras atau memaksa, melainkan penuh kelembutan.

Calvin menekankan bahwa pelayanan Injil harus dilakukan bukan dengan kekerasan, tetapi dengan kerendahan hati yang menuntun orang kepada Kristus. Bagi Calvin, kelembutan ini bukan tanda kelemahan, melainkan kekuatan rohani yang berasal dari kasih. Richard Baxter dalam The Reformed Pastor juga menegaskan bahwa gembala sejati harus melayani dengan hati seorang ayah atau ibu, bukan sebagai penguasa yang otoriter.

2. "Sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya" (1 Tesalonika 2:7b)

Metafora seorang ibu (trophos dalam bahasa Yunani) adalah gambaran yang sangat menyentuh. Seorang ibu tidak hanya memberi makan, tetapi juga mengasuh dengan penuh kasih sayang. Paulus menekankan sisi pengorbanan, kelembutan, dan perhatian pribadi dalam pelayanan.

Charles Hodge, seorang teolog Reformed dari Princeton, mengatakan bahwa pelayanan Injil bukan sekadar menyampaikan doktrin, tetapi melibatkan pengorbanan personal seperti kasih seorang ibu. Sama seperti seorang ibu rela terjaga demi bayinya, demikianlah seorang hamba Tuhan rela mengorbankan kenyamanan demi pertumbuhan rohani jemaat.

3. "Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu" (1 Tesalonika 2:8a)

Paulus menggunakan istilah homeiromai (kasih sayang yang besar), yang menggambarkan kerinduan mendalam, seperti orang tua yang rindu pada anaknya. Ini adalah kasih yang lahir dari hati yang diubahkan oleh Injil.

John Stott dalam bukunya The Message of Thessalonians menekankan bahwa kasih ini bukan sentimentalitas, melainkan kasih yang berakar dalam Injil. Pelayan Kristus dipanggil untuk mengasihi jemaat bukan karena kelebihan mereka, tetapi karena mereka adalah milik Kristus.

4. "Bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu" (1 Tesalonika 2:8b)

Inilah puncak dari ayat ini. Paulus bukan hanya memberikan Injil (kabar baik), tetapi juga memberikan dirinya sendiri. Pelayanan sejati bukan hanya soal berkhotbah, mengajar, atau menginjili, tetapi juga berbagi hidup.

Matthew Henry menulis bahwa Injil memang adalah pemberian terbesar, namun kesediaan Paulus menyerahkan dirinya sendiri menunjukkan betapa dalam kasihnya. Gereja bukan hanya tempat berbagi firman, tetapi juga berbagi hidup, penderitaan, sukacita, dan pergumulan.

5. "Karena kamu telah kami kasihi" (1 Tesalonika 2:8c)

Motivasi utama dari pelayanan Paulus adalah kasih. Bukan mencari keuntungan, bukan mencari penghormatan, melainkan karena kasih yang murni. Kasih Kristus yang telah menguasai Paulus (2 Korintus 5:14) mendorong dia untuk mengasihi jemaat dengan kasih yang sama.

III. Aplikasi Teologis

1. Kasih sebagai dasar pelayanan

Para teolog Reformed sepakat bahwa kasih adalah tanda dari pelayanan yang sejati. Tanpa kasih, pelayanan hanya akan menjadi formalitas atau bahkan manipulasi. Kasih Kristus yang berdaulatlah yang menggerakkan hamba-Nya.

Jonathan Edwards menekankan bahwa kasih yang sejati adalah refleksi dari kasih Allah yang dicurahkan melalui Roh Kudus. Tanpa kelahiran baru, tidak mungkin ada kasih seperti yang Paulus gambarkan.

2. Injil dan kehidupan tidak dapat dipisahkan

Paulus menunjukkan bahwa Injil bukan hanya pesan, tetapi kehidupan. Seorang gembala harus menjadi teladan. Seperti yang ditegaskan oleh Calvin, Injil akan kehilangan kekuatannya bila hidup pemberitanya bertentangan dengan pesan yang ia bawa.

Oleh karena itu, pelayanan yang sejati adalah pelayanan yang inkarnasional: Firman yang menjadi daging juga menginspirasi hamba-hamba Tuhan untuk hadir di tengah jemaat, berbagi hidup dengan mereka.

3. Kerelaan berkorban sebagai panggilan

Seorang ibu rela berkorban demi anaknya. Demikian juga seorang pelayan Injil. Paulus menegaskan bahwa dirinya rela kehilangan kenyamanan, bahkan hidupnya, demi jemaat. Hal ini sejalan dengan perkataan Yesus: "Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-domba" (Yohanes 10:11).

Baxter kembali menegaskan, seorang pelayan sejati adalah orang yang rela lelah demi jiwa-jiwa yang ia layani. Ia tidak mencari keuntungan, melainkan berkorban.

IV. Implikasi Praktis bagi Gereja Masa Kini

1. Gembala dan pemimpin gereja

Para pendeta, penatua, dan pemimpin gereja harus menjadikan teladan Paulus ini sebagai pola. Gereja bukanlah perusahaan yang dijalankan dengan manajemen kaku, melainkan keluarga Allah. Pemimpin gereja dipanggil bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani.

2. Jemaat

Jemaat juga dipanggil untuk meneladani kasih ini satu sama lain. Kasih yang murni dan pengorbanan bukan hanya tugas gembala, tetapi panggilan seluruh tubuh Kristus. Seperti kata Yesus: "Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." (Yohanes 13:35).

3. Gereja sebagai keluarga rohani

Metafora Paulus tentang ibu menegaskan bahwa gereja adalah komunitas keluarga. Relasi di dalam gereja bukanlah transaksional, melainkan relasional. Gereja dipanggil untuk menjadi tempat di mana kasih Kristus nyata, bukan hanya dalam perkataan, tetapi dalam kehidupan bersama.

V. Penutup

Saudara-saudari, 1 Tesalonika 2:7-8 mengingatkan kita bahwa pelayanan sejati adalah pelayanan yang penuh kasih, lembut, dan berkorban. Paulus tidak hanya memberitakan Injil, tetapi juga memberikan dirinya bagi jemaat. Kasihnya bukan kasih manusiawi semata, melainkan kasih Kristus yang bekerja di dalamnya.

Kita dipanggil untuk menghidupi pola pelayanan ini, baik sebagai pemimpin gereja maupun sebagai jemaat. Mari kita melayani satu sama lain dengan hati seorang ibu yang penuh kasih sayang, dengan kesediaan berbagi bukan hanya firman, tetapi juga hidup kita, karena kita telah dikasihi Kristus terlebih dahulu.

Kiranya Roh Kudus menolong kita untuk menjadi gereja yang dipenuhi dengan kasih pengorbanan Injil.

Next Post Previous Post