Titus 2:14 Kristus yang Menebus dan Menguduskan
Pendahuluan
Surat Paulus kepada Titus merupakan salah satu surat pastoral yang kaya dengan ajaran praktis sekaligus fondasi teologis yang kokoh. Dalam pasal 2, Paulus menekankan pentingnya ajaran yang sehat (sound doctrine) yang diwujudkan dalam kehidupan jemaat. Pusat dari seluruh nasihat itu adalah karya Kristus yang disebutkan dalam Titus 2:14:
“…yang telah menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik.” (LAI TB)
Ayat ini menyajikan ringkasan Injil: penyerahan diri Kristus, pembebasan dari kejahatan, pengudusan umat, dan tujuan etis berupa perbuatan baik. Dalam tradisi Reformed, teks ini dipandang sebagai salah satu ayat yang menghubungkan doktrin penebusan dengan doktrin gereja dan etika Kristen.
Artikel ini akan mengeksposisi Titus 2:14 secara mendalam, membahas arti kata-kata kuncinya, serta mengaitkan dengan pandangan para pakar teologi Reformed seperti John Calvin, Herman Bavinck, R.C. Sproul, dan John Murray.
I. Konteks Historis dan Teologis
1. Konteks Surat Titus
Surat ini ditulis oleh Paulus kepada Titus, seorang pemimpin gereja di Kreta. Paulus memberikan instruksi tentang pengangkatan penatua, pengajaran yang sehat, serta gaya hidup Kristen yang sesuai dengan Injil.
2. Posisi Titus 2:14
Titus 2:11-14 merupakan satu kesatuan teologis yang menekankan kasih karunia Allah yang menyelamatkan. Bagian ini berpuncak pada ayat 14 yang menegaskan dasar keselamatan, yaitu karya Kristus.
3. Tema Besar
Ayat ini meneguhkan bahwa keselamatan bukanlah hasil usaha manusia, tetapi karya Kristus yang menyerahkan diri-Nya. Namun, karya penebusan itu memiliki konsekuensi etis: umat Allah dipanggil untuk hidup kudus dan menghasilkan perbuatan baik.
II. Eksposisi Titus 2:14
1. “Yang telah menyerahkan diri-Nya bagi kita…”
Ungkapan ini menekankan tindakan sukarela Kristus. Penyerahan diri-Nya adalah dasar penebusan. Kristus bukan korban pasif, melainkan secara aktif memberikan hidup-Nya.
John Calvin dalam Commentary on Titus menulis bahwa penyerahan diri Kristus adalah puncak kasih karunia Allah. Tidak ada keselamatan tanpa pengorbanan ini.
2. “Untuk membebaskan kita dari segala kejahatan…”
Kata Yunani lytrōsetai berarti menebus atau membebaskan dengan harga tertentu. Kristus menebus bukan hanya dari hukuman dosa, tetapi juga dari kuasa dosa.
Herman Ridderbos menekankan bahwa penebusan ini bersifat menyeluruh: Kristus membebaskan umat-Nya dari dominasi dosa, dari belenggu dunia, dan dari kutuk hukum Taurat.
3. “Dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat…”
Penebusan tidak berhenti pada pembebasan negatif, tetapi melahirkan umat yang dikuduskan. Kata katharisē berarti “membersihkan.” Tujuan Kristus adalah menciptakan umat yang murni, kudus, dan berbeda dari dunia.
Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menegaskan bahwa pengudusan umat adalah bagian dari rencana Allah yang kekal: Allah tidak hanya menyelamatkan individu, tetapi mengumpulkan umat bagi diri-Nya.
4. “Kepunyaan-Nya sendiri…”
Ungkapan ini mengingatkan pada Perjanjian Lama, di mana Israel disebut “harta kesayangan Allah” (Kel. 19:5). Dalam Kristus, jemaat menjadi umat perjanjian yang baru, milik kepunyaan Allah yang eksklusif.
R.C. Sproul menekankan bahwa konsep “kepunyaan Allah” menunjukkan relasi perjanjian. Kita bukan hanya ditebus, tetapi dimiliki oleh Allah secara penuh.
5. “Yang rajin berbuat baik.”
Tujuan akhir dari penebusan adalah kehidupan etis yang mencerminkan kasih karunia Allah. Iman yang sejati selalu menghasilkan perbuatan baik (Yakobus 2:17).
John Murray menekankan dalam Redemption Accomplished and Applied bahwa perbuatan baik adalah buah dari penebusan, bukan syarat keselamatan. Dengan demikian, etika Kristen berakar pada karya Kristus.
III. Signifikansi Teologis dalam Tradisi Reformed
1. Doktrin Penebusan
Ayat ini meneguhkan doktrin limited atonement (penebusan khusus) dalam tradisi Reformed: Kristus menyerahkan diri “bagi kita,” yaitu bagi umat pilihan-Nya. Penyerahan diri-Nya efektif menghasilkan penebusan nyata, bukan sekadar kemungkinan.
2. Union with Christ
Penebusan dan pengudusan hanya dapat dimengerti dalam kesatuan dengan Kristus. Orang percaya bersatu dengan Kristus dalam kematian dan kebangkitan-Nya (Roma 6:4-5).
3. Gereja sebagai Umat Perjanjian
Titus 2:14 menegaskan bahwa gereja adalah umat Allah yang kudus. Gereja bukan sekadar organisasi sosial, melainkan komunitas yang dibentuk oleh karya penebusan Kristus.
4. Etika Reformed
Perbuatan baik bukanlah dasar keselamatan, tetapi tujuan dari keselamatan. Doktrin Reformed menegaskan bahwa iman sejati tidak pernah steril, tetapi menghasilkan buah nyata.
IV. Pandangan Pakar Teologi Reformed
John Calvin
Calvin melihat ayat ini sebagai bukti kasih Allah yang aktif. Kristus menyerahkan diri untuk menebus dan memurnikan umat. Calvin juga menekankan hubungan erat antara penebusan dan kehidupan kudus.
Herman Bavinck
Bavinck menafsirkan ayat ini sebagai penggenapan janji Perjanjian Lama tentang umat Allah. Kristus adalah Pengantara perjanjian yang membentuk umat kudus yang menjadi milik Allah.
R.C. Sproul
Sproul menyoroti aspek kedaulatan Allah: Kristus menyerahkan diri bagi umat tertentu. Hal ini menunjukkan efektivitas penebusan dan kepastian keselamatan bagi orang percaya.
John Murray
Murray mengaitkan ayat ini dengan doktrin penebusan yang diaplikasikan. Ia menegaskan bahwa hasil penebusan adalah umat yang bersemangat dalam perbuatan baik sebagai tanda transformasi sejati.
V. Aplikasi Praktis
1. Hidup Bersyukur atas Penebusan
Kristus menyerahkan diri-Nya untuk kita. Ini menjadi dasar kehidupan syukur, bukan kesombongan rohani.
2. Menolak Dosa dan Hidup Kudus
Penebusan melibatkan pembebasan dari kejahatan. Orang percaya dipanggil untuk menjauhi dosa, baik secara pribadi maupun sosial.
3. Identitas sebagai Umat Allah
Kita bukan milik dunia, tetapi kepunyaan Kristus. Identitas ini memberi penghiburan sekaligus tanggung jawab untuk hidup sesuai kehendak-Nya.
4. Semangat dalam Perbuatan Baik
Perbuatan baik adalah tanda umat yang ditebus. Gereja dipanggil untuk menjadi terang dunia melalui pelayanan kasih.
VI. Tantangan Kontekstual
-
Legalism – Mengganti anugerah dengan perbuatan baik. Paulus menolak pemahaman ini.
-
Antinomianism – Menolak perbuatan baik karena merasa sudah diselamatkan. Titus 2:14 menegaskan bahwa penebusan justru melahirkan ketaatan.
-
Individualisme – Melupakan dimensi komunitas dari ayat ini. Paulus menekankan umat, bukan sekadar individu.
VII. Kesimpulan
Titus 2:14 adalah ringkasan padat Injil: Kristus menyerahkan diri untuk menebus umat-Nya dari kejahatan, menguduskan mereka sebagai kepunyaan Allah, dan menjadikan mereka rajin berbuat baik.
Dalam tradisi Reformed, ayat ini menegaskan kedaulatan penebusan Kristus, kesatuan umat dengan Kristus, serta hubungan erat antara doktrin keselamatan dan etika Kristen.
Gereja masa kini dipanggil untuk terus hidup dalam identitas ini: sebagai umat kepunyaan Allah, yang ditebus, dikuduskan, dan dipanggil untuk menghasilkan buah dalam setiap aspek kehidupan.
“Kristus telah menyerahkan diri-Nya bagi kita…” (Titus 2:14)