Khotbah Pastoral dalam Perspektif Teologi Reformed
Pendahuluan
Khotbah pastoral (pastoral sermons) merupakan salah satu aspek penting dalam pelayanan gereja, khususnya dalam konteks menggembalakan umat Allah. Istilah “pastoral” berasal dari kata Latin pastor yang berarti “gembala”. Dalam Alkitab, gambaran gembala sering digunakan untuk melukiskan peran para pemimpin rohani yang dipanggil untuk menggembalakan kawanan domba Tuhan (Yohanes 10:11; 1 Petrus 5:2-3).
Khotbah pastoral bukan sekadar penyampaian informasi teologis, melainkan penggembalaan rohani yang penuh kasih, penghiburan, serta pengarahan hidup jemaat kepada Kristus. Dalam tradisi Reformed, khotbah pastoral berakar kuat pada prinsip sola Scriptura, di mana Alkitab menjadi fondasi utama dalam penyampaian Firman Tuhan.
Artikel ini akan membahas khotbah pastoral secara sistematis melalui:
-
Landasan biblika.
-
Eksposisi ayat-ayat kunci.
-
Pandangan pakar teologi Reformed.
-
Implikasi praktis dalam pelayanan gereja.
1. Landasan Biblika Khotbah Pastoral
a. Gambaran Gembala dalam Alkitab
Alkitab sering kali menekankan peran gembala yang bertanggung jawab terhadap kawanan dombanya. Dalam Perjanjian Lama, Allah sendiri memperkenalkan diri sebagai gembala Israel (Mazmur 23:1; Yehezkiel 34:11-16). Dalam Perjanjian Baru, Yesus Kristus menyebut diri-Nya sebagai “Gembala yang Baik” (Yohanes 10:11) yang rela memberikan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya.
Khotbah pastoral mencerminkan teladan Kristus, yaitu membawa jemaat kepada pengenalan yang benar akan Allah, memberikan penghiburan dalam penderitaan, dan mengarahkan mereka kepada kehidupan yang kudus.
b. Panggilan Penggembalaan dalam Surat-Surat Pastoral
Surat-surat pastoral (1 & 2 Timotius, Titus) menekankan pentingnya khotbah yang sehat dan berpusat pada Injil. Titus 2:1 menegaskan: “Tetapi engkau, beritakanlah apa yang sesuai dengan ajaran yang sehat.” Paulus menekankan agar pelayanan pastoral tidak hanya mendidik tetapi juga membentuk kehidupan jemaat.
2. Eksposisi Ayat-Ayat Kunci
a. 2 Timotius 4:2
"Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran."
Ayat ini menegaskan fungsi utama khotbah pastoral:
-
Memberitakan Firman: Dasar dari setiap khotbah haruslah Alkitab, bukan opini manusia.
-
Kesiapan konstan: Gembala dipanggil untuk siap sedia dalam segala situasi.
-
Fungsi korektif dan pengajaran: Khotbah pastoral harus menegur, menghibur, sekaligus mengajar dengan kesabaran.
b. 1 Petrus 5:2-3
"Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah; jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri."
Ayat ini menekankan aspek motivasi gembala:
-
Pelayanan pastoral harus dilakukan dengan kasih, bukan demi keuntungan pribadi.
-
Khotbah pastoral menjadi sarana pengabdian diri dalam melayani jemaat.
c. Yohanes 21:15-17
Yesus berkata kepada Petrus: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.” Panggilan ini menunjukkan bahwa khotbah pastoral adalah perintah langsung dari Kristus, di mana setiap gembala harus melayani dengan kasih yang berakar pada relasi pribadi dengan Yesus.
3. Perspektif Teologi Reformed tentang Khotbah Pastoral
a. John Calvin
Calvin dalam Institutes menekankan bahwa khotbah adalah sarana utama Allah untuk memelihara dan menumbuhkan iman umat. Ia menulis bahwa Firman yang diberitakan adalah “makanan rohani” bagi jemaat. Bagi Calvin, khotbah pastoral bukan sekadar penjelasan doktrin, tetapi perjumpaan nyata jemaat dengan Kristus melalui Firman.
b. Herman Bavinck
Bavinck menegaskan bahwa khotbah harus bersifat Christocentric. Artinya, pusat dari khotbah pastoral adalah Kristus yang hidup, mati, dan bangkit bagi umat-Nya. Tanpa Kristus, khotbah kehilangan kuasa pastoralnya.
c. Martyn Lloyd-Jones
Sebagai seorang pengkhotbah Reformed abad ke-20, Lloyd-Jones menekankan bahwa khotbah sejati adalah logic on fire—logika yang menyala oleh kuasa Roh Kudus. Ia menegaskan bahwa khotbah pastoral tidak boleh dingin dan kering, tetapi harus penuh kuasa untuk menghibur, menegur, dan menguatkan jemaat.
4. Karakteristik Khotbah Pastoral
Dari perspektif Alkitab dan teologi Reformed, khotbah pastoral memiliki beberapa ciri utama:
-
Alkitabiah – Berakar pada eksposisi Firman.
-
Kristosentris – Menunjuk jemaat kepada Kristus sebagai gembala agung.
-
Penggembalaan – Memberikan penghiburan dan arahan rohani.
-
Korektif – Mengoreksi kesalahan doktrin dan perilaku jemaat.
-
Praktis – Menyentuh kehidupan nyata jemaat dalam penderitaan, pergumulan, dan pengharapan.
5. Fungsi Khotbah Pastoral dalam Kehidupan Jemaat
a. Sebagai Sumber Penghiburan
Dalam penderitaan, jemaat menemukan kekuatan melalui Firman yang diuraikan dalam khotbah pastoral (Mazmur 46:2).
b. Sebagai Sarana Pertumbuhan Rohani
Melalui khotbah, iman jemaat dibangun, pengertian mereka tentang Injil diperdalam, dan kehidupan mereka diarahkan pada kekudusan (Kolose 1:28).
c. Sebagai Benteng Melawan Ajaran Sesat
Khotbah pastoral berfungsi menjaga jemaat dari pengaruh ajaran palsu. Paulus mengingatkan Timotius untuk tetap berpegang pada “ajaran sehat” (2 Timotius 1:13).
6. Implikasi Praktis bagi Gereja Masa Kini
-
Gembala jemaat harus setia pada Firman: Tidak boleh menggantikan Alkitab dengan motivasi dangkal atau sekadar hiburan.
-
Khotbah pastoral harus kontekstual: Menjawab kebutuhan nyata jemaat tanpa kehilangan fondasi teologisnya.
-
Khotbah pastoral harus dipenuhi kasih: Seperti Kristus, gembala dipanggil untuk mengasihi domba-dombanya.
-
Khotbah pastoral sebagai sarana pemuridan: Membawa jemaat semakin serupa dengan Kristus.
Kesimpulan
Khotbah pastoral adalah pusat pelayanan gereja dalam menggembalakan umat Allah. Landasannya adalah Firman Tuhan, teladannya adalah Kristus Sang Gembala Agung, dan tujuannya adalah pertumbuhan serta penghiburan jemaat.
Teologi Reformed menekankan bahwa khotbah pastoral harus Alkitabiah, Kristosentris, dan dipenuhi kuasa Roh Kudus. Calvin, Bavinck, hingga Lloyd-Jones sama-sama menegaskan bahwa khotbah adalah sarana utama Allah bekerja dalam jemaat.
Dalam dunia modern yang penuh tantangan, gereja tidak boleh kehilangan arah dalam pelayanan khotbah pastoral. Dengan setia pada Firman, gembala jemaat dapat menuntun umat Tuhan melewati lembah kekelaman dan membawa mereka kepada padang rumput yang hijau, yaitu Kristus sendiri.