Yesus Menolak Anggur Bercampur Empedu: Ketaatan Penuh Kristus di Kayu Salib
Pendahuluan
Kisah penyaliban Yesus Kristus bukan hanya kisah tragis, melainkan pusat dari seluruh sejarah penebusan. Setiap detail dalam peristiwa Golgota memiliki makna teologis yang dalam. Dari paku yang menembus tangan-Nya, dari mahkota duri yang dipaksakan di kepala-Nya, hingga setiap perkataan yang keluar dari mulut-Nya di atas kayu salib—semuanya menyatakan ketaatan penuh Sang Anak kepada Bapa demi keselamatan umat pilihan-Nya.
Salah satu detail kecil tetapi penting adalah catatan Injil mengenai tawaran minuman kepada Yesus. Injil Sinoptik (Matius dan Markus) mencatat bahwa Yesus ditawari anggur bercampur empedu atau mur sebelum disalibkan, tetapi Ia menolak setelah mencicipinya. Sementara itu, Injil Yohanes mencatat bahwa menjelang akhir hidup-Nya, Yesus menerima anggur asam dari sebatang hisop.
Sekilas, detail ini tampak sepele, bahkan bagi sebagian orang tampak kontradiktif. Namun, jika digali secara ekspositori dan teologis, kita melihat bahwa penolakan Yesus terhadap anggur bercampur empedu justru menyingkapkan kedalaman ketaatan-Nya. Di sini kita melihat Kristus yang memilih untuk memikul penderitaan penuh, tanpa mencari jalan pintas, agar karya penebusan-Nya sempurna.
Dalam artikel ini kita akan menguraikan makna teologis dari peristiwa tersebut dengan menafsirkan teks Injil, melihat harmonisasinya, mendengar pandangan para teolog Reformed, lalu menarik aplikasi iman bagi kehidupan orang percaya.
Dua Kali Pemberian Minuman kepada Yesus
Catatan Injil Sinoptik
Matius 27:34 menuliskan:
“Lalu mereka memberinya minum anggur bercampur empedu; dan setelah Ia mengecapnya, Ia tidak mau meminumnya.”
Markus 15:23 mencatat:
“Lalu mereka memberi anggur bercampur mur kepada-Nya, tetapi Ia menolaknya.”
Di sini, sebelum penyaliban dimulai, Yesus ditawari minuman keras bercampur zat pahit atau rempah. Tradisi Yahudi kuno mencatat bahwa mur atau empedu dipakai sebagai bentuk anestesi sederhana, untuk sedikit mengurangi rasa sakit dari penderitaan fisik. Dengan demikian, apa yang ditawarkan kepada Yesus bukanlah sekadar anggur biasa, melainkan sesuatu yang bisa meringankan rasa sakit.
Catatan Injil Yohanes
Berbeda dengan itu, Yohanes 19:28-30 mencatat:
“Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia—supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci—: ‘Aku haus!’ Di situ ada suatu bekas penuh anggur asam. Maka mereka mencucukkan bunga karang yang telah dicelupkan dalam anggur asam pada sebatang hisop, lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus. Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: ‘Sudah selesai.’”
Di sini jelas bahwa Yesus menerima minuman itu, bukan menolaknya. Yohanes memberi catatan penting bahwa hal ini dilakukan untuk menggenapi Kitab Suci (Mazmur 69:22).
Masalah Empedu vs Mur: Kontradiksi atau Kekayaan Kesaksian?
Matius menyebut “empedu,” Markus menyebut “mur.” Apakah ini kontradiksi? Tidak. Banyak ahli tafsir Reformed seperti William Hendriksen menjelaskan bahwa kedua istilah ini bisa menunjuk pada zat pahit atau rempah yang bercampur dengan anggur. Matius menekankan rasa pahitnya (empedu), Markus menekankan zat yang dipakai (mur). Keduanya tidak saling bertentangan, melainkan melengkapi.
Dalam penafsiran Alkitab Reformed, perbedaan detail kecil ini justru menunjukkan keaslian kesaksian para penulis Injil. Mereka tidak berusaha menyamakan kata, tetapi menulis sesuai fokus masing-masing. Dan dalam kedaulatan Allah, semua catatan itu mengungkapkan kekayaan makna yang lebih dalam.
Makna Teologis Tawaran Minuman Itu
Mengapa Yesus ditawari minuman bercampur mur/empedu?
-
Tradisi Yahudi – Talmud menyebutkan bahwa ada kebiasaan memberi minuman memabukkan kepada orang yang akan dieksekusi, untuk sedikit mengurangi penderitaannya. Jika benar demikian, tawaran itu tampak seperti bentuk “belas kasihan.”
-
Ironi ejekan – Namun ada kemungkinan lain: bahwa tentara Romawi menawarkannya lebih sebagai ejekan. Minuman pahit itu bukan untuk benar-benar menolong, melainkan untuk mempermainkan Yesus yang disebut Raja orang Yahudi.
-
Alasan teologis lebih dalam – Yang terpenting: tawaran ini menjadi kesempatan bagi Yesus untuk memilih—apakah Ia akan menerima pengurangan rasa sakit, atau menolak demi menanggung penderitaan penuh sesuai kehendak Bapa.
Alasan Yesus Menolak Minuman Itu
Yesus sempat mengecap, lalu menolak. Mengapa?
-
Kristus tidak mencari pengurangan penderitaan – John Calvin menulis bahwa Yesus menolak minuman itu karena Ia ingin memikul penderitaan dengan penuh kesadaran, tanpa obat penenang. Ia tidak datang untuk menghindari salib, tetapi untuk menanggungnya.
-
Ketaatan penuh kepada Bapa – Di Taman Getsemani, Yesus telah berkata: “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu; tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki” (Mat. 26:39). Dengan menolak anggur pahit itu, Ia sedang berkata “ya” kepada cawan murka Allah.
-
Keselamatan umat manusia dipertaruhkan – Charles Spurgeon menjelaskan bahwa jika Kristus menerima minuman itu, penderitaan-Nya mungkin sedikit berkurang, tetapi korban-Nya tidak akan sempurna. Untuk menjadi Penebus, Ia harus sepenuhnya sadar dan sepenuhnya taat.
-
Penggenapan nubuat – Mazmur 69:22 berkata: “Mereka memberi aku makan racun, dan untuk minumanku mereka memberi aku cuka.” Penolakan pertama dan penerimaan kedua adalah bagian dari penggenapan nubuat ini.
Yesus Menolak Anggur, tetapi Menerima “Cawan”
Ada kontras indah di sini: Yesus menolak anggur bercampur mur, tetapi Ia menerima “cawan” murka Allah. Ia tidak menolak penderitaan yang datang dari Bapa. Ia menolak penghiburan duniawi yang semu, demi menerima penderitaan rohani yang sejati sebagai Ganti kita.
Bagi teologi Reformed, ini adalah inti dari doktrin penal substitution—Yesus menanggung hukuman yang seharusnya ditimpakan kepada kita. Dengan penuh kesadaran, Ia mengambil tempat kita di bawah murka Allah.
Implikasi Soteriologis
-
Kristus menanggung hukuman penuh – Tidak ada rasa sakit yang dikurangi. Tidak ada jalan pintas. Dengan demikian, korban Kristus sah dan sempurna di hadapan Allah.
-
Keselamatan kita pasti – Karena Yesus menolak kelegaan sementara, kita menerima kelegaan kekal. Roma 5:1 berkata: “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.”
-
Kebenaran Kristus menjadi pakaian kita – Ia ditelanjangi dan dibiarkan menderita penuh, agar kita dipakaikan kebenaran-Nya.
-
Ketaatan aktif Kristus – Penolakan Yesus terhadap anggur bercampur mur adalah bagian dari ketaatan aktif-Nya, yang diperhitungkan bagi orang percaya.
Refleksi Pastoral
Apa artinya bagi kita hari ini?
-
Mengikuti Kristus berarti siap memikul salib – Jika Sang Guru menolak kelegaan dunia demi taat pada Bapa, murid-murid-Nya pun dipanggil untuk setia meski melalui penderitaan.
-
Kelegaan sejati hanya ada dalam Kristus – Dunia menawarkan banyak “anggur bercampur mur”—hiburan sementara, pelarian singkat. Tetapi hanya Kristus yang memberi kelegaan sejati, yaitu pengampunan dosa dan damai sejahtera dengan Allah.
-
Menghadapi penderitaan dengan iman – Kita tidak dipanggil mencari-cari penderitaan, tetapi ketika penderitaan datang demi iman, kita dipanggil meneladani Kristus: taat, sabar, dan percaya pada rencana Allah.
Kesimpulan
Detail kecil dalam kisah penyaliban—penolakan Yesus terhadap anggur bercampur empedu/mur—menunjukkan betapa seriusnya Kristus dalam melaksanakan kehendak Bapa. Ia menolak kelegaan sementara agar dapat memikul penderitaan penuh bagi penebusan kita. Ia menolak anggur duniawi, tetapi Ia menerima cawan murka Allah demi keselamatan umat pilihan-Nya.
Di sinilah kita melihat kasih Kristus yang sempurna: kasih yang tidak mencari jalan pintas, kasih yang rela menderita sepenuhnya, kasih yang taat sampai mati. Bagi setiap orang yang percaya, peristiwa ini adalah sumber penghiburan dan panggilan untuk hidup setia.
Yesus menolak anggur, tetapi menerima cawan. Ia menolak kelegaan sementara, tetapi memberi kita kelegaan kekal. Inilah Injil yang penuh kasih dan kemuliaan.