Allah sebagai Pencipta, Sasaran, dan Tujuan dari segala agama yang sejati

Pendahuluan: Allah, Pusat dari Segala Ibadah yang Benar
Salah satu kebenaran terbesar yang diajarkan oleh Alkitab dan ditekankan oleh teologi Reformed adalah bahwa segala sesuatu berasal dari Allah, berlangsung oleh Allah, dan kembali kepada Allah. Seperti yang dikatakan Rasul Paulus dalam Roma 11:36:
“Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya.”
Inilah inti dari tema Artikel kita hari ini — Of God, the Author, Object, and End of All Religion, atau dalam bahasa kita: “Allah sebagai Pencipta, Sasaran, dan Tujuan dari segala agama yang sejati.”
Dalam dunia yang penuh dengan pelbagai bentuk agama, ide, dan ritual keagamaan, kebenaran ini sangat penting: agama yang sejati berasal dari Allah, berpusat pada Allah, dan bertujuan untuk memuliakan Allah. Semua yang menyimpang dari hal ini bukanlah agama sejati, melainkan penyembahan palsu yang berakar pada pemberontakan manusia.
I. Allah sebagai Pencipta dan Penggagas Agama yang Sejati
1. Agama Sejati Bukan Hasil Pencarian Manusia, Tetapi Pewahyuan Allah
Dalam pemahaman Reformed, agama sejati tidak pernah berawal dari manusia, tetapi dari Allah yang menyatakan diri-Nya. John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menulis:
“Tidak ada manusia yang dapat mengenal Allah kecuali Allah sendiri yang berkenan menyatakan diri-Nya. Agama sejati bukan hasil penemuan manusia, tetapi anugerah pewahyuan dari Allah.”
Manusia, karena dosa, tidak lagi mencari Allah dengan benar (Roma 3:11). Jika manusia berusaha membangun agama berdasarkan akalnya sendiri, hasilnya adalah penyembahan berhala. Maka, hanya Allah yang dapat memperkenalkan diri-Nya melalui Firman dan karya Roh Kudus, supaya manusia dapat mengenal dan menyembah Dia dengan benar.
Agama sejati lahir dari inisiatif Allah. Ia menyatakan diri-Nya melalui penyataan umum (alam, hati nurani, sejarah) dan penyataan khusus (Firman Allah, dan puncaknya dalam Yesus Kristus). Tanpa penyataan itu, manusia hanya akan “menukar kemuliaan Allah yang kekal dengan gambar yang fana” (Roma 1:23).
2. Allah Menetapkan Cara Penyembahan yang Benar
Teologi Reformed menekankan bahwa Allah tidak hanya menentukan siapa Dia, tetapi juga bagaimana Dia harus disembah. Dalam Keluaran 20:3–5, Allah melarang penyembahan kepada allah lain dan pembuatan patung untuk menyembah-Nya. Prinsip ini disebut “Regulative Principle of Worship” — yaitu bahwa hanya apa yang Allah tetapkan dalam Firman yang boleh dilakukan dalam ibadah.
Samuel Rutherford berkata:
“Penyembahan yang benar bukanlah hasil dari imajinasi manusia, melainkan harus sepenuhnya ditentukan oleh kehendak Allah yang dinyatakan.”
Maka, segala bentuk ibadah yang tidak didasarkan pada Firman adalah bentuk penyembahan palsu. Ibadah sejati bukanlah upaya manusia untuk mendekati Allah, melainkan respons kasih dan ketaatan terhadap Allah yang telah lebih dahulu mendekati manusia melalui Kristus.
II. Allah sebagai Sasaran atau Objek dari Agama Sejati
1. Penyembahan Berpusat pada Allah, Bukan pada Manusia
Segala agama palsu memiliki satu kesamaan: mereka berpusat pada manusia — pada kebutuhan, kenyamanan, dan pencapaian diri. Tetapi agama sejati selalu berpusat pada Allah sebagai objek penyembahan yang mutlak.
John Owen menulis dalam Communion with God:
“Ibadah sejati adalah relasi antara jiwa manusia yang ditebus dengan Allah yang kudus, di mana Allah menjadi segala sesuatu bagi manusia, dan manusia hidup hanya bagi kemuliaan-Nya.”
Agama sejati tidak menjadikan Allah sebagai sarana untuk mencapai kebahagiaan duniawi, tetapi menjadikan Dia sebagai tujuan tertinggi dari kehidupan.
Seperti dikatakan dalam Mazmur 73:25–26:
“Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau, tidak ada yang kuingini di bumi. Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.”
2. Allah yang Dinyatakan dalam Kristus
Agama sejati tidak mungkin tanpa Kristus, sebab hanya di dalam Dia Allah menyatakan diri-Nya secara sempurna. Yohanes 14:6 menegaskan,
“Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”
Abraham Kuyper menulis:
“Kristus bukan hanya pengantara keselamatan, tetapi juga pengantara penyembahan. Tanpa Kristus, tidak ada penyembahan sejati, sebab semua ibadah yang diterima Allah harus melalui Anak-Nya.”
Oleh karena itu, orang Kristen menyembah Allah Bapa di dalam Kristus, dengan pertolongan Roh Kudus. Inilah struktur trinitarian dari ibadah sejati — dari Allah, melalui Kristus, oleh Roh Kudus, dan kembali kepada Allah.
3. Allah yang Dikenal Melalui Firman
Penyembahan sejati menuntut pengenalan yang benar tentang Allah. Kita tidak bisa menyembah Allah yang tidak kita kenal. Karena itu, Alkitab menjadi dasar dari semua ibadah dan doktrin.
John Calvin menegaskan,
“Pengetahuan tentang Allah dan pengetahuan tentang diri kita saling terkait. Kita tidak bisa mengenal diri kita dengan benar tanpa mengenal Allah, dan kita tidak bisa mengenal Allah tanpa melihat dosa dan kelemahan kita.”
Ketika Firman Allah dikhotbahkan, dibaca, dan direnungkan, umat Allah mengenal Dia lebih dalam dan menyembah dengan penuh hormat. Itulah sebabnya pusat ibadah Reformed adalah pemberitaan Firman, bukan emosi, ritual, atau hiburan.
III. Allah sebagai Tujuan dari Segala Agama Sejati
1. Tujuan Tertinggi: Kemuliaan Allah
Semua tindakan rohani yang sejati bertujuan untuk memuliakan Allah. Prinsip agung Soli Deo Gloria — hanya bagi Allah kemuliaan — menjadi jantung dari seluruh teologi Reformed.
Jonathan Edwards dalam The End for Which God Created the World menulis:
“Tujuan utama dari segala ciptaan, termasuk agama, adalah untuk menampilkan dan memantulkan kemuliaan Allah. Allah memuliakan diri-Nya melalui anugerah yang diberikan kepada umat-Nya.”
Artinya, keselamatan, penyembahan, dan kehidupan orang percaya bukanlah tentang manusia, tetapi tentang kemuliaan Allah.
Roma 11:36 menutup dengan pengakuan yang agung:
“Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya.”
2. Agama Sejati Menghasilkan Kesalehan dan Ketaatan
Agama sejati bukan hanya pengetahuan atau ritual, tetapi kehidupan yang berpusat pada Allah. Teologi Reformed menekankan bahwa pengetahuan yang benar tentang Allah harus menghasilkan pengabdian dan ketaatan.
William Perkins berkata:
“Teologi sejati adalah ilmu tentang bagaimana manusia hidup di hadapan Allah untuk kemuliaan-Nya.”
Yakobus 1:27 menulis:
“Ibadah yang murni dan tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim-piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.”
Jadi, agama sejati bukan hanya bicara tentang teologi yang benar, tetapi juga hidup yang kudus. Di sinilah iman sejati membuahkan kasih, pelayanan, dan kesetiaan.
3. Allah Dipermuliakan dalam Penebusan dan Pemeliharaan Umat-Nya
Allah dimuliakan ketika umat-Nya diselamatkan dan hidup bagi Dia. Penebusan Kristus bukan hanya membebaskan manusia dari hukuman dosa, tetapi juga menuntun mereka untuk hidup bagi kemuliaan Allah.
Efesus 1:11–12 menegaskan:
“Di dalam Dia kami juga mendapat bagian yang dijanjikan, karena kami ditentukan dari semula... supaya kami, yang sebelumnya telah menaruh harapan pada Kristus, menjadi puji-pujian bagi kemuliaan-Nya.”
John Murray menulis:
“Keselamatan bukan akhir yang terpisah dari Allah, melainkan sarana untuk membawa manusia kembali kepada tujuan yang semula: memuliakan Allah dalam kekekalan.”
IV. Tantangan Dunia Modern terhadap Allah sebagai Pusat Agama
1. Agama Antroposentris (Manusia sebagai Pusat)
Zaman modern penuh dengan bentuk-bentuk agama yang menekankan pengalaman, perasaan, dan manfaat pribadi. Banyak orang mencari Tuhan bukan karena ingin mengenal-Nya, tetapi karena ingin menggunakan-Nya.
Stephen Charnock dalam The Existence and Attributes of God memperingatkan:
“Ketika manusia menjadikan dirinya pusat dari penyembahan, ia tidak lagi menyembah Allah yang benar, melainkan bayangan dari dirinya sendiri.”
Gereja modern sering kali jatuh dalam bahaya ini — ibadah menjadi hiburan, doa menjadi permintaan egois, dan teologi menjadi motivasi diri.
2. Relativisme dan Sinkretisme
Dunia modern memandang semua agama sebagai jalan menuju Allah yang sama. Namun, teologi Reformed menegaskan bahwa tidak ada jalan lain selain Kristus.
Yesus tidak datang untuk menambah satu agama baru, tetapi untuk menggenapi kebenaran ilahi yang sejati. Calvin menulis:
“Kristus adalah satu-satunya jalan yang membawa kita kepada Bapa. Di luar Dia, semua jalan berakhir pada kehancuran.”
Maka, gereja harus berani menegaskan bahwa hanya di dalam Injil terdapat agama sejati — karena hanya Injil yang berasal dari Allah, berpusat pada Allah, dan berakhir bagi kemuliaan Allah.
V. Aplikasi bagi Orang Percaya
-
Kenalilah Allah sebagai Sumber dan Pusat hidup rohanimu.
Jangan mencari pengalaman religius tanpa kebenaran Firman. Semua kehidupan iman harus dimulai dengan mengenal Allah yang sejati. -
Pastikan penyembahanmu berpusat pada Kristus.
Semua ibadah sejati harus melalui Kristus. Dialah satu-satunya pengantara antara manusia dan Allah. -
Jadikan kemuliaan Allah sebagai tujuan tertinggi hidupmu.
Hidup, pelayanan, dan pengorbanan kita hanya memiliki makna sejati bila semuanya diarahkan kepada kemuliaan Allah semata. -
Jauhilah agama yang berpusat pada manusia.
Hati-hati terhadap bentuk ibadah modern yang menempatkan manusia di pusat. Kembalilah kepada Firman dan prinsip ibadah yang Allah tetapkan. -
Hidup dalam kesalehan yang lahir dari iman sejati.
Agama sejati akan tampak dalam kasih, kerendahan hati, dan pelayanan kepada sesama — bukan hanya dalam pengetahuan teologis.
Kesimpulan: Allah, Awal dan Akhir dari Semua
Segala sesuatu yang sejati dalam kehidupan rohani — iman, ibadah, doa, dan pengharapan — berakar dalam Allah yang adalah Pencipta, Sasaran, dan Tujuan segala agama sejati.
Kita mengenal Allah karena Ia berkenan menyatakan diri-Nya. Kita menyembah Dia karena Ia layak disembah. Dan kita hidup bagi-Nya karena segala sesuatu ada oleh Dia dan untuk Dia.
Thomas Watson menulis dengan indah:
“Allah adalah Alfa dari agama sejati, karena dari-Nya ia dimulai; dan Ia adalah Omega-nya, karena kepada-Nya ia berakhir.”
Maka, marilah kita sebagai umat tebusan hidup dengan satu tujuan mulia:
Memuliakan Allah dan menikmati Dia selama-lamanya.
Soli Deo Gloria.