Jaminan Iman: Dibuka dan Diterapkan

Jaminan Iman: Dibuka dan Diterapkan

Pendahuluan

Salah satu berkat terbesar yang dimiliki oleh orang percaya adalah jaminan iman—yakni keyakinan bahwa kita benar-benar milik Kristus, diselamatkan oleh kasih karunia-Nya, dan dijaga sampai akhir oleh kuasa Allah. Namun, banyak orang Kristen yang hidup dalam keraguan, ketakutan, dan ketidakpastian mengenai keselamatan mereka. Sebagian besar dari mereka telah percaya kepada Kristus, namun masih sering bertanya dalam hati: “Apakah saya benar-benar diselamatkan?”

Tema ini bukanlah hal sepele. Dalam pandangan teologi Reformed, jaminan keselamatan merupakan buah dari iman sejati dan pekerjaan Roh Kudus dalam hati orang percaya. Ia bukan sekadar perasaan nyaman atau optimisme spiritual, melainkan keyakinan yang berakar pada kebenaran Injil dan janji Allah yang tidak berubah.

Seperti yang dikatakan John Calvin, “Pengetahuan akan keselamatan tidak berdasarkan pada spekulasi manusia, melainkan pada janji Allah yang kekal di dalam Kristus Yesus.” Calvin menegaskan bahwa jaminan iman adalah hasil dari iman yang sejati, bukan sesuatu yang terpisah dari iman itu sendiri.

Artikel ini akan membuka (opened) dan menerapkan (applied) doktrin jaminan iman berdasarkan Kitab Suci dan kesaksian para teolog Reformed seperti Calvin, John Owen, Thomas Brooks, dan Jonathan Edwards.

I. Dasar Alkitabiah Jaminan Iman

Dasar dari segala keyakinan iman Kristen adalah firman Allah sendiri. Kitab Suci memberikan kesaksian yang sangat jelas bahwa orang yang sungguh-sungguh percaya kepada Kristus dapat dan seharusnya memiliki keyakinan akan keselamatan mereka.

1. Roma 8:16 – Kesaksian Roh Kudus

“Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah.”

Ayat ini menjadi pusat pengertian Reformed tentang jaminan iman. Jaminan bukanlah hasil introspeksi manusia, melainkan kesaksian Roh Kudus dalam hati orang percaya. Roh Kudus adalah saksi internal yang menerangi hati dan meneguhkan kebenaran bahwa kita adalah milik Allah.

John Owen menjelaskan dalam karyanya The Holy Spirit bahwa kesaksian Roh ini bukanlah suara audibel atau pengalaman mistik, melainkan kesadaran batin yang dihasilkan ketika Roh menggabungkan hati kita dengan janji-janji Injil. Owen menulis, “Roh Kudus bukan hanya menanam iman di dalam hati, tetapi juga meneguhkannya agar kita tidak hidup dalam ketakutan yang memperbudak.”

2. 1 Yohanes 5:13 – Tujuan Penulisan Rasul Yohanes

“Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal.”

Tujuan rasul Yohanes bukan hanya agar orang percaya memiliki hidup kekal, tetapi agar mereka tahu bahwa mereka memilikinya. Di sini kita melihat bahwa jaminan keselamatan bukanlah kesombongan, melainkan bagian dari kehidupan Kristen yang normal.

John Calvin berkata:

“Tidak mungkin seseorang benar-benar memiliki iman tanpa, pada saat yang sama, memiliki pengharapan yang pasti akan keselamatan yang dijanjikan.”

Artinya, iman dan jaminan tidak terpisahkan, meskipun tingkat kesadarannya dapat berbeda pada setiap orang percaya.

II. Hakikat Jaminan Iman

1. Jaminan Iman Bukan Sekadar Perasaan

Banyak orang salah memahami jaminan iman sebagai semacam perasaan damai atau keyakinan emosional. Namun dalam teologi Reformed, jaminan iman memiliki dasar yang objektif dan subjektif.

  • Dasar objektif: Janji Allah di dalam Injil dan karya Kristus di salib.

  • Dasar subjektif: Kesaksian Roh Kudus dan buah-buah iman sejati dalam kehidupan.

Thomas Brooks, dalam bukunya Heaven on Earth, menulis:

“Jaminan bukanlah hal yang baru ditambahkan pada iman, tetapi cahaya yang menyingkapkan iman itu sendiri.”

Artinya, iman sejati sudah mengandung potensi untuk menghasilkan jaminan. Ketika iman itu bertumbuh dan Roh Kudus bekerja di dalamnya, muncullah keyakinan yang teguh.

2. Jaminan Iman Berbeda dari Keselamatan Itu Sendiri

Dalam teologi Reformed, kita perlu membedakan antara memiliki keselamatan dan mengetahui bahwa kita memilikinya.

John Owen menjelaskan:

“Banyak orang sungguh-sungguh bersatu dengan Kristus, namun belum menikmati kepastian bahwa mereka bersatu dengan Dia.”

Seseorang bisa benar-benar diselamatkan, tetapi masih bergumul dengan keraguan karena kelemahan iman atau karena belum memahami janji-janji Allah dengan benar. Namun, kekurangan jaminan bukan berarti kehilangan keselamatan.

Reformed theology menegaskan bahwa keselamatan kita tidak bergantung pada kekuatan iman kita, melainkan pada objek iman itu sendiri, yaitu Kristus. Yang menyelamatkan bukan besar kecilnya iman, tetapi kepada siapa iman itu ditujukan.

III. Sumber dan Proses Jaminan Iman

1. Firman Allah Sebagai Fondasi

Firman Allah adalah batu karang yang kokoh bagi jaminan iman. Setiap janji di dalam Alkitab adalah dasar bagi keyakinan kita.

Calvin menulis:

“Iman bukanlah spekulasi yang goyah, tetapi keyakinan yang teguh yang bersandar pada janji Allah yang pasti dan tidak berubah.”

Ketika kita membaca Alkitab, kita mendapati janji seperti:

“Barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang” (Yohanes 6:37).

Janji ini cukup untuk menenangkan hati yang gelisah. Bukan karena kita layak, tetapi karena Kristus tidak pernah menolak siapa pun yang datang kepada-Nya dengan iman.

2. Kesaksian Roh Kudus

Roh Kudus bekerja secara personal dalam hati orang percaya. Ia meneguhkan, menghibur, dan menginsafkan kita. Kesaksian Roh Kudus bukanlah emosi sesaat, melainkan kesadaran rohani yang dalam bahwa Allah adalah Bapa kita.

Thomas Goodwin, seorang Puritan besar, berkata:

“Ketika Roh Kudus bersaksi dengan roh kita, Ia memberikan rasa manis dan kepastian bahwa kita dikasihi oleh Allah, bukan karena apa yang kita perbuat, melainkan karena kita di dalam Kristus.”

3. Buah-buah Iman Sejati

Jaminan iman tidak hanya diperoleh dari janji dan kesaksian Roh Kudus, tetapi juga dari buah pertobatan dan ketaatan dalam kehidupan.

2 Petrus 1:10 berkata:

“Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh.”

Jaminan iman bukan pasif; ia perlu dipelihara melalui kehidupan kudus dan disiplin rohani. Jonathan Edwards menulis bahwa salah satu bukti iman sejati adalah kasih yang bertumbuh kepada Kristus dan kebencian yang meningkat terhadap dosa.

IV. Hambatan terhadap Jaminan Iman

Banyak orang percaya kehilangan atau tidak mengalami jaminan iman karena berbagai hambatan rohani. Reformed theology mengidentifikasi beberapa di antaranya:

1. Pandangan Diri yang Salah

Sebagian orang berpikir bahwa jaminan keselamatan didasarkan pada seberapa baik mereka hidup. Padahal, jika keselamatan bergantung pada ketaatan kita, tidak seorang pun bisa tenang.

Calvin menulis:

“Jika kita melihat kepada diri sendiri, tidak ada alasan untuk berharap. Tetapi jika kita menatap Kristus, tidak ada alasan untuk putus asa.”

Jaminan sejati hanya ditemukan ketika kita berhenti memandang diri dan mulai menatap Kristus.

2. Ketidaktahuan akan Injil

Banyak orang Kristen tidak memiliki jaminan karena mereka belum memahami sepenuhnya arti kasih karunia. Mereka masih berpikir bahwa mereka harus menambah karya Kristus dengan usaha mereka sendiri.

Padahal Efesus 2:8-9 menegaskan bahwa keselamatan adalah anugerah Allah, bukan hasil perbuatan. John Owen berkata:

“Keraguan muncul ketika kita menambahkan sesuatu kepada Injil; jaminan lahir ketika kita menaruh seluruh harapan hanya kepada Kristus.”

3. Dosa yang Tidak Diakui

Dosa yang disembunyikan atau tidak diakui dapat mengaburkan jaminan iman. Bukan karena dosa itu membatalkan keselamatan, melainkan karena ia merusak persekutuan dan damai dengan Allah.

Seperti yang dikatakan dalam Mazmur 32:3-4, Daud kehilangan sukacita rohaninya ketika ia menutupi dosanya. Namun setelah mengakuinya, ia kembali merasakan damai dan kehadiran Allah.

Thomas Brooks berkata:

“Dosa yang tidak diakui adalah awan gelap yang menutupi wajah kasih Allah.”

V. Buah dan Manfaat dari Jaminan Iman

Ketika seseorang hidup dalam jaminan iman, kehidupannya berubah secara radikal. Keyakinan akan kasih Allah membawa dampak yang nyata dalam kesalehan dan pelayanan.

1. Damai dan Sukacita dalam Roh Kudus

Roma 5:1 berkata:

“Kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah.”

Damai yang dimaksud bukan sekadar ketenangan batin, tetapi ketenangan eksistensial karena kita tahu bahwa murka Allah telah dipadamkan oleh darah Kristus. Sukacita rohani lahir bukan dari keadaan dunia, melainkan dari keyakinan bahwa Allah adalah Bapa kita.

2. Ketekunan dalam Penderitaan

Orang yang yakin akan kasih Allah tidak mudah goyah dalam penderitaan. Ia tahu bahwa semua hal bekerja untuk kebaikannya (Roma 8:28).

John Owen menulis:

“Tidak ada kekuatan yang lebih besar untuk menanggung penderitaan daripada keyakinan bahwa tangan Bapa surgawi yang mengatur semuanya.”

3. Kerajinan dalam Kekudusan

Jaminan iman bukan alasan untuk bermalas-malasan dalam hidup kudus. Justru, seperti dikatakan Jonathan Edwards, “Keyakinan akan kasih karunia menghasilkan semangat baru untuk hidup kudus, bukan kelalaian.”

Mereka yang yakin dikasihi Allah akan semakin rindu untuk menyenangkan hati-Nya.

VI. Bagaimana Menerapkan Jaminan Iman dalam Hidup Sehari-hari

1. Renungkan Janji-janji Allah

Jangan biarkan hati didominasi oleh perasaan atau situasi. Renungkan dan hafalkan janji-janji Allah. Ketika pikiran dipenuhi firman, iman akan diperkuat.

2. Berdoa Memohon Kesaksian Roh Kudus

Roh Kudus adalah pemberi jaminan. Mintalah Dia untuk bekerja di dalam hati kita. Paulus menulis bahwa Roh Kudus adalah “meterai” (Efesus 1:13) dan “jaminan” (2 Korintus 1:22) keselamatan kita.

3. Hidup dalam Pertobatan dan Ketaatan

Kehidupan yang taat memperkuat jaminan iman karena Roh Kudus bersukacita tinggal dalam hati yang tunduk. Tetapi dosa yang terus dibiarkan akan melemahkan kesaksian Roh.

4. Bersekutu dengan Tubuh Kristus

Jaminan iman juga bertumbuh melalui persekutuan dengan saudara seiman. Ibrani 10:24-25 menasihati agar kita saling menasihati dan mendorong dalam kasih.

5. Pandanglah Kristus Setiap Hari

Akar dari jaminan iman bukanlah introspeksi, melainkan kontemplasi terhadap Kristus.
Robert Murray M’Cheyne berkata:

“Untuk setiap pandangan kepada dirimu sendiri, pandanglah sepuluh kali kepada Kristus.”

Penutup: Jaminan Iman dan Kemuliaan Allah

Akhirnya, kita harus memahami bahwa jaminan iman bukanlah tujuan akhir, melainkan sarana untuk memuliakan Allah. Ketika kita hidup dalam keyakinan yang penuh akan kasih dan kesetiaan Allah, kita menunjukkan kepada dunia bahwa Injil benar-benar berkuasa.

Thomas Brooks menulis:

“Jaminan iman membuat orang Kristen hidup di bumi seolah-olah ia sudah di surga, karena hatinya dipenuhi sukacita akan kasih Allah.”

Dan John Calvin menutupnya demikian:

“Kita tidak akan pernah benar-benar setia kepada Allah kecuali kita yakin bahwa Ia adalah Bapa kita yang mengasihi dan memelihara kita.”

Aplikasi Pastoral

  1. Jika Anda saat ini meragukan keselamatan Anda, jangan putus asa. Datanglah kepada Kristus, pandanglah kepada salib-Nya, bukan kepada diri sendiri.

  2. Jika Anda telah memiliki jaminan iman, jagalah dengan kerendahan hati, teruslah bertumbuh dalam kasih dan ketaatan.

  3. Jika Anda seorang gembala atau pelayan, tolonglah jemaat untuk menemukan kepastian Injil, bukan melalui pengalaman mistik, melainkan melalui firman yang kekal dan karya Roh Kudus.

Kesimpulan

Jaminan iman bukanlah ilusi psikologis, melainkan realitas rohani yang diberikan oleh Roh Kudus kepada mereka yang sungguh percaya kepada Kristus. Ia berakar pada janji Allah, diteguhkan oleh kesaksian Roh, dan dibuktikan melalui buah kehidupan yang kudus.

Orang Kristen yang memiliki jaminan iman dapat berkata bersama Paulus:

“Aku yakin, bahwa baik maut maupun hidup… tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”
(Roma 8:38–39)

Kiranya Roh Kudus menanamkan keyakinan ini dalam hati setiap anak-anak Allah, agar kita hidup dalam damai, sukacita, dan ketaatan sampai hari kita melihat Kristus muka dengan muka.

Next Post Previous Post