Kristus dan Warisan Orang-Orang Kudus

Kristus dan Warisan Orang-Orang Kudus

Pendahuluan

Tema kita hari ini berbicara tentang “Kristus dan Warisan Orang-Orang Kudus.” Topik ini bukan hanya sekadar tentang berkat yang akan kita terima di surga, tetapi juga tentang hubungan kita dengan Kristus sebagai pusat dari segala warisan itu. Segala berkat rohani, segala janji Allah, dan segala kemuliaan kekal yang dijanjikan dalam Injil hanya memiliki makna karena Kristus adalah warisan kita, dan kita adalah milik-Nya.

Rasul Paulus menulis dalam Kolose 1:12–14:

“Dan ucapkanlah syukur kepada Bapa, yang membuat kamu layak untuk mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang kudus di dalam kerajaan terang. Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih; di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa.”

Ayat ini menjadi dasar bagi tema kita hari ini. Paulus mengajarkan bahwa warisan orang kudus bukan berasal dari usaha manusia, tetapi merupakan hasil dari pekerjaan penebusan Kristus. Allah Bapa membuat kita layak — bukan karena jasa kita — tetapi karena kita telah dipersatukan dengan Kristus melalui iman.

I. WARISAN ORANG KUDUS: ANUGERAH YANG DITETAPKAN OLEH ALLAH

1. Warisan itu berasal dari keputusan kekal Allah

Dalam pandangan teologi Reformed, segala sesuatu yang diterima umat Allah bersumber dari keputusan Allah dalam kekekalan.
Efesus 1:11 menegaskan:

“Di dalam Dia kita juga mendapat bagian yang dijanjikan—kami yang dari semula telah ditentukan sesuai dengan maksud Allah yang melaksanakan segala sesuatu menurut keputusan kehendak-Nya.”

John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menjelaskan bahwa warisan surgawi bukanlah sesuatu yang muncul karena kehendak bebas manusia, melainkan “buah dari pemilihan Allah yang kekal, di mana Ia menetapkan siapa yang akan menjadi anak-anak-Nya dan ahli waris bersama Kristus.”

Allah tidak hanya menyiapkan warisan itu, tetapi juga menyiapkan umat yang akan menerimanya. Hal ini memperlihatkan betapa besarnya kasih dan kedaulatan Allah dalam rencana keselamatan.

2. Warisan itu dijanjikan kepada mereka yang berada “di dalam Kristus”

Warisan orang kudus tidak diberikan kepada semua manusia, melainkan kepada mereka yang telah dipersatukan dengan Kristus oleh iman.
Seperti dikatakan Paulus dalam Roma 8:17:

“Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerima bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.”

Charles Haddon Spurgeon berkata dalam khotbahnya “Christ and the Inheritance of the Saints”:

“Bukan surga yang menjadi surga bagi kita, melainkan Kristus di dalam surga. Jika Kristus tidak ada di sana, maka surga tidak akan lebih dari sekadar tempat yang kosong.”

Dengan kata lain, pusat dari warisan kita bukanlah tempat, melainkan Pribadi. Kita tidak hanya mewarisi berkat, tetapi mewarisi Kristus sendiri.

II. KRISTUS SEBAGAI SUMBER DAN ISI DARI WARISAN ITU

1. Kristus adalah Warisan Umat-Nya

Dalam Perjanjian Lama, Allah sering disebut sebagai bagian warisan umat-Nya. Mazmur 73:26 menyatakan:

“Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.”

Bagi Asaf, kebahagiaan tertinggi bukanlah tanah perjanjian, tetapi Allah sendiri. Demikian pula bagi orang percaya dalam Perjanjian Baru — Kristus adalah warisan kekal kita. Thomas Boston, seorang teolog Reformed Skotlandia abad ke-17, menulis:

“Kristus diberikan kepada umat-Nya sebagai bagian warisan mereka. Ia adalah segala sesuatu yang mereka perlukan: hikmat bagi yang bodoh, kebenaran bagi yang bersalah, kekudusan bagi yang najis, dan penebusan bagi yang terhilang.”

2. Warisan itu mencakup segala berkat rohani

Efesus 1:3 berkata:

“Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga.”

Segala berkat rohani — pengampunan dosa, pembenaran, pengudusan, kedamaian dengan Allah, dan kemuliaan yang akan datang — semuanya ditemukan dalam Kristus. Calvin menjelaskan:

“Tidak ada berkat rohani yang berada di luar Kristus. Ia adalah sumur dari mana seluruh anugerah Allah mengalir.”

Dengan demikian, ketika kita berbicara tentang “warisan orang kudus,” kita tidak sedang membicarakan sesuatu yang terpisah dari Kristus, tetapi tentang bagian kita di dalam Dia.

III. WARISAN ITU DITERIMA MELALUI PENEBUSAN

1. Kristus menebus kita agar kita layak menerima warisan

Paulus berkata dalam Kolose 1:14:

“Di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa.”

Spurgeon menafsirkan ayat ini dengan berkata:

“Penebusan Kristus bukan hanya membebaskan kita dari hukuman dosa, tetapi juga mempersiapkan kita untuk kemuliaan kekal. Ia bukan sekadar membuka pintu surga, tetapi menuntun kita masuk ke dalamnya.”

Warisan kekal itu tidak bisa dibeli dengan perbuatan baik, melainkan diperoleh melalui darah Kristus yang mahal. Karena itu, setiap kali kita merenungkan warisan ini, kita seharusnya bersyukur bahwa kita telah ditebus dengan harga yang tidak ternilai.

2. Roh Kudus sebagai meterai warisan

Efesus 1:13–14 menyatakan bahwa Roh Kudus adalah “jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya.”
George Whitefield berkata:

“Roh Kudus adalah tanda bahwa kita telah menjadi milik Kristus, dan warisan surgawi sudah disiapkan untuk kita. Ia menanamkan dalam hati kita rasa rindu akan rumah yang kekal.”

Dengan demikian, setiap kali kita mengalami pekerjaan Roh Kudus — entah melalui pertobatan, penghiburan, atau dorongan untuk berdoa — kita sebenarnya sedang mencicipi buah sulung dari warisan yang akan datang.

IV. WARISAN ITU MENUNTUN KITA HIDUP DALAM KEKUDUSAN

1. Warisan yang kudus menuntut kehidupan yang kudus

Karena warisan kita disebut “warisan orang kudus,” maka hanya mereka yang dikuduskan oleh Roh Kudus yang dapat memilikinya.
Ibrani 12:14 berkata:

“Kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan.”

John Owen menulis dalam The Mortification of Sin:

“Mereka yang menantikan warisan bersama Kristus harus belajar untuk mematikan dosa setiap hari. Tidak ada jalan pintas menuju kemuliaan tanpa melalui salib dan pengudusan.”

Kekudusan bukanlah syarat untuk layak di hadapan Allah, tetapi bukti bahwa seseorang telah dipersatukan dengan Kristus dan memiliki warisan kekal.

2. Pengharapan akan warisan memotivasi ketekunan

1 Yohanes 3:2–3 mengatakan:

“Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah... dan setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan dirinya, sama seperti Dia yang adalah suci.”

Harapan akan kemuliaan bukan membuat orang percaya malas, tetapi justru mendorong mereka untuk berjuang hidup kudus karena mereka tahu siapa yang menantikan mereka di akhir jalan — Kristus yang mulia.

Seperti kata Jonathan Edwards:

“Pemandangan akan kemuliaan yang akan datang membuat orang kudus menanggung penderitaan di dunia ini dengan sukacita, karena mereka tahu bahwa semua air mata akan dihapuskan ketika mereka melihat Kristus muka dengan muka.”

V. WARISAN ITU AKAN DIKENYATAKAN DALAM KEMULIAAN KEKAL

1. Kepenuhan warisan di surga

Rasul Petrus menulis dalam 1 Petrus 1:4:

“...untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu.”

Warisan itu kekal, murni, dan tidak dapat hilang. Thomas Watson, dalam A Body of Divinity, menggambarkan warisan itu demikian:

“Surga adalah rumah dari kasih yang sempurna, di mana tidak ada dosa, tidak ada air mata, dan tidak ada malam. Di sana, jiwa-jiwa yang ditebus akan menikmati Allah selama-lamanya.”

2. Kristus adalah pusat dari kemuliaan itu

Ketika kita sampai pada warisan itu, kita tidak akan memuja mahkota, melainkan memuja Raja yang memberikannya.
Seperti kata Spurgeon:

“Di surga tidak ada seorang pun yang memandang diri mereka berharga karena pahala mereka sendiri; setiap mata tertuju pada Kristus, karena Dialah yang menjadikan surga itu surga.”

Kemuliaan orang kudus bukanlah kebesaran mereka sendiri, tetapi partisipasi mereka dalam kemuliaan Kristus. Kita akan menjadi serupa dengan-Nya (Roma 8:29), menikmati hadirat-Nya tanpa batas.

VI. APLIKASI PRAKTIS

1. Bersyukur atas warisan yang tidak layak kita terima

Jika warisan itu sepenuhnya anugerah, maka tidak ada ruang bagi kesombongan rohani. Orang percaya harus hidup dalam kerendahan hati dan ucapan syukur. Seperti kata Calvin,

“Kita dipanggil bukan karena kehebatan kita, melainkan karena kemurahan Allah semata.”

2. Hidup dengan mata tertuju pada kekekalan

Kita tidak boleh membiarkan dunia ini menipu kita dengan kenikmatan sementara. Paulus berkata dalam Kolose 3:2:

“Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.”
Setiap penderitaan yang kita alami hanyalah “penderitaan ringan yang menghasilkan kemuliaan kekal yang jauh lebih besar” (2 Korintus 4:17).

3. Dorongan untuk melayani Kristus dengan sukacita

Kesadaran bahwa kita memiliki warisan kekal seharusnya membuat kita melayani dengan sukacita, bukan karena kewajiban.
Seperti dikatakan Spurgeon:

“Mereka yang akan menerima mahkota kekal, seharusnya rela memikul salib di dunia ini.”

Penutup

Saudara-saudara, warisan orang kudus bukanlah sesuatu yang bisa dicapai dengan kekuatan manusia. Itu adalah anugerah Allah Bapa, dibeli oleh darah Kristus, dan dijamin oleh Roh Kudus.

Segala sesuatu yang kita miliki dan harapkan berpusat pada satu pribadi — Yesus Kristus, Sang Warisan dan Pewaris segala sesuatu.
Di dalam Dia, kita telah memiliki segala yang diperlukan untuk hidup dan kesalehan; dan di dalam Dia pula kita akan menikmati kemuliaan yang kekal.

Kiranya kita hidup dalam syukur, kekudusan, dan ketekunan, sambil menantikan hari di mana kita akan mendengar suara Sang Penebus berkata:

“Masuklah dan nikmatilah kebahagiaan tuanmu.” (Matius 25:21)

Soli Deo Gloria.

Next Post Previous Post