Mazmur 5:1–3 Doa di Pagi Hari: Ketika Jiwa Bersandar Penuh pada Allah
.jpg)
Pendahuluan
Mazmur-mazmur sering kali lahir dari hati yang sedang berperang antara iman dan penderitaan. Demikian juga dengan Mazmur 5 — sebuah mazmur yang ditulis oleh Daud dalam masa tekanan, bahaya, dan pergumulan rohani yang mendalam.
Mazmur ini termasuk dalam kategori lament psalm atau mazmur ratapan pribadi, tetapi di dalamnya terkandung pula pengharapan dan keyakinan iman yang kuat.Mazmur 5:1–3 adalah pembuka yang menggambarkan postur hati seorang yang benar ketika menghadapi hari yang berat: ia tidak bergantung pada kekuatannya sendiri, melainkan pada Allah yang kudus dan adil.
Mari kita baca bersama:
Mazmur 5:1–3 (TB)
1 Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan seruling. Mazmur dari Daud.
Berilah telinga kepada perkataanku, ya TUHAN, indahkanlah keluh kesahku.
2 Perhatikanlah teriak bantuanku, ya Rajaku dan Allahku, sebab kepada-Mulah aku berdoa.
3 TUHAN, pada waktu pagi Engkau mendengar suaraku; pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu dan aku menunggu-nunggu.
Teks ini menunjukkan sikap hati yang penuh pengharapan, iman, dan kesadaran akan kebutuhan mutlak manusia kepada Allah. Dalam artikel ini, kita akan menelusuri makna teologis dari setiap ayat, memeriksa pandangan para teolog Reformed, dan melihat bagaimana prinsip-prinsip rohani dari Mazmur ini dapat diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari.
I. DOA SEBAGAI NAFAS JIWA ORANG BENAR (Mazmur 5:1)
“Berilah telinga kepada perkataanku, ya TUHAN, indahkanlah keluh kesahku.”
1. Seruan yang Penuh Kebergantungan
Ayat ini dimulai dengan permohonan yang sederhana namun dalam: “Berilah telinga kepada perkataanku.” Ini bukan hanya permintaan agar Allah mendengar suara, tetapi agar Allah memperhatikan isi hati Daud. Kata “keluh kesahku” dalam bahasa Ibrani (hagîgî) bisa berarti bisikan hati atau gumaman batin. Artinya, bahkan sebelum kata-kata itu terucap, Allah sudah mengetahui isi hati anak-anak-Nya.
John Calvin menafsirkan ayat ini dengan sangat indah:
“Daud tidak berdoa karena ia menganggap dirinya layak didengar, tetapi karena ia tahu bahwa Allah adalah Bapa yang penuh belas kasih. Ia mempersembahkan bukan hanya kata-kata, melainkan isi hatinya, yang sering kali diwarnai kelemahan dan air mata.”
(Calvin’s Commentary on the Psalms)
Doa Daud lahir bukan dari kekuatan, melainkan dari kelemahan yang diarahkan kepada Allah. Ini menunjukkan bahwa doa bukanlah kegiatan religius formal, melainkan napas dari jiwa yang bergantung penuh pada Tuhan.
2. Allah yang Mendengar
Ketika Daud berkata, “Berilah telinga,” ia menunjukkan keyakinan bahwa Allah bukan Tuhan yang jauh. Allah Israel adalah Allah yang pribadi — yang mau berelasi dan mendengar.
Charles Spurgeon, dalam The Treasury of David, menulis:
“Tidak ada keluhan anak Allah yang terlalu kecil untuk diperhatikan oleh Bapa surgawi. Ia mendengar setiap bisikan hati, bahkan sebelum kita mengucapkannya.”
Doa bukanlah sekadar mengirimkan kata ke langit kosong; doa adalah komunikasi langsung dengan Allah yang hidup dan mendengar.
II. DOA YANG DIARAHKAN KEPADA RAJA DAN ALLAH (Mazmur 5:2)
“Perhatikanlah teriak bantuanku, ya Rajaku dan Allahku, sebab kepada-Mulah aku berdoa.”
1. Hubungan yang Pribadi dan Tunduk
Perhatikan bagaimana Daud memanggil Allah: “Rajaku dan Allahku.” Ini adalah pengakuan yang penuh kerendahan hati dan ketaatan. Sebagai raja Israel, Daud tetap menyadari bahwa ia tunduk kepada Raja yang lebih tinggi — Allah sendiri.
Matthew Henry mengomentari ayat ini:
“Orang yang benar melihat Allah bukan hanya sebagai Allah, tetapi sebagai Rajanya. Ia datang bukan untuk menuntut, melainkan untuk menyembah dan tunduk.”
Doa Daud tidak hanya mencerminkan kedekatan pribadi (Allahku), tetapi juga penghormatan dan ketundukan (Rajaku). Di sinilah keseimbangan antara kasih dan hormat — relasi yang akrab namun penuh takut akan Allah.
2. Doa yang Didorong oleh Keadaan Mendesak
Daud berkata, “Perhatikanlah teriak bantuanku.” Kata teriak di sini dalam bahasa Ibrani (shav‘ah) menunjuk pada jeritan yang keluar dari penderitaan yang mendalam. Ia sedang dalam tekanan berat, mungkin dikejar musuh, difitnah, atau berada dalam bahaya. Namun, Daud tahu ke mana harus berseru — kepada Allah yang menjadi tempat perlindungan.
R.C. Sproul, dalam The Prayer of the Heart, menulis:
“Doa yang sejati tidak lahir dari liturgi yang indah, tetapi dari hati yang hancur. Doa yang keluar dari desperasi sering kali lebih murni daripada doa yang keluar dari rutinitas.”
Daud bukan sekadar berdoa karena kewajiban, melainkan karena kebutuhan mendalam. Ia tahu hanya Allah yang dapat menolong.
3. Pusat Doa: Kepada Allah Saja
Frasa terakhir, “sebab kepada-Mulah aku berdoa,” menegaskan bahwa doa yang benar selalu diarahkan kepada Allah semata. Daud tidak mencari pertolongan dari manusia, politik, atau kekuatannya sendiri. Ia memusatkan hatinya hanya kepada Allah.
John Owen menulis:
“Hati manusia selalu mencari penopang selain Allah. Namun doa yang murni adalah ketika semua penopang itu jatuh, dan jiwa hanya bersandar pada satu batu karang — yaitu Allah yang setia.”
Daud menunjukkan iman yang murni: hanya Allah satu-satunya tempat bergantung. Ini adalah inti dari kehidupan rohani yang sejati.
III. DOA DI WAKTU PAGI: IMAN YANG BANGUN LEBIH DULU (Mazmur 5:3)
“TUHAN, pada waktu pagi Engkau mendengar suaraku; pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu dan aku menunggu-nunggu.”
1. Waktu Pagi: Simbol Iman dan Kesiapan
Daud memulai harinya dengan doa. “Waktu pagi” dalam Mazmur sering kali menandakan awal hari yang baru, di mana iman dihidupkan kembali setelah malam kegelapan. Doa pagi adalah tanda bahwa kita menaruh pengharapan kita kepada Allah sebelum menghadapi hari itu.
John Calvin menjelaskan:
“Doa pagi adalah tanda bahwa seseorang menempatkan seluruh hidupnya di bawah penyelenggaraan Allah. Siapa yang berdoa di pagi hari mengakui bahwa tanpa Allah, hari itu tidak memiliki arah.”
Doa di pagi hari menunjukkan bahwa imanlah yang bangun lebih dahulu daripada tubuh. Sebelum aktivitas duniawi dimulai, Daud menata hatinya di hadapan Allah.
2. “Aku Mengatur Persembahan”
Frasa ini menarik. Dalam bahasa Ibrani, kata ‘arak (mengatur) dipakai juga untuk menggambarkan imam yang menata korban di mezbah. Artinya, doa Daud diibaratkan sebagai persembahan rohani. Ia datang bukan dengan korban bakaran, tetapi dengan hati yang tertata rapi di hadapan Tuhan.
Charles Spurgeon menafsirkan:
“Doa adalah korban pagi orang percaya. Lidah kita adalah mezbah, hati kita adalah dupa, dan iman kita adalah api yang membakar persembahan itu.”
Dengan demikian, doa bukan sekadar permohonan, tetapi tindakan ibadah yang penuh hormat dan kesadaran akan hadirat Allah.
3. “Aku Menunggu-nunggu” – Doa yang Penuh Pengharapan
Daud menutup bagian ini dengan kata yang kuat: “Aku menunggu-nunggu.” Dalam Ibrani, kata ini (tsaphah) berarti “berjaga dengan penuh perhatian,” seperti seorang penjaga menantikan fajar. Ini menunjukkan bahwa doa bukan hanya berbicara kepada Allah, tetapi juga menantikan jawaban-Nya dengan iman.
Matthew Henry menulis:
“Orang yang berdoa dengan benar tidak akan segera beranjak setelah berdoa; ia tetap menunggu dalam iman, percaya bahwa Allah akan menjawab di waktu-Nya.”
Doa sejati adalah perpaduan antara iman dan kesabaran. Kita tidak hanya berbicara kepada Allah, tetapi juga mendengarkan Dia melalui firman dan waktu.
IV. PANDANGAN TEOLOGI REFORMED TENTANG DOA DALAM MAZMUR 5:1–3
Teologi Reformed memandang doa bukan sekadar alat manusia untuk mengubah keadaan, tetapi sarana Allah untuk mengubah hati manusia sesuai dengan kehendak-Nya.
1. Doa sebagai Respons terhadap Kedaulatan Allah
Menurut John Calvin, doa adalah bukti iman yang sejati. Dalam Institutes of the Christian Religion (Buku III, Bab 20), ia berkata:
“Doa bukan untuk menginformasikan Allah tentang apa yang kita butuhkan, karena Ia sudah tahu. Tetapi doa diberikan agar kita belajar menggantungkan diri kepada-Nya, dan agar iman kita diteguhkan melalui pengalaman bahwa Ia menjawab doa.”
Daud tahu Allah sudah mengetahui semua penderitaannya, tetapi ia tetap berdoa — bukan karena Allah tidak tahu, melainkan karena hatinya perlu dibentuk dalam ketergantungan.
2. Doa dalam Kehidupan Orang Pilihan
Herman Bavinck, teolog besar Belanda, menulis:
“Doa adalah tanda bahwa kehidupan ilahi bekerja dalam hati manusia. Tanpa doa, iman menjadi mati; sebab doa adalah napas iman itu sendiri.”
Mazmur 5:1–3 menunjukkan kehidupan iman yang sehat — doa yang spontan, tulus, teratur, dan penuh pengharapan.
3. Doa sebagai Persembahan Rohani
Dalam pandangan John Owen, doa adalah bagian dari ibadah rohani yang sejati:
“Ketika kita datang kepada Allah dengan hati yang diurapi oleh Roh Kudus, maka setiap ucapan, keluhan, dan tangisan kita menjadi persembahan kudus di hadapan-Nya.”
Mazmur 5:3 dengan jelas menunjukkan prinsip ini: doa adalah persembahan, bukan ritual kosong. Roh Kudus menolong orang percaya agar doa mereka berkenan kepada Allah.
V. APLIKASI PRAKTIS UNTUK UMAT PERCAYA
1. Mulailah Hari dengan Doa
Mazmur 5 mengajarkan kita pentingnya doa pagi. Sebelum dunia menarik perhatian kita, arahkan dulu hati kepada Allah. Seperti Daud, marilah kita berkata: “Pada waktu pagi Engkau mendengar suaraku.”
Seorang Puritan, Thomas Watson, menulis:
“Mereka yang berdoa di pagi hari meletakkan seluruh hari itu di tangan Allah; dan mereka yang mempercayakan hari mereka kepada Allah akan berjalan dalam damai.”
Jadikan doa pagi sebagai kebiasaan suci — bukan karena kewajiban, tetapi karena kasih dan kebutuhan rohani.
2. Doa Adalah Sarana Keintiman dengan Allah
Ketika kita berkata “Allahku,” itu bukan sekadar sebutan teologis, melainkan hubungan yang hidup. Doa memperdalam pengenalan akan Allah yang pribadi dan penuh kasih.
Ketika Anda merasa lemah, cemas, atau tidak tahu harus berkata apa, ingatlah bahwa bahkan “keluh kesah” Anda pun didengar oleh Allah.
3. Doa Harus Disertai Iman yang Menunggu
Banyak orang berdoa tetapi tidak menunggu jawaban. Mazmur 5 mengajarkan kita untuk menunggu-nunggu. Jangan terburu-buru menutup doa. Bersabarlah, karena waktu Allah selalu sempurna.
4. Doa Adalah Persembahan Harian
Doa bukan hanya permintaan, tetapi ibadah. Setiap pagi, kita menata hati seperti imam menata korban di mezbah. Itulah cara kita memulai hari — dengan mempersembahkan waktu, hati, dan kehendak kita kepada Tuhan.
VI. PENGGENAPAN DOA DALAM KRISTUS
Mazmur 5 menemukan puncaknya dalam pribadi Tuhan Yesus Kristus. Ia adalah teladan tertinggi dari kehidupan doa.
Yesus sering berdoa pagi-pagi benar (Markus 1:35), Ia menangis dan berseru kepada Bapa (Ibrani 5:7), dan Ia mengajarkan murid-murid untuk berdoa: “Bapa kami yang di sorga.”
Ketika kita berdoa, kita tidak datang dengan kebenaran kita sendiri, tetapi melalui darah Kristus yang telah membuka jalan kepada hadirat Allah.
Charles Spurgeon berkata:
“Doa orang benar didengar bukan karena kesempurnaan doanya, melainkan karena kesempurnaan Juruselamat yang menebusnya.”
Kristus adalah Imam Besar kita yang mempersembahkan doa kita di hadapan Allah (Roma 8:34; Ibrani 7:25). Maka setiap kali kita berdoa di pagi hari, kita sedang mengambil bagian dalam pelayanan Kristus yang kekal di hadapan Bapa.
VII. PENUTUP
Mazmur 5:1–3 mengajarkan kita bahwa doa bukanlah kegiatan tambahan dalam kehidupan iman — doa adalah pusatnya. Dari pagi hari, Daud menunjukkan bahwa orang benar hidup bukan karena kekuatannya sendiri, tetapi karena kasih karunia Allah yang mendengar, menolong, dan menjawab.
Ketika hari-hari kita penuh tekanan, marilah kita meneladani Daud: berseru dengan keluh kesah, bersandar pada Raja kita, dan menunggu dengan iman.
Biarlah setiap pagi kita datang kepada Tuhan dengan hati yang tertata seperti persembahan kudus, dengan keyakinan bahwa Ia mendengar suara kita, dan dengan harapan bahwa Ia akan bertindak tepat pada waktunya.
Sebagaimana dikatakan oleh Rasul Paulus dalam Filipi 4:6–7:
“Janganlah hendaknya kamu khawatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Maka damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.”
Kiranya doa pagi kita setiap hari menjadi tanda kebergantungan kepada Allah yang setia, yang tidak pernah tertidur dan yang selalu mendengar suara umat-Nya.
Soli Deo Gloria.