Mazmur 6:8–10 Tuhan Mendengar Tangisan Orang Benar
.jpg)
Pendahuluan: Seruan dari Lembah Air Mata
Mazmur 6 adalah salah satu dari tujuh “Mazmur Penyesalan” (Penitential Psalms), di mana Daud mencurahkan isi hatinya dalam penderitaan yang dalam. Dalam ayat 8–10, kita melihat puncak dari doa pertobatan dan penderitaannya. Dari tangisan yang pahit, Daud naik menuju keyakinan penuh bahwa Tuhan telah mendengar doanya.
Firman Tuhan berbunyi:
Mazmur 6:8–10 (TB):
“Menjauhlah dari padaku, kamu sekalian yang melakukan kejahatan, sebab TUHAN telah mendengar tangisku; TUHAN telah mendengar permohonanku, TUHAN menerima doaku. Semua musuhku akan mendapat malu dan sangat terkejut; mereka akan mundur dan mendapat malu dalam sekejap mata.”
Ayat ini menandai peralihan dramatis dari ratapan menuju kemenangan rohani. Air mata digantikan dengan keyakinan, dan kesedihan berubah menjadi keberanian iman. Tema utama Mazmur ini adalah keyakinan bahwa Tuhan mendengar doa umat-Nya, bahkan ketika mereka berada dalam penderitaan terdalam.
I. Latar Belakang Mazmur 6: Seruan Jiwa yang Tersakiti
Mazmur ini ditulis dalam konteks penderitaan pribadi Daud. Banyak ahli tafsir Reformed seperti John Calvin dan Matthew Henry melihat mazmur ini sebagai ungkapan penderitaan fisik dan spiritual. Daud sedang ditekan oleh rasa bersalah karena dosa, oleh penderitaan tubuh, dan oleh ancaman musuh.
John Calvin menulis:
“Mazmur ini memperlihatkan pergumulan antara iman dan rasa takut dalam hati orang percaya. Daud bergumul bukan hanya melawan penderitaan jasmani, tetapi juga terhadap murka Allah yang ia rasakan menimpa dirinya.”
(Commentary on Psalms 6, Calvin)
Mazmur ini menunjukkan realitas iman yang jujur. Orang percaya bisa mengalami keputusasaan, bisa menangis, dan merasa jauh dari Allah. Namun, iman sejati tidak berhenti pada perasaan; iman sejati selalu berjuang kembali kepada pengharapan akan kasih setia Allah.
II. Eksposisi Ayat demi Ayat: Mazmur 6:8–10
Mazmur 6:8: “Menjauhlah dari padaku, kamu sekalian yang melakukan kejahatan, sebab TUHAN telah mendengar tangisku.”
Peralihan dari ratapan ke pernyataan iman terjadi secara mendadak. Di ayat-ayat sebelumnya, Daud menangis, berkata, “Aku telah letih lesu karena keluh kesahku” (Mazmur 6:7). Namun di ayat 8, ia berdiri teguh dengan keyakinan bahwa Tuhan telah mendengar tangisnya.
Kata “menjauhlah dari padaku” (Ibrani: סוּרוּ מִמֶּנִּי, surû mimmennî) adalah seruan otoritatif. Ini mengingatkan pada kata-kata Yesus dalam Matius 7:23, “Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!” Daud, dalam imannya, berbicara dengan keyakinan profetis bahwa musuh-musuhnya tidak lagi memiliki kuasa atas dirinya karena Allah berpihak kepadanya.
Matthew Henry menafsirkan:
“Ketika Tuhan menerima doa kita, kita bisa berani melawan segala musuh. Tidak ada musuh yang lebih berbahaya daripada dosa, dan tidak ada kemenangan yang lebih besar daripada ketika kita sadar bahwa Tuhan telah mendengar kita.”
(Matthew Henry’s Commentary on Psalm 6)
Relevansi teologis: Dalam teologi Reformed, ini menunjukkan doktrin providensia Allah — bahwa tidak ada penderitaan, air mata, atau kesulitan yang di luar kendali Allah. Ketika orang percaya berdoa, bukan sekadar perubahan keadaan yang terjadi, tetapi perubahan hati — dari ketakutan menuju keyakinan.
Mazmur 6:9: “TUHAN telah mendengar permohonanku, TUHAN menerima doaku.”
Ayat ini mengulangi dua kali kata “TUHAN telah mendengar,” menekankan kepastian dan penghiburan iman. Dalam bahasa Ibrani, “שָׁמַע” (shamaʿ) berarti mendengar dengan pengertian yang aktif — bukan hanya mendengar suara, tetapi bertindak menanggapinya.
John Calvin menjelaskan:
“Iman tidak puas dengan menduga bahwa Allah mungkin mendengar, tetapi berpegang pada janji-Nya bahwa Dia pasti mendengar. Doa yang benar tidak berhenti pada kata-kata, tetapi naik sampai pada kepastian bahwa Tuhan menjawab.”
(Calvin’s Commentary on Psalms)
Di sini kita melihat iman yang menang. Daud tidak lagi berbicara tentang tangisan, tetapi tentang kepastian bahwa Tuhan telah bertindak. Inilah esensi dari iman yang berdoa (praying faith) — iman yang berani memegang janji meskipun bukti lahiriah belum terlihat.
Aplikasi praktis:
Dalam penderitaan, orang percaya sering kali tidak segera melihat perubahan situasi. Namun, iman mengajarkan kita untuk percaya sebelum melihat. Seperti Abraham yang percaya kepada Allah dan hal itu diperhitungkan sebagai kebenaran (Roma 4:3), Daud pun percaya bahwa doanya tidak sia-sia.
Charles Spurgeon berkata:
“Ketika engkau dapat mengatakan, ‘Tuhan telah mendengar doaku,’ maka air mata berubah menjadi permata. Tidak ada sukacita yang lebih besar di dunia ini selain keyakinan bahwa doa kita telah sampai ke telinga Tuhan.”
(The Treasury of David)
Mazmur 6:10: “Semua musuhku akan mendapat malu dan sangat terkejut; mereka akan mundur dan mendapat malu dalam sekejap mata.”
Akhir mazmur ini adalah deklarasi kemenangan rohani. Daud tidak lagi berbicara tentang kesedihannya, melainkan tentang kehancuran musuh-musuhnya. Keyakinannya bahwa Tuhan telah mendengar doa membawa konsekuensi langsung: Allah akan bertindak membela umat-Nya.
Kata “malu” (bôsh) dan “terkejut” (bahal) adalah bahasa penghakiman. Dalam literatur Mazmur, kedua kata ini sering digunakan untuk menggambarkan kejatuhan orang fasik yang menentang Allah (Mazmur 35:4; 70:2).
John Calvin menulis:
“Bagi orang fasik, waktu penghakiman datang secara tiba-tiba dan menakutkan. Tetapi bagi orang percaya, Tuhan memberi kedamaian bahkan di tengah ancaman. Musuh boleh berteriak, tetapi Tuhan hanya perlu sekejap untuk membuat mereka diam.”
(Commentary on Psalm 6:10)
Ayat ini mencerminkan kedaulatan Allah dalam sejarah — Allah tidak hanya mendengar doa umat-Nya, tetapi juga menegakkan keadilan. Dalam teologi Reformed, hal ini sejalan dengan doktrin pembalasan ilahi (divine retribution), di mana Allah mempertahankan kebenaran dan menghancurkan kejahatan demi kemuliaan-Nya.
III. Makna Teologis: Doa, Iman, dan Kedaulatan Allah
Mazmur 6:8–10 mengandung tiga prinsip teologis utama yang menjadi fondasi iman Reformed:
1. Tuhan yang Berdaulat Mendengar Doa Umat-Nya
Doa tidak mengubah kehendak Allah, tetapi doa adalah sarana yang Allah tetapkan untuk menggenapi kehendak-Nya. Dalam teologi Reformed, ini disebut means of grace — sarana anugerah yang Allah pakai untuk menguatkan iman kita.
John Owen menulis:
“Ketika Allah memerintahkan kita berdoa, Dia bukan sedang menunggu kita memengaruhi hati-Nya, tetapi sedang menuntun hati kita agar selaras dengan kehendak-Nya.”
(Works of John Owen, Vol. 9)
Daud tidak mengandalkan emosinya, tetapi bersandar pada karakter Allah yang setia mendengar doa umat-Nya.
2. Iman yang Sejati Menegaskan Kepastian Jawaban Doa
Daud berkata bukan “Tuhan akan mendengar,” tetapi “Tuhan telah mendengar.”
Iman sejati percaya bahwa janji Allah sudah pasti meskipun belum tampak secara lahiriah.
Louis Berkhof menjelaskan:
“Iman bukanlah sekadar harapan akan masa depan, tetapi keyakinan terhadap janji Allah yang sudah pasti terjadi.”
(Systematic Theology, 1938)
Iman tidak berdiam diri dalam ketakutan, tetapi beristirahat dalam kepastian janji Allah.
3. Allah Membela dan Memuliakan Umat-Nya
Mazmur ini berakhir dengan pembalikan keadaan: musuh yang dulu mengejek kini menjadi malu. Dalam narasi Alkitab, pola ini berulang — Allah membalikkan keadaan demi kemuliaan-Nya. Dalam Kristus, hal ini mencapai puncaknya: salib yang tampak sebagai kekalahan menjadi kemenangan terbesar.
R.C. Sproul berkata:
“Ketika Allah menjawab doa umat-Nya, Ia tidak hanya menunjukkan belas kasihan-Nya, tetapi juga menegakkan kebenaran-Nya. Doa yang dijawab adalah kesaksian bahwa Allah memerintah dunia ini dengan adil dan penuh kasih.”
(The Holiness of God)
IV. Aplikasi Praktis bagi Orang Percaya
-
Berdoalah dengan kesungguhan hati, bukan sekadar formalitas.
Daud menangis di hadapan Tuhan. Doa yang sungguh-sungguh bukan soal panjangnya kata, tetapi kedalaman hati.“Doa yang lahir dari air mata lebih kuat daripada seribu kata yang dingin.” — Spurgeon
-
Percayalah bahwa Tuhan mendengar meski jawaban belum tampak.
Dalam teologi Reformed, doa bukan instrumen untuk mengubah Tuhan, tetapi alat untuk mengubah kita agar tunduk pada kehendak-Nya. -
Jangan takut terhadap musuh atau keadaan.
Tuhan yang mendengar adalah Tuhan yang membela. Ketika kita tahu bahwa doa kita telah sampai kepada Allah, kita dapat berkata seperti Daud: “Menjauhlah dari padaku, kamu sekalian yang melakukan kejahatan!” -
Ingat bahwa kemenangan rohani dimulai dari hati yang percaya.
Sebelum Tuhan mengubah keadaan luar, Dia terlebih dahulu mengubah hati kita.
V. Kristus dalam Mazmur 6:8–10
Mazmur ini menemukan penggenapannya dalam Kristus Yesus. Di taman Getsemani, Yesus menangis dan berdoa dengan air mata darah. Ia merasakan seluruh murka Allah yang tidak pernah dialami Daud. Namun, seperti Daud, Ia pun didengar oleh Bapa-Nya.
“Ia, yang pada masa hidup-Nya di dunia ini telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis... telah didengar karena kesalehan-Nya.”
(Ibrani 5:7)
Kebangkitan Kristus adalah bukti bahwa Allah mendengar doa Anak-Nya. Karena Kristus, doa kita pun diterima. Setiap tangisan orang percaya naik melalui perantaraan Kristus kepada takhta kasih karunia.
John Calvin menulis dengan indah:
“Ketika kita berdoa di dalam Kristus, kita tidak berbicara dengan lidah kita, melainkan dengan lidah Kristus sendiri. Oleh karena itu, doa orang percaya tidak mungkin tidak didengar.”
(Institutes, III.20.17)
Kesimpulan: Dari Air Mata Menuju Iman
Mazmur 6:8–10 menunjukkan transformasi yang luar biasa — dari air mata menuju kepercayaan, dari kesedihan menuju kemenangan. Doa yang lahir dari penderitaan menghasilkan iman yang teguh. Ketika Tuhan mendengar tangisan kita, maka kita pun dapat berkata seperti Daud:
“Tuhan telah mendengar tangisku; Tuhan telah mendengar permohonanku; Tuhan menerima doaku.”
Artikel ini mengingatkan kita bahwa tidak ada air mata yang sia-sia di hadapan Allah.
Setiap tangisan orang benar adalah benih yang akan dituai dalam sukacita (Mazmur 126:5).
Tuhan tidak pernah tuli terhadap doa umat-Nya — Ia mendengar, Ia bertindak, dan Ia memulihkan.