Pemeliharaan Allah yang Sempurna atas Segala Sesuatu
Pendahuluan
Salah satu pertanyaan terdalam yang selalu menghantui umat manusia adalah: “Siapa yang sebenarnya mengatur segala sesuatu dalam hidup ini?” Apakah kehidupan manusia hanyalah rangkaian kebetulan, apakah dunia berjalan dengan hukum alam buta, atau adakah tangan yang tidak kelihatan yang menopang seluruh keberadaan kita?
Alkitab memberikan jawaban yang jelas dan penuh penghiburan: Allah yang Mahakuasa memelihara, mengatur, dan mengarahkan segala sesuatu menurut rencana-Nya yang kekal dan sempurna.
Doktrin ini disebut Providensi Allah (Pemeliharaan Allah). Dalam bahasa sederhana, providensi berarti “Allah tidak hanya menciptakan dunia, tetapi Ia juga memelihara dan mengatur setiap detailnya.”
John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menyatakan:
“Kita tidak boleh membayangkan Allah hanya sebagai Pencipta yang setelah menyelesaikan ciptaan-Nya lalu menarik diri dan membiarkan dunia berjalan sendiri. Tidak, Allah terus-menerus bekerja, menopang, dan memelihara ciptaan-Nya, mengatur setiap kejadian sesuai dengan kehendak-Nya.”
Hari ini kita akan membahas kebenaran agung ini dalam empat bagian besar:
-
Hakikat Providensi Allah
-
Ruang lingkup Providensi Allah
-
Tujuan Providensi Allah
-
Implikasi praktis bagi kehidupan orang percaya
1. Hakikat Providensi Allah
Kata “providensi” berasal dari bahasa Latin providentia, yang berarti “melihat ke depan” atau “menyediakan terlebih dahulu.” Namun dalam Alkitab, providensi bukan sekadar kemampuan Allah untuk mengetahui masa depan, tetapi mencakup tindakan aktif Allah yang memelihara dan mengatur dunia.
Louis Berkhof dalam Systematic Theology menuliskan tiga aspek utama providensi Allah:
-
Pemeliharaan (preservatio): Allah menopang keberadaan segala sesuatu sehingga ciptaan tidak lenyap atau binasa.
-
Pemerintahan (gubernatio): Allah mengatur segala sesuatu menuju tujuan yang telah Ia tetapkan.
-
Pengaturan (concursus): Allah bekerja melalui dan bersama ciptaan untuk melaksanakan kehendak-Nya.
Dengan kata lain, providensi Allah adalah karya aktif Allah yang berkelanjutan dalam ciptaan. Allah bukan hanya “jam yang memutar dunia lalu pergi,” melainkan Raja yang tetap memerintah dengan tangan kuat dan penuh kasih.
Pemazmur menegaskan hal ini:
“Segala sesuatu yang dikehendaki TUHAN, dibuat-Nya, di langit dan di bumi, di laut dan di segenap samudera raya.” (Mazmur 135:6)
Herman Bavinck menambahkan dalam Reformed Dogmatics:
“Providensi bukanlah sekadar pengawasan, tetapi tindakan Allah yang aktif. Ia bekerja dalam dan melalui semua ciptaan, dari yang terbesar hingga yang terkecil, tanpa menghapus kebebasan makhluk.”
2. Ruang Lingkup Providensi Allah
Sejauh mana Allah memelihara dan mengatur segala sesuatu? Jawabannya: tidak ada satu pun di alam semesta ini yang berada di luar providensi Allah.
a. Alam semesta
Allah memelihara hukum-hukum alam dan keteraturan ciptaan. Hujan, angin, musim, dan bahkan jatuhnya sehelai daun ada dalam kendali Allah.
Yesus berkata:
“Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekor pun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu.” (Matius 10:29)
b. Bangsa-bangsa dan sejarah
Allah juga berdaulat atas jalannya sejarah dunia. Kekaisaran bangkit dan runtuh bukan karena kebetulan, melainkan sesuai dengan rencana Allah.
Daniel 2:21 berkata:
“Dia mengubah zaman dan ketentuan; Dia menurunkan raja dan mengangkat raja.”
c. Kehidupan manusia pribadi
Tidak ada detail kecil pun dalam hidup kita yang luput dari providensi Allah. Bahkan rambut kepala kita terhitung semua (Matius 10:30).
Calvin menulis:
“Tidak ada sesuatu pun yang terjadi, bahkan tidak ada setetes hujan pun jatuh, tanpa perintah Allah.”
d. Peristiwa yang tampak jahat
Inilah bagian yang paling sulit dipahami: bagaimana Allah berdaulat atas kejahatan tanpa menjadi penyebab dosa. Alkitab jelas menyatakan bahwa Allah membiarkan dan mengatur perbuatan jahat manusia untuk menggenapi rencana-Nya, tetapi Ia sendiri tetap suci.
Contohnya adalah penyaliban Kristus. Kisah Para Rasul 2:23 menyatakan:
“Dia yang diserahkan menurut maksud dan rencana Allah, kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan orang-orang durhaka.”
Artinya, bahkan dosa terbesar manusia pun tidak di luar kendali Allah, melainkan digunakan Allah untuk keselamatan dunia.
3. Tujuan Providensi Allah
Mengapa Allah mengatur segala sesuatu dengan providensi-Nya?
a. Untuk kemuliaan Allah
Tujuan utama dari segala sesuatu adalah supaya Allah dimuliakan. Providensi-Nya menyingkapkan kuasa, kebijaksanaan, dan kasih-Nya.
Roma 11:36 menegaskan:
“Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!”
b. Untuk kebaikan umat-Nya
Salah satu ayat paling terkenal tentang providensi adalah Roma 8:28:
“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”
Kebaikan yang dimaksud bukanlah kenyamanan duniawi semata, melainkan keserupaan dengan Kristus (Roma 8:29).
Seperti yang dikatakan Thomas Watson, seorang Puritan:
“Allah menggunakan obat pahit untuk menyembuhkan penyakit jiwa kita. Bahkan penderitaan pun adalah alat dalam tangan-Nya untuk mendatangkan kebaikan.”
c. Untuk penggenapan rencana keselamatan
Providensi Allah juga bergerak menuju tujuan akhir: penyempurnaan segala sesuatu di dalam Kristus. Sejarah bukanlah lingkaran tak berujung, melainkan sebuah drama yang menuju klimaks dalam kedatangan Kristus yang kedua kali.
4. Implikasi Praktis bagi Kehidupan Orang Percaya
Doktrin providensi bukan hanya konsep teologis, tetapi sumber penghiburan dan kekuatan dalam kehidupan sehari-hari.
a. Mengusir ketakutan
Jika Allah berdaulat atas segala sesuatu, maka kita tidak perlu takut terhadap masa depan. Dunia mungkin tampak kacau, tetapi di balik semua itu ada tangan Allah yang bekerja.
Yesaya 41:10 memberi jaminan:
“Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.”
b. Menumbuhkan iman dan pengharapan
Providensi Allah menolong kita melihat bahwa hidup ini bukan kebetulan. Bahkan penderitaan pun ada maknanya. Kita belajar percaya bahwa Allah tahu apa yang terbaik.
John Flavel, seorang Puritan, menulis:
“Orang yang mengerti providensi Allah akan menemukan penghiburan dalam segala keadaan. Ia melihat tangan Allah di balik setiap peristiwa.”
c. Mengajarkan kerendahan hati
Kesadaran bahwa Allah mengatur segala sesuatu membuat kita rendah hati. Kita tidak dapat menyombongkan diri atas keberhasilan, sebab semua itu dari Allah. Kita juga tidak boleh putus asa dalam kegagalan, sebab Allah yang sama tetap memegang kendali.
d. Mendorong doa dan syukur
Providensi tidak membuat doa sia-sia, justru menjadi alasan kita berdoa. Allah menetapkan tujuan sekaligus sarana, dan doa adalah salah satu sarana itu. Kita juga bersyukur karena tahu semua yang kita terima adalah dari tangan-Nya.
e. Menguatkan dalam penderitaan dan kematian
Tidak ada penghiburan yang lebih besar bagi orang percaya selain mengetahui bahwa bahkan kematian pun ada dalam providensi Allah. Kita dapat berkata bersama Pemazmur:
“Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku.” (Mazmur 23:4)
Penutup
Saudara-saudara, doktrin Providensi Allah adalah mutiara indah dari iman Kristen. Dunia mungkin melihat hidup ini sebagai rangkaian kebetulan, tetapi kita tahu ada Allah yang berdaulat, penuh kasih, dan setia, yang memelihara dan mengatur segala sesuatu.
Mari kita mengingat kembali tiga hal utama:
-
Allah memelihara dan mengatur segala sesuatu dengan bijaksana.
-
Tujuannya adalah kemuliaan-Nya dan kebaikan umat-Nya.
-
Implikasinya adalah penghiburan, iman, kerendahan hati, dan kesetiaan dalam hidup.
Kiranya kebenaran ini menolong kita menghadapi hidup dengan keyakinan penuh, sehingga kita dapat berkata bersama Calvin:
“Tidak ada hal yang lebih menghibur daripada menyadari bahwa segala sesuatu ada di bawah pemerintahan Allah, dan tidak ada yang terjadi tanpa kehendak-Nya.”
Soli Deo Gloria.