APAKAH YESUS PERNAH MENGATAKAN DIRINYA ALLAH (YOHANES 10:34-38)

PDT.BUDI ASALI, M.DIV.
APAKAH  YESUS PERNAH MENGATAKAN DIRINYA ALLAH (YOHANES 10:34-38)Jawaban:
a) Tentang Yesus yang tidak pernah menyatakan diri sebagai Allah.

Yesus memang tidak pernah menyatakan diri sebagai ‘Allah’; Ia selalu menyatakan diri sebagai ‘Anak Allah’. Tetapi perlu dipertanyakan kepada Saksi-Saksi Yehuwa pertanyaan ini: apakah kita harus membentuk pemikiran / kepercayaan / ajaran tentang Yesus hanya berdasarkan kata-kata Yesus sendiri saja, atau juga dari bagian-bagian Kitab Suci yang lain? Yang dianggap sebagai Firman Tuhan itu hanya kata-kata Yesus sendiri saja, atau juga bagian-bagian lain dari Kitab Suci? Sekalipun Yesus sendiri tidak pernah menyatakan diri sebagai ‘Allah’, tetapi banyak ayat-ayat Kitab Suci yang menyatakan demikian, seperti Yesaya 9:5 Yohanes 1:1 Yohanes 20:28 Kis 20:28 Roma 9:5 Tit 2:13 Ibrani 1:8 2 Petrus 1:1 1Yohanes 5:20 Wahyu 1:8 dsb.

b) Ingat bahwa suatu istilah dalam Kitab Suci harus diartikan sesuai dengan pengertian penulisnya / orang jaman itu tentang istilah tersebut, bukan dengan pengertian orang jaman sekarang tentang istilah tersebut.

Tentang istilah ‘Anak Allah’ yang digunakan oleh Yesus terhadap diriNya sendiri ini, banyak orang menyalah-artikan istilah ini, dengan mengatakan bahwa istilah ‘Anak Allah’ menunjukkan bahwa dulu hanya ada Allah saja, yang lalu beranak, dsb. Karena itu jelas bahwa Yesus tidak setua / sekekal BapaNya. Tetapi ini adalah penafsiran yang menggunakan pengertian orang jaman seka¬rang tentang istilah ‘Anak Allah’ itu. Padahal istilah itu digunakan sekitar 2000 tahun yang lalu di Palestina, dan karena itu harus diartikan menurut pengertian orang-orang di sana pada jaman itu.

Loraine Boettner: “in theological language the terms ‘Father’ and ‘Son’ carry with them not our occidental ideas of, on the one hand, source of being and superiority, and on the other, subordination and dependence, but rather the Semitic and oriental ideas of likeness or sameness of nature and equality of being. It is, of course, the Semitic consciousness that underlies the phraseology of Scripture, and wherever the Scriptures call Christ the ‘Son of God’ they assert His true and proper Deity” (=dalam bahasa theologia istilah-istilah ‘Bapa’ dan ‘Anak’ membawa dengan mereka, bukan gagasan-gagasan Barat tentang sumber keberadaan dan kesuperioran pada satu pihak dan ketundukan dan ketergantungan pada pihak yang lain, tetapi gagasan-gagasan Semitic dan Timur tentang persamaan atau kesamaan hakekat / sifat dan kesetaraan dari keberadaan. Tentu saja, kesadaran Semiticlah yang mendasari penggunaan ungkapan dari Kitab Suci, dan dimanapun Kitab Suci menyebut Kristus ‘Anak Allah’, mereka menegaskan keilahianNya yang sungguh-sungguh dan benar) - ‘Studies in Theology’, hal 152-153.

Catatan: kata ‘Semitic’ berasal dari nama ‘Sem’, yaitu salah satu dari anak-anak Nuh. Yang termasuk bahasa Semitic adalah bahasa-bahasa di Timur Tengah seperti Ibrani dan juga Aramaic, Arab, Asyur, Babilonia, Phoenicia, dsb.

Lalu bagaimana pengertian orang-orang di sana pada jaman itu tentang istilah ‘Anak Allah’?

Istilah ‘anak’ diartikan secara sangat bervariasi dalam Kitab Suci, yaitu:

• anak laki-laki (secara jasmani).

• keturunan, tanpa mempedulikan jenis kelamin (Roma 9:27).

• teman / sahabat (Matius 9:15).

• kemiripan, baik dalam hal yang baik atau buruk (Galatia 3:7 Matius 23:31 Lukas 6:35 Kis 13:10).

• sifat moral yang menonjol (Matius 5:9,45 Markus 3:17 Lukas 10:6 Lukas 16:8 Efesus 2:2 Kis 4:36).

• tujuan / nasib akhir, baik atau buruk (Matius 23:15 Yohanes 17:12 2Tes 2:3 Matius 13:38).

• hubungan orang-orang percaya dengan Allah (Galatia 3:26).

• ciptaan (Lukas 3:38 Ayub 1:6 Ayub 2:1).

Tidak ada dari arti-arti ini yang bisa diterapkan terhadap istilah ‘Anak Allah’ pada waktu istilah itu diterapkan kepada Yesus.

A. H. Strong: “Dalman, The Words of Jesus: ‘Nowhere do we find that Jesus called himself the Son of God in such a sense as to suggest a merely religious and ethical relation to God - a relation which others also possessed and which they were capable of attaining or were destined to acquire.’ We may add that while in the lower sense there are many ‘sons of God,’ there is but one ‘only begotten Son.’” (=Dalman, ‘The Words of Jesus’: Kita tidak pernah menemukan dimanapun bahwa Yesus menyebut diriNya sendiri Anak Allah dalam arti sedemikian rupa sehingga menunjukkan semata-mata hubungan yang bersifat agama dan etika / moral dengan Allah - suatu hubungan yang juga dimiliki oleh orang-orang yang lain, dan yang bisa mereka capai atau suatu hubungan yang ditetapkan bagi mereka untuk mendapatkannya’. Kami bisa menambahkan bahwa sementara dalam arti yang lebih rendah ada banyak ‘anak-anak Allah’, tetapi hanya ada satu ‘satu-satunya Anak yang diperanakkan’) - ‘Systematic Theology’, hal 313.

Kalau begitu apa artinya? Tentang istilah / gelar ‘Anak Allah’ bagi Yesus, W. E. Vine memberikan komentar sebagai berikut: “absolute Godhead, not Godhead in a secondary or derived sense, is intended in the title” (=keAllahan yang mutlak, bukan keAllahan dalam arti sekunder atau yang didapatkan, yang dimaksudkan dalam gelar tersebut) - ‘An Expository Dictionary of New Testament Words’, hal 1061.

Tetapi, apa dasarnya pandangan seperti ini?

Pertama-tama kita bisa mendapatkan jawabannya dengan membandingkan istilah ‘Anak Allah’ dengan istilah ‘Anak Manusia’, yang sama-sama merupakan gelar / sebutan yang sangat sering digunakan oleh Yesus untuk diriNya sendiri. Kalau istilah ‘Anak Manusia’ diartikan bahwa Yesus ‘betul-betul manusia’, maka istilah ‘Anak Allah’ harus diartikan bahwa Yesus ‘betul-betul Allah’.


Kedua, kita bisa melihat Matius 14:33 yang berbunyi sebagai berikut: “Dan orang-orang yang ada di perahu menyembah Dia, katanya: ‘Sesungguhnya Engkau Anak Allah.’”. Pikirkan ayat ini! Mereka menganggap Yesus betul-betul adalah Anak Allah, dan karena itu mereka lalu menyembah Dia. Kalau mereka menganggap bahwa ‘Anak Allah’ itu ‘bukan Allah’, atau ‘lebih rendah dari Allah’, maka mungkinkah mereka, yang adalah orang-orang Yahudi (bangsa monotheist, yang hanya menyembah Allah saja), lalu menyembah Dia? Dari ayat ini jelas bahwa mereka menganggap istilah ‘Anak Allah’ berarti ‘Allah sendiri’.

Ketiga, kita bisa mendapatkan jawabannya dengan melihat pada Yohanes 10:33b dan Yoh 5:18b, dimana terli¬hat dengan jelas bahwa pada waktu Yesus menyebut diriNya sebagai ‘Anak Allah’, orang-orang Yahudi pada saat itu mengerti bahwa kata-kata itu berarti bahwa Yesus menganggap diri sehakekat dengan Allah, atau menyamakan diri dengan Allah, atau menganggap diri setara dengan Allah. Ini mereka anggap sebagai penghujatan terhadap Allah, dan karena itu mereka mau merajam Yesus.

Yohanes 5:17-18 - “(17) Tetapi Ia berkata kepada mereka: ‘BapaKu bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga.’ (18) Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuhNya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah BapaNya sendiri dan dengan demikian menyamakan diriNya dengan Allah”.

NIV/NASB: ‘making himself equal with God’ (=membuat diriNya sendiri setara dengan Allah).

Catatan: kata Yunani yang diterjemahkan ‘menyamakan’ dalam Yohanes 5:18 adalah kata yang sama dengan kata Yunani yang diterjemahkan ‘setara’ dalam Filipi 2:6. Jadi artinya ‘menyetarakan’ / ‘menyederajatkan’, bukan betul-betul ‘mengidentikkan’.

Yohanes 10:30-33 - “(30) Aku dan Bapa adalah satu.’ (31) Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus. (32) Kata Yesus kepada mereka: ‘Banyak pekerjaan baik yang berasal dari BapaKu yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?’ (33) Jawab orang-orang Yahudi itu: ‘Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diriMu dengan Allah [NWT / TDB: “make yourself a god” (=menjadikan dirimu suatu allah)]” (bdk. Yoh 10:36b - “Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah?”.).

Catatan: kata-kata ‘menyamakan diriMu dengan Allah’ seharusnya adalah ‘membuat diriMu Allah’.

Bandingkan kedua text di atas dengan:

• Yohanes 19:7 - “Jawab orang-orang Yahudi itu kepadanya: ‘Kami mempunyai hukum dan menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Ia menganggap diriNya sebagai Anak Allah.’”.

Catatan: terjemahan sebenarnya dari kata-kata ‘Ia menganggap diriNya sebagai Anak Allah’ adalah ‘Ia membuat diriNya sendiri Anak Allah’.

• Markus 14:61-64 - “(61) Tetapi Ia tetap diam dan tidak menjawab apa-apa. Imam Besar itu bertanya kepadaNya sekali lagi, katanya: ‘Apakah Engkau Mesias, Anak dari Yang Terpuji?’ (62) Jawab Yesus: ‘Akulah Dia, dan kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di tengah-tengah awan-awan di langit.’ (63) Maka Imam Besar itu mengoyakkan pakaiannya dan berkata: ‘Untuk apa kita perlu saksi lagi? (64) Kamu sudah mendengar hujatNya terhadap Allah. Bagaimana pendapat kamu?’ Lalu dengan suara bulat mereka memutuskan, bahwa Dia harus dihukum mati”.

Saksi-Saksi Yehuwa menganggap bahwa penyetaraan Yesus dengan Allah itu hanya merupakan anggapan / penafsiran yang salah dari orang-orang Yahudi tentang pengakuan Yesus sebagai Anak Allah.

Dalam buku ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 433, Saksi-Saksi Yehuwa mengomentari Yoh 5:18 dengan berkata: “Orang Yahudi yang tidak percaya itulah yang berpendapat bahwa Yesus berusaha menjadikan dirinya sama seperti Allah dengan menyatakan Allah sebagai Bapanya. ... Orang Yahudi yang tidak percaya itu jugalah yang menyatakan bahwa Yesus melanggar Sabat”. Bandingkan dengan buku ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 24, yang juga mengatakan hal yang kurang lebih sama dengan ini.

Ini sama sekali tidak masuk akal, karena:

Sebetulnya kata-kata dalam Yoh 5:18 itu bukanlah kata-kata dari orang-orang Yahudi tetapi kata-kata dari Yohanes / penceritaan oleh rasul Yohanes.

Yohanes 5:18 - “Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuhNya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah BapaNya sendiri dan dengan demikian menyamakan diriNya dengan Allah”.

Walter Martin: “The sentence structure clearly shows that John said it under the inspiration of the Holy Spirit, and not the Jews!” (=Struktur kalimatnya jelas menunjukkan bahwa Yohaneslah yang mengatakannya di bawah pengilhaman Roh Kudus, dan bukan orang-orang Yahudi!) - ‘The Kingdom of the Cults’, hal 96.

Tetapi adanya kata-kata ‘meniadakan Sabat’, mungkin menunjukkan bahwa dalam bagian ini rasul Yohanes memang mencatat kata-kata dari orang-orang Yahudi. Sekalipun demikian, kata-kata itu pasti benar karena Yohanes tidak mengoreksinya (Catatan: tentang ‘meniadakan Sabat’, Yohanes tidak perlu mengoreksinya, karena Yesus sudah melakukan hal itu dalam ay 16-17nya).

Dalam Yoh 2, pada waktu orang-orang Yahudi mempunyai penafsiran yang salah tentang kata-kata Yesus, maka Yohanes mengoreksinya.

Yohanes 2:18-21 - “(18) Orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya: ‘Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?’ (19) Jawab Yesus kepada mereka: ‘Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.’ (20) Lalu kata orang Yahudi kepadaNya: ‘Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?’ (21) Tetapi yang dimaksudkanNya dengan Bait Allah ialah tubuhNya sendiri”.

Ay 20 merupakan penafsiran yang salah dari orang-orang Yahudi tentang kata-kata Yesus, dan ay 21 merupakan koreksi yang diberikan oleh rasul Yohanes tentang penafsiran yang salah itu.

Lalu mengapa kalau Yohanes 5:18 merupakan kata-kata dari orang-orang Yahudi, dan kata-kata itu salah, Yohanes tidak mengoreksinya? Jelas karena kata-kata itu memang benar, dan karena itu tidak perlu dikoreksi.

dalam Yohanes 10:33, sekalipun kata-kata itu memang itu diucapkan oleh orang-orang Yahudi, tetapi lagi-lagi kata-kata itu pasti benar. Mengapa? Karena kalau kata-kata itu salah, Yesus pasti akan membetulkannya; Ia pasti akan menyangkal bahwa Ia menyetarakan diriNya dengan Allah. Tetapi Yesus tidak pernah melakukan hal itu! Kalau saudara membaca Yoh 10:34-39 terlihat dengan jelas bahwa Yesus bukannya membetulkan kesalahan mereka, tetapi sebaliknya justru menegaskan bahwa kata-kata mereka itu benar. Supaya lebih jelas, mari kita pelajari bagian itu.

Yohanes 10:34-39 - “(34) Kata Yesus kepada mereka: ‘Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah allah? (35) Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut allah - sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan -, (36) masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutusNya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah? (37) Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan BapaKu, janganlah percaya kepadaKu, (38) tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepadaKu, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa.’ (39) Sekali lagi mereka mencoba menangkap Dia, tetapi Ia luput dari tangan mereka”.

Ada hal-hal yang ingin saya jelaskan tentang jawaban Yesus dalam Yohanes 10:34-38 ini:

1. Hal yang sangat penting untuk diperhatikan dari seluruh jawaban Yesus ini adalah: terhadap kata-kata orang-orang Yahudi dalam Yohanes 10: 33 (bahwa Yesus menyetarakan diri dengan Allah), Yesus tidak menyangkalnya! Andaikata dalam Yohanes 10: 30 Yesus memang tidak bermaksud untuk menyetarakan diriNya dengan Allah, maka dalam Yohanes 10: 34-38 Ia pasti akan berkata: ‘Siapa yang menyetarakan diri dengan Allah? Kamu salah mengerti kata-kataKu!’.

Dalam persoalan Sabat, pada saat mereka menyalahkan Yesus, Yesus sering membantahnya (Mat 12:1-8 Mat 12:9-15a Lukas 13:10-17 Lukas 14:1-6 Yohanes 5:16-17 Yohanes 7:22-24). Tetapi dalam persoalan ‘tuduhan’ menyetarakan diri dengan Allah, Yesus tidak pernah membantahnya (Yohanes 5:17-18 Yohanes 10:30-38). Kalau memang pendapat / penafsiran mereka itu salah, mengapa Yesus tidak pernah membantahnya?

Loraine Boettner: “And Jesus did not deny, but acknowledged, the accuracy of their charge. If they had been wrong a word from Him would have set them right, and it would have been nothing short of criminal for Him to have withheld it. ... It was not because of a slight misunderstanding of His claims that He allowed Himself to be murdered by His enemies, but because His claims were insisted upon by Him and accurately understood and resented by the Jews that He went to the cross” (=Dan Yesus tidak menyangkal, tetapi mengakui, keakuratan dari tuduhan mereka. Seandainya mereka salah, maka satu kata dari Dia akan membetulkan mereka, dan merupakan suatu tindakan kriminil dari Dia untuk menahan / tidak mengucapkan kata itu. ... Bukan karena suatu kesalah-pahaman yang kecil tentang claimNya sehingga Ia mengijinkan diriNya sendiri dibunuh oleh musuh-musuhNya, tetapi karena Ia berkeras / bersikukuh tentang claimNya, dan claimNya itu dimengerti secara akurat dan dibenci oleh orang-orang Yahudi sehingga Ia disalibkan) - ‘Studies in Theology’, hal 155.

2. Jawaban Yesus dalam Yohanes 10: 34-38 terdiri dari 2 hal:

a. Yohanes 10: 34-36:

• Ay 34b dikutip dari Mazmur 82:6.

• Yesus berkata bahwa dalam Kitab Suci juga ada orang yang disebut dengan istilah ‘allah’, dan itu tidak dianggap penghujatan. Yesus tidak memaksudkan bahwa Ia juga adalah ‘allah’ dalam arti yang sama. Yesus tidak menyejajarkan diriNya dengan hakim-hakim yang disebut ‘allah’ itu. Maksud Yesus adalah: kalau mereka, yang adalah manusia biasa / hakim, bisa disebut ‘allah’ tanpa harus menghujat Allah, maka lebih-lebih Dia, yang adalah Mesias. Pada waktu Ia menyebut diriNya sendiri ‘Anak Allah’, tentu itu bukan penghujatan.

b. Yohanes 10: 37-38: Hal kedua yang Yesus tekankan adalah: mujijat-mujijat yang Ia lakukan seharusnya membuat mereka mempercayai kata-kataNya.

3. Ada 3 kalimat / pernyataan yang artinya sama.

Yohanes 10:30-39 - “(30) Aku dan Bapa adalah satu.’ (31) Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus. (32) Kata Yesus kepada mereka: ‘Banyak pekerjaan baik yang berasal dari BapaKu yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?’ (33) Jawab orang-orang Yahudi itu: ‘Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diriMu dengan Allah.’ (34) Kata Yesus kepada mereka: ‘Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah allah? (35) Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut allah - sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan -, (36) masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutusNya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah? (37) Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan BapaKu, janganlah percaya kepadaKu, (38) tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepadaKu, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa.’ (39) Sekali lagi mereka mencoba menangkap Dia, tetapi Ia luput dari tangan mereka”.

Ingat bahwa semua persoalan ini muncul karena dalam Yohanes 10:30 Yesus berkata: ‘Aku dan Bapa adalah satu’.

Sekarang perhatikan bahwa dalam Yohanes 10: 36b Yesus berkata: “karena Aku berkata: ‘Aku Anak Allah’”. Ini aneh! Mengapa Ia tidak berkata: “karena Aku berkata: ‘Aku dan Bapa adalah satu’”? Bukankah kata-kata ‘Aku dan Bapa adalah satu’ dalam Yohanes 10: 30 itu yang dipersoalkan di sini?

Juga dalam ay 38b, Yesus berkata: “Supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa”. Ini juga aneh! Mengapa Ia tidak berkata: “Supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Aku dan Bapa adalah satu”?

Jawabannya: jelas karena ketiga kalimat itu: yaitu:

• Aku dan Bapa adalah satu (Yohanes 10: 30).

• Aku adalah Anak Allah (Yohanes 10: 36b).

• Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa (Yohanes 10: 38b bdk. Yohanes 14:8-11).

maksudnya adalah sama! Semuanya menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah sendiri!

c) Yesus menyebut diriNya / disebut sebagai Anak Allah karena memang Ia diperanakkan secara kekal oleh Allah Bapa. Untuk ini lihat penjelasan tentang doktrin The Eternal Generation of the Son.APAKAH  YESUS PERNAH MENGATAKAN DIRINYA ALLAH (YOHANES 10:34-38).
Next Post Previous Post