PERUMPAMAAN BENDAHARA YANG TIDAK JUJUR : LUKAS 16:1-15

PDT.BUDI ASALI,M.DIV.
PERUMPAMAAN BENDAHARA YANG TIDAK JUJUR : Lukas 16:1-15PERUMPAMAAN BENDAHARA YANG TIDAK JUJUR : Lukas 16:1-15. Lukas 16:1-15 - “(1) Dan Yesus berkata kepada murid-muridNya: ‘Ada seorang kaya yang mempunyai seorang bendahara. Kepadanya disampaikan tuduhan, bahwa bendahara itu menghamburkan miliknya. (2) Lalu ia memanggil bendahara itu dan berkata kepadanya: Apakah yang kudengar tentang engkau? Berilah pertanggungan jawab atas urusanmu, sebab engkau tidak boleh lagi bekerja sebagai bendahara. (3) Kata bendahara itu di dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat? Tuanku memecat aku dari jabatanku sebagai bendahara. Mencangkul aku tidak dapat, mengemis aku malu. (4) Aku tahu apa yang akan aku perbuat, supaya apabila aku dipecat dari jabatanku sebagai bendahara, ada orang yang akan menampung aku di rumah mereka. (5) Lalu ia memanggil seorang demi seorang yang berhutang kepada tuannya. Katanya kepada yang pertama: Berapakah hutangmu kepada tuanku? (6) Jawab orang itu: Seratus tempayan minyak. Lalu katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, duduklah dan buat surat hutang lain sekarang juga: Lima puluh tempayan. (7) Kemudian ia berkata kepada yang kedua: Dan berapakah hutangmu? Jawab orang itu: Seratus pikul gandum. Katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, buatlah surat hutang lain: Delapan puluh pikul. (8) Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang. (9) Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi.’ (10) ‘Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar. (11) Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya? (12) Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu? (13) Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.’ (14) Semuanya itu didengar oleh orang-orang Farisi, hamba-hamba uang itu, dan mereka mencemoohkan Dia. (15) Lalu Ia berkata kepada mereka: ‘Kamu membenarkan diri di hadapan orang, tetapi Allah mengetahui hatimu. Sebab apa yang dikagumi manusia, dibenci oleh Allah.”.

I) Sikap-sikap yang salah terhadap uang.

1) Tamak / cinta uang.

Lukas 16: 14: ‘hamba-hamba uang’. Terjemahan ini kurang tepat.

NIV: ‘who loved money’ [= yang mencintai uang].

NASB: ‘who were lovers of money’ [= yang adalah pecinta uang].

Bandingkan dengan 1Timotius 6:6-10 - “(6) Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. (7) Sebab kita tidak membawa sesuatu apapun ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. (8) Asal ada makanan dan pakaian cukuplah. (9) Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. (10) Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.”.

Catatan:

• kata ‘cukup’ dalam Lukas 16: 6,8 seharusnya adalah ‘puas’.

• kata ‘ibadah’ dalam Lukas 16: 6 seharusnya adalah ‘godliness’ [= kesalehan] seperti dalam KJV/RSV/NIV/NASB.

Dari 1Timotius 6:6-10 itu bisalah kita simpulkan bahwa orang yang cinta uang adalah:

a) Orang yang tidak pernah merasa cukup / puas dalam persoalan uang.

b) Orang yang berani berbuat dosa demi mendapatkan uang, misalnya dengan berdusta, menipu, menyogok, bekerja pada hari Sabat / Minggu, dsb.

c) Orang yang berani berbuat dosa supaya pengeluaran uang bisa dikurangi / ditiadakan, misalnya dengan berdusta dalam persoalan pajak, membuat double book / pembukuan ganda, tidak memberi persembahan persepuluhan, tidak menolong orang yang memang membutuhkan pertolongan padahal saudara bisa melakukannya.

Kalau saudara adalah orang yang berani berbuat dosa demi mendapat / mempertahankan uang, maka renungkanlah ayat-ayat di bawah ini:

1. Amsal 10:2 - “Harta benda yang diperoleh dengan kefasikan tidak berguna, tetapi kebenaran menyelamatkan orang dari maut.”.

2. Amsal 15:16 - “Lebih baik sedikit barang dengan disertai takut akan TUHAN dari pada banyak harta dengan disertai kecemasan.”.

3. Yeremia 17:11 - “Seperti ayam hutan yang mengerami yang tidak ditelurkannya, demikianlah orang yang menggaruk kekayaan secara tidak halal, pada pertengahan usianya ia akan kehilangan semuanya, dan pada kesudahan usianya ia terkenal sebagai seorang bebal.”.

4. Mikha 6:10 - “Masakan Aku melupakan harta benda kefasikan di rumah orang fasik dan takaran efa yang kurang dan terkutuk itu?”.

5. Matius 13:22 - “Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.”.

Semua pekerjaan yang mengharuskan dosa, harus disingkirkan. Tetapi bagaimana kalau kita tidak cukup? Percayalah pada janji Tuhan dalam Matius 6:33 - “Tetapi carilah DAHULU Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”.

2) Menganggap bahwa uang / harta yang ada pada kita adalah milik kita sendiri.

Anggapan seperti ini salah dan berbahaya, karena akan menyebabkan kita menggunakan uang itu sekehendak kita sendiri. Uang / harta yang ada pada kita sebetulnya bukanlah milik kita sendiri, tetapi milik Allah yang Ia titipkan kepada kita. Hal ini terlihat dari:

a) Kita adalah milik Allah, baik ditinjau dari sudut penciptaan, maupun dari sudut penebusan (bdk. 1Kor 6:19-20).

1Korintus 6:19-20 - “(19) Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, - dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? (20) Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!”.

Karena itu jelaslah bahwa apa yang ada pada kita adalah milik Allah.

b) Lukas 16: 12: “Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu?”.

Dalam Lukas 16: 12 ini ada 2 istilah yaitu ‘harta orang lain’ (yang menunjuk pada uang / harta yang ada pada kita) dan ‘hartamu sendiri’ (yang menunjuk pada harta surgawi).

Dari penggunaan istilah ‘harta orang lain’ untuk uang, maka terlihat bahwa Firman Tuhan menunjukkan bahwa uang / harta kita itu bukanlah milik kita sendiri!

c) Ayat-ayat di bawah ini:

1. Kejadian 28:22 - “Dan batu yang kudirikan sebagai tugu ini akan menjadi rumah Allah. Dari segala sesuatu yang Engkau berikan kepadaku akan selalu kupersembahkan sepersepuluh kepadaMu.’”.

2. Ulangan 8:17-18 - “(17) Maka janganlah kaukatakan dalam hatimu: Kekuasaanku dan kekuatan tangankulah yang membuat aku memperoleh kekayaan ini. (18) Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkanNya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini.”.

3) Menggunakan uang secara salah.

a) ‘Tidak setia’ dalam hal uang (Lukas 16: 10-12).

Lukas 16: 10-12: “(10) ‘Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar. (11) Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya? (12) Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu?”.

Artinya: kita menggunakan uang dengan tidak benar di hadapan Tuhan, atau dengan tidak bertanggung jawab kepada Tuhan.

b) Menggunakan uang tanpa mempedulikan kekekalan / hidup yang akan datang (Lukas 16: 1-9).

Ini menunjukkan bahwa sekalipun kita tidak menggunakan uang untuk hal yang adalah dosa (misalnya: untuk berzinah), kita tetap bisa menggunakannya secara salah. Karena itu, setiap kali saudara mau menggunakan uang, pikirkanlah apakah penggunaan uang itu bisa saudara pertanggung-jawabkan di hadapan Tuhan, dan apakah penggunaan uang itu berguna untuk hidup saudara yang akan datang.

4) Menjadikan Allah dan uang sebagai tuan (Lukas 16: 13).

Lukas 16: 13: “Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.’”.

Biasanya hal ini dilakukan oleh orang kristen yang tamak / cinta uang! Ia mau Allahnya karena ia tahu Allah mengasihi dia, tetapi pada saat yang sama ia tidak mau membuang cintanya pada uang. Karena itu ia berusaha menggabungkan Allah dan uang sebagai tuan dalam hidupnya.

II) Hal-hal yang perlu dipertimbangkan.

Kalau saudara termasuk orang yang mempunyai sikap-sikap yang salah di atas, maka saudara perlu mempertimbangkan hal-hal di bawah ini:

1) Uang / harta itu tidak kekal.

Amsal 23:4-5 - “(4) Jangan bersusah payah untuk menjadi kaya, tinggalkan niatmu ini. (5) Kalau engkau mengamat-amatinya, lenyaplah ia, karena tiba-tiba ia bersayap, lalu terbang ke angkasa seperti rajawali.”.

Amsal 27:24 - “Karena harta benda tidaklah abadi. Apakah mahkota tetap turun-temurun?”.

Amsal 28:22 - “Orang yang kikir tergesa-gesa mengejar harta, dan tidak mengetahui bahwa ia akan mengalami kekurangan.”.

Matius 6:19 - “‘Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya.”.

2) Ada saat dimana uang tidak berguna sama sekali.

Lukas 16: 9: ‘jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi’.

NIV: ‘when it is gone’ [= pada saat uang itu hilang].

KJV/NKJV: ‘when ye / you fail’ [= pada saat kamu gagal / mati].

RSV/NASB: ‘when it fails’ [= pada saat uang itu gagal].

KJV/NKJV/RSV/NASB memberikan terjemahan hurufiah, tetapi mereka bisa berbeda karena adanya perbedaan manuscript. Saya menganggap RSV/NASB yang benar.

Jadi, Lukas 16: 9 ini menunjukkan bahwa ada saat dimana uang itu gagal! Saat ini uang memang mempunyai banyak kegunaan. Uang memberikan banyak kemudahan untuk kita. Tetapi ada saat bahwa uang itu gagal, sehingga sama sekali tidak berguna bagi kita!

Lukas 16: 9 ini menggunakan istilah ‘when’ [= pada saat / waktu], bukan ‘if’ [= jika]. Sekalipun 2 kata ini mirip, tetapi sebetulnya mempunyai perbedaan dalam penggunaannya. Kalau digunakan ‘if’ [= jika], itu menunjukkan bahwa hal itu belum tentu akan terjadi. Tetapi kalau digunakan ‘when’ [= pada saat / waktu], maka itu menunjukkan bahwa hal itu pasti akan terjadi. Jadi, ay 9 ini memastikan terjadinya saat dimana uang sama sekali tidak berguna bagi kita, yaitu pada saat kita mati!

Juga Lukas 16: 12, yang menyebutkan uang dengan istilah ‘harta orang lain’, menunjukkan bahwa uang adalah sesuatu yang tidak kekal. Kalau kita mati, berapapun uang yang ada pada kita, kita tak bisa membawanya barang sedikitpun. Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini:

a) Ayub 1:21 - “katanya: ‘Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!’”.

b) Pengkhotbah 5:14 - “Sebagaimana ia keluar dari kandungan ibunya, demikian juga ia akan pergi, telanjang seperti ketika ia datang, dan tak diperolehnya dari jerih payahnya suatupun yang dapat dibawa dalam tangannya.”.

c) 1Timotius 6:7 - “Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar.”.

d) Lukas 12:13-21 - “(13) Seorang dari orang banyak itu berkata kepada Yesus: ‘Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku.’ (14) Tetapi Yesus berkata kepadanya: ‘Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim atau pengantara atas kamu?’ (15) KataNya lagi kepada mereka: ‘Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.’ (16) Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kataNya: ‘Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. (17) Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku. (18) Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku. (19) Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! (20) Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? (21) Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.’”.

Penerapan:

1. Dari cerita orang kaya yang bodoh itu kita bisa mendapatkan bahwa ‘memperluas bisnis’ bisa merupakan sesuatu yang membahayakan, khususnya kalau motivasinya adalah ketamakan / cinta uang. Ini membuat seseorang melupakan / mengabaikan Tuhan, sehingga pada saat ia mati, dan uang itu tidak bisa menolongnya lagi, celakalah ia!

2. Kalau selama ini saudara begitu mencintai uang, atau kalau selama ini saudara menganggap uang itu begitu penting, atau kalau selama ini saudara begitu bersandar pada uang saudara, atau kalau selama ini saudara merasa aman karena saudara mempunyai uang, sadarilah bahwa ada saatnya uang saudara itu sama sekali tidak berguna lagi! Renungkanlah: kalau hal itu terjadi, bagaimana nasib saudara? Seperti orang kaya dalam Lukas 16:19-31? Atau seperti orang kaya yang bodoh dalam Luk 12:13-21?

Pada saat uang itu gagal menolong kita atau tidak lagi berguna bagi kita, apa yang berguna?

a. Amsal 11:4 - “Pada hari kemurkaan harta tidak berguna, tetapi kebenaran melepaskan orang dari maut.”.

b. Yesaya 33:6 - “Masa keamanan akan tiba bagimu; kekayaan yang menyelamatkan ialah hikmat dan pengetahuan; takut akan TUHAN, itulah harta benda Sion.”.

3) Adanya hidup yang akan datang.

Adanya hidup yang akan datang ini ditunjukkan oleh:

a) Lukas 16: 9: “Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi.’”.

Istilah ‘kemah abadi’ jelas menunjuk pada surga.

b) Lukas 16: 11: “Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya?”.


Kata-kata ‘harta sesungguhnya’ menunjuk pada harta di surga (dikontraskan dengan ‘Mamon yang tidak jujur’, yang menunjuk pada harta duniawi).

c) Lukas 16: 12: “Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu?”.

Kata-kata ‘hartamu sendiri’ menunjuk pada harta di surga (dikontraskan dengan ‘harta orang lain’, yang menunjuk pada harta duniawi).

Andaikata kita harus mati, tetapi tidak ada hidup yang akan datang, maka kita sebaiknya menggunakan uang kita untuk bersenang-senang, selagi kita masih bisa menikmati hidup. Bandingkan dengan 1Kor 15:32b - “Jika orang mati tidak dibangkitkan, maka ‘marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati’.”.

Tetapi faktanya tidak demikian! Faktanya yang benar adalah: kita semua harus mati, dan setelah itu ada hidup yang akan datang. Disamping itu, penggunaan uang pada saat ini mempengaruhi kehidupan kita di masa yang akan datang (lihat no 4 di bawah).

Jadi, orang yang menggunakan uangnya hanya untuk masa ini, dan tidak mempedulikan hidup yang akan datang, adalah orang yang sangat bodoh! (bdk. Lukas 12:20).

Illustrasi: kalau saudara melihat ada anak yang tidak mau sekolah, dan kerjanya hanya bersenang-senang / bermain-main saja, maka saudara pasti menganggap anak itu bodoh, karena dengan ia terus bersenang-senang saat ini, ia menghancurkan masa depannya sendiri. Analoginya: orang yang saat ini terus bersenang-senang dengan uangnya, tanpa mempedulikan hidup yang akan datang, adalah orang yang bodoh!

4) Penggunaan uang sekarang, mempengaruhi hidup yang akan datang (Lukas 16: 10-12).

a) Lukas 16: 10: “Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.”.

Ini merupakan suatu amsal yang diambil dari kehidupan sehari-hari. Pada umumnya amsal ini benar, tetapi tidak selalu! Contoh: ada orang yang tidak mau mencuri kalau cuma sedikit, tetapi kalau banyak ia mencuri.

Ini berlaku untuk banyak hal, seperti: pelayanan. Dan karena itu kalau kita langsung memberikan pelayanan yang besar dan penting kepada seseorang yang baru mulai melayani, itu merupakan sesuatu yang salah. Beri dia pelayanan kecil dahulu, dan kalau ia bisa melakukannya dengan baik dan setia, baru beri dia pelayanan yang lebih besar / penting.

Tetapi di sini amsal ini diterapkan dalam soal penggunaan uang (bdk. Lukas 16: 11-12).

b) Lukas 16: 11-12: “(11) Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya? (12) Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu?”.

Arti bagian ini:

1. ‘Mamon yang tidak jujur / benar’ (Lukas 16: 11) = ‘harta orang lain’ (Lukas 16: 12) = uang / harta duniawi.

2. ‘harta yang sesungguhnya’ (Lukas 16: 11) = ‘hartamu sendiri’ (Lukas 16: 12) = harta surgawi.

Jadi, tujuan / arti bagian ini adalah untuk menekankan bahwa kalau kita tidak menggunakan uang / harta duniawi dengan benar, maka Tuhan tidak akan memberikan kita harta surgawi.

Dengan kata lain, apa yang kita peroleh di surga tergantung dari bagaimana kita menggunakan uang / harta duniawi kita di dunia ini. Karena itu, kalau saudara tidak ingin menjadi ‘bambung’ / ‘pengemis’ di surga, maka gunakanlah uang saudara saat ini dengan cara yang menyenangkan dan memuliakan Tuhan.

5) Uang itu berbahaya.

Dalam Lukas 16: 11 uang dikontraskan dengan ‘harta yang sesungguhnya’. Jadi, uang adalah harta yang semu / palsu!

Lalu dalam Lukas 16: 9,11 uang disebut dengan istilah ‘Mamon yang tidak jujur’ [Lit: ‘Mammon of unrighteousness’ {= Mamon ketidak-benaran}]. Apa maksudnya?

a) Pertama-tama kita akan membahas tentang kata ‘Mamon’ tersebut.

Wiliam Barclay memberikan penjelasan tentang kata ‘Mamon’. Ia mengatakan bahwa ‘mamon’ berarti ‘material possessions’ [= milik secara materi] dan ini sebetulnya bukanlah suatu kata yang mengandung arti buruk.

1. Mamon berasal dari suatu kata yang berarti ‘to entrust’ [= mempercayakan]. Jadi, mamon adalah harta yang dipercayakan kepada bank / orang lain.

2. Lama kelamaan, mamon bukan lagi sesuatu yang dipercayakan tetapi menjadi sesuatu yang dipercaya.

Kitab Suci jelas mengecam orang yang mempercayai hartanya.

a. Mazmur 49:7 - “mereka yang percaya akan harta bendanya, dan memegahkan diri dengan banyaknya kekayaan mereka?”.

b. Yeremia 49:4 - “Betapa engkau memegahkan dirimu dengan lembahmu, hai puteri yang congkak, yang percaya akan harta bendanya dan yang berkata: Siapakah yang berani datang menyerang aku?”.

c. 1Timotius 6:17 - “Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaanNya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati.”.

3. Akhirnya, mamon menjadi dewa dalam hidup manusia dan lalu ditulis dengan huruf besar (Mamon).

Jadi, dari perkembangan arti kata ‘mamon’ ini sudah jelas terlihat bahwa mamon yang mula-mula tidak ada jeleknya itu makin lama makin menjerat manusia.

Uang memang merupakan sesuatu yang berbahaya. Kalau kita tidak berhati-hati, maka bukan kita yang menguasai uang tetapi uang yang menguasai kita. Dan ini biasanya terjadi justru pada saat harta kita bertambah!

Karena itu Kitab Suci memberi peringatan-peringatan ini:

a. Ibrani 13:5 - “Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: ‘Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.’”.

Catatan: kata ‘cukup’ seharusnya adalah ‘puas’.

b. Mazmur 62:11 - “Janganlah percaya kepada pemerasan, janganlah menaruh harap yang sia-sia kepada perampasan; apabila harta makin bertambah, janganlah hatimu melekat padanya.”.

b) Sekarang kita membahas tentang istilah ‘Mamon yang tidak jujur / benar’.

Mengapa disebut demikian?

1. Karena uang itu begitu menarik sehingga kita sering mendapatkannya dengan cara yang tidak benar / jujur.

2. Karena pada saat sudah dimiliki, uang sering membawa kita ke dalam dosa.

3. Karena uang itu menipu dengan menjanjikan kepuasan, kebahagiaan, tetapi tidak bisa memberikan apa yang ia janjikan.

Bdk. Pengkhotbah 5:9 - “Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia.”.

What money cannot buy [= Apa yang uang tidak bisa beli].

“Money will buy a bed but not sleep; books but not brains; food but not appetite; finery but not beauty; a house but not a home; medicine but not health; luxuries but not culture; amusements but not happiness; religion but not salvation; a passport to everywhere but heaven.” [= Uang bisa membeli ranjang tetapi tidak bisa membeli tidur; buku-buku tetapi tidak otak; makanan tetapi tidak nafsu makan; pakaian bagus / perhiasan tetapi tidak kecantikan; rumah tetapi tidak suasana rumah yang menyenangkan; obat tetapi tidak kesehatan; barang-barang lux / kemewahan tetapi tidak kebudayaan; hiburan tetapi tidak kebahagiaan; agama tetapi tidak keselamatan; sebuah paspor kemana saja kecuali ke surga.].

Untuk memperingatkan terhadap bahaya dari uang inilah Yesus berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.” (Matius 19:23-24).

6) Uang tidak bisa digabungkan dengan Allah.

Lukas 16: 13: “Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.’”.

Perhatikan bahwa di sini bukan hanya dikatakan ‘tidak boleh’ tetapi ‘tidak dapat’.

Bandingkan dengan:

a) Yakobus 4:4 - “Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah.”.

b) 1Yohanes 2:15 - “Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu.”.

c) Ayub 31:24,25,28 - “(24) Jikalau aku menaruh kepercayaan kepada emas, dan berkata kepada kencana: Engkaulah kepercayaanku; (25) jikalau aku bersukacita, karena kekayaanku besar dan karena tanganku memperoleh harta benda yang berlimpah-limpah; ... (28) maka hal itu juga menjadi kejahatan yang patut dihukum oleh hakim, karena Allah yang di atas telah kuingkari.”.

Kalau Kitab Suci secara jelas menyatakan bahwa Allah tidak dapat digabungkan dengan uang, maka adalah sesuatu yang menyedihkan bahwa saat ini begitu banyak gereja / orang kristen yang percaya dan mengajarkan theologia kemakmuran!

Calvin (tentang Matius 6:24): “He now gives warning, that the heart of those who are devoted to riches are alienated from the Lord. For the greater part of men are wont to flatter themselves with a deceitful pretence, when they imagine, that it is possible for them to be divided between God and their own lusts. Christ affirms that it is impossible for any man to obey God, and, at the same time, to obey his own flesh. ... where riches hold the dominion of the heart, God has lost his authority. True, it is not impossible that those who are rich shall serve God; but whoever gives himself up as a slave to riches must abandon the service of God: for covetousness makes us the slaves of the devil.” [= Sekarang Ia memberi peringatan, bahwa hati mereka yang membaktikan dirinya pada kekayaan, dijauhkan dari Tuhan. Karena sebagian besar manusia biasa mengumpak dirinya sendiri dengan suatu kepura-puraan yang menipu, ketika mereka membayangkan / mengkhayalkan bahwa merupakan sesuatu yang memungkinkan bagi mereka untuk terbagi di antara Allah dan nafsu mereka sendiri. Kristus menegaskan bahwa adalah tidak mungkin bagi siapapun untuk mentaati Allah, dan pada saat yang sama mentaati dagingnya sendiri. ... dimana kekayaan berkuasa di hati, Allah telah kehilangan otoritasNya. Memang benar, bahwa bukannya tidak mungkin bahwa mereka yang kaya melayani Allah; tetapi siapapun menyerahkan dirinya sendiri sebagai budak kepada kekayaan harus meninggalkan pelayanan kepada Allah, karena ketamakan membuat kita menjadi budak dari setan.] - hal 337.

Calvin menambahkan: “What is here said with a special reference to riches, may be properly extended to every other description of vice. As God pronounces everywhere such commendations of sincerity, and hates a double heart, (1Chron. 12:33; Ps. 12:2,) all are deceived, who imagine that he will be satisfied with the half of their heart. All, indeed, confess in words, that, where the affection is not entire, there is no true worship of God: but they deny it in fact, when they attempt to reconcile contradictions. ‘I shall not cease,’ says an ambitious man, ‘to serve God, though I devote a great part of my mind to hunting after honours.’ The covetous, the voluptuaries, the gluttons, the unchaste, the cruel, all in their turn offer the same apology for themselves: as if it were possible for those to be partly employed in serving God, who are openly carrying on war against him.” [= Apa yang di sini dikatakan secara khusus berkenaan dengan kekayaan, bisa secara benar diperluas kepada setiap sifat buruk / perbuatan jahat yang lain. Karena Allah di mana-mana menyatakan pujian kepada ketulusan, dan membenci hati yang bercabang (1Taw 12:33; Mazmur 12:3), maka tertipulah semua orang yang membayangkan / mengkhayalkan bahwa Ia akan puas dengan setengah hati mereka. Memang semua orang mengakui dengan kata-kata bahwa dimana perasaan tidak penuh, di sana tidak ada penyembahan / ibadah yang benar terhadap Allah: tetapi dalam faktanya mereka menyangkalnya, ketika mereka berusaha memperdamaikan hal-hal yang bertentangan. ‘Aku tidak akan berhenti’, kata seorang yang ambisius, ‘untuk melayani Allah, sekalipun aku membaktikan sebagian besar dari pikiranku untuk memburu kehormatan’. Orang yang tamak, orang yang membaktikan dirinya pada kemewahan, orang yang rakus, orang yang cabul / yang memuaskan nafsu sexnya dengan cara yang salah, orang yang kejam, semuanya memberikan alasan yang sama bagi diri mereka: seakan-akan merupakan sesuatu yang mungkin bagi mereka untuk melayani Allah secara sebagian dan pada saat yang sama berperang secara terbuka terhadapNya.] - hal 337-338.


Calvin melanjutkan lagi: “It is, no doubt, true, that believers themselves are never so perfectly devoted to obedience to God, as not to be withdrawn from it by the sinful desires of the flesh. But as they groan under this wretched bondage, and are dissatisfied with themselves, and give nothing more than an unwilling and reluctant service to the flesh, they are not said to serve two masters: for their desires and exertions are approved by the Lord, as if they rendered to him a perfect obedience. But this passage reproves the hypocrisy of those who flatter themselves in their vices, as if they could reconcile light and darkness.” [= Tidak diragukan lagi bahwa orang-orang percaya sendiri tidak pernah membaktikan diri secara sempurna pada ketaatan terhadap Allah, sehingga tidak ditarik dari hal itu oleh keinginan-keinginan yang berdosa dari daging. Tetapi karena mereka mengeluh di bawah belenggu yang terkutuk ini, dan tidak puas dengan diri mereka sendiri, dan memberikan tidak lebih dari pelayanan yang dilakukan dengan tidak rela dan segan kepada daging, mereka tidak dikatakan ‘melayani dua tuan’: karena keinginan-keinginan dan usaha-usaha mereka direstui oleh Tuhan, seakan-akan mereka memberikan kepadaNya ketaatan yang sempurna. Tetapi text ini mencela kemunafikan dari mereka yang mengumpak diri mereka sendiri dalam sifat buruk / perbuatan jahat mereka, seakan-akan mereka bisa mendamaikan terang dan kegelapan.] - hal 338.

III) Sikap yang benar terhadap uang.

1) Mengutamakan Allah lebih dari pada uang (Lukas 16: 13).

William Barclay: “serving God can never be a part-time or a spare-time job. Once a man chooses to serve God every moment of his time and every atoms of his energy belongs to God. God is the most exclusive of master. We either belong to him totally or not at all.” [= melayani Allah tidak pernah bisa merupakan suatu pekerjaan paruh waktu atau pekerjaan pada waktu luang. Sekali seseorang memilih untuk melayani Allah, setiap saat dari waktunya dan setiap atom dari kekuatannya menjadi milik Allah. Allah adalah tuan yang paling eksklusif. Atau kita menjadi milikNya secara total, atau tidak sama sekali.] - hal 210.

2) Menggunakan uang untuk kekekalan (Lukas 16: 1-9).

a) Lukas 16: 1-8a merupakan suatu perumpamaan.

1. Penekanan apa yang bendahara lakukan ada pada Lukas 16: 4: “Aku tahu apa yang akan aku perbuat, supaya apabila aku dipecat dari jabatanku sebagai bendahara, ada orang yang akan menampung aku di rumah mereka.”.

2. Lukas 16: 8a: “Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak dengan cerdik.”.

Perhatikan bahwa bendahara itu dipuji bukan karena kecurangannya tetapi karena kecerdikannya. Ia cerdik karena ia memikirkan masa depan. Ini sama seperti kalau ada orang bisa membobol bank, mencuri permata, dan sebagainya, lalu dipuji karena kehebatannya.

b) Lukas 16: 8b: “Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang.”.

Maksudnya: anak-anak dunia lebih rajin / serius / pintar dalam menangani hidup ini dari pada anak-anak Allah dalam berusaha mendapatkan pahala di surga.

c) Lukas 16: 9: “Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi.’”.

1. Ikatlah persabahatan.

Maksudnya mengikat persahabatan dengan Allah, bukan dengan manusia. Tentu bukan dengan menyogok Tuhan, tetapi dengan menggunakan uang secara benar dan bertanggung jawab kepada Tuhan.

2. Contoh negatif:

a. Orang kaya dalam Lukas 16:19-31. Cerita ini dekat sekali letaknya dengan Lukas 16:1-15 ini, dan karena itu jelas bahwa tujuan pemberian cerita itu adalah untuk menekankan / memperjelas hal ini.

b. Orang kaya yang bodoh (Lukas 12:13-21).

c. Pemuda kaya (Lukas 18:18-27).

d. Lot yang memilih daerah Sodom dan Gomora demi uang (Kejadian 13:10-11).

e. Akhan yang mencuri harta Yerikho (Yosua 7:1).

f. Gehazi yang mendustai Naaman demi harta / uang (2Raja-raja 5:20-23).

3. Contoh positif:

a. Janda miskin yang memberi persembahan 2 peser (Lukas 21:1-4).

Lukas 21:1-4 - “(1) Ketika Yesus mengangkat mukaNya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. (2) Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu. (3) Lalu Ia berkata: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu. (4) Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya.’”.

b. Perempuan-perempuan yang melayani Yesus dengan kekayaan mereka.

Lukas 8:1-3 - “(1) Tidak lama sesudah itu Yesus berjalan berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa memberitakan Injil Kerajaan Allah. Kedua belas muridNya bersama-sama dengan Dia, (2) dan juga beberapa orang perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat atau berbagai penyakit, yaitu Maria yang disebut Magdalena, yang telah dibebaskan dari tujuh roh jahat, (3) Yohana isteri Khuza bendahara Herodes, Susana dan banyak perempuan lain. Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka.”.

c. Musa.

Ibrani 11:26 - “Ia menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir, sebab pandangannya ia arahkan kepada upah.”.

d. Daud.

1Tawarikh 21:24 - “Tetapi berkatalah raja Daud kepada Ornan: ‘Bukan begitu, melainkan aku mau membelinya dengan harga penuh, sebab aku tidak mau mengambil milikmu untuk TUHAN dan tidak mau mempersembahkan korban bakaran dengan tidak membayar apa-apa.’”.


Kalau saudara adalah orang yang senang segala sesuatu yang gratis, seperti piknik gratis, makan gratis, dsb, renungkan sikap Daud, yang justru tidak mau gratis dalam memberi persembahan korban kepada Tuhan.

e. Bangsa Israel pada saat pendirian Kemah Suci.

Keluaran 36:2-7 - “(2) Lalu Musa memanggil Bezaleel dan Aholiab dan setiap orang yang ahli, yang dalam hatinya telah ditanam TUHAN keahlian, setiap orang yang tergerak hatinya untuk datang melakukan pekerjaan itu. (3) Mereka menerima dari pada Musa seluruh persembahan khusus, yang telah dibawa oleh orang Israel untuk melaksanakan pekerjaan mendirikan tempat kudus. Tetapi orang Israel itu masih terus membawa pemberian sukarela kepada Musa tiap-tiap pagi. (4) Dan segala orang ahli yang melakukan seluruh pekerjaan untuk tempat kudus itu, datanglah masing-masing dari pekerjaan yang dilakukannya, (5) dan berkata kepada Musa: ‘Rakyat membawa lebih banyak dari yang diperlukan untuk mengerjakan pekerjaan yang diperintahkan TUHAN untuk dilakukan.’ (6) Lalu Musa memerintahkan, supaya dimaklumkan di mana-mana di perkemahan itu, demikian: ‘Tidak usah lagi ada orang laki-laki atau perempuan yang membuat sesuatu menjadi persembahan khusus bagi tempat kudus.’ Demikianlah rakyat itu dicegah membawa persembahan lagi. (7) Sebab bahan yang diperlukan mereka telah cukup untuk melakukan segala pekerjaan itu, bahkan berlebih.”.

Penerapan: saudara juga bisa menggunakan kekayaan saudara untuk Tuhan, misalnya dengan memberi persembahan untuk pembangunan gereja, atau dengan membantu orang miskin, khususnya dalam kalangan kristen.

Galatia 6:10 - “Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.”.

Orang-orang yang mau menggunakan uang dengan baik, justru akan diberkati Tuhan, dan sebaliknya.

Amsal 11:24 - “Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan.”.

-AMIN
Next Post Previous Post