HARI RAYA PENDAMAIAN (3) - Imamat 16:5,7-11,15-16,18-22

PDT. BUDI ASALI, M. DIV.
Imamat 16:5,7-11,15-16,18-22 - “(5) Dari umat Israel ia harus mengambil dua ekor kambing jantan untuk korban penghapus dosa dan seekor domba jantan untuk korban bakaran. ... (7) Ia harus mengambil kedua ekor kambing jantan itu dan menempatkannya di hadapan TUHAN di depan pintu Kemah Pertemuan, (8) dan harus membuang undi atas kedua kambing jantan itu, sebuah undi bagi TUHAN dan sebuah bagi Azazel. (9) Lalu Harun harus mempersembahkan kambing jantan yang kena undi bagi TUHAN itu dan mengolahnya sebagai korban penghapus dosa. (10) Tetapi kambing jantan yang kena undi bagi Azazel haruslah ditempatkan hidup-hidup di hadapan TUHAN untuk mengadakan pendamaian, lalu dilepaskan bagi Azazel ke padang gurun. (11) Harun harus mempersembahkan lembu jantan yang akan menjadi korban penghapus dosa baginya sendiri dan mengadakan pendamaian baginya dan bagi keluarganya; ia harus menyembelih lembu jantan itu. ... (15) Lalu ia harus menyembelih domba jantan (kambing) yang akan menjadi korban penghapus dosa bagi bangsa itu dan membawa darahnya masuk ke belakang tabir, kemudian haruslah diperbuatnya dengan darah itu seperti yang diperbuatnya dengan darah lembu jantan, yakni ia harus memercikkannya ke atas tutup pendamaian dan ke depan tutup pendamaian itu. (16) Dengan demikian ia mengadakan pendamaian bagi tempat kudus itu karena segala kenajisan orang Israel dan karena segala pelanggaran mereka, apapun juga dosa mereka. Demikianlah harus diperbuatnya dengan Kemah Pertemuan yang tetap diam di antara mereka di tengah-tengah segala kenajisan mereka. ... (18) Kemudian haruslah ia pergi ke luar ke mezbah yang ada di hadapan TUHAN, dan mengadakan pendamaian bagi mezbah itu. Ia harus mengambil sedikit dari darah lembu jantan dan dari darah domba jantan (kambing) itu dan membubuhnya pada tanduk-tanduk mezbah sekelilingnya. (19) Kemudian ia harus memercikkan sedikit dari darah itu ke mezbah itu dengan jarinya tujuh kali dan mentahirkan serta menguduskannya dari segala kenajisan orang Israel. (20) Setelah selesai mengadakan pendamaian bagi tempat kudus dan Kemah Pertemuan serta mezbah, ia harus mempersembahkan kambing jantan yang masih hidup itu, (21) dan Harun harus meletakkan kedua tangannya ke atas kepala kambing jantan yang hidup itu dan mengakui di atas kepala kambing itu segala kesalahan orang Israel dan segala pelanggaran mereka, apapun juga dosa mereka; ia harus menanggungkan semuanya itu ke atas kepala kambing jantan itu dan kemudian melepaskannya ke padang gurun dengan perantaraan seseorang yang sudah siap sedia untuk itu. (22) Demikianlah kambing jantan itu harus mengangkut segala kesalahan Israel ke tanah yang tandus, dan kambing itu harus dilepaskan di padang gurun.”.
HARI RAYA PENDAMAIAN (3) - Imamat 16:5,7-11,15-16,18-22
gadget, otomotif, asuransi
7) 2 ekor kambing jantan (Imamat 16: 5,7-10,20-22).

Imamat 16: 5: “Dari umat Israel ia harus mengambil dua ekor kambing jantan untuk korban penghapus dosa dan seekor domba jantan untuk korban bakaran.”.

a) Dari umat Israel.

Barnes’ Notes: “‘Take of the congregation.’ i.e. they were to be supplied at the public cost.” [= ‘Mengambil dari jemaah’. Yaitu mereka harus disuplai dengan biaya masyarakat.].

b) Dua ekor kambing jantan.

KJV: ‘two kids of the goats’ [= dua ekor anak kambing].

RSV/NIV/NASB: ‘two male goats’ [= dua ekor kambing jantan].

Barnes’ Notes: “‘Two kids of the goats’. This should be, two shaggy he-goats (Lev 4:23 note), of the same color, size, and value.” [= ‘Dua anak kambing’. Ini seharusnya adalah, dua kambing jantan berbulu panjang (catatan Im 4:3), dari warna, ukuran dan nilai yang sama.].

Catatan: dalam bahasa Ibrani kata ‘kambing’ (EZ) itu memang bisa menunjuk pada anak kambing atau menunjuk pada kambing jantan berambut panjang. Ada yang menganggap kata Ibraninya menunjuk pada kambing betina, tetapi ada yang mengatakan kata itu bisa menunjuk pada kambing dengan jenis kelamin jantan ataupun betina.

Yang memusingkan adalah dalam ay 5 untuk kata ‘kambing’ digunakan kata Ibrani EZ, sedangkan dalam Imamat 16: 7,8,9,10,15,18,20,21,22,26,27 untuk kata ‘kambing’ digunakan kata SAIR, dan ini biasanya diartikan sebagai ‘kambing jantan’.

c) Mengapa digunakan kambing?

Matthew Henry (tentang Imamat 16: 5-14): “Some think that goats were chosen for the sin-offering because, by the disagreeableness of their smell, the offensiveness of sin is represented: others think, because it was said that the demons which the heathens then worshipped often appeared to their worshippers in the form of goats, God therefore obliged his people to sacrifice goats, that they might never be tempted to sacrifice to goats.” [= Beberapa orang berpikir bahwa kambing dipilih untuk korban penghapus dosa karena, oleh ketidak-nyamanan bau mereka, sifat menimbulkan murka dari dosa digambarkan: yang lain berpikir, karena dikatakan bahwa setan-setan yang disembah orang-orang kafir pada saat itu sering muncul kepada para penyembah mereka dalam bentuk kambing, karena itu Allah mewajibkan umatNya untuk mengorbankan kambing, supaya mereka tidak pernah bisa dicobai untuk memberi korban kepada kambing.].

d) Pengundian terhadap dua kambing itu.

Imamat 16: 7-8: “(7) Ia harus mengambil kedua ekor kambing jantan itu dan menempatkannya di hadapan TUHAN di depan pintu Kemah Pertemuan, (8) dan harus membuang undi atas kedua kambing jantan itu, sebuah undi bagi TUHAN dan sebuah bagi Azazel.”.

Jamieson, Fausset & Brown (tentang ay 5-10): “The goats, though used in different ways, constituted only one offering. They were both presented before the Lord, and the disposal of them determined by lot - a solemn appeal to God (Prov 16:33) which Jewish writers have thus described: The priest, placing one of the goats on his right hand and the other on his left, took his station by the altar, and cast into an urn two pieces of gold exactly similar, inscribed, the one with the words, ‘for the Lord,’ and the other, for ‘Azazel’ (the scape-goat). After having well shaken them together, he put both his hands into the box and took up a lot in each: that in his right hand he put on the head of the goat which stood on his right, and that in his left he dropped on the other. In this manner the fate of each was decided.” [= Kambing-kambing itu, sekalipun digunakan dengan cara yang berbeda, MEMBENTUK HANYA SATU KORBAN. Mereka berdua dihadapkan di hadapan Tuhan, dan cara penetapan mereka ditentukan oleh undian - suatu permohonan yang khidmat kepada Allah (Amsal 16:33) yang penulis-penulis Yahudi telah gambarkan demikian: Imam itu, meletakkan satu dari kambing-kambing itu di tangan kanannya, dan yang lain di tangan kirinya, mengambil tempat / posisinya di sisi mezbah, dan membuang ke dalam suatu vaas / bejana dua keping emas yang persis sama, yang ditulisi, yang satu dengan kata-kata ‘bagi Tuhan’, dan yang lain, ‘bagi Azazel’ (kambing hitam). Setelah mengocok mereka bersama-sama dengan baik, ia memasukkan kedua tangannya ke dalam kotak dan mengambil sebuah undi dalam masing-masing tangan: undi di tangan kanannya ia letakkan pada kepala dari kambing yang berdiri di kanannya, dan undi yang di tangan kirinya ia jatuhkan pada kambing yang lain. Dengan cara ini nasib dari masing-masing kambing ditentukan.].

Catatan: Wenham juga mengatakan hal yang kurang lebih sama, tetapi ia menambahkan bahwa cara ini menunjuk pada praktek sebelum Bait Allah dihancurkan pada tahun 70 M. dan tak diketahui dengan pasti apakah prosedur yang sama digunakan pada jaman Perjanjian Lama.

Amsal 16:33 - “Undi dibuang di pangkuan, tetapi setiap keputusannya berasal dari pada TUHAN.”.

Pulpit Commentary: “After the lot had been chosen, the two goats were distinguished from each other by having a piece of scarlet cloth tied, the first round its neck, the second round its horn.” [= Setelah undian telah dipilih, dua ekor kambing itu dibedakan satu dengan yang lain dengan mengikatkan sepotong kain merah, yang pertama di sekeliling lehernya, yang kedua disekeliling tanduknya.].

e) Apa yang harus dilakukan oleh Harun dengan 2 kambing itu.

1. Kambing yang bagi TUHAN.

Imamat 16: 9: “Lalu Harun harus mempersembahkan kambing jantan yang kena undi bagi TUHAN itu dan mengolahnya sebagai KORBAN PENGHAPUS DOSA.”.

Imamat 16: 15-16,18-19: “(15) Lalu ia harus menyembelih domba jantan (kambing) yang akan menjadi KORBAN PENGHAPUS DOSA bagi bangsa itu dan membawa darahnya masuk ke belakang tabir, kemudian haruslah diperbuatnya dengan darah itu seperti yang diperbuatnya dengan darah lembu jantan, yakni ia harus memercikkannya ke atas tutup pendamaian dan ke depan tutup pendamaian itu. (16) Dengan demikian ia mengadakan pendamaian bagi tempat kudus itu karena segala kenajisan orang Israel dan karena segala pelanggaran mereka, apapun juga dosa mereka. Demikianlah harus diperbuatnya dengan Kemah Pertemuan yang tetap diam di antara mereka di tengah-tengah segala kenajisan mereka. ... (18) Kemudian haruslah ia pergi ke luar ke mezbah yang ada di hadapan TUHAN, dan mengadakan pendamaian bagi mezbah itu. Ia harus mengambil sedikit dari darah lembu jantan dan dari darah domba jantan (kambing) itu dan membubuhnya pada tanduk-tanduk mezbah sekelilingnya. (19) Kemudian ia harus memercikkan sedikit dari darah itu ke mezbah itu dengan jarinya tujuh kali dan mentahirkan serta menguduskannya dari segala kenajisan orang Israel.”.

Catatan: kata-kata ‘domba jantan’ dalam Imamat 16: 15 dan Imamat 16: 18 salah terjemahan; seharusnya adalah ‘kambing’.

APAKAH KAMBING YANG BAGI TUHAN, ATAU KAMBING YANG DISEMBELIH ITU, JUGA DITUMPANGI TANGAN?

Kalau dilihat dari Im 16 ini tidak ada penumpangan tangan atas kambing ini. Tetapi kalau dilihat dari Im 4, yang membicarakan korban penghapus dosa (Im 4:3), maka penumpangan tangan dan pengakuan dosa juga harus dilakukan terhadap kambing ini, bahkan juga terhadap lembu yang menjadi korban penghapus dosa bagi Harun dan keluarganya / imam-imam yang lain.

Im 4:3-4 - “(3) maka jikalau yang berbuat dosa itu imam yang diurapi, sehingga bangsanya turut bersalah, haruslah ia mempersembahkan kepada TUHAN karena dosa yang telah diperbuatnya itu, seekor lembu jantan muda yang tidak bercela sebagai KORBAN PENGHAPUS DOSA. (4) Ia harus membawa lembu itu ke pintu Kemah Pertemuan, ke hadapan TUHAN, lalu IA HARUS MELETAKKAN TANGANNYA KE ATAS KEPALA LEMBU ITU, dan menyembelih lembu itu di hadapan TUHAN.”.

Im 4:15 - “Lalu para tua-tua umat itu HARUS MELETAKKAN TANGAN MEREKA DI ATAS KEPALA LEMBU JANTAN ITU di hadapan TUHAN, dan lembu itu harus disembelih di hadapan TUHAN.”.

Bandingkan juga dengan Kel 29:10, yang juga merupakan korban penghapus dosa (Kel 29:14).

Kel 29:10-14 - “(10) Kemudian haruslah kaubawa lembu jantan itu ke depan Kemah Pertemuan, lalu haruslah Harun dan anak-anaknya MELETAKKAN TANGANNYA KE ATAS KEPALA LEMBU JANTAN ITU. (11) Haruslah kausembelih lembu jantan itu di hadapan TUHAN di depan pintu Kemah Pertemuan. (12) Haruslah kauambil sedikit dari darah lembu jantan itu dan kaububuh dengan jarimu pada tanduk-tanduk mezbah, dan segala darah selebihnya haruslah kaucurahkan pada bagian bawah mezbah. (13) Kemudian kauambillah segala lemak yang menutupi isi perut, umbai hati, kedua buah pinggang dan segala lemak yang melekat padanya, dan kaubakarlah di atas mezbah. (14) Tetapi daging lembu jantan itu, kulitnya dan kotorannya haruslah kaubakar habis dengan api di luar perkemahan, ITULAH KORBAN PENGHAPUS DOSA.”.

Pulpit Commentary: “The first goat had been offered in the usual manner, the offerer laying his hand on his head and perhaps praying over him.” [= Kambing yang pertama telah dipersembahkan dengan cara biasanya, orang yang mempersembahkan MELETAKKAN TANGANNYA PADA KEPALANYA dan mungkin berdoa atasnya.].

Adam Clarke (tentang Kel 29:10): “‘Shall put their hands upon the head of the bullock.’ By this rite the animal was consecrated to God, and was then proper to be offered in sacrifice. Imposition of hands also signified that they offered the life of this animal as an atonement for their sins, and to redeem their lives from that death which, through their sinfulness, they had deserved. In the case of the sin-offering and trespass-offering, the person who brought the sacrifice placed his hands on the head of the animal between the horns, and confessed his sin over the sin-offering, and his trespass over the trespass-offering, saying, ‘I have sinned, I have done iniquity; I have trespassed, and have done thus and thus and do return by repentance before thee, and with this I make atonement.’ Then the animal was considered as vicariously bearing the sins of the person who brought it.” [= ‘Akan meletakkan tangan atas / pada kepala dari lembu itu’. Dengan upacara ini binatang itu didedikasikan bagi Allah, dan pada saat itu maka tepat untuk dipersembahkan dalam korban. Penumpangan tangan juga berarti bahwa mereka mempersembahkan nyawa dari binatang ini sebagai suatu penebusan untuk dosa-dosa mereka, dan untuk menebus nyawa mereka dari kematian itu yang, melalui keberdosaan mereka, layak mereka dapatkan. Dalam kasus dari korban penghapus dosa dan korban penebus kesalahan, orang yang membawa korban meletakkan tangannya pada kepala dari binatang itu di antara tanduk-tanduknya, dan mengakui dosanya atas korban penghapus dosa, dan kesalahannya atas korban penebus kesalahan, sambil mengatakan, ‘Aku telah berdosa, aku telah melakukan kejahatan; Aku telah melanggar, dan telah melakukan ini ini dan itu, dan berbalik oleh pertobatan di hadapanMu, dan dengan ini aku membuat penebusan’. Lalu binatang itu dianggap memikul SECARA MENGGANTIKAN dosa-dosa orang yang membawanya itu.].

Catatan: Korban pengapus dosa dibicarakan dalam Im 4, dan korban penebus kesalahan dalam Im 5 dan Im 6:1-5. Saya tidak terlalu mengerti bagaimana membedakan kedua hal ini, dan rasanya dalam Im 5 keduanya dicampur-adukkan.

Penumpangan tangan pada kepala kambing itu disertai suatu doa pengakuan dosa. Ini dimaksudkan untuk mentransfer dosa-dosa itu kepada kambing itu.

Imamat 16: 21: “dan Harun harus meletakkan kedua tangannya ke atas kepala kambing jantan yang hidup itu dan mengakui di atas kepala kambing itu segala KESALAHAN orang Israel dan segala PELANGGARAN mereka, apapun juga DOSA mereka; ia harus menanggungkan semuanya itu ke atas kepala kambing jantan itu dan kemudian melepaskannya ke padang gurun dengan perantaraan seseorang yang sudah siap sedia untuk itu.”.

KJV: ‘INIQUITIES ... TRANSGRESSIONS ... SINS’ [= KEJAHATAN-KEJAHATAN ... PELANGGARAN-PELANGGARAN ... DOSA-DOSA].

Catatan: ayat ini berbicara tentang kambing yang ‘bagi Azazel’, tetapi pasti berlaku untuk ‘kambing yang bagi TUHAN’ juga.

Adam Clarke (tentang ay 21): “The three terms used here, INIQUITIES, AVONOTH, from AVAH, to pervert, distort, or turn aside; TRANSGRESSIONS, PESHAIM, from PASHA, to transgress, to rebel; and SINS, CHATTAOTH, from CHATA, to miss the mark, are supposed by the Jews to comprise every thing that implies a breach of the Divine law, or an offence against God.” [= Tiga istilah digunakan di sini, KEJAHATAN-KEJAHATAN, AVONOTH, dari AVAH, menyimpang; PELANGGARAN-PELANGGARAN, PESHAIM, dari PASHA, melanggar, memberontak; dan DOSA-DOSA, CHATTAOTH, dari CHATA, luput dari sasaran, dianggap oleh orang-orang Yahudi sebagai mencakup segala sesuatu yang menunjukkan secara implicit suatu pelanggaran dari hukum Taurat Ilahi, atau suatu pelanggaran / tindakan yang menjengkelkan / menyakitkan terhadap Allah.].

Tentang doa pengakuan dosa ini, Pulpit Commentary mengatakan bahwa mula-mula doa itu diucapkan tanpa dipersiapkan dulu, tetapi belakangan lalu dirumuskan seperti di bawah ini.

Pulpit Commentary: “The confession of sins, at first extempore, would naturally, as time progressed, become stereotyped into a liturgical form, as it is found in the Mishna: ‘O Lord, they have committed iniquity; they have transgressed; they have sinned, - thy people, the house of Israel. O Lord, cover over, I entreat thee, their iniquities, their transgressions, and their sins, which they have wickedly committed, transgressed, and sinned before thee, - thy people, the house of Israel. As it is written in the Law of Moses thy servant, saying, 'For on that day shall it be covered over for you, to make you clean; from all your sins before the Lord ye shall be cleansed'’ (Edersheim, ‘Temple Service’).” [= Pengakuan dosa-dosa, mula-mula diucapkan tanpa dipersiapkan lebih dulu, tetapi secara alamiah / wajar, dengan berlalunya waktu, menjadi sesuatu yang sifatnya tetap / standard dalam suatu bentuk liturgi, seperti didapati dalam Mishnah: ‘O Tuhan, mereka telah melakukan kejahatan-kejahatan; mereka telah melanggar; mereka telah berbuat dosa, - bangsa / umatMu, keluarga Israel. O Tuhan, tutupilah, Aku mohon kepadaMu, kejahatan-kejahatan mereka, pelanggaran-pelanggaran mereka, dan dosa-dosa mereka, yang telah mereka lakukan, langgar, dan berbuat dosa dengan jahat di hadapanMu, - bangsa / umatMu, keluarga Israel. Seperti tertulis dalam Hukum Taurat Musa hambaMu, berkata, 'karena pada hari itu, itu akan ditutupi untukmu, untuk membuat kamu bersih; dari semua dosa-dosamu di hadapan Tuhan kamu akan dibersihkan'’ (Edersheim, ‘Temple Service’).] - hal 242.

Pulpit Commentary juga menambahkan bahwa dalam sepanjang doa pengakuan dosa, bangsa Israel ada di pelataran dan berdoa dalam keadaan tiarap.

Pulpit Commentary: “During this confession of sins the people remained prostrate in humiliation and prayer in the court of the tabernacle, and it was the custom of the high priest to turn towards them as he pronounced the last words, ‘Ye shall be cleansed.’” [= Selama pengakuan dosa-dosa ini bangsa itu tetap tiarap dalam perendahan dan doa di pelataran Kemah Suci, dan adalah tradisi / kebiasaan dari imam besar untuk berbalik kepada mereka pada waktu ia mengucapkan kata-kata terakhir, ‘Engkau akan dibersihkan’.] - hal 242.

PENUMPANGAN TANGAN DAN DARAH UNTUK PENEBUSAN.

The Bible Exposition Commentary: “The Hebrew word ‎KAPAR‎, translated ‘atonement,’ is used sixteen times in Lev 16; and it basically means ‘to ransom, to remove by paying a price.’ The priest placed his hands on the head of the sacrifice, symbolizing the transferring of the nation’s sins to the innocent victim who died in their place. Atonement means that a price is paid and blood is shed, because life must be given for life (17:11). John Stott says it magnificently: ‘We strongly reject, therefore, every explanation of the death of Christ which does not have at its center the principle of 'satisfaction through substitution,' indeed DIVINE SELF-SATISFACTION THROUGH DIVINE SELF-SUBSTITUTION.’ The word ‘blood’ is used nine times in this chapter and thirteen times in chapter 17. If the Day of Atonement teaches us anything about salvation, it’s that there can be no salvation from sin apart from the shedding of blood. Those who reject this view and claim that they want ‘only the loving religion of Jesus’ had better listen to what Jesus Himself said: ‘For this is My blood of the New Covenant, which is shed for many for the remission of sins’ (Matt 26:28, NKJV). ‘Just as the Son of Man did not come to be served, but to serve, and to give His life a ransom for many’ (Matt 20:28, NKJV).” [= Kata Ibrani KAPAR, diterjemahkan ‘penebusan’, digunakan 16 x dalam Im 16; dan pada dasarnya itu berarti ‘menebus, menyingkirkan / membuang dengan membayar suatu harga’. Imam meletakkan tangannya pada kepala dari korban, menyimbolkan pentransferan dari dosa-dosa bangsa itu pada korban yang tak berdosa yang mati di tempat mereka. Penebusan berarti bahwa suatu harga dibayar dan darah dicurahkan, karena nyawa harus diberikan untuk nyawa (17:11). John Stott mengatakannya secara sangat bagus: ‘Karena itu, kami menolak dengan keras, setiap penjelasan dari kematian Kristus yang tidak mempunyai pada inti / pusatnya prinsip dari 'pemuasan melalui penggantian', dalam faktanya PEMUASAN ILAHI MELALUI PENGGANTIAN ILAHI’. Kata ‘darah’ digunakan 9 x dalam pasal ini dan 13 x dalam pasal 17. Jika Hari Pendamaian / Penebusan mengajar kita sesuatu apapun tentang keselamatan, itu adalah bahwa disana tidak bisa ada keselamatan dari dosa terpisah dari pencurahan darah. Mereka yang menolak pandangan ini dan mengclaim bahwa mereka membutuhkan ‘hanya agama yang penuh kasih dari Yesus’ sebaiknya mendengar apa yang Yesus sendiri katakan: ‘Karena ini adalah darahKu dari Perjanjian (Baru), yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa’ (Mat 26:28, NKJV). ‘Sama seperti Anak Manusia tidak datang untuk dilayani, tetapi untuk melayani, dan untuk memberikan nyawaNya sebagai suatu tebusan untuk banyak orang’ (Mat 20:28, NKJV).].

Im 17:11 - “Karena nyawa makhluk ada di dalam darahnya dan Aku telah memberikan darah itu kepadamu di atas mezbah untuk mengadakan pendamaian bagi nyawamu, karena darah mengadakan pendamaian dengan perantaraan nyawa.”.

Bdk. Ibrani 9:22 - “Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan.”.

Konsep substitusi / penggantian ini luar biasa pentingnya dalam kekristenan, dan INI MERUPAKAN FUNGSI YANG PALING UTAMA DARI HARI JUM’AT AGUNG! TETAPI GEREJA-GEREJA YANG LIBERAL MENGAJARKAN BAHWA YESUS MATI BUKAN SEBAGAI PENGGANTI / SUBSTITUSI, TETAPI SEBAGAI SUATU TINDAKAN SOLIDER TERHADAP KITA! Jangan tertipu oleh penjelasan sesat ini, karena kalau Yesus mati sebagai tindakan solidaritas, maka kita menderita dan Dia ikut menderita bersama kita. Lalu apa yang kita dapatkan? Tidak ada! Tetapi kalau Ia mati sebagai pengganti / substitusi, maka karena Ia sudah menggantikan kita, kita pasti bebas!

Bdk. Yes 53:4-6 - “(4) Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. (5) Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. (6) Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.”.

2Kor 5:15,21 - “(15) Dan Kristus telah mati UNTUK semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka. ... (21) Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.”.

Kata ‘UNTUK’ diterjemahkan dari kata Yunani HUPER, yang berarti ‘in behalf of’ / ‘for the sake of’ [= demi] atau ‘in the place of’ [= di tempat dari].

Kedua text ini secara sangat jelas menunjukkan prinsip penggantian dalam kekristenan. Yesus mati DI TEMPAT kita atau, DEMI kita, atau SEBAGAI PENGGANTI kita!

Bible Knowledge Commentary: “first the high priest was instructed to slaughter the Lord’s goat for the sin offering for the people and to manipulate the blood within the most holy place (his third entrance therein) as he did with the bull’s blood (cf. v. 14).” [= pertama-tama imam besar diinstruksikan untuk membunuh kambing Tuhan sebagai korban penghapus dosa dan untuk menggunakan darah di dalam Ruang Maha Suci (tindakan masuknya yang ketiga ke dalam) seperti yang telah ia lakukan dengan darah lembu itu (bdk. ay 14).].

The Bible Exposition Commentary: “The sacrifices offered on the Day of Atonement brought a threefold cleansing: to the high priest and his family (Lev 16:6,17), to the people of Israel (v. 17), and to the tabernacle (vv. 16, 20, 33).” [= Korban-korban yang dipersembahkan pada Hari Pendamaian / Penebusan membawa pembersihan rangkap tiga: bagi imam besar dan keluarganya (Im 16:6,17), bagi bangsa Israel (ay 17), dan bagi Kemah Suci (Imamat 16: 16,20,33).].


Im 16:6,16,17,20,33 - “(6) Kemudian Harun harus mempersembahkan lembu jantan yang akan menjadi korban penghapus dosa baginya sendiri dan dengan demikian mengadakan pendamaian baginya dan bagi keluarganya. ... (16) Dengan demikian ia mengadakan pendamaian bagi tempat kudus itu karena segala kenajisan orang Israel dan karena segala pelanggaran mereka, apapun juga dosa mereka. Demikianlah harus diperbuatnya dengan Kemah Pertemuan yang tetap diam di antara mereka di tengah-tengah segala kenajisan mereka. (17) Seorangpun tidak boleh hadir di dalam Kemah Pertemuan, bila Harun masuk untuk mengadakan pendamaian di tempat kudus, sampai ia keluar, setelah mengadakan pendamaian baginya sendiri, bagi keluarganya dan bagi seluruh jemaah orang Israel. ... (20) Setelah selesai mengadakan pendamaian bagi tempat kudus dan Kemah Pertemuan serta mezbah, ia harus mempersembahkan kambing jantan yang masih hidup itu, ... Ia harus mengadakan pendamaian bagi tempat maha kudus, bagi Kemah Pertemuan dan bagi mezbah, juga bagi para imam dan bagi seluruh bangsa itu, yakni jemaah itu.”.

HARI RAYA PENDAMAIAN (3) - Imamat 16:5,7-11,15-16,18-22 
-bersambung-
Next Post Previous Post