HARI RAYA PENDAMAIAN (4) - Imamat 16:5,7-10,20-22

PDT.BUDI ASALI,M.DIV.
Imamat 16:5,7-10,20-22 - “(5) Dari umat Israel ia harus mengambil dua ekor kambing jantan untuk korban penghapus dosa dan seekor domba jantan untuk korban bakaran. ... (7) Ia harus mengambil kedua ekor kambing jantan itu dan menempatkannya di hadapan TUHAN di depan pintu Kemah Pertemuan, (8) dan harus membuang undi atas kedua kambing jantan itu, sebuah undi bagi TUHAN dan sebuah bagi Azazel. (9) Lalu Harun harus mempersembahkan kambing jantan yang kena undi bagi TUHAN itu dan mengolahnya sebagai korban penghapus dosa. (10) Tetapi kambing jantan yang kena undi bagi Azazel haruslah ditempatkan hidup-hidup di hadapan TUHAN untuk mengadakan pendamaian, lalu dilepaskan bagi Azazel ke padang gurun. ... (20) Setelah selesai mengadakan pendamaian bagi tempat kudus dan Kemah Pertemuan serta mezbah, ia harus mempersembahkan kambing jantan yang masih hidup itu, (21) dan Harun harus meletakkan kedua tangannya ke atas kepala kambing jantan yang hidup itu dan mengakui di atas kepala kambing itu segala kesalahan orang Israel dan segala pelanggaran mereka, apapun juga dosa mereka; ia harus menanggungkan semuanya itu ke atas kepala kambing jantan itu dan kemudian melepaskannya ke padang gurun dengan perantaraan seseorang yang sudah siap sedia untuk itu. (22) Demikianlah kambing jantan itu harus mengangkut segala kesalahan Israel ke tanah yang tandus, dan kambing itu harus dilepaskan di padang gurun.”.
HARI RAYA PENDAMAIAN (4) - Imamat 16:5,7-10,20-22
gadget, otomotif, asuransi
2. Kambing yang bagi Azazel.

Imamat 16: 10: “Tetapi kambing jantan yang kena undi bagi Azazel haruslah ditempatkan hidup-hidup di hadapan TUHAN untuk mengadakan pendamaian, lalu dilepaskan bagi Azazel ke padang gurun.”.

Imamat 16: 20-22: “(20) Setelah selesai mengadakan pendamaian bagi tempat kudus dan Kemah Pertemuan serta mezbah, ia harus mempersembahkan kambing jantan yang masih hidup itu, (21) dan Harun harus meletakkan kedua tangannya ke atas kepala kambing jantan yang hidup itu dan mengakui di atas kepala kambing itu segala kesalahan orang Israel dan segala pelanggaran mereka, apapun juga dosa mereka; ia harus menanggungkan semuanya itu ke atas kepala kambing jantan itu dan kemudian melepaskannya ke padang gurun dengan perantaraan seseorang yang sudah siap sedia untuk itu. (22) Demikianlah kambing jantan itu harus mengangkut segala kesalahan Israel ke tanah yang tandus, dan kambing itu harus dilepaskan di padang gurun.”.

Arti dari kata ‘Azazel’.

Kata ‘Azazel’ hanya muncul 4 x dalam seluruh Alkitab, dan semuanya dalam Im 16 ini, yaitu dalam Imamat 16: 8, ay 10 (2x), dan ay 26.

Imamat 16: 8,10,26: “(8) dan harus membuang undi atas kedua kambing jantan itu, sebuah undi bagi TUHAN dan sebuah bagi Azazel. ... (10) Tetapi kambing jantan yang kena undi bagi Azazel haruslah ditempatkan hidup-hidup di hadapan TUHAN untuk mengadakan pendamaian, lalu dilepaskan bagi Azazel ke padang gurun. ... (26) Maka orang yang melepaskan kambing jantan bagi Azazel itu harus mencuci pakaiannya, membasuh tubuhnya dengan air dan sesudah itu barulah boleh masuk ke perkemahan.”.

Ay 8,10,26: ‘bagi Azazel’.

KJV/NIV/NASB/NKJV: ‘for the scapegoat’ [= bagi kambing hitam].

RSV/ASV: ‘for Azazel’ [= bagi Azazel].

Catatan: istilah ‘kambing hitam’ di sini bukan menunjuk pada kambing berwarna hitam, tetapi ini merupakan suatu ungkapan yang menunjuk pada kambing yang memikul kesalahan / dosa dari bangsa itu.

Ada bermacam-macam penafsiran tentang arti dari kata ‘Azazel’:

Pertama: Azazel menunjuk kepada setan / komandan setan.

Kedua: Azazel menunjuk pada penghancuran / kehancuran.

Ketiga: Azazel menunjuk pada tempat yang terpencil kemana kambing itu diusir.

Keempat: Azazel menunjuk kepada kambing itu sendiri.

Wenham memberikan 3 penafsiran tentang arti kata ‘Azazel’:

PANDANGAN PERTAMA:

Ini disebut oleh Wenham sebagai pandangan yang paling populer! Kata Azazel adalah nama dari seorang setan yang tinggal di padang gurun. Pandangan ini didukung oleh argumentasi-argumentasi ini:

a. Dalam ayat itu Azazel dipertentangan dengan Yahweh. Kalau Yahweh adalah pribadi, maka Azazel pasti juga adalah pribadi. Bagi saya argumentasi ini tak meyakinkan.

b. Dalam literatur Yahudi belakangan Azazel (Henokh 8:1; 9:6) adalah nama dari seorang setan. Bagi saya, saya tak menggubris literatur Yahudi ini.

c. Perjanjian Lama memandang padang gurun sebagai dihuni / sering dikunjungi oleh setan-setan dan makhluk-makhluk yang serupa (Im 17:7; Yes 13:21; 34:14; bdk. Mat 12:43).

Catatan: Kecuali Im 17:7, ayat-ayat yang lain akan saya berikan dan jelaskan di bawah. Untuk Im 17:7, penggunaannya sama sekali tak cocok, karena ini hanya menunjukkan larangan penyembahan terhadap jin / setan. Itupun terjemahannya masih bermacam-macam.

Im 17:7 - “Janganlah mereka mempersembahkan lagi korban mereka kepada jin-jin, sebab menyembah jin-jin itu adalah zinah. Itulah yang harus menjadi ketetapan untuk selama-lamanya bagi mereka turun-temurun.”.

KJV: ‘devils’ [= setan-setan].

RSV: ‘satyrs’ [= dewa yang menyerupai kambing / kambing yang kerasukan].

NIV: ‘the goat idols’ [= berhala yang menyerupai kambing].

NASB: ‘the goat demons’ [= setan-setan yang menyerupai kambing].

Tetapi ditambahkan bahwa mereka yang menganggap Azazel sebagai setan tidak menganggap kambing itu dipersembahkan kepada setan, tetapi hanya menunjukkan bahwa dosa-dosa bangsa Israel (yang sudah ‘ditransfer’ kepada kambing itu) dikembalikan kepada penciptanya, yaitu Azazel / setan, yang tinggal di padang gurun. Tetapi Wenham mengatakan bahwa sekalipun ada bantahan seperti itu, tak terhindarkan akan muncul pandangan bahwa kambing itu dipersembahkan kepada setan, kalau Azazel dianggap sebagai nama setan.

Albert Barnes dan Keil & Delitzsch memegang pandangan pertama ini.

Barnes’ Notes (tentang ay 8): “‘For the scapegoat.’ Rather, ‘for Azazel’. The word occurs nowhere else in the Old Testament but in this chapter, and is probably derived from a root in use in Arabic, but not in Hebrew, signifying to ‘remove’, or ‘to separate’. Azazel is the pre-Mosaic name of an evil personal being placed in opposition to Yahweh.” [= ‘Bagi kambing hitam’. Lebih baik, ‘bagi Azazel’. Kata itu tidak muncul di tempat lain manapun dalam Perjanjian Lama kecuali dalam pasal ini, dan mungkin diturunkan dari suatu akar kata yang digunakan dalam bahasa Arab, tetapi tidak dalam bahasa Ibrani, berarti ‘menyingkirkan / membuang’, atau ‘memisahkan’. Azazel adalah nama dari jaman sebelum Musa dari seorang pribadi yang jahat yang ditempatkan dalam pertentangan dengan Yahweh.].

Barnes’ Notes (tentang ay 8): “The casting of lots was an appeal to the decision of Yahweh (compare Josh 7:16-17; 14:2; Prov 16:33; Acts 1:26, etc.); it was therefore His act to choose one of the goats for His service in the way of ordinary sacrifice, the other for His service in carrying off the sins to Azazel (see the note at Lev 16:22). By this expressive outward sign the sins were sent back to the author of sin himself, ‘the entirely separate one,’ who was banished from the realm of grace.” [= Pembuangan undi adalah suatu permohonan pada keputusan dari Yahweh (bdk. Yos 7:16-17; 14:2; Amsal 16:33; Kis 1:26, dsb.); karena itu, itu merupakan tindakanNya untuk memilih satu dari kambing-kambing itu untuk pelayanan / ibadahNya dengan cara korban biasa, yang lain untuk pelayanan / ibadahNya dalam membawa dosa-dosa kepada Azazel (lihat catatan pada Im 16:22). Dengan tanda lahiriah yang penuh arti ini dosa-dosa dikirim kembali kepada pencipta dosa itu sendiri, ‘seseorang yang sepenuhnya terpisah’, yang dibuang dari daerah kasih karunia.].

Barnes’ Notes (tentang Imamat 16: 22): “‘Unto a land not inhabited.’ Unto a place cut off, or (as in the margin) a place ‘of separation.’ It is evident that the one signification of the ceremony of this goat was the complete removal of the sins which were confessed over him. No symbol could so plainly set forth the completeness of Yahweh’s acceptance of the penitent, as a sin-offering in which a life was given up for the altar, and yet a living being survived to carry away all sin and uncleanness.” [= ‘Ke tanah yang tak dihuni’. Ke suatu tempat yang terpencil, atau (seperti di catatan tepi) suatu tempat ‘dari pemisahan’. Adalah jelas bahwa satu arti dari upacara dari kambing ini adalah penyingkiran / pembuangan sepenuhnya dari dosa-dosa yang diakui atasnya. Tak ada simbol yang bisa dengan begitu jelas menyatakan dengan kata-kata, kepenuhan / kesempurnaan / kelengkapan dari penerimaan Yahweh terhadap orang yang mengakui / menyesali / bertobat dari dosa-dosanya, seperti suatu korban penghapus dosa dimana suatu kehidupan diserahkan untuk mezbah, dan seekor binatang hidup tetap hidup untuk membawa semua dosa dan kenajisan.].

Catatan: kata-kata ‘padang gurun’ pada akhir dari Imamat 16: 10 memang bisa diterjemahkan ‘tempat yang tak berpenghuni’.

Keil & Delitzsch: “The words, ‘one lot for Jehovah and one for Azazel,’ require unconditionally that Azazel should be regarded as a personal being, in opposition to Jehovah.” [= Kata-kata ‘satu undian bagi Yehovah dan satu bagi Azazel’, menuntut tanpa syarat bahwa ‘Azazel’ harus dianggap sebagai seorang pribadi, dalam kontras / pertentangan dengan Yehovah.].

Keil & Delitzsch: “We have not to think, however, of any demon whatever, who seduces men to wickedness in the form of an evil spirit, as the fallen angel Azazel is represented as doing in the Jewish writings ..., but of the devil himself, the head of the fallen angels, who was afterwards called Satan; for no subordinate evil spirit could have been placed in antithesis to Jehovah as Azazel is here, but only the ruler or head of the kingdom of demons. The desert and desolate places are mentioned elsewhere as the abode of evil spirits (Isa 13:21; 34:14; Matt 12:43; Luke 11:24; Rev 18:2). The desert, regarded as an image of death and desolation, corresponds to the nature of evil spirits, who fell away from the primary source of life, and in their hostility to God devastated the world, which was created good, and brought death and destruction in their train.” [= Tetapi kita tidak harus berpikir tentang sembarang setan apapun, yang membujuk manusia pada kejahatan dalam bentuk suatu roh jahat, seperti Azazel, malaikat yang jatuh ini, lakukan dalam penggambaran dalam tulisan-tulisan Yahudi ..., tetapi tentang Iblis sendiri, kepala dari malaikat-malaikat yang jatuh, yang belakangan disebut Iblis; karena tak ada roh jahat yang lebih rendah yang bisa telah ditempatkan dalam pertentangan dengan Yehovah seperti Azazel di sini, tetapi hanya penguasa atau kepala dari kerajaan setan-setan. Padang gurun dan tempat-tempat tandus / tak berpenghuni disebutkan di tempat lain sebagai tempat tinggal dari roh-roh jahat (Yes 13:21; 34:14; Mat 12:43; Luk 11:24; Wah 18:2). Padang gurun, dianggap sebagai suatu gambaran tentang kematian dan kehancuran, cocok dengan sifat dasar dari roh-roh jahat, yang jatuh / sesat dari sumber utama dari kehidupan, dan dalam permusuhan mereka terhadap Allah menghancurkan dunia, yang diciptakan dalam keadaan baik, dan membawa kematian dan kehancuran dalam jalur mereka.].

Yes 13:21 - “tetapi yang akan berbaring di sana ialah binatang gurun, dan rumah-rumah mereka akan penuh dengan burung hantu; burung-burung unta akan diam di sana, dan jin-jin akan melompat-lompat;”.

Yes 34:14 - “Di sana berpapasan binatang gurun dengan anjing hutan, dan jin bertemu dengan temannya; hantu malam saja ada di sana dan mendapat tempat perhentian.”.

Catatan: dalam kedua ayat di atas ini, untuk kata ‘jin’ KJV/RSV menterjemahkan ‘satyr’. Kata Ibraninya bisa diartikan bermacam-macam: kambing jantan, kambing berambut, kambing yang kerasukan setan (Bible Works 8), dan kata bahasa Inggrisnya bisa diartikan ‘dewa yang berbentuk menyerupai kambing’ (Free Dictionary). Jadi penggunaan kedua ayat ini untuk menunjukkan setan senang berada di tempat terpencil, adalah sangat meragukan.

Mat 12:43 - “‘Apabila roh jahat keluar dari manusia, iapun mengembara ke tempat-tempat yang tandus mencari perhentian. Tetapi ia tidak mendapatnya.”.

Luk 11:24 - “‘Apabila roh jahat keluar dari manusia, iapun mengembara ke tempat-tempat yang tandus mencari perhentian, dan karena ia tidak mendapatnya, ia berkata: Aku akan kembali ke rumah yang telah kutinggalkan itu.”.

Mat 12:43 / Luk 11:24 justru menunjukkan bahwa roh jahat itu tak menemukan tempat yang cocok baginya di tempat-tempat tandus itu sehingga ia lalu kembali merasuk orang itu lagi.

Wah 18:2 - “Dan ia berseru dengan suara yang kuat, katanya: ‘Sudah rubuh, sudah rubuh Babel, kota besar itu, dan ia telah menjadi tempat kediaman roh-roh jahat dan tempat bersembunyi semua roh najis dan tempat bersembunyi segala burung yang najis dan yang dibenci,”.

Wah 18:2 menurut saya hanya menunjukkan secara kiasan bahwa itu adalah tempat yang buruk.

Jadi menurut saya tidak ada dasar Alkitab yang menunjukkan setan senang berada di padang gurun / tempat terpencil. Dan secara theologis, visi dan misi setan adalah menjatuhkan / menyesatkan manusia. Karena itu, saya tidak percaya bahwa setan-setan senang berada di padang gurun / tempat yang tak berpenghuni / kuburan dsb, karena manusia mana yang akan mereka goda di sana??? Kalau Yesus berpuasa di padang gurun dan di sana Ia dicobai, maka setan ada di sana karena Yesus ada di sana. Tapi tanpa alasan, mereka tidak akan krasan berada di tempat yang tak berpenghuni! Mereka paling senang tempat yang banyak orangnya, khususnya gereja! Makin bagus gerejanya (banyak Injil, banyak ajaran dan benar), maka makin banyak setannya, karena setan jelas jauh lebih senang menjatuhkan anak-anak Tuhan dari pada orang-orang non Kristen.

Bantahan dari Wenham dan Pulpit Commentary terhadap pandangan pertama ini ada di bawah ini.

Gordon J. Wenham (tentang Imamat 16: 20-22): “There is, therefore, force in Hertz’s objection to this view. ‘The offering of sacrifices to ‘satyrs’ is spoken of as a heinous crime in the very next chapter (17:7); homage to a demon of the wilderness cannot, therefore, be associated with the holiest of the Temple-rites in the chapter immediately preceding.’” [= Karena itu ada kekuatan dalam keberatan Hertz terhadap pandangan ini. ‘Persembahan korban-korban kepada dewa-dewa dikatakan sebagai suatu kejahatan yang buruk / menjijikkan persis dalam pasal setelahnya (17:7); dan karena itu penghormatan / penyembahan kepada seorang setan dari padang gurun tidak bisa dihubungkan dengan upacara-upacara yang paling kudus dari Kemah Suci dalam pasal yang mendahuluinya’.] - Libronix.

Sebagai tambahan, Pulpit Commentary mengatakan bahwa kalau Azazel adalah nama setan / kepala setan, dan dikontraskan dengan Yahweh, maka ia pasti adalah makhluk yang sangat penting. Mengapa nama itu tak muncul di tempat lain dalam Alkitab, selain dalam Im 16 ini?

Juga, menyogok, ataupun mengejek, setan, dengan menggunakan korban kambing seperti ini, merupakan suatu doktrin yang asing dalam ajaran Musa (menurut saya, itu bahkan merupakan doktrin asing dalam ajaran seluruh Alkitab).

Dan terakhir, dua kambing itu dipilih yang sangat mirip. Yang satu dikorbankan untuk Yahweh, dan yang lain untuk setan?? Ini lagi-lagi sama sekali tak terbayangkan!

Pulpit Commentary: “The objections to the theory that AZAZEL means an evil spirit are of overwhelming force. It will be enough to name the following. 1. The name AZAZEL is nowhere else mentioned. This could not be, if he were so important a being as to divide with Jehovah the sin offering of the congregation of Israel on the great Day of Atonement. 2. No suitable etymology can be discerned. The nearest approach to it is very forced - ‘the separated one.’ 3. The notion of appeasing, or bribing, or mocking the evil spirit by presenting to him a goat, is altogether alien from the spirit of the rest of the Mosaic institutions. Where else is there anything like it? 4. The goat is presented and offered to Jehovah equally with the goat which is slain. To take that which has been offered (and therefore half sacrificed) to God and give it to Satan, would be a daring impiety, which is inconceivable.” - hal 239-240.

Catatan: ini tidak saya terjemahkan, karena sudah saya berikan dengan kata-kata saya sendiri di atas.

Pulpit Commentary (tentang Imamat 16: 10): “The goat is both presented before the Lord, and subsequently (ver. 20) offered to him, the priest laying his hands upon him and making a confession of the sins of the people. After he has thus become the Lord’s, how could he be given up to Satan? The purpose of his being set apart is to make an atonement with him (not for him, as some commentators explain it wrongly). As atonement was made by the blood of the sacrificed goat ceremonially covering sin, so it was also made by the live goat symbolically removing sin. But the atonement in both cases has reference to God. How could an atonement be made by an offering to Satan, unless Satan, not God, was the being whose wrath was to be propitiated, and with whom reconciliation was sought?” [= Kambing itu keduanya dipersembahkan di hadapan Tuhan, dan karena itu (ay 20) dipersembahkan bagi Dia, imam meletakkan tangannya padanya dan membuat suatu pengakuan dosa-dosa dari bangsa itu. Setelah kambing itu menjadi milik Tuhan seperti itu, bagaimana ia bisa diberikan kepada Iblis? Tujuan dari pemisahannya adalah untuk membuat suatu penebusan dengan / bersama dia (bukan untuk / bagi dia, seperti beberapa penafsir menjelaskannya secara salah). Seperti penebusan dibuat oleh / dengan darah dari kambing yang dikorbankan secara upacara menutupi dosa, demikian juga dibuat oleh kambing yang hidup secara simbolis menyingkirkan / membuang dosa. Tetapi penebusan dalam kedua kasus mempunyai hubungan dengan Allah. Bagaimana bisa suatu penebusan dibuat dengan suatu persembahan kepada Iblis, kecuali Iblis, bukan Allah, merupakan ‘makhluk’ yang murkanya harus ditenangkan, dan dengan siapa perdamaian dicari?] - hal 240.

PANDANGAN KEDUA:

Gordon J. Wenham (tentang Imamat 16: 20-22): “Hoffmann and Hertz prefer another interpretation, namely, that Azazel is a rare Hebrew noun meaning ‘complete destruction.’” [= Hoffman dan Hertz lebih memilih penafsiran yang lain, yaitu bahwa Azazel adalah suatu kata benda Ibrani yang jarang dan berarti ‘kehancuran / penghancuran sepenuhnya / lengkap’.] - Libronix.

PANDANGAN KETIGA:

Gordon J. Wenham (tentang ay 20-22): “A third possibility is that Azazel means ‘rocky precipice’; this was Rashi’s explanation. ... If v. 22 is an expansion of what is said earlier in v. 10, as I have argued, Rashi would be justified in taking ‘land of cutting off’ as interpretative of Azazel. If this phrase is understood to mean a land that is cut off, it would support Azazel as meaning ‘rocky’ or ‘craggy.’ If it means a place that cuts off, Azazel may be better interpreted ‘total destruction’ as suggested by Hertz and Hoffmann.” [= Suatu kemungkinan ketiga adalah bahwa Azazel berarti ‘batu karang yang menjorok / menggantung’; ini adalah penjelasan dari Rashi. ... Jika ay 22 adalah suatu expansi / perluasan dari apa yang dikatakan lebih dulu dalam ay 10, seperti telah saya argumentasikan, Rashi akan dibenarkan dalam mengartikan ‘tanah yang terpencil’ sebagai bersifat menafsirkan dari kata Azazel. Jika ungkapan ini dimengerti sebagai berarti suatu tanah / daerah yang terpencil, itu akan mendukung Azazel sebagai berarti ‘seperti batu karang’ atau ‘kasar’. Jika itu berarti suatu tempat yang terpencil, Azazel bisa lebih baik ditafsirkan ‘kehancuran / penghancuran total’ seperti yang diusulkan oleh Hertz dan Hoffman.] - Libronix.

Imamat 16: 10,22: “(10) Tetapi kambing jantan yang kena undi bagi Azazel haruslah ditempatkan hidup-hidup di hadapan TUHAN untuk mengadakan pendamaian, lalu dilepaskan bagi Azazel ke padang gurun. ... (22) Demikianlah kambing jantan itu harus mengangkut segala kesalahan Israel ke tanah yang tandus, dan kambing itu harus dilepaskan di padang gurun.”.

Mengapa ‘tempat terpencil’ bisa disamakan dengan ‘kehancuran total’? Ini penjelasan dari Wenham.

Gordon J. Wenham (tentang ay 20-22): “‘A region that is cut off’ is literally ‘a land of cutting off.’ ‘Cutting off’ could refer to the fact that the place to which the goat was led was ‘cut off’ from the camp, perhaps by a deep valley, so that the animal had no chance of returning to Israel and bringing back the guilt of their sins. Alternatively, it could refer to the fact that it was taken to a place where its life was ‘cut off.’ In later times, the Mishnah records that the goat was led to a steep cliff and pushed over backward to kill it.” [= ‘Suatu daerah yang terpencil / dipotong’ secara hurufiah adalah ‘suatu tanah yang terpencil / dipotong’. ‘Terpencil / dipotong’ bisa menunjuk pada fakta bahwa tempat kemana kambing itu diarahkan ‘dipotong’ dari perkemahan, mungkin oleh suatu lembah yang dalam, sehingga binatang itu tidak mempunyai kemungkinan untuk kembali ke Israel dan membawa kembali kesalahan dari dosa-dosa mereka. Pilihan yang lain, itu bisa menunjuk pada fakta bahwa kambing itu dibawa ke suatu tempat dimana hidup / nyawanya ‘dipotong’. Pada jaman belakangan, Mishnah mencatat bahwa kambing itu dibimbing ke suatu jurang yang curam dan didorong mundur untuk membunuhnya.] - Libronix.

Catatan: ini sudah menambahi perintah Tuhan berkenaan dengan kambing bagi Azazel ini. Tuhan tak pernah menyuruh untuk membunuh kambing itu.

Calvin termasuk pada pandangan ketiga ini.

Calvin (tentang ay 7-11): “As to the word Azazel, although commentators differ, I doubt not but that IT DESIGNATES THE PLACE TO WHICH THE SCAPE-GOAT WAS DRIVEN. It is certainly a compound word, equivalent to ‘the departure of the goat,’ which the Greeks have translated, whether properly or not I cannot say, ἀποπομπαι̂ον. ... What I have said agrees best with the departure of the goat; although I differ from the Jews, who conceive that this place was contiguous to Mount Sinai; as if the lot for Azazel were not cast every year, when the people were very far away from Mount Sinai. Let it suffice, then, that some solitary and most uninhabitable spot was chosen whither the goat should be driven, lest the curse of God should rest upon the people.” [= Berkenaan dengan kata Azazel, sekalipun para penafsir berbeda-beda, saya tidak meragukan bahwa ITU MENUNJUK TEMPAT KEMANA KAMBING HITAM ITU DIUSIR. Itu jelas merupakan suatu kata gabungan, yang sama artinya dengan ‘kepergian dari kambing itu’, yang orang-orang Yahudi telah terjemahkan, apakah benar atau salah saya tak bisa mengatakannya, APOPOMPAION. ... Apa yang saya katakan paling cocok dengan kepergian dari kambing itu; sekalipun saya berbeda dengan orang-orang Yahudi, yang menganggap bahwa tempat ini berdekatan dengan Gunung Sinai; seakan-akan undian bagi Azazel tidak dibuang setiap tahun, pada waktu bangsa itu berada sangat jauh dari Gunung Sinai. Maka, cukuplah bahwa suatu tempat yang terpencil dan tak berpenghuni dipilih kemana kambing itu harus diusir, supaya jangan kutuk Allah tetap ada pada bangsa itu.].

Saya paling condong dengan pandangan ini.

PANDANGAN KEEMPAT:

Pandangan keempat ini tidak diberikan oleh Wenham, tetapi diberikan oleh Pulpit Commentary dan penafsir-penafsir lain. Kata ‘Azazel’ dianggap menunjuk pada kambing itu sendiri. Bagaimana bisa demikian?

Catatan kaki dari penterjemah Calvin’s Commentary: “Most lexicographers agree that, עזאזל cannot well mean anything else than what is its necessary translation, if divided thus עז אזל, viz., the goat departing. - W.” [= Kebanyakan penulis kamus setuju bahwa AZAZEL tidak bisa berarti apapun juga yang lain dari pada apa yang adalah terjemahannya yang seharusnya, jika dibagi / dipecah seperti ini EZ AZAL, yaitu kambing yang pergi. - W.].

McClintock and Strong Encyclopedia (dengan entry ‘Azazel’): “Buxtorf (Heb. Lex.) and Fagius (Critici Sacri in loc.), in accordance with this view of its meaning, derived the word from EZ, a goat, and AZAL, to depart. To this derivation it has been objected by Bochart, Winer, and others, that EZ ‎denotes a she-goat. It is, however, alleged that the word appears to be epicene in Gen 30:33; Lev 3:12, etc.” [= Buxtorf (Lexicon / Kamus Ibrani) dan Fagius (Critici Sacri di tempat), sesuai dengan pandangan ini tentang artinya, menurunkan kata itu dari EZ, seekor kambing, dan AZAL, pergi / meninggalkan. Pada penurunan kata ini telah diberikan keberatan oleh Bochart, Winer, dan orang-orang lain, bahwa EZ menunjuk / berarti kambing betina. Tetapi ditegaskan / dinyatakan bahwa kata itu kelihatannya tak mempunyai karakteristik dari jenis kelamin manapun dalam Kej 30:33; Im 3:12, dsb.].

Kej 30:33 - “Dan kejujuranku akan terbukti di kemudian hari, apabila engkau datang memeriksa upahku: Segala yang tidak berbintik-bintik atau berbelang-belang di antara kambing-kambing dan yang tidak hitam di antara domba-domba, anggaplah itu tercuri olehku.’”.

Im 3:12 - “Jikalau persembahannya seekor kambing, ia harus membawanya ke hadapan TUHAN.”.

Catatan: dalam kedua ayat di atas, kata ‘kambing’ diterjemahkan dari kata Ibrani EZ, dan kelihatannya memang tak menunjukkan jenis kelamin kambing itu.

Pulpit Commentary menjelaskan dengan begitu rumit (kutipan lengkap saya berikan di bawah), sehingga saya sendiri tidak terlalu mengerti, dan karena itu saya hanya memberikan bagian-bagian tertentu saja dengan kata-kata saya sendiri.

Pulpit Commentary mengatakan bahwa AZAZEL adalah kata yang dilunakkan (‘softened’) dari kata AZALZEL. Dan AZALZEL diturunkan dari kata AZAL, yang pada akhirnya berhubungan dengan kata bahasa Arab AZALA, yang berarti ‘dibuang / disingkirkan’. Tetapi penurunan langsung didapatkan dari penduplikatan ulang (‘reduplicate’) kata kerja itu, yaitu AZAZAL. Penduplikatan ulang memberikan kekuatan dari pengulangan, sehingga kalau AZAL berarti ‘dibuang / disingkirkan’, maka AZALZAL berarti ‘disingkirkan oleh suatu pengulangan tindakan-tindakan’. Jadi, AZALZEL, atau AZAZEL, berarti ‘sesuatu yang menyingkirkan oleh suatu seri tindakan-tindakan’. Dalam arti ini Azazel berhubungan secara ketat dengan fungsi yang dianggap menjadi milik kambing itu dalam ay 21-22.

Ay 21-22: “(21) dan Harun harus meletakkan kedua tangannya ke atas kepala kambing jantan yang hidup itu dan mengakui di atas kepala kambing itu segala kesalahan orang Israel dan segala pelanggaran mereka, apapun juga dosa mereka; ia harus menanggungkan semuanya itu ke atas kepala kambing jantan itu dan kemudian melepaskannya ke padang gurun dengan perantaraan seseorang yang sudah siap sedia untuk itu. (22) Demikianlah kambing jantan itu harus mengangkut segala kesalahan Israel ke tanah yang tandus, dan kambing itu harus dilepaskan di padang gurun.”.

Pulpit Commentary menambahkan: tidak ada kata yang bisa menyatakan dengan lebih baik gerakan dari kambing itu di depan mata bangsa itu pada waktu ia pergi, menyingkirkan pada setiap langkahnya, dosa-dosa dari bangsa Israel, sampai dosa-dosa itu disingkirkan jauh dan sepenuhnya.

Pulpit Commentary: “That LA-AZĀZEL means ‘for removal’ is the opinion of Bähr, Tholuck, Winer, and others. There is nothing objectionable in this interpretation, but the form of the word AZĀZEL points rather to an agent than to an abstract act. AZĀZEL is a word softened (according to a not unusual custom) from AZALZEL, just as KOKAV is a softened form of KAV-KAV, and as BABEL is derived from BALBEL (Gen. 11:9). AZALZEL is an active participle or participial noun, derived ultimately from AZAL (connected with the Arabic word AZALA, and meaning removed), but immediately from the reduplicate form of that verb, AZAZAL. The reduplication of the consonants of the root in Hebrew and Arabic gives the force of repetition, so that while AZAL means removed, AZALZAL means removed by a repetition of acts. AZALZEL, or AZĀZEL, therefore, means one who removes by a series of acts. ‘In this sense the word AZĀZEL is strictly expressive of the function which is ascribed to the scapegoat in vers. 21, 22; namely, that he ‘be sent away, bearing upon him all the iniquities of the children of Israel into the wilderness.’ It properly denotes one that removes or separates; yet a remover in such sort that the removal is not effected by a single act or at one moment, but by a series of minor acts tending to and issuing in a complete removal. No word could better express the movement of the goat before the eyes of the people, as it passed on, removing at each step, in a visible symbol, their sins further and further from them, until, by continued repetition of the movement, they were carried far away and removed utterly’ (Sir W. Martin, ‘Semitic Languages’). That it is the goat that is designated by the word AZĀZEL is the exposition of the LXX., Josephus, Symmachus, Aquila, Theodotion, the Vulgate, the Authorized English Version, and Luther’s Version. The interpretation is founded on sound etymological grounds, it suits the context wherever the word occurs, it is consistent with the remaining ceremonial of the Day of Atonement, and it accords with the otherwise known religious beliefs and symbolical practices of the Israelites.” - hal 240.

Catatan: dua kata yang saya beri warna biru, yang satu AZALZAL dan yang lain AZAZAL. Dalam buku fisiknya juga begitu. Apakah ini salah cetak? Atau ini sama seperti kasus AZALZEL yang dilunakkan dari kata AZAZEL?

Bagi saya problem dengan pandangan ini adalah bahwa artinya tak sesuai dengan kalimatnya.

Imamat 16: 10: “Tetapi KAMBING JANTAN YANG KENA UNDI BAGI AZAZEL haruslah ditempatkan hidup-hidup di hadapan TUHAN untuk mengadakan pendamaian, lalu DILEPASKAN BAGI AZAZEL ke padang gurun.”.

Kalau Azazel menunjuk pada kambingnya, bukankah kalimatnya jadi tak masuk akal?

Melihat pro kontra tentang arti kata AZAZEL, maka mungkin kita tak akan bisa mendapatkan kepastian tentang arti kata itu, TETAPI SEBETULNYA ITU MEMANG TIDAK PENTING!

YANG PENTING ADALAH ARTI DARI UPACARA ITU SENDIRI!!!

Wenham mengakhiri tafsiran pro kontra tentang kata ‘Azazel’ itu dengan kata-kata di bawah ini.

Gordon J. Wenham (tentang Imamat 16: 20-22): “Whatever we understand by Azazel, there is little doubt about the total meaning of the ceremony. ‘Whether Azazel means, the mountain where the goat is destroyed, the sin which is given to destruction, or the evil angel who is given a bribe so that he does not become an accuser, it all comes back to the same basic idea: that sin is exterminated from Israel.’” [= Apapun yang kita mengerti dengan kata Azazel, di sana tak ada keraguan tentang arti seluruhnya dari upacara itu. ‘Apakah Azazel berarti, gunung dimana kambing itu dihancurkan, dosa yang diberikan pada penghancuran, atau malaikat-malaikat jahat yang diberi suatu suap / sogok supaya ia tidak menjadi seorang pendakwa, itu semua kembali pada gagasan dasar yang sama: dosa itu dibuang / dimusnahkan sama sekali dari Israel’.] - Libronix.

The Bible Exposition Commentary (ay 7-10,15-22): “Regardless of the origin of the word, the meaning is clear: The releasing of the goat symbolized the sins of the people being carried away, never to be held against them again. ‘As far as the east is from the west, so far has He removed our transgressions from us’ (Ps 103:12, NKJV). ‘Behold! The Lamb of God who takes away the sin of the world!’ (John 1:29, NKJV)” [= Tanpa mempedulikan / mempersoalkan asal usul dari kata itu, artinya adalah jelas: Tindakan melepaskan kambing itu menyimbolkan dosa-dosa dari bangsa itu dibawa pergi, tidak pernah ditanggungkan terhadap mereka lagi. ‘Sejauh Timur dari Barat, sejauh itu Ia telah menyingkirkan pelanggaran-pelanggaran kita dari kita’ (Maz 103:12, NKJV). ‘Lihatlah! Anak Domba Allah yang menyingkirkan / membawa pergi dosa dunia!’ Yoh 1:29, NKJV)].

Maz 103:12 - “sejauh timur dari barat, demikian dijauhkanNya dari pada kita pelanggaran kita.”.

Yoh 1:29 - “Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: ‘Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia.”.

3. Arti gabungan dari dua kambing itu dan apa yang dilakukan terhadap mereka.

Pulpit Commentary: “The two goats were the single sin offering for the people; the one that was offered in sacrifice symbolized atonement or covering made by shedding of blood, the other symbolized the utter removal of the sins of the people, which were conveyed away and lost in the depths of the wilderness, whence there was no return. Cf. Ps. 103:12, ‘As far as the east is from the west, so far hath he removed our transgressions from us;’ and Micah 7:19, ‘He will turn again, he will have compassion upon us; he will subdue our iniquities; and thou wilt cast all their sins into the depths of the sea.’ The eighth verse should be translated as it stands in the Authorized Version, or, if we ask for still greater exactness, ‘And Aaron shall cast lots upon the two goats; one lot for the Lord, and one lot for a remover of sins.’” [= Dua kambing itu merupakan satu korban penghapus dosa untuk bangsa itu; yang satu dipersembahkan sebagai korban yang menyimbolkan penebusan atau penutupan yang dibuat dengan pencurahan darah, yang lain menyimbolkan penyingkiran / pembuangan dosa-dosa bangsa itu, yang dibawa pergi dan hilang dalam kedalaman padang gurun, dan tak bisa kembali. Bdk. Maz 103:12, ‘sejauh Timur dari Barat, sejauh itu Ia menyingkirkan pelanggaran-pelanggaran kita dari kita’; dan Mikha 7:19, ‘Ia akan kembali, Ia akan mempunyai belas kasihan kepada kita, Ia akan menundukkan kejahatan-kejahatan kita; dan Engkau akan membuang dosa-dosa mereka ke dalam kedalaman laut’. Ayat kedelapan seharusnya diterjemahkan sebagai ayat itu ada dalam Authorized Version {= KJV}, atau, jika kita meminta ketepatan yang lebih besar, ‘Dan Harun harus membuang undi atas dua kambing itu; satu undi bagi Tuhan, dan satu undi bagi suatu penyingkiran / pembuangan dosa-dosa’.].

Catatan: Untuk Maz 103:12 Mikha 7:19 kutipan di atas mengambil dari KJV, dan saya terjemahkan dari KJV. Terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia agak berbeda dan ada di bawah ini.

Maz 103:12 - “sejauh timur dari barat, demikian dijauhkanNya dari pada kita pelanggaran kita.”.

Mikha 7:19 - “Biarlah Ia kembali menyayangi kita, menghapuskan kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut.”.

The Bible Exposition Commentary: “Remember that the two goats were considered one sin offering (Lev 16:5). One goat died because there must be blood sacrifice before there can be forgiveness. The other goat lived but was ‘lost’ in the wilderness, having ‘carried away’ the nation’s sins.” [= Ingat bahwa dua kambing itu dianggap sebagai satu korban penghapus dosa (Im 16:5). Satu kambing mati karena disana harus ada korban berdarah sebelum disana bisa ada pengampunan. Kambing yang lain hidup tetapi ‘hilang / terhilang’ di padang gurun, sambil ‘membawa pergi’ dosa-dosa bangsa itu.].

Imamat 16: 5: “Dari umat Israel ia harus mengambil DUA EKOR KAMBING JANTAN UNTUK KORBAN PENGHAPUS DOSA dan seekor domba jantan untuk korban bakaran.”.

Easton’s Bible Dictionary: “Azazel ... when we remember that the two goats together form a type of Christ, on whom the Lord ‘laid the iniquity of us all,’ and examine into the root meaning of this word (viz., ‘separation’), the interpretation of those who regard the one goat as representing the atonement made, and the other, that ‘for Azazel,’ as representing the effect of the great work of atonement (viz., the complete removal of sin), is certainly to be preferred. The one goat which was ‘for Jehovah’ was offered as a sin-offering, by which atonement was made. But the sins must also be visibly banished, and therefore they were symbolically laid by confession on the other goat, which was then ‘sent away for Azazel’ into the wilderness. ... It was of no consequence what became of it, as the whole import of the transaction lay in its being sent into the wilderness bearing away sin. As the goat ‘for Jehovah’ was to witness to the demerit of sin and the need of the blood of atonement, so the goat ‘for Azazel’ was to witness to the efficacy of the sacrifice and the result of the shedding of blood in the taking away of sin.” [= Azazel ... pada waktu kita ingat bahwa KEDUA KAMBING BERSAMA-SAMA MEMBENTUK SUATU TYPE DARI KRISTUS, kepada siapa Tuhan ‘meletakkan kejahatan kita semua’, dan memeriksa ke dalam akar / inti arti dari kata ini (yaitu ‘pemisahan’), penafsiran dari mereka yang menganggap satu kambing sebagai menggambarkan penebusan yang dibuat, dan kambing yang lain, kambing ‘bagi Azazel’, sebagai menggambarkan hasil dari pekerjaan penebusan yang agung itu (yaitu penyingkiran / pembuangan dosa secara total), pasti harus lebih dipilih. Satu kambing yang adalah ‘bagi Yehovah’ dipersembahkan sebagai korban penghapus dosa, dengan mana penebusan dibuat. Tetapi dosa-dosa juga harus dibuang SECARA TERLIHAT, dan karena itu mereka secara simbolis diletakkan oleh pengakuan dosa pada kambing satunya, yang lalu ‘dikirim / dibuang bagi Azazel’ ke dalam padang gurun. ... Tak jadi soal apa yang terjadi dengan kambing itu, karena seluruh arti dari transaksi ini terletak pada pengiriman / pembuangannya ke dalam padang gurun dengan membawa / menyingkirkan dosa. Seperti kambing ‘bagi Yehovah’ harus menyaksikan kesalahan dari dosa dan kebutuhan akan darah penebusan, maka kambing ‘bagi Azazel’ harus menyaksikan kemujaraban / keefektifan dari korban dan hasil dari pencurahan darah dalam menyingkirkan dosa.].


Yesaya 53:6 - “Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.”.

Bdk. 2Kor 5:21 - “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.”.

HARI RAYA PENDAMAIAN (4) - Imamat 16:5,7-10,20-22
-bersambung-
Next Post Previous Post