HARI RAYA PENDAMAIAN (1): IMAMAT 16:1-34

PDT. BUDI ASALI, M. DIV.
HARI RAYA PENDAMAIAN (1).Imamat 16:1-34 - “(1) Sesudah kedua anak Harun mati, yang terjadi pada waktu mereka mendekat ke hadapan TUHAN, berfirmanlah TUHAN kepada Musa. (2) Firman TUHAN kepadanya: ‘Katakanlah kepada Harun, kakakmu, supaya ia jangan sembarang waktu masuk ke dalam tempat kudus di belakang tabir, ke depan tutup pendamaian yang di atas tabut supaya jangan ia mati; karena Aku menampakkan diri dalam awan di atas tutup pendamaian. (3) Beginilah caranya Harun masuk ke dalam tempat kudus itu, yakni dengan membawa seekor lembu jantan muda untuk korban penghapus dosa dan seekor domba jantan untuk korban bakaran. (4) Ia harus mengenakan kemeja lenan yang kudus dan ia harus menutupi auratnya dengan celana lenan dan ia harus memakai ikat pinggang lenan dan berlilitkan serban lenan; itulah pakaian kudus yang harus dikenakannya, sesudah ia membasuh tubuhnya dengan air. (5) Dari umat Israel ia harus mengambil dua ekor kambing jantan untuk korban penghapus dosa dan seekor domba jantan untuk korban bakaran. (6) Kemudian Harun harus mempersembahkan lembu jantan yang akan menjadi korban penghapus dosa baginya sendiri dan dengan demikian mengadakan pendamaian baginya dan bagi keluarganya. (7) Ia harus mengambil kedua ekor kambing jantan itu dan menempatkannya di hadapan TUHAN di depan pintu Kemah Pertemuan, (8) dan harus membuang undi atas kedua kambing jantan itu, sebuah undi bagi TUHAN dan sebuah bagi Azazel. (9) Lalu Harun harus mempersembahkan kambing jantan yang kena undi bagi TUHAN itu dan mengolahnya sebagai korban penghapus dosa. (10) Tetapi kambing jantan yang kena undi bagi Azazel haruslah ditempatkan hidup-hidup di hadapan TUHAN untuk mengadakan pendamaian, lalu dilepaskan bagi Azazel ke padang gurun. (11) Harun harus mempersembahkan lembu jantan yang akan menjadi korban penghapus dosa baginya sendiri dan mengadakan pendamaian baginya dan bagi keluarganya; ia harus menyembelih lembu jantan itu. (12) Dan ia harus mengambil perbaraan berisi penuh bara api dari atas mezbah yang di hadapan TUHAN, serta serangkup penuh ukupan dari wangi-wangian yang digiling sampai halus, lalu membawanya masuk ke belakang tabir. (13) Kemudian ia harus meletakkan ukupan itu di atas api yang di hadapan TUHAN, sehingga asap ukupan itu menutupi tutup pendamaian yang di atas hukum Allah, supaya ia jangan mati. (14) Lalu ia harus mengambil sedikit dari darah lembu jantan itu dan memercikkannya dengan jarinya ke atas tutup pendamaian di bagian muka, dan ke depan tutup pendamaian itu ia harus memercikkan sedikit dari darah itu dengan jarinya tujuh kali. (15) Lalu ia harus menyembelih domba jantan yang akan menjadi korban penghapus dosa bagi bangsa itu dan membawa darahnya masuk ke belakang tabir, kemudian haruslah diperbuatnya dengan darah itu seperti yang diperbuatnya dengan darah lembu jantan, yakni ia harus memercikkannya ke atas tutup pendamaian dan ke depan tutup pendamaian itu. (16) Dengan demikian ia mengadakan pendamaian bagi tempat kudus itu karena segala kenajisan orang Israel dan karena segala pelanggaran mereka, apapun juga dosa mereka. Demikianlah harus diperbuatnya dengan Kemah Pertemuan yang tetap diam di antara mereka di tengah-tengah segala kenajisan mereka. (17) Seorangpun tidak boleh hadir di dalam Kemah Pertemuan, bila Harun masuk untuk mengadakan pendamaian di tempat kudus, sampai ia keluar, setelah mengadakan pendamaian baginya sendiri, bagi keluarganya dan bagi seluruh jemaah orang Israel. (18) Kemudian haruslah ia pergi ke luar ke mezbah yang ada di hadapan TUHAN, dan mengadakan pendamaian bagi mezbah itu. Ia harus mengambil sedikit dari darah lembu jantan dan dari darah domba jantan itu dan membubuhnya pada tanduk-tanduk mezbah sekelilingnya. (19) Kemudian ia harus memercikkan sedikit dari darah itu ke mezbah itu dengan jarinya tujuh kali dan mentahirkan serta menguduskannya dari segala kenajisan orang Israel. (20) Setelah selesai mengadakan pendamaian bagi tempat kudus dan Kemah Pertemuan serta mezbah, ia harus mempersembahkan kambing jantan yang masih hidup itu, (21) dan Harun harus meletakkan kedua tangannya ke atas kepala kambing jantan yang hidup itu dan mengakui di atas kepala kambing itu segala kesalahan orang Israel dan segala pelanggaran mereka, apapun juga dosa mereka; ia harus menanggungkan semuanya itu ke atas kepala kambing jantan itu dan kemudian melepaskannya ke padang gurun dengan perantaraan seseorang yang sudah siap sedia untuk itu. (22) Demikianlah kambing jantan itu harus mengangkut segala kesalahan Israel ke tanah yang tandus, dan kambing itu harus dilepaskan di padang gurun. (23) Sesudah itu Harun harus masuk ke dalam Kemah Pertemuan dan menanggalkan pakaian lenan, yang dikenakannya ketika ia masuk ke dalam tempat kudus dan harus meninggalkannya di sana. (24) Ia harus membasuh tubuhnya dengan air di suatu tempat yang kudus dan mengenakan pakaiannya sendiri, lalu ia harus keluar dan mempersembahkan korban bakarannya sendiri dan korban bakaran bangsa itu; dengan demikian ia mengadakan pendamaian baginya sendiri dan bagi bangsa itu. (25) Kemudian ia harus membakar lemak korban penghapus dosa di atas mezbah. (26) Maka orang yang melepaskan kambing jantan bagi Azazel itu harus mencuci pakaiannya, membasuh tubuhnya dengan air dan sesudah itu barulah boleh masuk ke perkemahan. (27) Lembu jantan dan kambing jantan korban penghapus dosa, yang darahnya telah dibawa masuk untuk mengadakan pendamaian di dalam tempat kudus, harus dibawa keluar dari perkemahan, dan kulitnya, dagingnya dan kotorannya harus dibakar habis. (28) Siapa yang membakar semuanya itu, harus mencuci pakaiannya, membasuh tubuhnya dengan air dan sesudah itu barulah boleh masuk ke perkemahan. (29) Inilah yang harus menjadi ketetapan untuk selama-lamanya bagi kamu, yakni pada bulan yang ketujuh, pada tanggal sepuluh bulan itu kamu harus merendahkan diri dengan berpuasa dan janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan, baik orang Israel asli maupun orang asing yang tinggal di tengah-tengahmu. (30) Karena pada hari itu harus diadakan pendamaian bagimu untuk mentahirkan kamu. Kamu akan ditahirkan dari segala dosamu di hadapan TUHAN. (31) Hari itu harus menjadi sabat, hari perhentian penuh, bagimu dan kamu harus merendahkan diri dengan berpuasa. Itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya. (32) Dan pendamaian harus diadakan oleh imam yang telah diurapi dan telah ditahbiskan untuk memegang jabatan imam menggantikan ayahnya; ia harus mengenakan pakaian lenan, yakni pakaian kudus. (33) Ia harus mengadakan pendamaian bagi tempat maha kudus, bagi Kemah Pertemuan dan bagi mezbah, juga bagi para imam dan bagi seluruh bangsa itu, yakni jemaah itu. (34) Itulah yang harus menjadi ketetapan untuk selama-lamanya bagimu, supaya sekali setahun diadakan pendamaian bagi orang Israel karena segala dosa mereka.’ Maka Harun melakukan seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa.”.
HARI RAYA PENDAMAIAN (1)
gadget, otomotif, asuransi
Bdk. Imamat 23:26-32 - “(26) TUHAN berfirman kepada Musa: (27) ‘Akan tetapi pada tanggal sepuluh bulan yang ketujuh itu ada hari Pendamaian; kamu harus mengadakan pertemuan kudus dan harus merendahkan diri dengan berpuasa dan mempersembahkan korban api-apian kepada TUHAN. (28) Pada hari itu janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan; itulah hari Pendamaian untuk mengadakan pendamaian bagimu di hadapan TUHAN, Allahmu. (29) Karena setiap orang yang pada hari itu tidak merendahkan diri dengan berpuasa, haruslah dilenyapkan dari antara orang-orang sebangsanya. (30) Setiap orang yang melakukan sesuatu pekerjaan pada hari itu, orang itu akan Kubinasakan dari tengah-tengah bangsanya. (31) Janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan; itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya bagimu turun-temurun di segala tempat kediamanmu. (32) Itu harus menjadi suatu sabat, hari perhentian penuh bagimu, dan kamu harus merendahkan diri dengan berpuasa. Mulai pada malam tanggal sembilan bulan itu, dari matahari terbenam sampai matahari terbenam, kamu harus merayakan sabatmu.’”.

I) Pendahuluan / latar belakang hari raya pendamaian.

Imamat 16: 1-2: “(1) Sesudah kedua anak Harun mati, yang terjadi pada waktu mereka mendekat ke hadapan TUHAN, berfirmanlah TUHAN kepada Musa. (2) Firman TUHAN kepadanya: ‘Katakanlah kepada Harun, kakakmu, supaya ia jangan sembarang waktu masuk ke dalam tempat kudus di belakang tabir, ke depan tutup pendamaian yang di atas tabut supaya jangan ia mati; karena Aku menampakkan diri dalam awan di atas tutup pendamaian.”.

1) Latar belakang pemberian hukum-hukum ini.

Hukum-hukum ini diberikan oleh Tuhan berhubungan dengan kematian anak-anak Harun dalam Im 10.

Imamat 10:1-2 - “(1) Kemudian anak-anak Harun, Nadab dan Abihu, masing-masing mengambil perbaraannya, membubuh api ke dalamnya serta menaruh ukupan di atas api itu. Dengan demikian mereka mempersembahkan ke hadapan TUHAN api yang asing yang tidak diperintahkanNya kepada mereka. (2) Maka keluarlah api dari hadapan TUHAN, lalu menghanguskan keduanya, sehingga mati di hadapan TUHAN.”.

Barnes’ Notes: “The death of his sons (Lev 10:2), for drawing near to Yahweh in an unauthorized manner, was to serve as a warning to Aaron himself never to transgress in this respect.” [= Kematian dari anak-anaknya (Im 10:2), karena mendekat kepada Yahweh dengan suatu cara yang tidak sah, berfungsi sebagai suatu peringatan bagi Harun sendiri supaya tidak pernah melanggar dalam hal ini.].

Keil & Delitzsch (tentang Imamat 16: 1-2): “The chronological link connecting the following law with the death of the sons of Aaron (Lev 10:1-5) was intended, not only to point out the historical event which led to the appointment of the day of atonement, but also to show the importance and holiness attached to an entrance into the inmost sanctuary of God.” [= Mata rantai khronologis yang menghubungkan hukum yang berikut dengan kematian dari anak-anak Harun (Im 10:1-5) dimaksudkan, bukan hanya untuk menunjukkan peristiwa sejarah yang membimbing pada penetapan dari hari pendamaian / penebusan, tetapi juga untuk menunjukkan kepentingan dan kekudusan berhubungan dengan suatu tindakan masuk ke dalam tempat kudus yang paling dalam dari Allah.].

Gordon J. Wenham: “‘After the death of the two sons of Aaron’ (v. 1). This flashback to ch. 10 places the laws about the day of atonement firmly in a specific historical context: they were revealed to Moses to prevent any other priests meeting an untimely death when they served in the tabernacle.” [= ‘Setelah kematian dari dua anak laki-laki Harun’ (ay 1). Tindakan mengingat masa lalu ke pasal 10 ini menempatkan hukum-hukum tentang hari raya pendamaian / penebusan dengan teguh dalam kontext sejarah yang tertentu: hukum-hukum itu dinyatakan kepada Musa untuk mencegah adanya imam lain manapun mengalami kematian sebelum waktunya pada waktu mereka melayani di Kemah Suci.] - Libronix.

Catatan: kata-kata ‘kematian sebelum waktunya’ jelas harus dimengerti hanya dari sudut pandang manusia saja. Dari sudut pandang Tuhan tidak bisa ada kematian terjadi sebelum waktunya, karena kematian harus terjadi pada saat Tuhan menentukan hal itu.

Matthew Henry: “Here is, I. The date of this law concerning the day of atonement: it was ‘after the death of the two sons of Aaron’ (v. 1), which we read, ch. 10:1. 1. Lest Aaron should fear that any remaining guilt of that sin should cleave to his family, or (seeing the priests were so apt to offend) that some after-sin of his other sons should be the ruin of his family, he is directed how to make atonement for his house, that it might keep in with God; for the atonement for it would be the establishment of it, and preserve the entail of the blessing upon it. 2. The priests being warned by the death of Nadab and Abihu to approach to God with reverence and godly fear (without which they came at their peril), directions are here given how the nearest approach might be made, not only without peril, but to unspeakable advantage and comfort, if the directions were observed. When they were cut off for an undue approach, the rest must not say, ‘Then we will not draw near at all,’ but, ‘Then we will do it by rule.’ They died for their sin, therefore God graciously provides for the rest, that they die not. Thus God’s judgments on some should be instructions to others.” [= Disini ada, I. Tanggal dari hukum berkenaan dengan hari raya penebusan / pendamaian ini: itu adalah ‘setelah kematian dari dua anak laki-laki dari Harun’ (ay 1), yang kita baca, pasal 10:1. 1. Supaya Harun jangan takut bahwa kesalahan apapun yang tersisa dari dosa itu melekat kepada keluarganya, atau (melihat imam-imam begitu condong untuk melanggar) bahwa beberapa dosa-dosa setelahnya dari anak-anak laki-lakinya yang lain akan menjadi kehancuran dari keluarganya, ia diarahkan bangsa untuk membuat penebusan / pendamaian bagi keluarganya, sehingga keluarganya bisa tetap berhubungan baik dengan Allah; karena penebusan untuk keluarganya akan menjadi peneguhan dari keluarganya, dan memelihara / menjaga pemberian berkat kepada keluarganya. 2. Imam-imam diperingatkan oleh kematian Nadab dan Abihu untuk mendekati Allah dengan rasa hormat dan rasa takut yang saleh (tanpa mana mereka datang dengan resiko / bahaya bagi diri mereka), pengarahan-pengarahan diberikan di sini bangsa pendekatan yang paling dekat bisa dilakukan, bukan hanya tanpa bahaya, tetapi bagi manfaat dan penghiburan yang tak terkatakan, jika pengarahan-pengarahan itu diperhatikan. Pada waktu mereka dipotong / dibunuh karena pendekatan yang tidak seharusnya, sisanya tidak boleh berkata, ‘Maka kami tidak akan mendekat sama sekali’, tetapi, ‘Maka kami akan melakukannya sesuai peraturan’. Mereka mati karena dosa mereka, karena itu Allah secara murah hati menyediakan untuk sisanya, supaya mereka tidak mati. Demikianlah penghakiman Allah kepada beberapa orang harus menjadi instruksi-instruksi bagi orang-orang lain.].

2) Tutup tabut.

Imamat 16: 2: “Firman TUHAN kepadanya: ‘Katakanlah kepada Harun, kakakmu, supaya ia jangan sembarang waktu masuk ke dalam tempat kudus di belakang tabir, ke depan tutup pendamaian yang di atas tabut supaya jangan ia mati; karena Aku menampakkan diri dalam awan di atas tutup pendamaian.”.

LAI: ‘tutup pendamaian’.

KJV/RSV/NASB/YLT: ‘the mercy seat’ [= tempat duduk / tempat belas kasihan].

NIV: ‘the atonement cover’ [= tutup penebusan].

Yunani: HILASTERION.

Catatan: kata bahasa Inggris ‘seat’ bisa berarti ‘tempat’, ‘tempat duduk’, ‘kedudukan’, ‘pusat’, ‘kursi’.

Pulpit Commentary: “The mercy-seat - CAPPORETH, ἱλαστήριον, PROPITIATORIUM - formed the top of the ark, and was the place where God specially exhibited his Presence, on the occasions of his manifestation, by the bright cloud which then rested upon it between the cherubim. It was this Presence which made it perilous for Aaron to appear within the vail unbidden or without the becoming ritual; for man might not meet God unless he were sanctified for the purpose (Exod. 19:14, 21–24; 1 Sam. 6:19).” [= Tempat duduk belas kasihan - CAPPORETH, HILASTERION, PROPITIATORIUM - membentuk bagian atas dari tabut, dan merupakan tempat dimana Allah secara khusus menunjukkan kehadiranNya, pada peristiwa-peristiwa dari manisfestasiNya, oleh awan yang terang yang lalu tinggal padanya di antara kerub-kerub. Kehadiran inilah yang membuatnya berbahaya bagi Harun untuk muncul di dalam tabir tanpa diminta / diperintahkan atau tanpa upacara yang tepat; karena manusia tidak boleh bertemu dengan Allah kecuali ia dikuduskan untuk tujuan itu (Kel 19:14,21-24; 1Sam 6:19).].

Keluaran 19:14-24 - “(14) Lalu turunlah Musa dari gunung mendapatkan bangsa itu; disuruhnyalah bangsa itu menguduskan diri dan merekapun mencuci pakaiannya. (15) Maka kata Musa kepada bangsa itu: ‘Bersiaplah menjelang hari yang ketiga, dan janganlah kamu bersetubuh dengan perempuan.’ (16) Dan terjadilah pada hari ketiga, pada waktu terbit fajar, ada guruh dan kilat dan awan padat di atas gunung dan bunyi sangkakala yang sangat keras, sehingga gemetarlah seluruh bangsa yang ada di perkemahan. (17) Lalu Musa membawa bangsa itu keluar dari perkemahan untuk menjumpai Allah dan berdirilah mereka pada kaki gunung. (18) Gunung Sinai ditutupi seluruhnya dengan asap, karena TUHAN turun ke atasnya dalam api; asapnya membubung seperti asap dari dapur, dan seluruh gunung itu gemetar sangat. (19) Bunyi sangkakala kian lama kian keras. Berbicaralah Musa, lalu Allah menjawabnya dalam guruh. (20) Lalu turunlah TUHAN ke atas gunung Sinai, ke atas puncak gunung itu, maka TUHAN memanggil Musa ke puncak gunung itu, dan naiklah Musa ke atas. (21) Kemudian TUHAN berfirman kepada Musa: ‘Turunlah, peringatkanlah kepada bangsa itu, supaya mereka jangan menembus mendapatkan TUHAN hendak melihat-lihat; sebab tentulah banyak dari mereka akan binasa. (22) Juga para imam yang datang mendekat kepada TUHAN haruslah menguduskan dirinya, supaya TUHAN jangan melanda mereka.’ (23) Lalu berkatalah Musa kepada TUHAN: ‘Tidak akan mungkin bangsa itu mendaki gunung Sinai ini, sebab Engkau sendiri telah memperingatkan kepada kami, demikian: Pasanglah batas sekeliling gunung itu dan nyatakanlah itu kudus.’ (24) Lalu TUHAN berfirman kepadanya: ‘Pergilah, turunlah, kemudian naiklah pula, engkau beserta Harun; tetapi para imam dan rakyat tidak boleh menembus untuk mendaki menghadap TUHAN, supaya mereka jangan dilandaNya.’”.

George Angus Fulton Knight: “In the holy place there rested ‘the mercy seat which is upon the ark’ (v. 2). This was not a ‘seat’ at all. It was a ‘place’, ‘a place with a purpose’. Over the ark two fabricated cherubs spread their wings, fashioned so that their wing tips just met over the middle of this ‘box’ (Exod. 25:17–21). Inside the ark, which was much the size of a coffin, there rested the tablets of the Law (Deut. 10:5). It was actually there, at that point where holiness and righteousness met (see again Isa. 5:16), where the unspeakable majesty and ‘otherness’ of God fused with his saving love (as the word ‘righteousness’ develops to mean), that the mercy of God was to be found. What a tremendous conception! And what a terrible revelation of the mystery of God’s forgiving love, coming as it did ‘out of the cloud’ (v. 2) which veiled the awe-fulness of the living God from the eyes of man! This whole series of symbols is beautifully described at Exod. 40:34–38. ‘Mercy seat’ is actually only one word, KAPPORETH. Thus there is not even a word for ‘seat’ in the Hebrew. It was Martin Luther, 450 years ago, who invented the phrase ‘mercy seat’ when he made his famous translation of the Bible into German. KAPPORETH really means ‘covering’. It was not a ‘thing’ at all, but it was the place where God’s holy love covered the sinner and so hid him from the judgment he certainly deserved. (See Exod. 25:17–22 for a description.) It did not cover his ‘sin’, however, and thus make it invisible to God. That is not possible. For there is no such thing as sin without a sinner. ‘Sin’ is only the symptom of a diseased personality. The KAPPORETH covered the sinner.” [= Dalam tempat kudus / Ruang Maha Suci ada ‘tempat duduk belas kasihan yang ada di atas tabut’ (ay 2). Ini sama sekali bukan ‘tempat duduk’. Itu adalah suatu ‘tempat’, ‘suatu tempat dengan suatu tujuan’. Di atas tabut dua kerub buatan melebarkan sayap mereka, dibentuk / dibuat sehingga ujung-ujung sayap mereka persis bertemu di atas bagian tengah dari ‘kotak’ ini (Kel 25:17-21). Di dalam tabut, yang ukurannya seperti sebuah peti mati, ada loh-loh dari 10 Hukum Tuhan (Ul 10:5). Adalah sungguh-sungguh disana, pada titik dimana kekudusan dan kebenaran bertemu (lihat lagi Yes 5:16), dimana keagungan yang tak terkatakan dan ‘keberbedaan’ Allah bercampur dengan kasihNya yang menyelamatkan (seperti kata ‘righteousness’ / ‘kebenaran’ berkembang dalam artinya), sehingga belas kasihan Allah ditemukan / didapati. Betul-betul suatu konsep yang luar biasa / sangat hebat! Dan betul-betul suatu wahyu yang menimbulkan rasa hormat / takut dari misteri tentang kasih Allah yang mengampuni, datang ‘dari awan’ (ay 2) yang menutupi / menyembunyikan Allah yang hidup yang menakutkan dari mata manusia! Seluruh seri dari simbol-simbol ini digambarkan dengan indah dalam Kel 40:34-38. ‘Tempat duduk belas kasihan’ sesungguhnya hanyalah satu kata, KAPPORETH. Jadi disana bahkan tak ada suatu kata untuk ‘tempat duduk’ dalam bahasa Ibraninya. Adalah Martin Luther, 450 tahun yang lalu, yang menemukan / menciptakan ungkapan ‘mercy seat’ / ‘tempat duduk belas kasihan’ pada waktu ia membuat terjemahannya yang termasyhur dari Alkitab ke dalam bahasa Jerman. KAPPORETH sesungguhnya berarti ‘tutup / penutupan’. Itu bukanlah suatu ‘benda’ sama sekali, tetapi itu adalah tempat dimana kasih yang kudus dari Allah menutupi orang berdosa dan dengan demikian menyembunyikan dia dari penghakiman / penghukuman yang pasti layak ia dapatkan. (Lihat Kel 25:17-22 untuk suatu penggambaran). Tetapi itu tidak menutupi ‘dosa’nya, dan dengan demikian membuatnya tak terlihat bagi Allah. Itu tidak mungkin. Karena disana tak bisa ada dosa tanpa pendosa / orang berdosa. ‘Dosa’ hanyalah tanda / petunjuk / perwujudan dari suatu kepribadian yang sakit. KAPPORETH menutupi orang berdosa.] - Libronix.

Catatan:

a) Saya tidak mengerti apa yang ia maksudkan dengan bagian yang ada dalam tanda kurung, dan saya beri garis bawah ganda.

b) Kalau menurut kata-kata penafsir ini, maka ungkapan ‘mercy seat’ harus diterjemahkan ‘tempat’.

Keluaran 25:17-21 - “(17) Juga engkau harus membuat tutup pendamaian dari emas murni, dua setengah hasta panjangnya dan satu setengah hasta lebarnya. (18) Dan haruslah kaubuat dua kerub dari emas, kaubuatlah itu dari emas tempaan, pada kedua ujung tutup pendamaian itu. (19) Buatlah satu kerub pada ujung sebelah sini dan satu kerub pada ujung sebelah sana; seiras dengan tutup pendamaian itu kamu buatlah kerub itu di atas kedua ujungnya. (20) Kerub-kerub itu harus mengembangkan kedua sayapnya ke atas, sedang sayap-sayapnya menudungi tutup pendamaian itu dan mukanya menghadap kepada masing-masing; kepada tutup pendamaian itulah harus menghadap muka kerub-kerub itu. (21) Haruslah kauletakkan tutup pendamaian itu di atas tabut dan dalam tabut itu engkau harus menaruh loh hukum, yang akan Kuberikan kepadamu.”.

Ulangan 10:5 - “Lalu aku turun kembali dari atas gunung, dan aku meletakkan loh-loh itu ke dalam tabut yang telah kubuat; dan di situlah tempatnya, seperti yang diperintahkan TUHAN kepadaku.”.

Yesaya 5:16 - “Tetapi TUHAN semesta alam akan ternyata maha tinggi dalam keadilanNya, dan Allah yang maha kudus akan menyatakan kekudusanNya dalam kebenaranNya.”.

Keluaran 40:34-38 - “(34) Lalu awan itu menutupi Kemah Pertemuan, dan kemuliaan TUHAN memenuhi Kemah Suci, (35) sehingga Musa tidak dapat memasuki Kemah Pertemuan, sebab awan itu hinggap di atas kemah itu, dan kemuliaan TUHAN memenuhi Kemah Suci. (36) Apabila awan itu naik dari atas Kemah Suci, berangkatlah orang Israel dari setiap tempat mereka berkemah. (37) Tetapi jika awan itu tidak naik, maka merekapun tidak berangkat sampai hari awan itu naik. (38) Sebab awan TUHAN itu ada di atas Kemah Suci pada siang hari, dan pada malam hari ada api di dalamnya, di depan mata seluruh umat Israel pada setiap tempat mereka berkemah.”.

Bible Knowledge Commentary: “The atonement cover (‘mercy seat,’ KJV) obviously functioned as a cover for the ark, but the Hebrew word ‎KAPPORET ‎(related to ‎KIPPER‎, ‘to make atonement,’ see comments under Lev 1:4) suggests a ‘place of propitiation,’ a meaning suitable to the Greek word ‎HILASTERION ‎(trans. ‘sacrifice of atonement’ in Rom 3:25).” [= Tutup penebusan (‘tempat duduk belas kasihan’, KJV) jelas berfungsi sebagai suatu tutup untuk tabut, tetapi kata Ibrani KAPPORET (berhubungan dengan KIPPER, ‘membuat penebusan’, lihat komentar di bawah Im 1:4) mengusulkan suatu ‘tempat pendamaian / penebusan’, suatu arti yang cocok dengan kata Yunani HILASTERION (diterjemahkan ‘korban penebusan’ dalam Ro 3:25).].

Roma 3:25 - “Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darahNya. Hal ini dibuatNya untuk menunjukkan keadilanNya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaranNya.”.

LAI: ‘jalan pendamaian’.

KJV/NASB/ASV/NKJV: ‘a propitiation’ [= sesuatu yang mendamaikan].

RSV: ‘an expiation’ [= suatu penebusan].

NIV: ‘a sacrifice of atonement’ [= suatu korban penebusan].

YLT: ‘a mercy seat’ [= suatu tempat duduk belas kasihan].

Catatan: NIV adalah satu-satunya dari semua terjemahan bahasa Inggris di atas yang menambahkan kata ‘sacrifice’ [= korban]. LAI menambahkan kata ‘jalan’.

3) Kehadiran Allah di atas tutup pendamaian.

Imamat 16: 2: “Firman TUHAN kepadanya: ‘Katakanlah kepada Harun, kakakmu, supaya ia jangan sembarang waktu masuk ke dalam tempat kudus di belakang tabir, ke depan tutup pendamaian yang di atas tabut supaya jangan ia mati; karena Aku menampakkan diri dalam awan di atas tutup pendamaian.”.

Keil & Delitzsch: “‘For I will appear in the cloud above the capporeth.’ The cloud in which Jehovah appeared above the capporeth, between the cherubim (Ex 25:22), was not the cloud of the incense, with which Aaron was to cover the capporeth on entering (v. 13), as Vitringa, Bähr, and others follow the Sadducees in supposing, but the cloud of the divine glory, in which Jehovah manifested His essential presence in the most holy place above the ark of the covenant.” [= ‘Karena Aku akan muncul dalam awan di atas tutup pendamaian’. Awan dalam mana Yehovah muncul di atas tutup pendamaian, di antara kerub-kerub (Kel 25:22), bukanlah awan dari kemenyan, dengan mana Harun menutupi tutup pendamaian pada waktu ia masuk (ay 13), seperti Vitringa, Bähr, dan orang-orang lain mengikuti orang-orang Saduki dalam menduga / menganggap, tetapi awan dari kemuliaan ilahi, dalam mana Yehovah menyatakan kehadiranNya yang hakiki dalam Ruang Maha Suci di atas tabut perjanjian.].

Imamat 16: 13: “Kemudian ia harus meletakkan ukupan itu di atas api yang di hadapan TUHAN, sehingga asap ukupan itu menutupi tutup pendamaian yang di atas hukum Allah, supaya ia jangan mati.”.

Keil & Delitzsch: “Because Jehovah appeared in this cloud, not only could no unclean and sinful man go before the capporeth, i.e., approach the holiness of the all-holy God; but even the anointed and sanctified high priest, if he went before it at his own pleasure, or without the expiatory blood of sacrifice, would expose himself to certain death. ... so long as the law, which produced only the knowledge of sin and not its forgiveness and removal, was not abolished by the complete atonement, the holy God was and remained to mortal and sinful man a consuming fire, before which no one could stand.” [= Karena Yehovah muncul dalam awan ini, maka bukan hanya orang yang najis dan berdosa datang di hadapan tutup pendamaian, yaitu mendekati kekudusan dari Allah yang maha kudus / suci; tetapi bahkan imam besar yang diurapi dan dikuduskan, jika ia datang di hadapannya sesukanya sendiri, atau tanpa darah penebusan dari korban, akan membuka dirinya sendiri pada kematian yang pasti. ... selama hukum Taurat, yang hanya menghasilkan pengetahuan akan dosa dan bukan pengampunan dan penyingkirannya, belum dihapuskan oleh penebusan yang lengkap / sempurna, maka bagi manusia yang fana / bisa mati dan berdosa, Allah yang kudus / suci adalah api yang menghanguskan, dan tetap merupakan api yang menghanguskan, di hadapan siapa tak seorangpun bisa berdiri / tahan.].

Ro 3:20 - “Sebab tidak seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa.”.

Kis 13:38-39 - “(38) Jadi ketahuilah, hai saudara-saudara, oleh karena Dialah maka diberitakan kepada kamu pengampunan dosa. (39) Dan di dalam Dialah setiap orang yang percaya memperoleh pembebasan dari segala dosa, yang tidak dapat kamu peroleh dari hukum Musa.”.

Pulpit Commentary: “The words, ‘for I will appear in the cloud upon the mercy seat,’ refer to the Divine Presence thus visibly manifested (see 1 Kings 8:10–12), and not, as they have strangely been misinterpreted, to the cloud of smoke raised by the incense burnt by the high priest on his entrance. They do not, however, prove that the manifestation was constantly there, still less that it was continued, according to Jewish tradition, in later times.” [= Kata-kata ‘karena Aku akan menampakkan diri dalam awan di atas tutup pendamaian’, menunjuk pada Kehadiran Ilahi yang dinyatakan dengan cara yang bisa terlihat (lihat 1Raja 8:10-12), dan bukan, seperti mereka telah menafsirkannya secara aneh, pada awan dari asap yang ditimbulkan oleh kemenyan yang dibakar oleh imam besar pada waktu ia masuk. Tetapi itu tidak membuktikan bahwa manifestasi itu secara tetap ada di sana, lebih-lebih bahwa itu berlanjut, menurut tradisi Yahudi, pada jaman belakangan.].

Matthew Henry: “The design of this law. One intention of it was to preserve a veneration for the most holy place, within the veil, where the Shechinah, or divine glory, was pleased to dwell between the cherubim: ‘Speak unto Aaron, that he come not at all times into the holy place,’ v. 2. Before the veil some of the priests came every day to burn incense upon the golden altar, but within the veil none must ever come but the high priest only, and he but on one day in the year, and with great ceremony and caution. That place where God manifested his special presence must not be made common. If none must come into the presence-chamber of an earthly king uncalled, no, not the queen herself, upon pain of death (Est 4:11), was it not requisite that the same sacred respect should be paid to the Kings of kings?” [= Rancangan / tujuan dari hukum ini. Satu maksud darinya adalah untuk memelihara suatu pemujaan untuk Ruang Maha Suci, di dalam tabir, dimana SHEKHINAH, atau kemuliaan ilahi, berkenan untuk tinggal di antara kerub-kerub: ‘Berbicaralah kepada Harun, supaya ia tidak datang pada segala / sembarang waktu ke dalam tempat kudus itu’, ay 2. Sebelum tabir itu beberapa imam datang setiap hari untuk membakar kemenyan pada mezbah emas, tetapi di dalam tabir tak seorangpun boleh pernah masuk kecuali imam besar saja, dan ia hanya pada satu hari dalam setahun, dan disertai upacara dan kehati-hatian yang besar. Tempat itu dimana Allah menyatakan kehadiranNya yang khusus tidak boleh dibuat jadi biasa. Jika tak seorangpun boleh masuk ke dalam ruangan kehadiran dari seorang raja duniawi tanpa dipanggil, bahkan sang ratu sendiri, dengan resiko hukuman mati (Est 4:11), tidakkah harus bahwa rasa hormat yang keramat yang sama harus diberikan kepada Raja segala raja?].

Ester 4:11 - “‘Semua pegawai raja serta penduduk daerah-daerah kerajaan mengetahui bahwa bagi setiap laki-laki atau perempuan, yang menghadap raja di pelataran dalam dengan tiada dipanggil, hanya berlaku satu undang-undang, yakni hukuman mati. Hanya orang yang kepadanya raja mengulurkan tongkat emas, yang akan tetap hidup. Dan aku selama tiga puluh hari ini tidak dipanggil menghadap raja.’”.

4) Hari raya Pendamaian diadakan hanya setahun sekali.

Dari ay 2 terlihat bahwa imam besar sekalipun tidak boleh masuk Ruang Maha Suci pada sembarang waktu, dan dari ay 29,34 terlihat bahwa imam besar boleh masuk Ruang Maha Suci setahun sekali, yaitu pada tanggal 10 bulan yang ketujuh.

Imamat 16: 29,34: “(29) Inilah yang harus menjadi ketetapan untuk selama-lamanya bagi kamu, yakni pada bulan yang ketujuh, pada tanggal sepuluh bulan itu kamu harus merendahkan diri dengan berpuasa dan janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan, baik orang Israel asli maupun orang asing yang tinggal di tengah-tengahmu. ... (34) Itulah yang harus menjadi ketetapan untuk selama-lamanya bagimu, supaya sekali setahun diadakan pendamaian bagi orang Israel karena segala dosa mereka.’ Maka Harun melakukan seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa.”.

Gordon J. Wenham: “The basic precaution that Aaron must take to protect himself is ‘not to go at any time into the sanctuary behind the curtain’ (v. 2). He cannot enter into the innermost part of the tabernacle, the holy of holies where the ark was kept, ‘at any time.’ The Hebrew phrase translated here ‘not … at any time’ could imply a total prohibition against entry. However, the context makes it clear that with proper precautions the high priest may enter the holy place once a year.” [= Penjagaan / kehati-hatian dasar yang harus dilakukan Harun untuk melindungi dirinya sendiri adalah ‘tidak pergi pada sembarang waktu ke dalam Ruang Maha Suci di balik tirai’ (ay 2). Ia tidak bisa masuk ke dalam bagian yang paling dalam dari Kemah Suci, Ruang Maha Suci dimana tabut disimpan, ‘pada sembarang waktu’. Ungkapan Ibrani yang di sini diterjemahkan ‘tidak ... pada sembarang waktu’ bisa secara implicit berarti suatu larangan total untuk masuk. Tetapi kontextnya membuat jelas bahwa dengan kehati-hatian yang benar imam besar boleh masuk tempat kudus itu sekali setahun.] - Libronix.

Calvin (tentang ay 1): “although at other seasons of the year also both their public and private sins were expiated, and for this purpose availed the daily sacrifices, still this more solemn rite was meant to arouse the people’s minds, that they might more earnestly apply themselves all the year through to the diligent seeking for pardon and remission. In order, then, that they might be more anxious to propitiate God, one atonement was performed at the end of the year which might ratify all the others.” [= sekalipun juga pada saat-saat lain dari tahun dosa-dosa umum dan pribadi mereka ditebus, dan untuk tujuan ini tersedia korban-korban harian, tetap upacara yang paling khidmat ini dimaksudkan untuk membangkitkan pikiran bangsa itu, sehingga mereka bisa dengan lebih sungguh-sungguh menerapkan kepada diri mereka sendiri melalui sepanjang tahun pada pencarian yang rajin untuk pengampunan. Maka, supaya mereka bisa lebih ingin mengambil hati Allah / berdamai dengan Allah, satu penebusan dilakukan pada akhir dari tahun yang bisa meneguhkan semua yang lain.].

Catatan: saya tak mengerti mengapa Calvin mengatakan ‘pada akhir dari tahun’. Itu seharusnya dianggap sebagai bulan pertama.

Bdk. Kel 12:1-2 - “(1) Berfirmanlah TUHAN kepada Musa dan Harun di tanah Mesir: (2) ‘Bulan inilah akan menjadi permulaan segala bulan bagimu; itu akan menjadi bulan pertama bagimu tiap-tiap tahun.”.

Calvin (tentang ay 2): “The sum of the law is, that the priest should not frequently enter the inner sanctuary, but only once a year, i.e., on the feast of the atonement, in the month of September. The cause of this was, lest a more frequent entrance of it should produce indifference; for if he had entered it promiscuously at every sacrifice, no small part of the reverence due to it would have been lost. The ordinary sprinkling of the altar was sufficient to testify the reconciliation; but this annual ceremony more greatly influenced the people’s minds.” [= Pokok utama dari hukum ini adalah, bahwa imam tidak boleh seringkali masuk ke tempat kudus dalam, tetapi hanya sekali setahun, yaitu pada hari raya penebusan, pada bulan September. Penyebab / alasan dari hal ini adalah, supaya jangan tindakan memasukinya yang lebih sering menghasilkan perasaan tidak penting / sikap acuh tak acuh; karena seandainya ia telah memasukinya secara sembarangan pada setiap pemberian korban, bukan bagian kecil dari rasa hormat / takut karena hal itu akan telah hilang. Pemercikan biasa pada mezbah adalah cukup untuk memberi kesaksian tentang pendamaian; tetapi upacara tahunan ini mempengaruhi secara lebih besar pikiran bangsa itu.].

Calvin (tentang ay 2): “Again, by this sacrifice, which they saw only once at the end of the year, the one and perpetual sacrifice offered by God’s Son was more clearly represented. Therefore the Apostle elegantly alludes to this ceremony in the Epistle to the Hebrews, where it is said that by the annual entrance of the high priest the Holy Ghost signified, ‘that the way into the holiest of all was not yet made manifest, while as the first tabernacle was yet standing,’ (Hebrews 9:8;) and a little further on he adds, that after Christ the true Priest had come, ‘he entered in once into the holy place, having obtained eternal redemption for us.’ (Hebrews 9:11, 12.)” [= Selanjutnya, oleh korban ini, yang mereka lihat hanya sekali pada akhir dari tahun, korban yang satu dan yang kekal yang dipersembahkan oleh Anak Allah diwakili dengan lebih jelas. Karena itu sang Rasul dengan indah menunjuk secara implicit pada upacara ini dalam Surat Ibrani, dimana dikatakan bahwa oleh upacara tahunan dari imam besar Roh Kudus memberitahu, ‘bahwa jalan ke dalam tempat yang paling kudus dari semua belum dinyatakan, sementara Kemah Suci yang pertama masih berdiri’, (Ibr 9:8); dan sebentar lagi Ia menambahkan, bahwa setelah Kristus sang Imam yang benar telah datang, ‘Ia masuk sekali ke dalam tempat kudus, setelah mendapatkan penebusan kekal bagi kita’. (Ibr 9:11,12).].

Ibr 9:8,11-12 - “(8) Dengan ini Roh Kudus menyatakan, bahwa jalan ke tempat yang kudus itu belum terbuka, selama kemah yang pertama itu masih ada. ... (11) Tetapi Kristus telah datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal yang baik yang akan datang: Ia telah melintasi kemah yang lebih besar dan yang lebih sempurna, yang bukan dibuat oleh tangan manusia, - artinya yang tidak termasuk ciptaan ini, - (12) dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darahNya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal.”.

Gordon J. Wenham: “The reason why Aaron may not enter the innermost sanctuary whenever he likes is that it houses the ark on which the mercy seat is found. It is there that God comes to his people. In the heart of the tabernacle, hidden in a cloud (cf. Exod. 24:15ff.), God used to appear. Before the tabernacle had been built God had come to his people on Mount Sinai. Now he dwells among them in the innermost part of the sanctuary. Familiarity can breed contempt. These laws drive home the truth that God is just as holy and demands just as much reverence when he dwells permanently with Israel as on the first occasion when he appeared on Sinai (Exod. 19).” [= Alasan mengapa Harun tidak boleh masuk tempat kudus yang terdalam kapanpun ia inginkan adalah bahwa itu merupakan tempat dari tabut di atas mana ‘tempat duduk belas kasihan / tutup pendamaian’ berada. Di sanalah Allah datang kepada bangsa / umatNya. Di tempat terpenting dari Kemah Suci, tersembunyi dalam awan (bdk. Kel 24:15-dst), Allah biasanya muncul. Sebelum Kemah Suci dibangun Allah datang kepada bangsa / umatNya di Gunung Sinai. Sekarang Ia tinggal di antara mereka di bagian terdalam dari tempat suci. Keakraban bisa membiakkan sikap meremehkan / tidak hormat. Hukum-hukum ini menekankan kebenaran bahwa Allah adalah sama kudusnya dan Allah menuntut rasa takut / hormat yang sama pada waktu Ia tinggal secara permanen dengan bangsa Israel seperti pada peristiwa pertama ketika Ia muncul di Sinai (Kel 19).] - Libronix.

Penerapan:

a) Hal yang sama bisa terjadi dalam gereja-gereja yang melakukan Perjamuan Kudus terlalu sering, atau menggunakan Doa Bapa Kami dalam kebaktian. Gereja memang tidak harus melakukan Perjamuan Kudus setiap minggu, dan kalau Doa Bapa Kami saya justru tak setuju kalau itu digunakan dalam kebaktian, dan bagi gereja-gereja yang menggunakannya, pada umumnya sikap yang seharusnya dalam doa hilang dalam kasus doa itu.

b) Doa syafaat dan doa pengakuan dosa, dan juga pembacaan Alkitab, dan khotbah dalam kebaktian, memang harus dilakukan setiap minggu, dan kita harus mewaspadai supaya karena seringnya hal-hal itu dilakukan, kita lalu melakukannya dengan tidak hormat / asal-asalan. Untuk bisa melakukan semua itu dengan baik, kita perlu mempersiapkan diri untuk kebaktian!

Matthew Henry: “But see what a blessed change is made by the gospel of Christ; all good Christians have now ‘boldness to enter into the holiest,’ through the veil, every day (Heb 10:19,20); and we come ‘boldly’ (not as Aaron must, with fear and trembling) to the ‘throne of grace,’ or mercy-seat, Heb 4:16. While the manifestations of God’s presence and grace were sensible, it was requisite that they should thus be confined and upon reserve, because the objects of sense the more familiar they are made the less awful or delightful they become; but now that they are purely spiritual it is otherwise, for the objects of faith the more they are conversed with the more do they manifest of their greatness and goodness: now therefore we are welcome to come at all times into the ‘holy place not made with hands,’ for we are made to ‘sit together with Christ in heavenly places’ by faith, Eph 2:6. Then Aaron must not come near at all times, lest he die; we now must come near at all times that we may live: it is distance only that is our death. Then God appeared in the cloud upon the mercy-seat, but now with open face we behold, not in a dark cloud, but in a clear glass, the glory of the Lord, 2 Cor 3:18.” [= Tetapi lihatlah betapa suatu perubahan yang diberkati / membawa kebahagiaan dibuat oleh injil Kristus; semua orang-orang Kristen yang baik sekarang mempunyai ‘keberanian untuk masuk ke dalam Ruang Maha Suci’, melalui tabir, setiap hari (Ibr 10:19,20); dan kita datang ‘dengan berani’ (tidak seperti Harun yang harus datang dengan takut dan gemetar) pada ‘takhta kasih karunia’, atau ‘tempat duduk belas kasihan’, Ibr 4:16. Sementara manifestasi dari kehadiran dan kasih karunia Allah bisa dirasakan / terlihat, merupakan keharusan bahwa hal itu harus dibatasi dan dipisahkan / dibedakan seperti itu, karena obyek-obyek dari panca indera itu kalau menjadi makin akrab maka mereka menjadi makin kurang dihormati atau disenangi; tetapi sekarang bahwa mereka adalah bersifat rohani secara murni, itu adalah sebaliknya, karena obyek-obyek dari iman makin banyak dibicarakan makin banyak mereka menyatakan kebesaran dan kebaikan mereka: karena itu sekarang mereka boleh datang pada segala waktu ke dalam ‘tempat kudus yang tidak dibuat oleh tangan manusia’, karena kita dibuat untuk ‘duduk bersama dengan Kristus di tempat-tempat surgawi’ oleh iman, Ef 2:6. Maka Harun tidak boleh datang dekat pada segala / sembarang waktu, SUPAYA IA JANGAN MATI; kita sekarang harus datang pada segala waktu SUPAYA KITA BISA HIDUP: hanya jaraklah yang merupakan kematian kita. Jadi Allah menampakkan diri dalam awan di atas tutup pendamaian, tetapi sekarang dengan muka terbuka kita melihat, bukan dalam awan yang gelap, tetapi dalam kaca yang terang, kemuliaan dari Tuhan, 2Kor 3:18.].


Ibrani 10:19-20 - “(19) Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, (20) karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diriNya sendiri,”.

Ibrani 4:16 - “Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.”.

Efesus 2:6 - “dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga,”.

KJV: ‘And hath raised us up together, and made us sit together in heavenly places in Christ Jesus:’ [= Dan telah membangkitkan kita bersama-sama, dan membuat kita duduk bersama-sama di tempat-tempat surgawi dalam Kristus Yesus:].

2Korintus 3:18 - “Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambarNya, dalam kemuliaan yang semakin besar.”.

HARI RAYA PENDAMAIAN (1)
-bersambung-
Next Post Previous Post