KEBANGKITAN YESUS KRISTUS DARI KEMATIAN: Markus 16:1-8a
PDT. BUDI ASALI, M. DIV.
KEBANGKITAN YESUS KRISTUS DARI KEMATIAN: Markus 16:1-8a. Markus 16:1-8a - “(Markus 16:1) Setelah lewat hari Sabat, Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta Salome membeli rempah-rempah untuk pergi ke kubur dan meminyaki Yesus. (2) Dan pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu, setelah matahari terbit, pergilah mereka ke kubur. (Markus 16:3) Mereka berkata seorang kepada yang lain: ‘Siapa yang akan menggulingkan batu itu bagi kita dari pintu kubur?’ (Markus 16:4) Tetapi ketika mereka melihat dari dekat, tampaklah, batu yang memang sangat besar itu sudah terguling. (Markus 16:5) Lalu mereka masuk ke dalam kubur dan mereka melihat seorang muda yang memakai jubah putih duduk di sebelah kanan. Mereka pun sangat terkejut, (6) tetapi orang muda itu berkata kepada mereka: ‘Jangan takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini. Lihat! Inilah tempat mereka membaringkan Dia. (Markus 16:7) Tetapi sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-murid-Nya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah dikatakan-Nya kepada kamu.’ (Markus 16:8a) Lalu mereka keluar dan lari meninggalkan kubur itu, sebab gentar dan dahsyat menimpa mereka. Mereka tidak mengatakan apa-apa kepada siapa pun juga karena takut.”.
gadget, otomotif, asuransi |
I) Pemberian rempah-rempah untuk mayat Yesus (Markus 16: 1).
Markus 16: 1: “Setelah lewat hari Sabat, Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta Salome membeli rempah-rempah untuk pergi ke kubur dan meminyaki Yesus.”.
1) Mereka membeli rempah-rempah itu setelah Sabat lewat (Markus 16:1a)
Ini disebabkan karena ketaatan mereka terhadap hukum hari Sabat, yang melarang untuk berjual beli pada hari tersebut.
2) ‘pagi-pagi benar ... setelah matahari terbit’ (Markus 16: 2).
Markus 16: 2: “Dan pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu, setelah matahari terbit, pergilah mereka ke kubur.”.
Matius 28:1 - “Setelah hari Sabat lewat, menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama minggu itu, pergilah Maria Magdalena dan Maria yang lain, menengok kubur itu.”.
Lukas 24:1 - “tetapi pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu mereka pergi ke kubur membawa rempah-rempah yang telah disediakan mereka.”.
Yohanes 20:1 - “Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur.”.
William Hendriksen: “As to the time when these women came: Mark says ‘when the sun was risen,’ Matt. 28:1 ‘at dawn,’ Luke ‘at early dawn,’ and John ‘while it was still dark.’ Probable solution: although it was still dark when the women started out, the sun had risen when they arrived at the tomb.” [= Berkenaan dengan saat dimana para perempuan ini datang: Markus mengatakan ‘setelah matahari terbit’, Mat 28:1 ‘menjelang menyingsingnya fajar’, Lukas ‘pada pagi-pagi benar’, dan Yohanes ‘ketika hari masih gelap’. Penyelesaian yang memungkinkan: sekalipun para perempuan itu berangkat ketika masih gelap, tetapi matahari sudah terbit ketika mereka tiba di kubur.] - hal 678.
3) Mereka bermaksud untuk menyempurnakan apa yang telah dilakukan oleh Yusuf dari Arimatea dan Nikodemus.
Sebetulnya Jum’at siang / sore Yusuf dan Nikodemus sudah melakukan pemberian mur, minyak gaharu, dan rempah-rempah (Yoh 19:39-40).
Yohanes 19:39-40 - “(39) Juga Nikodemus datang ke situ. Dialah yang mula-mula datang waktu malam kepada Yesus. Ia membawa campuran minyak mur dengan minyak gaharu, kira-kira lima puluh kati beratnya. (40) Mereka mengambil mayat Yesus, mengapaninya dengan kain lenan dan membubuhinya dengan rempah-rempah menurut adat orang Yahudi bila menguburkan mayat.”.
Bdk. Markus 15:42 - “Sementara itu hari mulai malam, dan hari itu adalah hari persiapan, yaitu hari menjelang Sabat.”.
Perlu diketahui bahwa terjemahan hurufiah dari Mark 15:42 bukanlah ‘hari mulai malam’, tetapi ‘evening coming’ [= malam sedang mendatang], dan karena itu NIV menterjemahkan ‘evening approached’ [= malam mendekat].
Sekarang pada Minggu pagi para perempuan ini mau melakukan hal itu lagi untuk menyempurnakan apa yang dilakukan dengan tergesa-gesa pada Jum’at siang / sore itu. Ketergesa-gesaan itu disebabkan karena saat itu Sabat hampir tiba.
Pulpit Commentary: “What had been done on the Friday evening had been done in haste, and yet sufficiently for the preservation of the sacred body, if that had been needful, from decay. The remaining work could be done more carefully and tenderly at the tomb.” [= Apa yang telah dilakukan pada Jum’at sore telah dilakukan dengan terburu-buru, tetapi cukup untuk mengawetkan tubuh yang kudus itu, seandainya hal itu dibutuhkan, dari pembusukan. Pekerjaan yang tersisa bisa dilakukan dengan lebih teliti dan lembut di kubur.] - hal 346.
Catatan: penafsir dari Pulpit Commentary ini memberikan kata-kata ‘seandainya hal itu dibutuhkan’, dan ini menunjukkan bahwa ia beranggapan sebetulnya hal itu tidak dibutuhkan. Mengapa? Karena Kitab Suci mengatakan bahwa tubuh Kristus tidak akan membusuk (Maz 16:10 bdk. Kis 2:27 Kis 13:35).
Mazmur 16:10 - “sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang KudusMu melihat kebinasaan.”.
Kisah para rasul 2:27 - “sebab Engkau tidak menyerahkan aku kepada dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan.”.
Kis 13:35 - “Sebab itu Ia mengatakan dalam mazmur yang lain: Engkau tidak akan membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan.”.
Tetapi dalam ketiga ayat ini Kitab Suci Indonesia salah terjemahan, sehingga kelihatannya menjadi berarti bahwa Kristus tidak dibiarkan mengalami kematian.
a) Kata ‘menyerahkan’.
Kata Ibrani yang digunakan adalah AZAV, yang artinya ‘leave’ [= meninggalkan] atau ‘abandon’ [= meninggalkan].
Kata Yunani yang digunakan adalah EGKATALEIPSEIS, yang artinya juga ‘leave’ atau ‘abandon’.
Jadi, Yesus memang diserahkan kepada dunia orang mati / kubur, tetapi Ia tak dibiarkan di sana, karena Ia bangkit pada hari ketiga!
b) Kata-kata ‘melihat kebinasaan’.
1. Kata ‘melihat’.
Dalam Ibraninya digunakan kata RAAH, yang memang artinya ‘see’. Kata bahasa Inggris ‘see’ bisa diartikan ‘melihat’, tetapi bisa juga diartikan ‘mengalami’. Demikian juga dalam bahasa Ibraninya, seperti dalam Yesaya 44:16 (KJV): ‘I have seen the fire’ [= aku telah merasakan / mengalami api].
Dalam Yunaninya digunakan kata Yunani IDEIN, yang bisa diterjemahkan ‘melihat’ ataupun ‘mengalami’.
Menurut saya terjemahan yang lebih tepat adalah ‘mengalami’. Ini seperti NASB yang di ketiga tempat itu menterjemahkan ‘undego’ [= mengalami].
2. Kata ‘kebinasaan’.
Dalam Maz 16:10 kata Ibrani yang digunakan adalah SHAKHAT, yang artinya adalah ‘destruction’ [= kehancuran].
Dalam Kis 2:27 dan Kis 13:35 digunakan kata Yunani DIAPHTHORA, yang artinya ‘corruption’ [= pembusukan] atau ‘destruction’ [= kehancuran].
Kalau diterjemahkan ‘kebinasaan’, dan diartikan ‘kematian’, maka ayatnya jadi salah, karena Yesus memang mengalami kematian. Jadi terjemahan yang lebih tepat adalah ‘pembusukan’.
NIV/NASB menterjemahkan semuanya dengan kata ‘decay’ [= pembusukan].
Jadi, ketiga ayat ini mengatakan bahwa Yesus tidak mengalami pembusukan. Ia memang mati, tetapi mayatNya tidak membusuk. Tetapi apakah pemberian rempah-rempah itu memang tidak dibutuhkan? Saya menganggap belum tentu, karena sekalipun ada nubuat tentang tidak membusuknya tubuh Kristus (Mazmur 16:10), tetapi Tuhan bisa menggenapi nubuatNya menggunakan tindakan manusia.
4) Ini merupakan tindakan kasih yang mereka lakukan kepada Yesus.
William L. Lane (NICNT): “Spices were not used for mummification, which was not a Jewish custom, but to offset the odors from decomposition. ... Since in the climate of Jerusalem deterioration would occur rapidly, the visit of the women with the intention of ministering to the corpse after two nights and a day must be viewed as an expression of intense devotion.” [= Rempah-rempah tidak digunakan untuk pembuatan mumi, yang bukan merupakan kebiasaan Yahudi, tetapi untuk menutupi bau dari pembusukan. ... Karena dalam iklim dari Yerusalem, pembusukan akan terjadi dengan cepat, kunjungan dari para perempuan dengan maksud melayani mayat setelah 2 malam dan satu hari harus dipandang sebagai pernyataan bakti yang kuat / hebat.] - hal 585.
Pulpit Commentary: “Love will find occasions and ways of expressing itself.” [= Kasih akan mendapatkan kesempatan dan cara untuk menyatakan dirinya sendiri.] - hal 349.
William Hendriksen: “while we may criticize their lack of sufficient faith - a lack which they shared with the male disciples - let us not overlook their exceptional love and loyalty. They were at Calvary when Jesus died, in Joseph’s garden when their Master was buried, and now very early in the morning, here they are once more, in order to anoint the body. Meanwhile, where were the eleven?” [= sementara kita bisa mengkritik kekurangan iman mereka - suatu kekurangan yang juga terdapat pada para murid laki-laki - marilah kita tidak mengabaikan kasih dan kesetiaan mereka yang luar biasa. Mereka ada di Kalvari pada saat Yesus mati, di taman / kebun Yusuf pada waktu Tuan mereka dikubur, dan sekarang pagi-pagi sekali, sekali lagi mereka ada di sini, untuk mengurapi tubuh Yesus. Sementara itu, dimana 11 rasul itu?] - hal 678.
Pulpit Commentary (tentang Mat 27:61): “Last at the cross, first at the grave.” [= Terakhir di salib, pertama di kubur.] - hal 638.
Pulpit Commentary (tentang Yoh 20:1-10): “woman was last at the cross, and first at the tomb.” [= perempuan adalah yang terakhir di salib, dan pertama di kuburan.] - hal 481.
Penerapan: kalau urusan datang ke, dan pulang dari, kebaktian, maupun acara-acara gereja yang lain, apakah saudara seperti perempuan-perempuan itu? Datang paling pagi, pulang paling akhir? Atau ada dari saudara yang sebaliknya? Datang paling akhir (sampai terlambat), dan pulang paling pagi? Kalau gereja merupakan sesuatu tempat yang membuat saudara tidak krasan berada di sana, saudara hampir pasti bukan orang kristen yang sejati!
5) Pengurapan mayat dan pengharapan akan kebangkitan pada akhir jaman.
Dalam maksud untuk melakukan pengurapan ini jelas ada kesalahan, karena ini menunjukkan bahwa mereka tidak beriman pada kata-kata Yesus yang menyatakan akan bangkit pada hari ke 3.
Calvin: “their design to anoint Christ, as if he were still dead, was not free from blame,” [= rencana mereka untuk mengurapi Kristus, seakan-akan Ia masih tetap mati, tidak bebas dari kesalahan,] - hal 339.
Tetapi Calvin menambahkan: “I have no doubt, that the custom of anointing the dead, which they had borrowed from the Fathers, was applied by them to its proper object, which was, to draw consolation, amidst the mourning of death, from the hope of life to come. I readily acknowledge that they sinned in not immediately raising their minds to that prediction which they had heard from the lips of their Master, when he foretold that he would rise again on the third day. But as they retain the general principle of the final resurrection, that defect is forgiven, which would vitiated, as the phrase is, the whole of the action. Thus God frequently accepts, with fatherly kindness, the works of the saints, which, without pardon, not only would not have pleased him, but would even have been justly rejected with shame and punishment.” [= Saya tidak meragukan bahwa kebiasaan mengurapi orang mati, yang telah mereka dapatkan dari Bapa-bapa, diterapkan oleh mereka pada tujuan yang benar, yaitu untuk mendapatkan penghiburan di tengah-tengah perkabungan kematian, dari pengharapan akan kehidupan yang akan datang. Saya mengakui bahwa mereka berdosa dengan tidak segera mengangkat pikiran mereka pada ramalan yang telah mereka dengar dari bibir Tuan / Guru mereka, pada saat Ia meramalkan bahwa Ia akan bangkit kembali pada hari ketiga. Tetapi karena mereka memelihara prinsip umum tentang kebangkitan akhir, cacat itu diampuni, yang seharusnya meniadakan seluruh tindakan mereka. Demikianlah Allah sering menerima, dengan kebaikan seorang bapa, pekerjaan-pekerjaan orang-orang kudus, yang seandainya tanpa pengampunan, bukan hanya akan tidak menyenangkanNya, tetapi bahkan akan secara benar ditolak dengan rasa malu dan penghukuman.] - hal 339-340.
Catatan: tetapi awas, ini bisa diextrimkan, misalnya orang yang ke gereja dengan motivasi tidak benar, tetap diterima oleh Allah, dan sebagainya.
Calvin: “the custom of anointing the dead, though it was common among many heathen nations, was applied to a lawful use by the Jews alone, to whom it had been handed down by the Fathers, to confirm them in the faith of the resurrection. For without having this in view, to embalm a dead body, which has no feeling, would be an idle and empty solace, as we know that the Egyptians bestowed great labour and anxiety on this point, without looking for any advantage. But by this sacred symbol, God represented to the Jews the image of life in death, to lead them to expect that out of putrefaction and dust they would one day acquire new vigour. Now as the resurrection of Christ, by its quickening vigour, penetrated every sepulchre, so as to breathe life into the dead, so it abolished those outward ceremonies.” [= kebiasaan untuk mengurapi orang mati, sekalipun itu merupakan sesuatu yang umum di antara banyak bangsa kafir, diterapkan pada penggunaan yang benar hanya oleh orang Yahudi, kepada siapa itu diturunkan oleh Bapa-bapa, untuk meneguhkan mereka dalam iman tentang kebangkitan. Karena tanpa memandang pada hal ini, membalsem mayat yang tak mempunyai perasaan merupakan sesuatu penghiburan yang sia-sia dan kosong, seperti kita tahu bahwa orang Mesir bekerja keras dalam hal ini, tanpa mencari manfaat apapun. Tetapi oleh simbol yang kudus / keramat ini, Allah melambangkan kepada orang-orang Yahudi gambaran dari kehidupan dalam kematian, untuk memimpin mereka untuk mengharapkan bahwa dari pembusukan dan debu suatu hari mereka akan mendapatkan tenaga / kekuatan yang baru. Sekarang karena kebangkitan Kristus, oleh tenaga menghidupkannya, menembus setiap kuburan, untuk menghembuskan kehidupan kepada orang mati, maka itu menghapuskan upacara lahiriah itu.] - hal 341.
6) Apakah Yesus sendiri tidak membutuhkan pengurapan terhadap mayatNya?
Calvin: “For himself, he needed not those aids, but they were owing to the ignorance of the women, who were not yet fully aware that he was free from corruption.” [= Untuk diriNya sendiri, Ia tidak membutuhkan pertolongan itu, tetapi itu dilakukan karena ketidakmengertian para perempuan itu, yang belum sepenuhnya sadar bahwa Ia bebas dari pembusukan.] - hal 341.
Di atas sudah saya jelaskan bahwa ini belum tentu. Sekalipun ada nubuat tentang tidak membusuknya tubuh Yesus, tetapi Tuhan bisa menggenapi nubuat itu melalui manusia.
II) Kekuatiran tentang batu penutup kubur dan solusinya.
Markus 16: 3-4: “(3) Mereka berkata seorang kepada yang lain: ‘Siapa yang akan menggulingkan batu itu bagi kita dari pintu kubur?’ (4) Tetapi ketika mereka melihat dari dekat, tampaklah, batu yang memang sangat besar itu sudah terguling.”.
William Barclay: “They were worried about one thing. Tombs had no doors. When the word ‘door’ is mentioned it really means ‘opening’. In front of the opening was a groove, and in the groove ran a circular stone as big as a cart-wheel; and the women knew that it was quite beyond their strength to move a stone like that.” [= Mereka kuatir tentang satu hal. Kubur pada jaman itu tidak mempunyai pintu. Pada saat kata ‘pintu’ disebutkan itu sebetulnya berarti ‘pembukaan / lubang’. Di depan lubang yang terbuka itu ada sebuah alur / lekuk / semacam got, dan dalam alur / lekuk itu bergulir sebuah batu bundar sebesar roda kereta; dan para perempuan itu tahu bahwa merupakan sesuatu yang di luar kekuatan mereka untuk menggerakkan batu seperti itu.] - hal 368.
Pulpit Commentary: “Very similar is much of Christian experience. We perplex ourselves, it may be, with speculative difficulties. ... To our finite and untrained, inexperienced intelligence it must be so. Our penetration is too dull, our wisdom is too short-sighted; our powers, knowledge, and opportunities are all unequal to the task. But all is clear to that Being who is infinitely wise; and when we lift up our eyes we shall in due time see the resolution of our doubts. We perplex ourselves, it may be, with practical difficulties. How shall we do our work - that work being so vast, and we so helpless? How shall we train our family, conduct our business, discharge our responsibilities? ... But, looking unto him, we shall be lightened. He shall bring our way to pass. We perplex ourselves, it may be, with difficulties as to the Church and kingdom of Christ. How shall the Lord’s people be awakened to zeal, or reconciled in unity, or qualified for the work assigned them in a dark and sinful world? Our mind is baffled by the problem, which we have no means of solving. Let us go on our way. When we come to our difficulty, we may perhaps find that it is gone.” [= Banyak pengalaman Kristen yang sangat mirip dengan hal ini. Kita bingung sendiri, mungkin karena kesukaran-kesukaran yang bersifat spekulatif. ... Bagi otak / pikiran kita yang terbatas, tak terlatih, dan tak berpengalaman, itu harus demikian. Pengertian kita terlalu tumpul, hikmat kita terlalu pendek penglihatannya; kekuatan, pengetahuan, dan kesempatan kita semuanya tidak setara dengan tugas kita. Tetapi semua itu jelas bagi Makhluk yang bijaksana secara tak terbatas; dan pada waktu kita mengangkat mata kita maka pada saatnya kita akan melihat penyelesaian dari keragu-raguan kita. Kita bingung sendiri, mungkin dengan kesukaran-kesukaran praktis. Bagaimana kita akan mengerjakan pekerjaan kita - pekerjaan itu begitu luas, dan kita begitu tidak berdaya? Bagaimana kita mendidik keluarga kita, memimpin bisnis kita, menunaikan tanggung jawab kita? ... Tetapi, jika kita memandang kepada Dia, kita akan diterangi. Ia akan memberikan jalan kepada kita. Kita bingung sendiri, mungkin dengan kesukaran-kesukaran yang berkenaan dengan Gereja dan kerajaan Kristus. Bagaimana umat Tuhan akan dibangkitkan sehingga menjadi bersemangat, atau diperdamaikan dalam kesatuan, atau dijadikan orang yang memenuhi syarat untuk pekerjaan yang ditugaskan kepada mereka dalam dunia yang gelap dan berdosa? Pikiran kita dibingungkan oleh banyak problem, yang tidak ada jalan penyelesaiannya. Marilah kita melanjutkan jalan kita. Pada waktu kita sampai pada kesukaran kita, mungkin kita menjumpai bahwa kesukaran itu sudah hilang.] - hal 349-350.
Pulpit Commentary: “The stone rolled away may also be regarded by us as a reminder of expected difficulties unexpectedly removed. ... Too often we discourage ourselves by thinking of future difficulties, until they loom so large in our imagination that we turn back from the path of duty. ... let us go on also to attempt our appointed work for God; and the difficulties which are insurmountable by us will be removed by hands mightier than our own.” [= Batu yang digulingkan juga bisa kita anggap sebagai pengingat tentang kesukaran-kesukaran yang diharapkan tetapi yang disingkirkan secara tak terduga. ... Terlalu sering kita mengecilkan hati kita sendiri dengan memikirkan kesukaran-kesukaran yang akan datang, sampai semua itu terlihat begitu besar dalam khayalan kita sehingga kita berbalik dari jalan kewajiban. ... marilah kita terus mengusahakan tugas yang ditetapkan Allah untuk kita; dan kesukaran-kesukaran yang tak dapat kita atasi akan disingkirkan oleh tangan yang lebih kuat dari tangan kita.] - hal 359.
William Hendriksen: “Why did the angel have to remove the stone? Not to enable Jesus to make his way out - for see John 20:19,26 - but to enable these women, and also Peter and John, to enter the tomb.” [= Mengapa malaikat itu harus menyingkirkan batu itu? Bukan untuk memungkinkan Yesus mendapatkan jalan keluar - karena lihat Yoh 20:19,26 - tetapi untuk memungkinkan para perempuan ini, dan juga Petrus dan Yohanes, untuk memasuki kubur.] - hal 679.
Yohanes 20:19,26 - “(19) Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: ‘Damai sejahtera bagi kamu!’ ... (26) Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: ‘Damai sejahtera bagi kamu!’”.
Dia bisa menembus tembok / pintu yang terkunci, Dia pasti juga bisa menembus batu penutup kubur.
Pulpit Commentary (hal 346) mengatakan bahwa pada titik ini (Markus 16: 4), Maria Magdalena lari untuk memberitahu Petrus dan Yohanes (Yoh 20:2).
III) Bukti kebangkitan Yesus (Markus 16: 5-7).
Markus 16: 5-7: “(5) Lalu mereka masuk ke dalam kubur dan mereka melihat seorang muda yang memakai jubah putih duduk di sebelah kanan. Merekapun sangat terkejut, (6) tetapi orang muda itu berkata kepada mereka: ‘Jangan takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini. Lihat! Inilah tempat mereka membaringkan Dia. (7) Tetapi sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-muridNya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah dikatakanNya kepada kamu.’”.
1) Kubur yang kosong.
Fakta tentang kubur yang kosong ini justru dikuatkan oleh cerita dusta dalam Mat 28:11-15, karena kalau tak ada kubur kosong, justru tak akan muncul cerita seperti itu.
Matius 28:11-15 - “(11) Ketika mereka di tengah jalan, datanglah beberapa orang dari penjaga itu ke kota dan memberitahukan segala yang terjadi itu kepada imam-imam kepala. (12) Dan sesudah berunding dengan tua-tua, mereka mengambil keputusan lalu memberikan sejumlah besar uang kepada serdadu-serdadu itu (13) dan berkata: ‘Kamu harus mengatakan, bahwa murid-muridNya datang malam-malam dan mencuriNya ketika kamu sedang tidur. (14) Dan apabila hal ini kedengaran oleh wali negeri, kami akan berbicara dengan dia, sehingga kamu tidak beroleh kesulitan apa-apa.’ (15) Mereka menerima uang itu dan berbuat seperti yang dipesankan kepada mereka. Dan ceritera ini tersiar di antara orang Yahudi sampai sekarang ini.”.
William L. Lane (NICNT): “The story of the theft of the body (cf. Mt. 28:15; Justin, Dialogue with Trypho 108) simply confirms that the tomb was in fact empty.” [= Cerita tentang pencurian mayat (bdk. Mat 28:15; Justin, Dialogue with Trypho 108) hanya meneguhkan bahwa kubur itu dalam faktanya kosong.] - hal 588.
Markus 16: 5-6 kelihatannya menunjukkan bahwa mereka masuk ke kubur ke tempat dimana mayat Yesus diletakkan, dan melihat kubur yang kosong.
Pulpit Commentary: “This seem to imply that the women actually entered the inner chamber, and saw the very place where the Lord lay. Who does not see here how irrefragable is the evidence of his resurrection?” [= Ini kelihatannya menunjukkan bahwa para perempuan itu betul-betul masuk ke bagian dalam, dan melihat tempat dimana Tuhan berbaring. Siapa yang tidak melihat di sini betapa tak terbantahnya bukti kebangkitanNya?] - hal 347.
Pulpit Commentary: “In this passage there is no direct narrative of the Saviour’s resurrection. ... There were no such witnesses to the act of the Lord’s emergence from the tomb.” [= Dalam text ini tidak ada cerita langsung tentang kebangkitan Sang Juruselamat. ... Di sana tidak ada saksi terhadap tindakan Tuhan yang muncul / keluar dari kubur.] - hal 349.
Calvin: “though he manifested his resurrection in a different manner from what the sense of our flesh would have desired, still the method of which he approved ought to be regarded by us also as the best. He went out of the grave without a witness, that the emptiness of the place might be the earliest indication;” [= sekalipun Ia menyatakan kebangkitanNya dengan cara yang berbeda dari apa yang diinginkan oleh daging kita, tetap metode / cara yang Ia restui / setujui harus kita anggap juga sebagai yang terbaik. Ia keluar dari kubur tanpa saksi, supaya kekosongan tempat itu bisa menjadi petunjuk yang paling awal;] - hal 338.
2) Firman Tuhan yang diberitakan oleh malaikat (Markus 16: 6-7).
Markus 16: 6-7: “(6) tetapi orang muda itu berkata kepada mereka: ‘Jangan takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini. Lihat! Inilah tempat mereka membaringkan Dia. (7) Tetapi sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-muridNya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah dikatakanNya kepada kamu.’”.
William L. Lane (NICNT): “The action of God is not always self-evident. For this reason it is invariably accompanied by the word of revelation, interpreting the significance of an event ... The emptiness of the tomb possessed no factual value in itself. It simply raised the question, What happened to the body? God, therefore, sent his messenger to disclose the fact of the resurrection. The announcement of the angel is the crystallization point for faith.” [= Tindakan Allah tidak selalu jelas dari dirinya sendiri. Untuk alasan ini tindakan Allah ini selalu disertai dengan firman yang diwahyukan, yang menafsirkan arti dari suatu peristiwa ... Kekosongan dari kubur sebetulnya tidak mempunyai nilai dalam dirinya sendiri. Itu hanya menimbulkan pertanyaan: Apa yang terjadi dengan tubuh / mayat itu? Karena itu, Allah mengutus utusanNya untuk menyingkapkan fakta tentang kebangkitan. Pengumuman dari malaikat adalah pokok pembentukan iman.] - hal 587.
William L. Lane (NICNT): “In the Gospel of Mark, however, the certainty of the resurrection rests solely upon the word of revelation. The empty tomb possessed no evidential value apart from this norm of interpretation.” [= Bagaimanapun dalam Injil Markus kepastian tentang kebangkitan bersandar semata-mata pada firman yang diwahyukan. Kekosongan kubur tidak mempunyai nilai yang jelas terpisah dari norma penafsiran ini.] - hal 588-589.
Ini juga berlaku untuk kelahiran, kematian, kenaikan Yesus ke surga. Kalau cuma ada peristiwanya tanpa penjelasan Firman Tuhan, maka kita tidak akan mengerti apa gunanya semua itu. Ini makin menunjukkan pentingnya Firman Tuhan. Karena itu rajinlah belajar Firman Tuhan.
3) Yesus tetap dikenal sampai sekarang (bahkan merupakan pribadi paling terkenal di dunia), dan adanya gereja kristen.
William Barclay: “One thing is certain - if Jesus had not risen from the dead, we would never heard of him. The attitude of the women was that they had come to pay the last tribute to a dead body. The attitude of the disciples was that everything had finished in tragedy. By far the best proof of the Resurrection is the existence of the Christian church. Nothing else could have changed sad and despairing men and women into people radiant with joy and flaming with courage.” [= Ada satu hal yang pasti - andaikata Yesus tidak bangkit dari antara orang mati, kita tidak akan pernah mendengar tentang Dia. Sikap dari para perempuan adalah bahwa mereka datang untuk memberi penghormatan terakhir kepada mayat itu. Sikap dari para murid adalah bahwa segala sesuatu telah selesai dalam suatu tragedi. Jelas sekali bahwa bukti terbaik tentang Kebangkitan adalah adanya gereja Kristen. Tidak ada hal lain yang bisa mengubah kelompok orang laki-laki dan perempuan yang sedih dan putus asa itu menjadi orang-orang yang berseri-seri dengan sukacita dan berkobar-kobar dengan keberanian.] - hal 368.
William L. Lane (NICNT): “Were it not for his resurrection, Jesus of Nazareth might have appeared as no more than a line in Josephus’ Antiquities of the Jews, if he were mentioned at all. The witness of the four Gospels is unequivocal that following the crucifixion Jesus’ disciples were scattered, their hopes shattered by the course of events. What halted the dissolution of the messianic movement centered in Jesus was the resurrection.” [= Andaikata bukan karena kebangkitanNya, Yesus dari Nazaret akan muncul tidak lebih dari sebuah kalimat dalam buku Josephus ‘Antiquities of the Jews’, bahkan mungkin tidak disebutkan sama sekali. Kesaksian keempat Injil adalah jelas / tegas bahwa setelah penyaliban Yesus para murid tersebar / semburat, harapan mereka hancur oleh rangkaian peristiwa itu. Apa yang menghentikan bubarnya gerakan Mesias yang berpusat kepada Yesus ini adalah kebangkitan.] - hal 584-585.
Penutup / kesimpulan:
William Barclay: “Jesus is not a figure in a book but a living presence. It is not enough to study the story of Jesus like the life of any other great historical figure. We may begin that way but we must end by meeting him. ... Jesus is not someone to discuss so much as someone to meet. ... The Christian life is not the life of a man who knows about Jesus, but the life of a man who knows Jesus.” [= Yesus bukanlah seorang tokoh dalam sebuah buku tetapi sebuah kehadiran yang hidup. Tidak cukup untuk mempelajari cerita Yesus seperti kehidupan tokoh sejarah besar yang lain. Kita bisa / boleh memulainya dengan cara itu tetapi kita harus mengakhirinya dengan bertemu denganNya. ... Yesus lebih merupakan seseorang untuk ditemui dari pada dibicarakan / didiskusikan. ... Kehidupan kristen bukanlah kehidupan seorang manusia yang TAHU TENTANG Yesus, tetapi kehidupan seseorang yang MENGENAL Yesus.] - hal 368-369.
Sudahkah saudara bertemu secara rohani dengan Yesus? Apakah selama ini saudara hanya tahu tentang Yesus atau betul-betul mengenal Yesus? Saudara bertemu Yesus secara rohani dan betul-betul mengenal Dia, kalau saudara datang dan percaya kepadaNya. Maukah saudara datang dan percaya kepadaNya sekarang juga?
KEBANGKITAN YESUS KRISTUS DARI KEMATIAN: Markus 16:1-8a
-AMIN-