JANJI DAN NAFSU DUNIAWI: EKSPOSISI 2 PETRUS 1:4
Pdt. Budi Asali, M.Div.
JANJI DAN NAFSU DUNIAWI: EKSPOSISI 2 PETRUS 1:4. 2 Petrus 1:4: “Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia”.
1) “Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan yang sangat besar”.
Barnes’ Notes: “All that we need in trial, is the simple PROMISE of God that he will sustain us; all that we need in the hour of death, is the assurance of our God that we shall be happy forever. What would this world be without a ‘promise?’ How impossible to penetrate the future! How dark that which is to come would be! How bereft we should be of consolation! The past has gone, and its departed joys and hopes can never be recalled to cheer us again; the present may be an hour of pain, and sadness, and disappointment, and gloom, with perhaps not a ray of comfort; the future only opens fields of happiness to our vision, and everything there depends on the will of God, and all that we can know of it is from his promises. Cut off from these we have no way either of obtaining the blessings which we desire, or of ascertaining that they can be ours. For the promises of God, therefore, we should be in the highest degree grateful, and in the trials of life we should cling to them with unwavering confidence as the only things which can be an anchor to the soul” (= Semua yang kita butuhkan dalam ujian adalah janji yang sederhana dari Allah bahwa Ia akan menopang kita; semua yang kita butuhkan pada saat kematian kita adalah jaminan dari Allah kita bahwa kita akan bahagia selama-lamanya. Apa yang akan terjadi dengan dunia ini tanpa suatu ‘janji’? Betapa mustahil untuk menembus ke masa yang akan datang! Betapa gelap hal-hal yang akan datang! Betapa kita kehilangan penghiburan! Masa lalu telah hilang, dan sukacita dan pengharapan yang telah pergi itu tidak pernah bisa dikembalikan untuk menggembirakan kita lagi; masa sekarang mungkin merupakan saat dari kesakitan, dan kesedihan, dan kekecewaan, dan kesuraman, mungkin tanpa secercahpun penghiburan; hanya masa yang akan datang membuka lapangan kebahagiaan bagi penglihatan kita, dan segala sesuatu di sana tergantung pada kehendak Allah, dan semua yang bisa kita ketahui darinya adalah dari janji-janjiNya. Dipotong dari janji-janji ini kita tidak mempunyai jalan untuk mendapatkan berkat-berkat yang kita inginkan, atau untuk memastikan bahwa hal-hal itu akan menjadi milik kita. Karena itu, untuk janji-janji Allah itu kita harus berterima kasih dalam tingkat yang tertinggi, dan dalam ujian-ujian / pencobaan-pencobaan dari kehidupan kita harus berpegang erat-erat pada janji-janji itu dengan keyakinan yang tak tergoyahkan sebagai satu-satunya hal yang bisa menjadi jangkar bagi jiwa).
The Bible Exposition Commentary: New Testament: “God has not only given us all that we need for life and godliness, but He has also given us His Word to enable us to develop this life and godliness. These promises are great because they come from a great God and they lead to a great life. They are precious because their value is beyond calculation. If we lost the Word of God, there would be no way to replace it” (= Allah bukan hanya telah memberi kita semua yang kita butuhkan untuk kehidupan dan kesalehan, tetapi Ia juga telah memberi kita FirmanNya untuk memampukan kita untuk mengembangkan kehidupan dan kesalehan ini. Janji-janji ini besar karena mereka datang dari Allah yang besar dan mereka memimpin pada suatu kehidupan yang besar / agung. Mereka berharga karena nilai mereka di atas perhitungan. Jika kita kehilangan Firman Allah, tidak ada jalan untuk menggantikannya).
Penerapan: bandingkan kata-kata ini, khususnya pada bagian akhirnya, dengan banyak pengkhotbah / pendeta yang menggantikan Firman Tuhan dengan lelucon, kesaksian, cerita-cerita, atau filsafat!
2) “supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi”.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘divine nature’ (= hakekat / sifat ilahi).
Calvin: “But the word ‘nature’ is not here essence but quality. The Manicheans formerly dreamt that we are a part of God, and that after having run the race of life we shall at length revert to our original. There are also at this day fanatics who imagine that we thus pass over into the nature of God, so that his swallows up our nature. Thus they explain what Paul says, that God will be all in all (1 Corinthians 15:28,) and in the same sense they take this passage. But such a delirium as this never entered the minds of the holy Apostles; they only intended to say that when divested of all the vices of the flesh, we shall be partakers of divine and blessed immortality and glory, so as to be as it were one with God as far as our capacities will allow” [= Tetapi kata ‘nature’ (Yunani: PHUSEOOS - PHUSIS) di sini bukanlah ‘hakekat’ tetapi ‘kwalitet’. Para Manichean dahulu bermimpi bahwa kita adalah sebagian dari Allah, dan bahwa setelah menyelesaikan kehidupan kita akhirnya kembali pada keadaan orisinil kita. Pada saat ini juga ada orang-orang fanatik yang membayangkan / mengkhayalkan bahwa kita akan melewati ke dalam hakekat / sifat dari Allah, sehingga sifat / hakekatNya menelan sifat / hakekat kita. Maka mereka menjelaskan apa yang Paulus katakan, bahwa Allah akan menjadi semua dalam semua (1Korintus 15:28), dan dalam arti yang sama mereka mengartikan text ini. Tetapi kegilaan seperti ini tidak pernah memasuki pikiran-pikiran dari Rasul-rasul yang kudus; mereka hanya bermaksud untuk mengatakan bahwa pada waktu dibebaskan / dilepaskan dari semua sifat buruk / jahat dari daging, kita akan menjadi pengambil bagian dari ketidak-bisa-binasaan dan kemuliaan yang ilahi dan diberkati, sehingga seakan-akan menjadi satu dengan Allah sejauh diijinkan oleh kapasitas kita].
Catatan: Webster’s New World Dictionary mengatakan bahwa Manicheism merupakan suatu filsafat yang bersifat agama yang diajarkan pada abad ke 3-7 M. oleh seorang Persia bernama Manes atau Manicheus dan murid-muridnya.
1Korintus 15:28 - “Tetapi kalau segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah Kristus, maka Ia sendiri sebagai Anak akan menaklukkan diriNya di bawah Dia, yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawahNya, supaya Allah menjadi semua di dalam semua”.
Calvin: “we, disregarding empty speculations, ought to be satisfied with this one thing, - that the image of God in holiness and righteousness is restored to us for this end, that we may at length be partakers of eternal life and glory as far as it will be necessary for our complete felicity” (= kita, mengabaikan spekulasi yang kosong, harus puas dengan satu hal ini, - bahwa gambar Allah dalam kekudusan dan kebenaran dipulihkan bagi kita untuk tujuan ini, supaya kita akhirnya bisa menjadi pengambil bagian dari kehidupan dan kemuliaan kekal sejauh itu perlu untuk kebahagiaan lengkap / sempurna kita).
Bandingkan dengan ajaran Gereja Sidang Jemaat Kristus.
“The doctrine of ‘mingling’ is one of the greatest unifying factors within the structure of the Local Church. We have seen that Witness Lee teaches that Christ, Satan, and mankind are somehow joined together. Mingling is seen as an intimate relationship between God and man, whereby Local Church members can have direct spiritual communication with God and experience all that God is and has to offer. ... Closely associated with Lee’s misunderstanding of the Trinity is his teaching that the Spirit of his processed Triune God enters into and mingles with the spirit of man, just as tea mixes with a glass of water. Lee was greatly influenced by his mentor, the late Watchman Nee, who also held to this concept. States Nee: One rather remarkable thing is that God does not mean to distinguish between His Spirit and our spirit....It is simply impossible to distinguish. ... We often say that the Holy Spirit dwells in our spirit, but we find it hard to discern which is the Holy Spirit and which is our own spirit. The Holy Spirit and our spirit have become so mingled; while each is unique they are not easily distinguished....Since the Holy Spirit and our spirit are joined into one (1 Cor. 6.17), they can be distinguished only in name, not in fact.” [= Ajaran / doktrin tentang ‘percampuran’ adalah salah satu dari faktor-faktor penyatu yang terbesar dalam struktur dari Gereja Lokal. Kita telah melihat bahwa Witness Lee mengajar bahwa Kristus, Iblis, dan umat manusia entah bagaimana digabungkan bersama-sama. Percampuran dilihat sebagai suatu hubungan intim antara Allah dan manusia, dengan mana anggota-anggota Gereja Lokal bisa mempunyai komunikasi rohani langsung dengan Allah dan mengalami semua yang Allah ada dan punyai untuk ditawarkan. ... Berhubungan dekat dengan kesalah-mengertian Lee tentang Tritunggal adalah ajarannya bahwa Roh dari Allah Tritunggalnya yang diproses masuk ke dalam dan bercampur dengan roh manusia, sama seperti teh bercampur dengan segelas air. Lee sangat dipengaruhi oleh penasehatnya, almarhum Watchman Nee, yang juga mempercayai konsep ini. Kata Nee: Satu hal yang menyolok adalah bahwa Allah tidak bermaksud untuk membedakan antara RohNya dan roh kita....Adalah tidak mungkin untuk membedakan. ... Kita sering mengatakan bahwa Roh Kudus tinggal dalam roh kita, tetapi kita mendapati bahwa sukar untuk membedakan yang mana yang Roh Kudus dan yang mana yang roh kita. Roh Kudus dan roh kita telah menjadi begitu bercampur; sementara masing-masing adalah unik, mereka tidak dengan mudah dibedakan....Karena Roh Kudus dan roh kita bergabung menjadi satu (1Korintus 6:17), mereka bisa dibedakan hanya dalam sebutan, tidak dalam fakta.].
1Korintus 6:17 - “Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia”.
Catatan: ‘his processed Triune God’ (= Allah Tritunggalnya yang diproses) adalah istilah yang menunjuk pada ajaran Witness Lee yang mengatakan bahwa mula-mula Allah itu adalah Bapa, lalu mengambil daging, dan menjadi manusia dalam diri Anak. Dan Anak, setelah mengalami kematian, penguburan, kebangkitan, lalu menjadi Roh pemberi hidup. Sebagai Roh Allah lalu bisa masuk ke dalam roh manusia.
Ini merupakan kepercayaan yang disebut Modalisme / Sabelianisme, dan merupakan ajaran sesat dalam persoalan Allah Tritunggal.
Barnes’ Notes: “it cannot be taken in so literal a sense as to mean that we can ever partake of the divine ‘essence,’ or that we shall be ‘absorbed’ into the divine nature so as to lose our individuality. ... It is in the nature of the case impossible. There must be forever an essential difference between a created and an uncreated mind. ... The reference then, in this place, must be to the ‘moral’ nature of God; and the meaning is, that they who are renewed become participants of the same ‘moral’ nature; that is, of the same views, feelings, thoughts, purposes, principles of action. Their nature as they are born, is sinful, and prone to evil (Eph. 2:3), their nature as they are born again, becomes like that of God. They are made LIKE God; and this resemblance will increase more and more forever, until in a much higher sense than can be true in this world, they may be said to have become ‘partakers of the divine nature.’” [= ini tidak bisa diambil dalam arti begitu hurufiah sehingga berarti bahwa kita bisa mengambil bagian dari ‘hakekat’ ilahi, atau bahwa kita akan ‘dihisap’ ke dalam hakekat ilahi sehingga kehilangan keindividuan kita. ... Kasus itu merupakan sesuatu yang mustahil. Pasti akan ada untuk selama-lamanya perbedaan antara pikiran yang dicipta dan yang tidak dicipta. ... Jadi, kata-kata di tempat ini harus menunjuk pada sifat ‘moral’ dari Allah; dan artinya adalah bahwa mereka yang diperbaharui menjadi pengambil bagian dari sifat ‘moral’ yang sama; yaitu, dari pandangan, perasaan, pemikiran, tujuan, prinsip tindakan yang sama. Sifat mereka pada waktu dilahirkan adalah berdosa dan condong pada dosa (Efesus 2:3), sifat mereka pada waktu dilahirkan kembali, menjadi serupa dengan sifat Allah. Mereka dibuat menjadi SEPERTI Allah; dan kemiripan ini akan makin meningkat selama-lamanya, sampai dalam arti yang jauh lebih tinggi dari yang ada dalam dunia ini, mereka dikatakan telah menjadi ‘pengambil bagian dari sifat ilahi’].
BACA JUGA: IMAN DARI ALLAH TRITUNGGAL
Barnes’ Notes: “Let us remark, then, (a) That ‘man’ only, of all the dwellers on the earth, is capable of rising to this condition. The nature of all the other orders of creatures here below is incapable of any such transformation that it can be said that they become ‘partakers of the divine nature.’ (b) It is impossible now to estimate the degree of approximation to which man may yet rise toward God, or the exalted sense in which the term may yet be applicable to him; but the prospect before the believer in this respect is most glorious” [= Maka, hendaklah kita perhatikan, (a) Bahwa hanya ‘manusia’, dari semua penghuni di bumi, yang mampu untuk naik pada keadaan ini. Sifat dari semua golongan makhluk ciptaan yang lain di sini di bawah adalah tidak mampu mengalami perubahan seperti itu sehingga bisa dikatakan bahwa mereka menjadi ‘pengambil bagian dari sifat ilahi’. (b) Adalah mustahil sekarang untuk memperkirakan tingkat dari taksiran pada mana manusia bisa naik menuju Allah, atau arti yang ditinggikan dalam mana istilah ini bisa diterapkan kepadanya; tetapi prospek di hadapan orang percaya dalam hal ini adalah sangat mulia].
3) “dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia”.
Ini betul-betul merupakan terjemahan yang kacau! Bandingkan dengan terjemahan-terjemahan dari Kitab Suci bahasa Inggris.
KJV: ‘having escaped the corruption that is in the world through lust’ (= setelah lolos dari kejahatan yang ada dalam dunia melalui nafsu).
RSV: ‘you may escape from the corruption that is in the world because of passion’ (= engkau bisa lolos dari kejahatan yang ada dalam dunia karena nafsu).
NIV: ‘and escape the corruption in the world caused by evil desires’ (= dan lolos dari kejahatan dalam dunia yang disebabkan oleh keinginan-keinginan jahat).
NASB: ‘having escaped the corruption that is in the world by lust’ (= setelah lolos dari kejahatan yang ada dalam dunia oleh nafsu).
Barnes’ Notes: “The world is full of corruption. It is the design of the Christian plan of redemption to deliver us from that, and to make us holy; and the means by which we are to be made like God, is by rescuing us from its dominion” (= Dunia ini penuh dengan kejahatan. Merupakan rancangan dari rencana Kristen tentang penebusan untuk membebaskan kita darinya, dan untuk membuat kita kudus; dan cara dengan mana kita akan dibuat menjadi seperti Allah, adalah dengan menolong kita dari penguasaannya).
Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div: meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
JANJI DAN NAFSU DUNIAWI: EKSPOSISI 2 PETRUS 1:4.
-AMIN-