DINAMIKA HIDUP DALAM PIMPINAN ROH KUDUS
Pdt.DR. Stephen Tong.
DINAMIKA HIDUP DALAM PIMPINAN ROH KUDUS. “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu.” (Yohanes 14:16-17).
PENDAHULUAN:
Jika kita ingin menegaskan perbedaan hakiki antara Kekristenan dan iman kepercayaan lainnya, maka kita harus menyebutkan beberapa pokok penting yang dimiliki oleh Kekristenan yang tidak ditemukan di dalam iman kepercayaan lainnya, yaitu :
(1) percaya kepada Allah Tritunggal, di mana tidak ada agama lain yang mengerti dan mencapai pengenalan akan Allah Tritunggal yang sedemikian;
(2) percaya kepada Yesus Kristus, yang telah diutus oleh Allah Bapa untuk menggenapi rencana penebusan demi menyelamatkan orang-orang yang percaya kepada-Nya. Penebusan ini melampaui sifat keagamaan yang ada di dalam di dalam semua agama lain, sehingga manusia dapat mengalami secara pribadi dan memperoleh kepastian keselamatan secara pribadi, bahwa anugerah penebusan itu ada padanya dan ia diselamatkan pada saat ia menerima Tuhan Yesus, bahkan sesudah itu ia memiliki keyakinan bahwa ia sudah menjadi milik Tuhan. Agama-agama lain belum sampai memberikan kepastian dan ketegasan keselamatan yang dimiliki pada waktu orang itu masih hidup di dunia. Mereka masih menunggu kemungkinan, mudah-mudahan mendapat tempat yang baik “di situ,” tetapi mereka tidak mendapatkan kepastian tersebut saat ini;
(3) memiliki Roh Allah yang berdiam di dalam hati kita untuk selama-lamanya.
Ketiga keunikan ini mempunyai kaitan antara yang satu dan yang lainnya. Yang tidak percaya kepada Allah Tritunggal tidak mungkin mendapatkan keselamatan di dalam Kristus, Pribadi Kedua Allah Tritunggal, yang diutus ke dalam dunia. Yang tidak percaya kepada Allah Tritunggal juga tidak mungkin menerima realitas bahwa Roh Kudus berdiam di dalam diri seseorang sebagai suatu pengalaman pribadi, di mana kita secara pribadi disertai oleh Tuhan dan mendapatkan penyertaan itu untuk selama-lamanya.
Ketiga hal ini sebenarnya merupakan pekerjaan Allah Tritunggal, yang begitu ajaib dan melampaui hiukmat manusia. Keselamatan adalah karya Allah Tritunggal. Allah Bapa merencanakan dan mempersiapkan keselamatan di dalam kekekalan. Rencana keselamatan di dalam kekekalan ini kemudian digenapkan oleh Allah Anak di dalam sejarah, dan setelah itu Allah Roh Kudus melaksanakan keselamatan yang telah digenapkan oleh Anak melalui penginjilan dalam setiap zaman.
Dan semua ini telah kita miliki. Jadi, di dalam kekekalan ada rencana Allah Bapa. Di dalam sejarah ada momen-momen Kristus menggenapi keselamatan. Melalui inkarnasi, Allah berjumpa dengan manusia dan Ia sendiri menyatakan diri dalam bentuk manusia sehingga melalui kemenangan Kristus atas pencobaan dosa, Ia menyatakan bahwa Ia adalah Juruselamat yang tanpa cacat dan dosa, sehingga Ia berhak menyelamatkan Saudara dan saya. Di dalam momen-momen historis yang penting ini, Yesus lahir, Yesus mengalahkan pencobaan, Yesus dipaku di atas kayu salib. Yesus bangkit dari kematian, dan Yesus naik ke sorga.
Peristiwa-peristiwa ini menjadikan Kekristenan suatu penggenapan rencana Allah di dalam waktu. Apa yang direncanakan Allah di dalam kekekalan kini digenapkan di dalam waktu. Allah mempersiapkan rencana, dan pada waktunya mengirim Anak-Nya ke dalam dunia. Setelah Anak menggenapkan keselamatan di kayu salib, Ia kembali ke sebelah kanan takhta Bapa, dan kemudian mengutus Roh Kudus untuk melaksanakan keselamatan itu di dalam penginjilan. Setelah Roh Kudus melaksanakan keselamatan di dalam diri seseorang, Ia tidak meninggalkan orang itu, melainkan mendampingi dia sampai selama-lamanya. Di luar Kristus, tidak mungkin ada pengalaman seperti ini.
Oleh sebab itu, orang Kristen seharusnya memiliki dinamika hidup yang melebihi siapa pun di dalam dunia. Orang Kristen seharusnya mengalami vitalitas yang lebih besar dan hidup dengan lebih aktif dibandingkan orang mana pun di dunia. Tetapi faktanya, kita belum mencapai hal itu. Dapat dikatakan banyak orang Kristen yang berada di dalam gereja, yang mengatakan dipenuhi oleh Roh Kudus, hidupnya tidak melebihi orang lain, sehingga hal ini menjadi hambatan atau ketidak-sempurnaan di dalam dunia Kekristenan. Kita perlu meneliti, mengoreksi, dan kemudian bertobat minta belas kasihan Tuhan.
BAB 1 : HADIRNYA ROH KUDUS (1)
PENTINGNYA MEMPELAJARI DOKTRIN ROH KUDUS
Pada masa reformasi dan sebvelumnya, istilah dan doktrin Roh Kudus tidak terlalu banyak dibicarakan atau diperbincangkan sebagai isu yang penting, baik dalam bentuk tulisan maupun khotbah. Di dalam buku-buku yang ditulis lebih dari 1.000 tahun itu, peran Roh Kudus tidak terlalu dipentingkan. Bahkan dari masa Reformasi hingga masa sekarang ini, peran Roh Kudus, secara umum dapat dikatakan kurang mendapat perhatian penting.
Sampai abad ke-20 ini kita melihat gereja-gereja mulai mementingkan, mendiskusikan dan mengkhotbahkan hal-hal yang berkenaan dengan Roh Kudus. Ayat-ayat mnengenai Roh Kudus mulai digali, dibahas, didiskusikan, dan ditulis menjadi tema-tema buku Kekristenan. Tetapi kita melihat bahwa abad ke-20 yang paling banyak membicarakan Roh Kudus, sekaligus adalah abad yang paling banyak salah mengerti tentang doktrin Roh Kudus (atau yang disebut dengan pneumatologi).
Orang-orang yang memiliki kewaspadaan terhadap kemungkinan salah mengerti tentang doktrin Roh Kudus menjadi sangat negatif terhadap topik ini dan tidak mau menyinggung atau membicarakan tentang Roh Kudus karena takut terhadap eksesnya. Sebaliknya, orang-orang yang sudah biasa membicarakan tentang doktrin Roh Kudus tetapi tidak mempelajarinya dengan baik, membiasakan diri dan menganggap diri telah menjadi ahli tentang Roh Kudus. Mereka menganggap bahwa merekalah yang memiliki otoritas untuk membicarakan Roh Kudus. Hal ini telah menimbulkan banyak sekali kekacauan di dalam gereja.
Secara lahiriah, seolah-olah kuantitas yang dicapai oleh orang-orang yang begitu berani membicarakan tentang Roh Kudus mendukung anggapan bahwa mereka telah memiliki Roh Kudus dan apa yang mereka ajarkan pasti benar. Padahal semua itu hanya didukung oleh kuantitas yang dicapai. Sedangkan orang-orang yang tidak banyak membicarakan Roh Kudus, seolah-olah tidak mempunyai kekuatan atau keberanian untuk membicarakan tentang Roh Kudus, ditambah lagi dengan hal-hal lain yang telah mengakibatkan mereka seolah-olah menyusut. Hal ini memberikan dampak seolah-olah barangsiapa yang paling banyak dan berani berbicara tentang Roh Kudus berarti Roh Kudus ada di situ. Mereka yang tidak berani membicarakan Roh Kudus, berarti Roh Kudus tidak ada di situ. Apakah dampak yang ditentukan oleh kuantitas sedemikian betul-betul sah dan dapat diandalkan? Jawaban saya adalah: Tidak.
Pada tahun-tahun pertukaran dari milenium ke-dua ke milenium ke-tiga ini, kita mempunyai tanggung jawab yang berat untuk menyeimbangkan seluruh zaman dan membawa orang Kristen kembali kepada pengertian yang bertanggung jawab, stabil, berakar, dan ahli tentang pengajaran Roh Kudus yang sesuai dengan Alkitab.
Pada tahun 1969 saya berada di Swiss bersama beberapa tokoh Kekristenan, seperti pendiri World Vision International Bob Pierce, pendeta terbesar Gereja Presbyterian di seluruh dunia Dr. Watson, dan lainnya. Saat itu ada seorang yang mengatakan bahwa abad ke-20 adalah abad Roh Kudus, yaitu abad di mana Roh Kudus boleh leluasa bekerja di dalam gereja di seluruh duniua. Lalu ia menyambung, seperti abad ke-16 merupakan abad Reformasi di mana doktrin yang sejak sekian lama telah dilupakan di dalam sejarah gereja diberikan iluminasi yang besar sehingga menerangi seluruh dunia Kekristenan, maka Reformasi terkenal dengan doktrin dibenarkan melalui iman. Sedangkan abad ke-20 merupakan masa doktrin Roh Kudus, yang sudah begitu lama dilupakan oleh gereja, sekarang diberi tempat yang leluasa sehingga gereja bisa bertumbuh.
Setelah itu saya mengutarakan pendapat saya. Mari kita tidak terlalu cepat memberikan julukan atau tema kepada abad ke-20. Di dalam filsafat, abad ini disebut sebagai abad analisis. Tetapi saya sendiri menganggap bahwa jika kita ingin abad ke-20 mendapat julukan abad Roh Kudus, biarlah abad-abad selanjutnya yang memberi julukan itu, bukan kita sendiri yang berada di abad ini. Pada waktu kita menengok kembali, kita bisa memberikan evaluasi dan julukan kepada abad-abad yang lalu, tetapi tentang abad ini, biarlah mereka yang di abad ke-21 atau ke-22 yang memberikan evaluasi dan julukan kepada abad ini.
Saat ini, gereja-gereja yang paling banyak berbicara tentang Roh Kudus telah menjadi gereja-gereja yang mencapai pertumbuhan kuantitas yang tercepat, tetapi sekaligus disertai dengan skandal seks dan atau keuangan yang paling buruk. Dari hal ini saya sungguh mempertanyakan, bukankah jika Roh Kudus bekerja, Ia juga akan menguduskan orang dalam kehidupan seksual dan keuangannya? Mengapa gereja yang paling banyak meneriakkan Roh Kudus justru pemimpin-pemimpinnya hidup tidak beres dalam masalah seksual dan keuangan. Maka kita perlu mulai memikirkan pengajaran yang lebih ketat, lebih sempurna, dan lebih stabil mengenai doktrin Roh Kudus ini.
ROH KUDUS DIJANJIKAN KEPADA MANUSIA
Kembali kepada ketiga keunikan yang telah disebutkan di bagian pendahuluan, yaitu Allah Tritunggal, Allah Penyelamat, dan Allah yang berdiam di dalam diri orang percaya, marilah kita menggali dan memperoleh apa yang Allah janjikan sehingga kita tidak menjadi orang Kristen hanya secara nama, tetapi hidup kita juga boleh diubahkan seturut nama itu.
Yohanes 14:16 berkata bahwa Yesus meminta kepada Bapa agar mengirimkan Penolong yang lain, dan Penolong itu akan berdiam di dalam hati manusia untuk selama-lamanya. Ayat yang singkat dan sederhana ini sudah memaparkan mengenai Allah Tritunggal. Anak dan Bapa mempunyai esensi yang sama sehingga Allah Bapa dan Allah Anak itu memiliki persekutuan yang tidak dimengerti oleh yang lain. Bapa dan Anak mengirim Penolong yang lain, yaitu Roh Kudus. Di sini dibukakan tentang Tritunggal.
Di dalam kalimat yang terakhir, Kristus dengan jelas mengatakan bahwa Roh Kudus adalah Roh yang kekal. Kalau ia bukan Roh yang kekal, Ia tidak mungkin berada di dalam hati manusia untuk selama-lamanya. Melalui hal ini juga dikonfirmasikan bahwa manusia yang diciptakan juga memiliki kekekalan. Jika kita tidak kekal, bagaimana mungkin Roh yang kekal bisa berdiam di dalam yang tidak kekal unrtuk selama-lamanya. Di sinilah dijaminnya hidup kekal sebagai suatu pemberian melalui keselamatan. Kalimat-kalimat pendek yang diberikan oleh Kristus di dalam bagian ini juga berdampak terhadap seluruh Perjanjian Lama.
Di dalam Perjanjian Lama, Roh Allah juga turun atas diri seseorang. Di dalam Perjanjian Lama juga terdapat kasus turunnya Roh Kudus untuk orang tertentu, tetapi tidak pernah dijanjikan untuk diam selama-lamanya. Di sinilah terdapat perbedaan pemberian yang begitu jelas antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Di dalam Perjanjian Lama, Roh Kudus diberikan untuk tugas tertentu, atas orang-orang pilihan tertentu, dengan urapan khusus sampai tugas itu selesai atau sampai Roh Kudus kembali ke sorga, maka orang itu tidak lagi memiliki Roh Kudus sebagaimana dulu ia pernah memiliki. Bukan saja demikian, Roh Kudus mungkin bisa ditarik kembali oleh Tuhan Allah pada saat orang yang diberi Roh Kudus itu berbuat dosa, sehingga kedaulatan Allah akan menarik anugerah penyertaan Roh Kudus yang sementara diberikan kepadanya. Maka, orang itu akan menjadi sendiri lagi dan lepas dari penyerrtaan Roh Kudus.
Hal ini dapat jelas kita ketahui dari kisah ketika Musa membangun Bait Allah. Aholiab dan Bezaleel adalah tenaga ahli yang diurapi oleh Roh Tuhan tetapi tidak berarti mereka memilikinya untuk selama-lamanya (Keluaran 35:30-35). Kita bisa juga melihatnya dari Mazmur pasal 51, Daud berkata, “Janganlah mengambil roh-Mu yang kudus daripada-Ku!” Ia telah berbuat dosa maka ia meminta kepada Tuhan agar jangan karena dosa dan kenajisan yang ada padanya menyebabkan Allah menarik kembali Roh yang telah ia berikan kepadanya.
Dari bebarapa hal ini jelas bahwa Perjanjian Lama tidak menjanjikan penyertaan Roh Kudus untuk selama-lamanya. Tetapi kita jangan lupa bahwa Alkitab mengatakan dalam Perjanjian Baru, “diberikannya Roh yang dijanjikan Allah.” Hari Roh Allah itu datang merupakan penggenapan janji yang sudah dikatakan sebelumnya. Roh Kudus turun kepada orang-orang yang terpilih, yang mendapat anugerah keselamatan, yang menyatakan diri sebagai orang yang berespons kepada Tuhan di dalam iman kepercayaan kepada Kristus. Dan mereka memiliki Roh Kudus untuk selama-lamanya.
Kisah Para Rasul 2:38 sebenarnya lebih tepat diterjemahkan sebagai, “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberikan dirimu dibaptis di dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima Roh Kudus yang dijanjikan itu.” Maksud kata “karunia Roh Kudus” sebenarnya adalah “Roh Kudus yang dijanjikan itu.”
Jikalau kita menanyakan berapa banyak orang yang menerima Roh Kudus pada hari Pentakosta, biasanya dijawab dengan 120 orang yang menerima Roh Kudus. Memang setelah mereka berdoa sepuluh hari, maka 120 orang tersebut menerima Roh Kudus. Tetapi sebelum matahari terbenam, mereka yang telah menerima Roh Kudus itu bangkit dan berubah menjadi dinamis.
Jika sebelumnya mereka berada dalam keadaan penuh ketakutan, bersembunyi di dalam ruang dan menutup pintu rapat-rapoat, sekarang mereka bukan saja tidak menutup pintu rapat-rapat, sekarang mereka bukan saja tidak menutup diri, tetapi menampilkan diri dan dengan berani mengabarkan Injil. Perubahan hidup dari lemah menjadi dinamis, dari takut menjadi berani, dari memelihara diri sendiri menjadi berani berkorban dan bersifat ofensif, dari non-aktif menjadi aktif, dari penakut menjadi pemberani, dari orang yang bersembunyi menjadi orang yang giat memberitakan Injil, merupakan suatu perubahan besar.
Di sinilah terletak kunci rahasia kemajuan gereja. Pada waktu gereja tidak berdinamika, gereja itu pasti mundur. Pada waktu orang Kristen mundur, hidup hanya defensif, maka gereja pasti tidak maju. Tetapi ketika dinamika dari Roh Kudus itu turun, maka mereka mulai memperhatikan orang lain dan menantang orang lain agar bertobat. Saat itu Roh Kudus mendorong Petrus untuk mengajak banyak orang juga menerima Roh Kudus dan dibaptiskan. Berarti pada hari itu, bukan hanya 120 orang, tetapi paling sedikit ada 3.120 orang karena setelah Petrus berkhotbah, Alkitab mencatat ada 3.000 orang yang bertobat, masuk ke dalam gereja, dibaptiskan dan menerima Roh Kudus saat itu (ayat 41).
Janji hadirnya Roh Kudus juga pernah diberikan dalam bentuk lambang oleh Kristus dengan kalimat imperatif (perintah) dan memberikan janji dengan kuasa pengutusan setelah Ia bangkit, pada saat Ia meniup murid-murid-Nya dan berkata, “Terimalah Roh Kudus.” (Yohanes 20:22). Tindakan perlambang dengan peniupan angin ini hanya dilakukan satu kali saja. Dan setelah beberapa hari kemudian Tuhan Yesus naik ke sorga, maka janji yang dilambangkan dengan tiupan itu betul-betul turun di hari Pentakosta. Sebelum Roh Kudus turun, Yesus melarang mereka pergi meninggalkan Yerusalem dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa. Mereka diminta berdoa di situ sampai Roh Kudus turun ke atas mereka. Mereka akan menjadi orang-orang yang berdinamika, berkuasa menjadi saksi-saksi Kristus di Yerusalem, Yudea, Samaria, dan sampai ke ujung bumi. Janji Kristus yang dilambangkan dengan tiupan kepada mereka tidak pernah diulangi dan tidak pernah boleh diulangi lagi oleh siapa pun. Karena tindakan ini merupakan lambang janji yang dikonkretkan Pribadi Pertama yang mengutus Pribadi Kedua, lalu Pribadi Pertama bersama Pribadi Kedua mengutus Pribadi Ketiga untuk memastikan berdirinya Gereja.
Selain Yesus Kristus yang meniup untuk penerimaan Roh Kudus, di Perjanjian Lama tidak satu pun nabi yang berhak meniup seseorang untuk menerima Roh Kudus. Demikian juga tidak seorang pun rasul dalam Perjanjian Baru yang berhak meniup seseorang untuk menerima Roh Kudus, karena itu adalah janji Pribadi Kedua yang memberikan Pribadi Ketiga kepada Gereja. Tetapi pendeta-pendeta dari Amerika atau Amerika Latin seperti Benny Hinn, begitu berani meniup-niup. Itu menunjukkan mereka tidak mengerti kebenaran Alkitab. Meskipun tiupan mereka bisa menjatuhkan banyak orang, janganlah kita terkejut karena fenomena tersebut. Kita harus menelusuri kembali dan mengetahui bahwa hal itu tidak ada di dalam Kitab Suci. Petrus belum pernah meniup orang untuk menerima Roh Kudus. Hal itu tidak boleh dilakukan. Itu hanya berhak dilakukan oleh Kristus
BAB 1 : DINAMIKA HIDUP DALAM PIMPINAN ROH KUDUS.
HADIRNYA ROH KUDUS (2)
ROH KUDUS TURUN KE DUNIA
Hari Pentakosta, itulah hari kelahiran gereja. Di Perjanjian Lama, pada saat Taurat diberikan, ada 3.000 orang yang dihukum mati. Di Perjanjian Baru, pada saat Roh Kudus diberikan, ada 3.000 orang yang menerima pembaruan hidup. Tidaklah salah jika Paulus mengatakan bahwa Hukum Taurat adalah pelayanan yang mematikan, sedangkan Injil adalah pelayanan yang menghidupkan (Roma 7:7 – 8:17). Roh Kudus turun dan berdiam di dalam gereja. Gereja berarti orang-orangnya, bukan gedungnya! Jadi Roh Kudus tidak datang ke dalam suatu gedung lalu gedung itu menjadi gedung yang suci. Roh Kudus turun kepada setiap pribadi yang ditebus oleh Kristius dan beriman kepada Kristus. Roh Kudus turun pada hari Pentakosta sebagai penggenapan janji yang telah diberikan kepada manusia. Sebagaimana ketika waktu yang ditetapkan telah genap, Kristus lahir ke dalam dunia (Galatia 3:4), demikian pula ketika saatnya genap, Roh Kudus turun ke dalam dunia. Ini merupakan suatu peristiwa di dalam sejarah yang tidak terulang lagi. “Tidak terulang” berarti Yesus hanya satu kali berinkarnasi ke dalam dunia. Ia tidak akan berinkarnasi demi menebus dosa manusia sekali lagi. Demikian pula Roh Kudus yang dijanjikan turun ke dalam dunia satu kali untuk selama-lamanya, maka Ia tidak turun berulang kali.
Tetapi jika kita membaca di dalam Kisah Para Rasul, kita akan menemukan turunnya Roh Kudus dicatat di pasal 2, 8, 10, lalu 19. Jadi, di dalam kitab ini, turunnya Roh Kudus dicatat empat kali, bukan hanya satu kali. Jadi bagaimana kita menyelaraskan dengan perkataan “Dia turun satu kali untuk selama-lamanya.”? Pertama kali Roh Kudus turun, yaitu pada hari Pentakosta, di catat di dalam Kisah Para Rasul 2. Hal ini terjadi kepada 120 orang. Kedua kali Roh Kudus turun di Samaria, setelah Petrus dan Yohanes diutus untuk mengorfirmasikan hasil penginjilan diaken Filipus (Kisah Para Rasul 8:4-25, bdk.6:5). Di dalam pasal 10, Roh Kudus pertama kali turun ke atas orang kafir, yaitu atas rumah tangga Kornelius pada saat Petrus berkhotbah dan berdoa bagi mereka. Roh Kudus turun ke atas mereka sama seperti pada hari Pentakosta. Yang keempat kalinya terjadi di kota Efesus (pasal 19). Ketika itu, rasul yang berada di situ adalah rasul Paulus. Orang-orang yang menerima Roh Kudus saat itu adalah orang-orang yang sudah menerima Firman yang telah diuraikan oleh Apolos dan rekan-rekan lain. Mereka juga sudah pernah dibaptis dengan baptisan Yohanes Pembaptis. Pembahasan ini tidak diuraikan lebih mendetail, karena di sini belum dibahas tentang kepenuhan Roh Kudus, serta baptisan dan karunia Roh Kudus. Pada saat ini, pembahasan dibatasi pada pimpinan Roh Kudus atas dinamika hidup seseorang.
Mengapa dicatat empat kali Roh Kudus diturunkan? Roh Kudus yang turun di Yerusalem, tanah Yudea, sama dengan Roh yang turun di Samaria, maupun di Efesus (yang mewakili ujung bumi). Maka hadirnya Roh Kudus di empat tempat ini mewakili kehadiran Roh Kudus di empat wilayah yang merupakan langkah misiologis ke seluruh dunia. Langkah ini dimulai dari Yerusalem, Samaria, lalu Yudea, dan ke ujung bumi yang dilambangkan oleh Efesus. Tetapi penurunan yang kedua dan ketiga terbalik. Di dalam Kisah Para Rasul 1:8, dicatat dari Yudea ke Samaria, tetapi mengapa di sini Samaria terlebih dahulu baru ke Yudea?
Kehadiran Roh Kudus yang pertama dan kedua adalah bagi orang Yahudi. Peristiwa kedua, sekalipun di Samaria, tetap terjadi atas orang Yahudi. Jadi disini turunnya Roh Kudus mengikuti suatu rencana yang ditetapkan oleh Allah di dalam kerajaan-Nya, yaitu Injil tiba terlebih dahulu kepada orang Yahudi, baru orang kafir atau non-Yahudi. Urutan ini tidak boleh dibalik. Itulah sebabnya mengapa ketika di Yerusalem orang-orang menerima Roh Kudus, lalu mereka keluar karena penganiayaan, pergi ke Samaria dan menerima Injil dan Roh Kudus di sana. Saat itu yang menerima adalah orantg-orang Yahudi juga. Orang Yunani menerima Rih Kudus dicatat di dalam pasal 10 dan orang kafir menerima Roh Kudus dicatat di pasal 19. Mereka merupakan golongan yang kedua.
ROH KUDUS DAN KONFIRMASI RASUL
Kini perlu dipikirkan hal yang penting sekali. Mengapa tidak cukup pemberitaan Injil oleh Filipus sehingga perlu diutus Petrus dan Yohanes ke Samaria untuk mengonfirmasikannya? Apakah karena Injil yang diberitakan Filipus itu tidak tepat, kurang akurat dan perlu dikoreksi lagi? Tidak! Filipus disebut sebagai Filipus si Pemberita Injil. Ia memberitakan Injil yang sungguh-sungguh dan Roh Kudus telah memakai dia. Bahkan Roh Kudus begitu peka memimpin dia. Filipus memberitakan Injil dengan baik dan orang-orang Samaria dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. Tetapi sekalipun telah dibaptis dalam nama Tuhan Yesus, mereka tetap belum menerima Roh Kudus. Bukan berarti karena Filipus bisa memberitakan Injil tetapi kurang mengajarkan tentang Roh Kudus sehingga Petrus dan Yohanes harus menyusul; untuk mengajarkan doktrin Roh Kudus supaya mereka menjadi jelas dan menerima Roh Kudus. Tidak demikian! Petrus dan Yohanes diutus ke Samaria sebagai rasul. Filipus bukan rasul. Di antara rasul memang ada juga yang bernama Filipus, tetapi Filipus ini bukanlah rasul Tuhan Yesus. Maka, gereja di Samaria sudah menerima Injil dan dibaptis di dalam nama Yesus tetapi tidak didirikan di atas fondasi rasul. Perlu rasul untuk mengonmfirmasikannya. Berdasarkan hal itu, maka Petrus dan Yohanes diutus.
Di dalam pasal 19, dikatakan bahwa Akwila dan Priskila dan orang-orang lain pernah memberitakan Injil di situ. Lalu Apolos mengajar mereka. Tetapi mereka menerima baptisan Yohanes Pembaptis. Oleh karena itu, Paulus merasa baptisan itu belum benar dan membaptis kembali dalam nama Tuhan Yesus, sekalipun mereka menerima Roh Kudus. Jadi kasus pasal 8 berbeda dari kasus di pasal 10. Berdasarkan kedua kasus ini, tidak ada alasan bagi kita untuk menerima baptisan ulang. Di dalam pasal 8 mereka telah dibaptis di dalam nama Yesus sehingga Petrus tidak meminta mereka untuk dibaptis ulang, sedangkan dalam kasus pasal 19, mereka harus dibaptis kembali karena sebelumnya mereka belum pernah dibaptis di dalam nama Yesus, mereka hanya mendapatkan baptisan Yohanes.
Petrus tidak meminta mereka yang sudah dibaptis di dalam nama Tuhan Yesus dibaptiskan kembali seperti kasus Paulus di Efesus di mana mereka yang hanya mendapatkan baptisan Yohanes harus dibaptiskan kembali. Tetapi, mengapa mereka yang mendapatkan baptisan dalam nama Yesus harus dikonfirmasikan lagi untuk menerima Roh Kudus? Hal ini sepertinya bertentangan dengan Kisah Para Rasul 2:38-39 yang menegaskan bahwa mereka yang sadar dosanya segera bertobat, dibaptis, dan menerima Roh Kudus. Seolah-olah janji Petrus di Kisah Para Rasul 2 ini belum terlaksana di dalam pasal 8. Mengapa demikian? Sebenarnya bukan bertentangan, tetapi perlu dikonfirmasikan oleh rasul.
Lalu bagaimana dengan gereja-gereja saat ini yang tidak dikonfirmasikan oleh rasul? Karena hal-hal seperti ini, ada beberapa orang yang terlalu berani mengaku diri sebagai rasul. Memang secara fungsi kita diutus oleh Tuhan, tetapi secara jabatan kita bukanlah rasul karena rasul ditetapkan oleh Tuhan sendiri.
Gereja didirikan di atas landasan nabi dan rasul, dan batu penjurunya adalah Kristus sendiri. Maka yang di bawah sendiri adalah Kristus sebagai fondasi. Apa artinya? Nabi dan rasul mewakili ajaran Perjanjian Lama dan Perjanjian baru. Pengertian Perjanjian Lama dan perjanjian Baru harus dikaitkan dengan berita utama yaitu menyaksikan tentang Kristus dan keselamatan-Nya. Maka, jika di dalam mempelajari Perjanjian Lama Saudara mau bersaksi sungguh-sungguh bagi Tuhan, Saudara akan mengerti Perjanjian Lama dengan benar; demikian juga jika Saudara mempelajari Perjanjian baru dengan sikap sungguh-sungguh mau bersaksi bagi Tuhan, Saudara akan mengerti Perjanjian Baru. Jika tidak, Saudara hanya mempelajari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru tanpa dikaitkan dengan Kristus sebagai pusat, maka Saudara akan menjadi liberal dan tidak akan mengerti makna Kitab Suci yang ditujukan kepada Anak Allah yang Tunggal, yaitu Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat manusia.
ROH KUDUS DAN GEREJA DI MASA KINI
Jika demikian, bagaimana nasib gereja pada masa kini yang tidak dikonfirmasikan oleh rasul? Gereja pada zaman sekarang ini yang tidak pernah dikonfirmasikan oleh rasul tidak perlu kuatir. Asal gereja Saudara betul-betul mengajar berdasarkan Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, maka gereja itu sudah dikonfirmasikan di dalam kuasa nabi dan rasul. Lalu bagaimana dengan Filipus? Ketika Filipus mengabarkan Injil di Samaria, bukankah ia juga mengajarkan Perjanjian Lama? Benar. Tetapi pada saat itu, Perjanjian Baru belum ditulis sehingga gereja-gereja belum memiliki patokan atau standar ajaran yang digariskan untuk menjadi standar iman. Maka pada saat itu gereja-gereja tidak bisa mendapatkan konfirmasi kebenaran, kecuali rasul-rasul itu sendiri yang datang. Tetapi setelah rasul-rasul selesai menulis Perjanjian Baru, dan rasul-rasul sudah meninggal, maka gereja-gereja dapat berjalan terus dari zaman ke zaman, asalkan tetap bersandar di atas tulisan rasul-rasul itu sendiri, yaitu Perjanjian Baru. Itulah sebabnya, sama seperti Petrus dan Yohanes perlu mengonfirmasikan pelayanan Filipus, demikian pula Paulus perlu mengonfirmasikan pelayanan Apolos, karena Apolos bukan rasul. Dan jika sekarang sudah tidak ada rasul lagi, hal itu tidak menjadi hambatan bagi gereja masa kini asalkan gereja-gereja berdasarkan kepada Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru pada hakekatnya berintikan pemberitaan tentang Kristus, dan jika inti itu sudah dibuang, gereja itu bukanlah gereja yang sah. Meskipun memiliki papan nama yang bagus sekali, sudah lama terdaftar di Departemen Agama, tetapi jika hakekat pengajaran Alkitab dibuang dan Roh Kudus tidak menyertainya, maka gereja itu hanya merupakan papan nama dan gedung saja. Di mana Liberalisme menggerogoti iman Kristen, di situ gereja hanya tersisa papan nama dan gedungnya saja karena manusia yang didiami Roh Kudus sudah tidak ada lagi di dalamnya. Hal ini sungguh mengerikan. Tetapi di mana berkumpul orang-orang yang sungguh-sungguh menerima percaya kepada Yesus Kristus, dan Roh Kudus ada di dalam hatinya, maka di situ ada gereja. Gereja bukanlah gedungnya, tetapi orangnya.
Bait Allah Yerusalem merupakan ironi yang besar. Ketika Tuhan Yesus melayani, Bait Allah ini sudah dibangun selama 46 tahun dan masih belum selesai. Dan setelah selesai, belum dipakai selama 46 tahun sudah dihancurkan kembali. (Bait Allah dihancurkan oleh tentara Roma pada tahun 70, sekitar 40 tahun setelah Tuhan Yesus disalibkan). Mengapa demikian? Tuhan tidak mau kita hanya memiliki gedung yang megah tetapi Roh Kudus tidak bekerja di dalamnya. Tuhan mau kita mementingkan pekerjaan Roh Kudus, lebih dari sekadar gedung yang hanya bisa di foto saja. Itulah sebabnya ketika Yerusalem memiliki Bait Allah yang begitu besar, begitu mewah, dan begitu anggun yang didirikan oleh Herodes Agung, di mana terdapat orang-orang yang membaca firman di dalamnya dengan suara-suara yang otoritatif dari tradisi-tradisi hierarkis yang kelihatan hebat, dengan toganya (jubah agama) tetapi tanpa Roh Kudus di dalamnya, semua itu sia-sia. Roh Kudus ada di mana? Roh Kudus ada di tepi Sungai Yordan. Di dalam seseorang yang bernama Yohanes Pembaptis yang tidak memiliki gedung, tidak memiliki organisasi, tidak memiliki alat musik, tanpa jubah, dan yang ada hanyalah bulu onta, tetapi Roh Kudus justru diam di situ.
Banyak gereja yang sudah menjadi institusi yang kuat, organisasinya kuat, keuangan kuat, tetapi dinamikanya hilang. Di sungai Yordan hal-hal tersebut tidak ada, tetapi justru berdinamika, karena Yohanes Pembaptis mengetahui bagaimana Roh Kudus memimpin dia.
BAB 2 : DINAMIKA HIDUP DALAM PIMPINAN ROH KUDUS.
SIAPAKAH YANG MENERIMA DAN DIPIMPIN ROH KUDUS
Roh Kudus tidak mungkin memimpin orang-orang yang tidak mengenal Kristus atau sengaja melawan Kristus. Roh Kudus diberikan untuk memeteraikan orang-orang yang sudah menerima Kristus dan menjadi milik Kristus. Roh Kudus menjadi Tuhan di dalam hidup orang itu dan memimpin orang tersebut untuk mencapai suatu kemuliaan yang ditetapkan oleh Tuhan bagi orang tersebut dan untuk mencapai suatu poenggenapan yang direncanakan Tuhan bagi orang itu. Dengan demikian orang tersebut dapat hidup secara dinamis.
Hidup yang dinamis, energik, penuh semangat adalah hidup yang penuh kekuatan dan memiliki kuasa yang besar untuk mendorong orang lain lebih dekat dan lebih beriman kepada Tuhan, serta memiliki hidup yang berkelimpahan. Ini bukan hal yang mustahil. Namun ini hanya bagi orang-orang yang mau dipimpin oleh Roh Kudus. Dengan sungguh-sungguh saya meminta agar generasi ini kembali menaati pimpinan Roh Kudus.
Jikalau Saudara tidak mau menaati pimpinan Roh Kudus, Saudara tidak berhak menjadi pemimpin gereja karena gereja sebenarnya hanya mempunyai satu Pemimpin, yaitu Tuhan sendiri. Begitu banyak orang berambisi menjadi pemimpin tetapi dirinya sendiri tidak mau takluk di bawah pimpinan Roh Kudus. Orang-orang demikian bukannya menjadi pemimpin-pemimpin gereja, tetapi justru akan menjadi pengacau-pengacau gereja dengan kedudukannya yang tinggi. Seseorang berkata kepada saya bahwa banyak pengurus gereja yang perlu diurus. Banyak pemimpin yang tidak mempunyai kuasa kepemimpinan karena mereka sendiri tidak mau dipimpin oleh Roh Kudus. Dengan amat berat hati dan dari hati yang sedalam-dalamnya saya meminta agar dalam generasi ini ada orang-orang yang mau dipimpin oleh Roh Kudus, yang jujur, yang rendah hati, dan terus-menerus mau taat kepada pimpinan-Nya supaya kita bisa menjadi saksi dan pemimpin bagi orang lain.
Para pemimpin gereja harus berhenti berambisi mau memimpin orang lain. Jikalau pemimpin-pemimpin gereja tidak mengenal rahasia ini, tidak mengalami kerendahan hati dan pengabdian yang sesungguhnya, serta semangat yang tulus ikhlas di hadapan Tuhan, maka gereja tidak memiliki pengharapan untuk hari depan. Sebaliknya, jika seseorang dipimpin oleh Roh Kudus, ia akan menjadi dinamis, energik, positif, dan penuh semangat untuk mengabdi kepada masyarakat dan menjadi berkat bagi sesama manusia, dan terus mengalirkan kepenuhan kuasa Tuhan kepada orang lain. Inilah yang kita harapkan dan doakan di hadapan Tuhan.
Roh Kudus tidak mungkin memimpon orang yang menolak Kristus dan Roh Kudus hanya memimpin orang-orang yang sudah menjadikan Kristus sebagai Tuhan mereka. Alkitab hanya memakai satu kalimat untuk menyatakan prinsip ini. “Semua orang yang dipimpin oleh Roh Allah, adalah anak Allah.” (Roma 8:14). Maka kalau bukan anak Allah, pasti tidak akan dipimpin oleh Roh Allah. Sementara orang yang akan menjadi anak Allah akan mendapat pimpinan Roh Kudus secara bawah sadar sampai tiba saat baginya untuk bertobat dan menjadi anak-anak Allah. Setelah ia menjadi anak Allah, barulah ia bisa menikmati pimpinan Roh Kudus secara sadar.
Sebelum seseorang mengenal Allah dan menjadi anak Allah, apakah yang terjadi pada dirinya? Dan bagaimana prosesnya sehingga ia bisa menjadi anak Allah? Siapakah yang menyebabkan dia bisa menjadi anak Allah?
Sebelum seseorang menjadi anak Allah, ia adalah anak setan, anak durhaka, anak binasa atau anak yang hidup di dalam nafsu yang melawan Allah, yang dikuasai oleh penguasa-penguasa rohani yang berada di angkasa (bdk. Efesus 2:1-8). Tetapi pada saat kita berada dalam keadaan seperti itu, Tuhan membangkitkan kita dan menjadikan kita anak-anak Allah. Itulah kelahiran baru atau dilahirkan kembali oleh Roh Kudus. Kita dilahirkan dari atas (Allah). Peristiwa ini merupakan pekerjaan Roh Kudus.
Bagaimana Roh Kudus bekerja untuk mengubah orang berdosa menjadi orang kudus? Jawaban singkat untuk hal ini adalah Roh Kudus dengan kuasa Allah melalui jasa Kristus yang menyelamatkan,mengubah orang berdosa menjadi orang suci. Kristus yang mati dan bangkit bagi kita menjadi Sumber anugerah di mana Roh Kudus dengan kuasa keselamatan yang dijadikan oleh Kristus ini mengubah kita dari status orang berdosa menjadi orang kudus. Di saat seperti itu, kita melihat pekerjaan Roh Kudus yang sedemikian dinamis sehingga orang-orang berdosa yang selama ini terus-menerus melawan, akhirnya tidak sanggup lagi melawan. Inilah yang disebut sebagai irresistible grace of the Holy Spirit (anugerah Roh Kudus yang tidak dapat ditolak oleh manusia). Kita menjadi lunak total, tunduk total kepada Roh Tuhan, digerakkan sedemikian rupa sehingga bisa mengaku: ”Yesus adalah Tuhan.” Proses ini secara keseluruhan disebut sebagai kelahiran baru dari Roh Kudus. Jadi setelah seluruh proses ini selesai, kita baru bisa menyebut Yesus sebagai Tuhan kita. Alkitab dengan tegas telah menyatakan hal ini, yaitu “Jika tidak digerakkan oleh Roh Kudus, tidak ada seorang pun yang dapat menyebut Yesus sebagai Tuhan” (bdk. 1 Korintus 12:3).
Kalau begitu manakah yang lebih dahulu terjadi: kesadaran akan dosa dahulu baru menerima Kristus, atau mendapat keselamatan dulu baru menyadari dosa, mendapat hidup baru dulu baru mengenal dosa, atau menyesali dosa dulu baru dilahirkan kembali? Theologi Injili mengatakan: bertobatlah, nanti engkau ekan mendapatkan hidup yang kekal. Hal ini ada benarnya, tetapi bagaimana engkau bisa bertobat? Bukankah untuk bertobat seseorang harus melihat suatu standar baru, yaitu standar kesucian Tuhan, baru ia sadar dirinya sedemikian berdosa, lalu bertobat. Namun dari manakah kita bisa mendapatkan standar baru untuk menangisi dosa? Jawabannya adalah Roh Kudus yang mengerjakan hal itu. Jika Roh Kudus tidak menggerakkan, mustahil manusia bisa menyadari dosanya, dan menangisi dosanya; jika bukan karena kelahiran kembali, mustahil manusia mau bertobat. Maka kita kembali kepada prinsip Alkitab yang paling dasar, yaitu anugerah Allah mendahului respons manusia (the grace of God is prior to human response).
Anugerah Tuhan selalu mendahului apa yang bisa menjadi respons manusia. Ketika Saudara bisa berseru, “Tuhan, ampunilah dosaku,” janganlah Saudara kira itu merupakan syarat keselamatan yang telah Saudara penuhi. Itu justru akibat dari Tuhan yang menyelamatkan Saudara, baru kemudian Saudara bisa berseru kepada-Nya. Inilah pengajaran theologi Reformed yang penting untuk kita mengerti. Jika di tengah zaman ini theologi Reformed tidak ditegakkan, maka Kekristenan hanya akan berada di dalam pengalaman yang dangkal dan kurang tuntas. Banyaknya orang Injili memang hal yang baik, tetapi ini saja tidak tuntas. Injili dapat menjadi apa saja. Kita perlu lebih mendalami lagi agar kebenaran Alkitab yang dalam bisa kita pegang erat.
Roh Kudus bekerja keras terus-menerus di dalam diri kita sampai akhirnya kita sadar akan standar Tuhan dan menangisi dosa-dosa kita. Itulah akibat dari hidup baru yang dikerjakan oleh Roh Kudus dalam diri kita. Kalau Roh Kudus tidak menggerakkan kita, tidak mungkin kita bertobat. Kalau Roh Kudus tidak mencerahkan kita, tidak mungkin kita mengenal diri kita, dan kalau Roh Kudus tidak menggerakkan hati kita, tidak mungkin kita bisa mengakui Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita. Jikalau Roh Kudus tidak bekerja dalam diri kita, tidak mungkin kita dilahirkan kembali.
Kelahiran kembali bukanlah suatu titik atau satu momen. Seorang bayi memang kelihatannya lahir pada satu momen, tetapi sebelum itu ia telah sembilan bulan lebih dikandung oleh ibunya. Demikian juga, kelahiran kembali kita merupakan wujud konkret di mana sebelumnya Roh Kudus telah bekerja sekian lama di dalam hati kita. Ada orang yang mendengar khotbah sampai sepuluh tahun baru bertobat. Itu disebut “panjang gengsi” bukan karena dia hebat. Dia merasa lebih hebat daripada orang Kristen dan berusaha terus bertahan sampai setelah sepuluh tahun, ia tidak bisa bertahan lagi, lalu lepas semuanya dan bertobat.
Ada orang yang sampai lima belas tahun baru bertobat, bahkan ada orang-orang yang sampai hampir mati baru menerima Tuhan Yesus. Pada saat terakhir Saudara berkata, "Tuhan, aku mohon ampun dan kembali kepada-Mu,” itu adalah karena Roh Kudus yang bekerja terus-menerus di dalam hatimu dengan panjang sabar untuk menanti Saudara yang panjang gengsi. Akhirnya, Ia menggerakkan sampai Saudara mau menerima Kristus. Pada saat Saudara mau menerima Kristus, itu adalah akibat pekerjaan Roh Kudus, bukan karena kehebatan Saudara mau menerima Tuhan.
Saya pernah bertemu dengan seseorang yang menceritakan pertobatannya kepada saya. Ketika isteri dan anaknya berusaha berulang kali membawa dia ke gereja, mereka selalu gagal. Berbagai alasan ia utarakan sehingga ia tidak pergi ke gereja. Tuhan memanggil dia dengan cara lain. Suatu hari, anaknya yang sangat ia cintai sakit dan kemudian meninggal. Ketika ia melihat-lihat barang-barang anaknya, ia menemukan Alkitab milik anaknya itu. Di dalam Alkitab itu terdapat banyak catatan karena anaknya itu rajin sekali belajar firman Tuhan dan banyak membuat catatan. Di salah satu halaman, ada catatan yang tertulis: “Saya kecewa pada Ayah yang belum mau mengenal Tuhan sampai sekarang ini. Seandainya saya tidak bisa lagi bersaksi dan membawa Ayah kepada Tuhan, biarlah Ayah tahu bahwa ada anaknya yang sangat mencintai dan mendoakan Ayah agar bisa mendapatkan hidup yang kekal. Kiranya kalau Ayah tahu, Ayah bisa berkesempatan untuk bertobat dan kembali kepada Allah sebelum meninggal.” Ketika ayahnya membaca catatan seperti itu, ia menangis dengan keras dan minta ampun kepada Tuhan. Ia bertobat saat itu juga.
Kelahiran baru adalah proses yang panjang, Roh Kudus bekerja di dalam proses itu untuk membawa Saudara mengenal Tuhan. Apakah syarat seseorang bisa menerima Roh Kudus di dalam hidupnya?
BAB 2 :DINAMIKA HIDUP DALAM PIMPINAN ROH KUDUS.
SIAPAKAH YANG MENERIMA DAN DIPIMPIN ROH KUDUS (2)
MENERIMA KESAKSIAN INJIL
“Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri dengan tangan kanan-Nya menjadi Pemimpin dan Juruselamat, supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa. Dan kami adalah saksi dari segala sesuatu itu, kami dan Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang mentaati Dia." (Kisah Para Rasul 5:31-32)
Ayat di atas dengan tegas menyatakan bahwa Roh Kudus diberikan kepada mereka yang taat pada kesaksian Injil tentang karya penyelamatan Yesus Kristus yang telah Ia kerjakan dalam sejarah dan karena Roh Kudus telah bekerja di dalam hatinya. Pada saat seseorang bersaksi bagi Injil Kristus, baik oleh seorang hamba Tuhan atau oleh orang Kristen awam, Roh Kudus akan bersaksi bersama-sama dengan dia; tetapi mungkin juga Roh Kudus tidak mau turut bersaksi bersama dengan dia. Mengapa ada perbedaan seperti itu? Kuncinya adalah ketaatan. Roh Kudus diberikan kepada seorang yang taat. Karena itu, jika seseorang yang mengabarkan Injil mempunyai jiwa yang betul-betul taat kepada Tuhan Allah, tidak mungkin Roh Kudus tidak bersaksi bersamnanya. Ini karena Roh itu diberikan kepada orang yang taat. Hal ini merupakan jaminan atas pekerjaan yanga kan diberikan oleh Tuhan.
Kita yang melayani Tuhan, akan celaka sekali jika kita hanya bekerja keras, membanting tulang, tetapi Tuhan tidak menyertai. Kalau Tuhan tidak menyertai, pendeta yang paling besar pun akan menjadi kosong. Kalau Tuhan menyertai, anak kecil bisa memiliki kuasa yang besar. Jangan Saudara bangga karena berbagai gelar yang Saudara miliki, atau banyaknya pengalaman yang ada pada Saudara, atau mempunyai banyak karunia yang besar. Kita harus senantiasa mengoreksi diri di hadapan Tuhan, apakah kita jujur dan taat kepada Tuhan. Pada saat saya bersaksi bagi Tuhan, apakah saya bersaksi derngan sungguh-sungguh taat kepada pimpinan Tuhan atau tidak. Jika saya sungguh-sungguh taat kepada pimpinan Roh Kudus, tidak mungkin Roh Kudus membiarkan saya bersaksi sendiri karena tugas bersaksi juga adalah tugas Roh Kudus. (Hal ini akan dibahas lebih lanjut di bab berikut).
Tetapi ayat ini juga mengandung aspek yang lain. Petrus berkata, bahwa ia bersaksi untuk hal-hal tersebut. Apakah itu? Hal ini diutarakan di ayat-ayat sebelumnya, yaitu Kristus mati di kayu salib, mencurahkan darah untuk menebus orang berdosa, dan akhirnya bangkit dari kematian. Itulah yang Petrus dan para rasul saksikan. Pada saat mereka bersaksi tentang Kristus yang mati dam bangkit, ketaatan mereka mengakibatkan Roh Kudus bekerja bersama kesaksian itru, sehingga orang-orang yang mendengar kesaksian itu tidak sekadar melihat hamba Tuhan yang berdiri di situ, tetapi melihat hamba Tuhan itu diberkati, diurapi, disertai oleh Roh Kudus; dan Roh Kudus bersaksi bersama-sama dengan mereka yang merupakan saksi ganda.
Saksi ganda memiliki kekuatan yang besar, karena Allah terlibat di dalamnya. Kita adalah manusia yang lemah, tetapi jika kita yang lemah didampingi oleh kuasa Allah yang kuat, maka tidak ada orang yang bisa melawan. Mereka bisa membenci, iri hati atau menggeser kita, tetapi mereka tidak bisa melawan karena kesaksian itu disertai Roh Kudus. Setelah mendengar, mereka harus berespons kepada Tuhan. Pada waktu anugerah dan firman diberikan kepada seseorang, Tuhan menuntut orang yang menerima anugerah dan Firman itu harus berespons dua hal itu, sehingga bisa memberikan respons yang tepat.
Jika Saudara yang mendengar Firman lalu menganggap sepi, setelah berulang kali, Roh Kudus akan membiarkan Saudara menganggap diri benar, sehingga dengan cara Saudara menghina kebaktian dan Firman, Saudara mengonfirmasikan untuk tersisih dari kemungkinan mendengarkan Firman Tuhan. Harap Saudara tidak main-main dengan hal ini. Jika Saudara mendapat kesempatan mendengarkan firman, apalagi pemberitaan Firman yang disampaikan dengan tulus, jujur, setia, dan betul-betul taat kepada Tuhan, tetapi Saudara meremehkannya, maka bukannya Saudara yang menang, tetapi Tuhan justru membiarkan dan memperbolehkan Saudara meremehkan Dia beberapa kali untuk kemudian mengucilkan Saudara keluar dari anugerah-Nya.
Ini merupakan kecelakaan yang besar. Jika Tuhan ingin melepaskan Saudara dari anugerah-Nya, caranya sangat mudah, cukup dengan membiarkan Saudara menghina Dia. Ini suatu paradoks yang sangat besar dan begitu menakutkan, tetapi banyak orang yang tidak mengerti akan hal ini. Ketika seseorang berkata, “Saya tidak memerlukan Injil, saya tidak senang ke gereja,” ia sedang membuang dirinya. Tuhan tidak pernah memerlukan manusia, manusia yang memerlukan Tuhan. Tuhan memperbolehkan orang-orang congkak menghina Dia, sehingga mereka tidak mempunyai kesempatan mendengar lagi, karena mereka terus-menerus menghina anugerah Tuhan. Oleh karena itu, ketika Saudara menerima anugerah, hendaklah Saudara berhati-hati di dalam memberikan respons di hadapan Allah, Raja di atas segala raja.
Saya sangat gentar dalam hal ini. Ketika saya melihat ada sesuatu yang mungkin Tuhan pakai untuk menyatakan sesuatu kepada saya, saya selalu berhati-hati di dalam memberikan respons. Saya gentar jika pada saatnya nanti Tuhan akan mempertanyakan respons saya itu di hadapan-Nya. Begitu banyak kasus di dalam Alkitab tentang orang-orang yang diberi kesempatan oleh Tuhan untuk menerima Firman tetapi mereka menyepelekan hal itu, dan sampai pada waktu tertentu, Tuhan tidak lagi memberikan kesempatan kepada mereka.
Jika Saudara kembali menelusuri hidup Saudara, Saudara akan segera sadar bahwa ketika Saudarta memberikan respons kepada Tuhan, itulah saat-saat yang menentukan bagi kehidupan Saudara. Cara dan waktu Saudara memberikan respons yang tepat kepada Tuhan, itulah saat yang membentuk kehidupan rohani Saudara. Di dalam hidup Saudara, jika saat-saat penentu sedemikian Saudara lalaikan, Saudara akan menjadi tersesat. Orang yang tidak dibentuk oleh Tuhan akan menjadi sedemikian rusak, tetapi ia merasa seolah-olah ia begitu bebas; ia hidup begitu menakutkan tetapi ia merasa seolah-olah begitu nikmat. Seperti para perampok, pencuri, pezinah yang pada saat tidak berada di bawah pimpinan Tuhan merasa lebih enak daripada orang Kristen, lebih bebas dan nikmat. Tetapi kita mengetahui, bahwa orang yang hidupnya tidak dicampuri oleh Tuhan sedang berada di dalam keadaan yang sangat berbahaya. Kebebasan yang tidak dikontrol oleh kesucian dan kebenaran; kebebasan yang tidak didorong oleh cinta kasih dan keadilan Tuhan bukanlah kebebasan, melainkan hanya merupakan pelampiasan nafsu yang liar dan merupakan kebebasan yang berdosa.
Kita tidak demikian. Pada saat kita mendengarkan firman Tuhan, menerima anugerah Tuhan, kita berkata, “Ya Tuhan, aku mau taat kepada-Mu.” Pada waktu itu, kita taat pada kesaksian Roh Kudus tentang Injil yang dibawakan oleh hamba-Nya. Ketika hamba Tuhan bersaksi, dan Roh Kudus bersaksi, ada dua macam respons, yaitu: (1) Saudara taat pada kesaksian itu, atau (2) Saudara menolak kesaksian itu.
Pada saat Kristus berada di atas kayu salib, kedua perampok di kanan dan kiri Yesus melambangkan kedua macam manusia itu. Yang pertama, di dalam kesulitannya sendiri, sebelum kesulitannya dibebaskan oleh Tuhan, mau taat kepada Tuhan, sedangkan yang satunya, di dalam kesulitannya, tidak mau taat kepada Tuhan. Ia menuntut Tuhan menolong dia dulu baru ia mau percaya, dan menuntut Tuhan turun dari salib dulu baru ia mau beriman. Tuhan tidak pernah berhutang kepada manusia. Di dalam kesulitannya, orang pertama ini sadar bahwa ia memang sepatutnya dipaku di atas kayu salib, sehingga ia langsung berubah sikap dan merespons kepada Tuhan. Roh Kudus diberikan kepada orang yang taat (Kisah Para Rasul 5:32). Setiap kali kita mendengarkan firman Tuhan dan kita taat, menundukkan diri kepada Tuhan, di situ Roh Kudus bekerja dan masuk ke dalam hati Saudara.
MENERIMA YESUS KRISTUS SEBAGAI TUHAN DAN JURU-SELAMAT
“Dan bahwa tidak ada orang yang dibenarkan di hadapan Allah karena melakukan hukum Taurat adalah jelas, karena: "Orang yang benar akan hidup oleh iman. Tetapi dasar hukum Taurat bukanlah iman, melainkan siapa yang melakukannya, akan hidup karenanya. Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!" Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu.” (Galatia 3:11-14)
Mereka yang menerima Roh Kudus adalah orang-orang yang beriman di dalam Yesus Kristus. Ketaatan sebagai langkah pertama harus menuju kepada langkah kedua, yaitu: iman. Iman itu harus diarahkan kepada Kristus yang diberitakan kepadanya. Peristiwa ini akan dimeteraikan oleh Roh Kudus (Efesus 1:13-14). Roh Kudus adalah jaminan, sampai seluruhnya kita peroleh, yaitu pada saat Kristus datang kembali. Sebelum Kristus datang kembali, Roh Kudus diberikan sebagai meterai, tanda kepastian sudah dimiliki oleh Kristus. Dengan demikian orang menjadi beriman dan percaya kepada Yesus Kristus ketika mereka mendengar Injil yang menyelamatkan, yaitu Firman tentang keselamatan. Inilah rencana Tuhan yang demikian terkait. Pada saat Firman diberitakan, Tuhan menuntut orang merespons. Jika orang itu takluk dan taat kepada Kristus, dan menerima Kristus, berarti ia beriman kepada Kristus, maka pada saat itu juga ia menerima meterai Roh Kudus. Roh Kudus diberikan kepada orang beriman, tetapi orang bisa beriman sebenarnya adalah karena karya Roh Kudus juga.
Istilah “jaminan” di dalam ayat dia tas sebenarnya sama dengan istilah dawn payment atau uang muka. Jika uang muka itu sudah diberikan, berarti sudah menjadi tanda jadi, maka hak kepemilikan sudah pindah. Artinya, ketika orang berdosa mendengar Injil dan taat, menerima Yesus Kristus dan beriman kepada-Nya, maka pada saat itu juga Roh Kudus diberikan kepadanya menjadi uang muka atau tanda jadi atau jaminan untuk selama-lamanya. Hal ini berbeda dengan sistem kredit yang berlaku disekitar kita, yaitu mendapat semua barangnya dulu baru bayar sedikit demi sedikit. Tetapi kita telah dijamin dan memperoleh pengharapan untuk menerima semuanya, tetapi kita belum menerima semuanya. Artinya, kini kita menerima keselamatan dari Allah, dalam tiga tahap: (1) jiwa kita sudah diselamatkan; (2) hidup sementara masih di dalam pergumulan untuk kemenangan; dan (3) tubuh ini pasti mendapatkan penggantian tubuh yang tidak dapat rusak kelak. Ketiga hal ini menyangkut hal yang lewat, sekarang, dan yang akan datang.
MENERIMA PEMBARUAN DAN JANJI ALLAH
“Jawab Petrus kepada mereka: "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus. Sebab bagi kamulah janji itu dan bagi anak-anakmu dan bagi orang yang masih jauh, yaitu sebanyak yang akan dipanggil oleh Tuhan Allah kita." (Kisah Para Rasul 2:38-39)
Sebenarnya kalimat di dalam ayat 39 di atas lebih tepat diterjemahkan sebagai “menerima Roh yang dikaruniakan menurut janji itu.” Apa yang terjadi di dalam seluruh Perjanjian Lama merupakan bayang-bayang dari apa yang akan terjadi di dalam Perjanjian Baru. Jika bayang-bayang menunjuk kepada sesuatu, maka kita segera sadar yang utama bukan bayang-bayangnya, tetapi realitasnya. Bayang-bayang hanyalah suatu eksistensi yang menunjukkan bentuk yang mirip dengan realitas aslinya. Tetapi realitas menurut induk dari mana bayang-bayang itu berasal. Perjanjian Lama hanyalah bayang-bayang yang akan datang untuk menunjuk kepada realitas yang akan tiba, yaitu Perjanjian Baru. Di dalam kaitan dengan doiktrin Roh Kudus, kita melihat bahwa Perjanjian Lama merupakan tempat perjanjian di mana Tuhan Allah menjanjikan akan menurunkan Roh yang suci kepada manusia. Dan hari penggenapannya adalah hari Pentakosta.
Jangan Saudara dikejutkan dan dibingungkan oleh gereja atau pemimpin-pemimpin gereja yang mengatakan bahwa jika Saudara tidak bisa berdoa sambil gemetar atau berbahasa yang aneh-aneh, Saudara tidak memiliki Roh Kudus. Atau anggapan bahwa hanya melalui penumpangan tangan orang tertentu baru seseorang bisa menerima Roh Kudus. Saudara tidak perlu dibingungkan dengan pandangan-pandangan sedemikian. Jikalau di dalam Kisah Para Rasul 8 seperti yang di bahas di atas, perlu dikirim Rasul Petrus dan Rasul Yohanes untuk menumpang tangan atas mereka sehingga mereka menerima Roh Kudus, dan di dalam pasal 19 setelah Apolos masih diperlukan Rasul Paulus untuk mengonfirmasi mereka menerima Roh Kudus; maka banyak orang kemudian meniru-niru hal itu dan menganggap diri mereka setara dengan Rasul Petrus, Rasul Yohanes, atau Rasul Paulus, padahal mungkin sekali mereka lebih mirip Yudas.
Orang-orang seringkali tanpa dasar Alkitab berani sembarangan menumpang tangan atas orang lain. Telah di bahas di atas, ada gereja-gereja yang bingung karena tidak dikonfirmasi oleh rasul. Apakah saat ini, orang-orang yang menumpangkan tangan itu adalah rasul? Tidak! Mengapa berani? Karena mereka menganggap bahwa air hidup itu adalah kuasa, sehingga jika tidak ada input tidak ada output. Kalau melepaskannya (kuasa tersebut) maka harus mendapatkan tumpangan seseorang baru kuasa itu masuk dan mereka menjadi air hidup. Dan agar orang itu mendapatkan air hidup, ia harus ditumpangi tangan. Tetapi Alkitab tidak pernah mengajarkan hal seperti itu. Saya harus mengembalikan Kekristenan kepada prinsip-prinsip Alkitab yang begitu dalam dan padat. Saya ingin agar generasi ini mengerti mengapa kita harus berbuat seperti ini, yaitu agar gereja dan orang Kristen kembali kepada Alkitab.
Bolehkah kita mernumpangkan tangan? Boleh. Tetapi penumpangan tangan adalah karena Saudara mengetahui bahwa Saudara memerlukan iman yang besar dan di dalam iman itu kita tahu bahwa kita mau dipakai oleh Tuhan. Tetapi jika Saudara menumpangkan tangan seolah-olah Saudara adalah rasul yang mengesahkan orang lain, sehingga kalau tidak ada Saudara orang tidak bisa menerima Roh Kudus, hal itu tidaklah benar. Roh Kudus bukannya diberikan karena ada orang yang menumpangkan tangan. Roh Kudus diberikan karena orang itu taat, karena menerima Kristus, dan karena orang itu bertobat, meninggalkan dosa dan menerima Kristus sebagai Jususelamat.
Apakah ketiga syarat orang yang menerima Roh Kudus ini menunjuk kepada tiga jenis orang? Tidak! Ketiga hal ini merupakan tiga syarat di dalam diri satu orang. Orang-orang yang sama adalah orang yang bertobat dan berpegang kepada janji Tuhan, yang mau menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya, dan yang taat kepada firman Tuhan.
BAB 3 : DINAMIKA HIDUP DALAM PIMPINAN ROH KUDUS.
PRIBADI DAN PIMPINAN ROH KUDUS
PRIBADI ROH KUDUS
Di dalam Yohanes 14:16 dst., Tuhan Yesus menyatakan kalimat yang sedemikian indah, yaitu bahwa Roh Kudus akan mendampingi Saudara, membimbing Saudara. Ia akan disebut sebagai Parakletos, yang berarti Pendamping.
Pribadi Ketiga Allah Tritunggal
Mengenai janji Roh Kudus ini, Yesus meminta kepada Bapa untuk memberikan Penolong “yang lain”. Kita perlu memperhatikan istilah “yang lain”. Ini berarti Bapa telah mengirimkan Anak, dan kini Anak meminta kepada Bapa untuk mengirimkan Pribadi Ketiga. Dengan demikian di sini terlihat jelas konsep AllahTritunggal. Alah Tritunggal adalah Allah yang Esa, yang dipercaya oleh orang Kristen dari abad ke abad. Sekalipun istilah Tritunggal tidak pernah muncul di Alkitab, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, namun konsep Allah Tritunggal sangat jelas dinyatakan di sepanjang Kitab Suci. Selain ketiga Pribadi ini, tidak ada Pribadi Keempat. Kita tidak boleh mengabaikan hal ini dengan alasan secara istilah tidak muncul, padahal secara substansi sangat jelas terlihat di sepanjang Alkitab. Mereka yang tidak percaya kepada konsep AllahTritunggal akan jatuh ke dalam pandangan-pandangan yang salah, seperti konsep Unitarian atau Patripassion. Unitarian percaya bahwa Allah hanya satu Pribadi dan tidak ada yang lain. Sedangkan Patripassion adalah pengajaran bahwa Bapa sendirilah yang menerima kesengsaraan di atas kayu salib. Ajaran-ajaran tersebut sangat menyeleweng dari ajaran yang murni dari Alkitab yang dipegang oleh Kekristenan di sepanjang zaman.
Sebuah sinode gereja besar di Indonesia telah menerbitkan buku katekisasinya yang tidak lagi percaya bahwa Roh Kudus adalah Allah. Mereka dengan begitu berani secara sinodal menyatakan bahwa Roh Kudus bukan Pribadi dan Roh Kudus bukanlah Allah. Roh Kudus hanya dianggap sebagai kuasa Allah saja. Jika demikian berarti Allah hanya berpribadi dua, berarti hanya Dwitunggal. Bagaimana gereja sekarang bisa menerima theologi Dwitunggal, padahal di sepanjang kesaksian Alkitab dan di sepanjang tradisi gereja belum pernah ada konsep Dwitunggal. Lambat laun, pikiran ini akan bergeser ke arah manusia yang sempurna secara moral sehingga akan jatuh kembali kepada konsep Unitarianisme, dengan cara menyingkirkan Allah Pribadi Kedua dan Ketiga.
Roh Kudus, Allah yang Berdiam di dalam Manusia
Dalam ayat di atas kita melihat Kristus meminta kepada Bapa untuk mengirimkan Penolong yang lain, yang akan menyertai gereja sampai selama-lamanya. Mungkinkah ada Pribadi yang bisa menyerttai seseorang sampai selama-lamanya? Bukankah gereja terus-menerus berganti orang di setiap zamannya? Tidak mungkin ada penyertaan sedemikian, kecuali Pribadi itu adalah Allah sendiri. Roh Kudus adalah Allah yang bersifat kekal. Hanya Allah yang bisa menyertai setiap orang percaya sampai selama-lamanya. Bukan hanya menyertai saya, atau Saudara, atau generasi yang akan datang, tetapi Ia bisa menyertai setiap pribadi selama-lamanya, tidak peduli pribadi itu masih hidup atau sudah meninggal. Maka Rh Kudus bukanlah Preibadi manusia yang berdaging dan berdarah. Roh Kudus adalah Pribadi rohani yang kekal, yang keluar dari diri Bapa, yang diutus oleh Bapa dan Anak. Inilah Pribadi Ketiga dari Allah Tritunggal.
Tuhan Yesus menjanjikan bahwa Roh Kudus akan tinggal di dalam diri kita. Itulah yang menyebabkan orang Kristen berbeda dan memiliki kelebihan dari orang bukan Kristen, atau yang sekadar beragama. Setiap orang Kristen yang percaya kepada Yesus Kristus yang telah mati dan bangkit, akan menerima Roh Kudus sehingga ia tidak lagi seorang diri. Pada saat seorang Kristen hidup paling tersendiri, ia tetap disertai oleh Roh Kudus. Jika kita mengerti apa yang Alkitab nyatakan kepada kita, mau tidak mau kita akan sangat bersyukur. Betapa manusia yang kecil, lemah, dan terbatas ini didampingi oleh Allah Pribadi Ketiga untuk selama-lamanya. Betapa besar anugerah yang kita terima. Roh Kudus diberikan kepada manusia karena kita lemah, bukan karena kita kuat. Kita memerlukan pendampingan Allah. Tuhan menolong, menguatkan dan menghibur kita dengan tinggal di dalam diri orang percaya. Oleh karena itu, kita memiliki kekuatan dari dalam, bukan dari luar.
Pada saat orang Kristen paling tersendiri, paling terhina, paling susah, paling terbuang, ia tidak pernah sendiri karena ia didampingi oleh Roh Kudus. Kesadaran kehadiran Roh Kudus di dalam diri kita menyebabkan orang Kristen mengalami keyakinan yang paling eksistensial. Namun keyakinan dan kekuatan ini bukanlah untuk mempermalukan orang lain karena Roh itu akan mengolah, membentuk dan mengarahkan Saudara agar Saudara semakin serupa dengan Pencipta, sehingga kita bisa menjadi manusia yang indah di hadapan Tuhan.
Roh Kudus hanya memimpin anak-anak Allah, sedangkan yang bukan anak-anak Allah tidak akan dipimpin oelh Roh Kudus (Roma 8:14-16). Ada anak-anak yang taat pada pimpinan Roh Kudus, tetapi ada juga yang tidak taat pada pimpinan Roh Kudus. Menurut Roma 8:5, mereka yang tidak taat pada pimpinan Roh Kudus sedang menuruti keinginan daging. Oleh karena itu, orang Kristen berbeda dari orang-orang bukan Kristen karena orang Kristen adalah orang-orang yang dipimpin oleh Roh Kudus. Mereka yang taat disebut sebagai orang yang taat kepada pimpinan Roh Kudus (Galatia 5:25),
Berdasarkan konsep-konsep di atas, maka kita perlu mengerti satu prinsip yaitu di mana Tuhan hadir, Ia akan memerintah. Allah tidak pernah mau diperintah dan diperalat oleh seseorang, dan hanya dijadikan pembantu atau tamu orang itu. Setiap kali Tuhan hadir, Ia selalu menyatakan diri sebagai Pemilik, Penguasa dan Pemimpin! Pada saat Roh Kudus diberikan pada seseorang, Ia mau menjadi Pemimpin, Ia ada bukan untuk dipimpin oleh orang itu. Pimpinan Roh Kudus mengindikasikan kemutlakan dan kedaulatan dan kebebasan kekuasaan Allah. Dengan demikian Roh Kudus bukan sekadar menjadi tamu di mana Ia hanya diberi suatu tempat, lalu dipergunakan pada saat orang tersebut mau menggunakan-Nya, tetapi kalau orang tersebut tidak memerlukan-Nya, Dia bisa dibiarkan begitu saja. Tidak demikian! Ia datang sebagai Raja. Inilah kemenangan hidup Kekristenan dan rahasia kemahiran Kekristenan. Orang yang hidup sesuai dengan keinginan daging adalah orang yang tidak mau mengakui pimpinan Roh Kudus dan tidak mau mengakui hak Tuhan untuk memimpin hidupnya. Ketika Saudara dipimpin oleh nafsu daging, berarti Saudara menjadi budak nafsu kedagingan. Orang Kristen yang mau taat kepada Roh Kudus adalah orang yang mau mengerti isi hati Tuhan, mau menyenangkan Tuhan, dan mau mengikuti maksud Allah.
ROH KUDUS DAN KEHENDAK ALLAH
Apakah kaitan antara pimpinan Roh Kudus dan kehendak Allah? Allah memiliki kehendak yang kekal dan Roh Kudus memimpin kita masuk ke dalam kehendak Allah. Jika demikian, apakah pimpinan Roh Kudus sama dengan kehendak Allah?
Roh Kudus mengetahui kehendak Allah, kemudian Ia menolong orang agar mereka dapat berdoa sesuai dengan kehendak Allah. Roh Kudus adalah Penolong yang mahakuasa, Penghibur yang agung. Ia menolong orang agar dapoat hidup dan berdoa sesuai dengan kehendak Allah, Allah mempunyai kehendak yang ditetapkan di dalam kekekalan, tetapi Roh Kudus memimpin di dalam proses sejarah.
Kehendak Allah ditetapkan oleh Allah menurut hikmat yang tertinggi dan kedaulatan-Nya yang tidak dapat diganggu gugat. Oleh karena itu, kehendak Allah yang ditetapkan di dalam kekekalan ini merupakan kehendak Allah yang tidak mungkin salah dan tidak dapat dilawan. Melawan kehendak Allah bagaikan menendang duri, sehingga akan merugikan diri sendiri. Satu-satunya yang terjadi adalah proses dari perjuangan untuk tidak mau taat sampai akhirnya menjadi lunak dan mau menerima pimpinan Allah. Salah satu hal yang paling menghambat kerohanian kita adalah karena kita mempertahankan kebebasan kita dan tidak mau takluk kepada kehendak Tuhan, sehingga akhirnya seperti orang Israel yang harus empat puluh tahun berkeliaran di padang belantara. Saya melihat banyak orang Kristen, majelis, bahkan hamba-hamba Tuhan, yang berpuluih-puluh tahun tidak pernah maju. Kita perlu menjadi orang Kristen yang mau maju dan berani maju. Untuk itu hanya ada satu cara, yaitu semakin lunak, semakin taat, dan semakin menundukkan diri di hadapan Tuhan. Kehendak Allah tidak dapat diubah, yang bisa diubah adalah kehendak kita yang selalu mau berontak kepada kehendak Allah.
Roh Kudus bukan hanya memimpin pikiran kita yang diciptakan supaya semakin sesuai dengan Pencipta. Ia juga mau memimpin kita yang memiliki kehendak yang keras dan suka melawan Tuhan menjadi lunak dan mau percaya kepada Allah, Jadi, pimpinan Roh Kudus bertujuan untuk melunakkan pikiran dan kehendak kita, agar semakin sesuai dengan kehendak Allah yang tidak pernah berubah. Roh Kudus memimpin kita untuk mempersatukan kehendak kita dengan kehendak Allah yang tidak berubah. Inilah tujuan yang indah dari pimpinan Roh Kudus.
Orang yang tidak dapat berenang, saat tercebur, selalu akan berontak ketika ada orang yang mau menolongnya. Cara terbaik untuk menolongnya adalah memukulnya hingga pingsan baru dia bisa diselamatkan. Kalau tidak demikian, ia akan ikut membawa Saudara tenggelam bersamanya. Perlawanan sedemikian justru akan membuat keduanya mati. Oleh karena itu cara terbaik untuk menolongnya adalah menjadikan dia tidak berdaya. Demikian pula orang berdosa, selalu akan melawan dan tidak mau taat sampai binasa. Roh Kudus tidak akan memukul Saudara, tetapi dengan sabar Ia akan mengubah Saudara dari dalam, melunakkan hati Saudara sampai Saudara mau menerima kehendak Allah di dalam diri Saudara. Roh Kudus tidak memaksa atau merasuki Saudara untuk mengikuti kehendak Allah. Cara ini berbeda dari cara kerja setan. Roh Kudus menyadarkan sehingga Saudara rela dan menyerah dipimpin oleh Roh Kudus.
Tidak ada pimpinan Roh Kudus dan pekerjaan Allah yang menjadikan orang terseret, terpaksa, putus asa, tumpul pikirannya. Itu bukan pekerjaan Roh Kudus. Jika Roh Kudus memimpin seseorang, tidak mungkin orang itu menjadi kerasukan, tidak sadar, melakukan hal-hal yang tidak waras, dan sejenisnya. Itu pasti bukan pekerjaan Roh Kudus. Roh Kudus justru mencelikkan mata orang dan menyegarkan pikiran orang. Roh Kudus memberikan bijaksana kepada pikiran orang dan membawa orang kepada kebenaran. Roh Kudus menggugah bukan memadamkan, membangunkan bukan menidurkan, memberikan kesadaran bukan kealpaan. Jangan Saudara mempercayai orang yang mengatakan bahwa ia dipenuhi Roh Kudus tetapi menjadi semakin pasif dan pikirannya semakin bodoh. Setelah menjadi orang Kristen, Saudara seharusnya menjadi lebih pandai, lebih cemerlang, dan lebih cermat dalam mengerti kebenaran. Roh Kudus memimpin orang agar pikirannya menjadi dinamis mengikuti pikiran dan kebenaran Allah. Agama yang menjadikan manusia semakin bodoh dan pasif pikirannya adalah agama palsu. Agama yang sejati menjadikan orang yang menganutnya semakin pandai dan bisa berpikir semakin tepat dan berkembang. Namun, bukan berarti manusia semakin pandai semakin bisa melawan Tuhan, dan menjadi tidak beriman. Roh Kudus memimpin kita kembali kepada kebenaran dan kembali kepada kehendak Allah.
Setelah Saudara mengertti hal-hal di atas secara mendalam, Saudara akan sampai pada pengertian dan kesimpulkan betapa rendahnya psikologi dan betapa terbatasnya konsep-konsep filsafat yang ada di dunia dibandingkan dengan pimpinan Roh Kudus yang sedemikian vital, berkuasa, dan sempurna, yang membawa kita kepada perkembangan karakter menuju kesempurnaan sesuai dengan tujuan yang ditentukan Tuhan.
Di Amerika, di antara orang-orang yang paling banyak sakit dan perlu disembuhkan justru adalah para dokter. Di antara para dokter, yang terbanyak adalah dokter penyakit jiwa. Banyak filsuf yang menganalisis hidup manusia, pada waktu matinya menghadapi ketakutan yang begitu besar dan kekosongan jiwa yang begitu dalam. Jika saya selalu menegaskan bahwa iman Kristen perlu dibina, saya bukan mengucapkan kata-kata kosong, tetapi karena memang iman Kriksten memiliki kuasa yang sedemikian besar.
BAB 4 : DINAMIKA HIDUP DALAM PIMPINAN ROH KUDUS.
PEKERJAAN UTAMA ROH KUDUS (1)
Pekerjaan Roh Kudus yang terbesar adalah: (1) menurunkan Firman dari sorga ke bumi; dan (2) membawa orang berdosa dari bumi ke sorga. Ini adalah dua arah yang besar dari pekerjaan Roh Kudus. Roh Kudus membawa Firman dari sorga ke bumi. Lalu dengan Firman itu menyadarkan orang berdosa agar bisa dibawa kembali ke sorga. Pekerjaan Roh Kudus yang terpenting bukan seperti pandangan beberapa orang pada saat ini yang sangat aneh-aneh. Roh Kudus bukan menjadikan orang gemetar atau berjingkrak-jingkrak atau bahkan terjatuh-jatuh. Hal-hal seperti itu tidak ada di dalam Alkitab. Itu bukan pekerjaan Roh Kudus yang utama, bahkan bukan pekerjaan dari Roh Kudus. Yang kita bicarakan di sini adalah doktrin yang stabil. Karena inilah berita firman Tuhan.
ROH KUDUS MENURUNKAN FIRMAN
Pekerjaan Roh Kudus yang terbesar adalah menurunkan Firman. Semua ayat Alkitab sebenarnya mencerminkan hal ini, Roh Kudus yang memberikan inspirasi dan menggerakkan nabi-nabi dan rasul-rasul untuk menulis Kitab Suci ini (bdk. 2 Petrus 1:20-21). Jikalau Roh Kudus tidak mewahyukan, tidak seorang pun yang bisa menulis Alkitab. Jadi semua Firman yang tertulis di dalam Kitab Suci ini merupakan karya Roh Kudus yang menurunkan Firman dengan cara menggerakkan para nabi di Perjanjian Lama dan para rasul di Perjanjian Baru. Semuanya ini adalah pekerjaan Roh Kudus.
Pertama, Roh Kudus menurunkan Firman ke bumi. Jikalau gereja tidak mau Firman, tetapi berbicara banyak tentang Roh Kudus, hal itu hanyalah omong kosong belaka. Jikalau gereja tidak mau taat dan tidak mau mendalami Firman yang diturunkan oleh Roh Kudus tetapi mau mendalami pengalkaman yang aneh-aneh, lalu menganggap dan mengatakan itu dari Roh Kudus, maka semua itu hanyalah omong kosong belaka, karena Roh Kudus dan firman kebenaran Allah tidak boleh dipisahkan. Barangsiapa yang mengajar theologi tetapi tidak mau pimpinan dan tidak mau taat pada Roh Kudus, jangan Saudara dengar pengajarannya. Sebaliknya, barangsiapa yang banyak berbicara pengalaman dengan Roh Kudus tetapi tidak mau taat kepada prinsip-prinsip Alkitab, jangan Saudara ikuti pengalamannya.
Roh Kudus adalah Roh Kebenaran, dan Kebenaran adalah Firman Tuhan. Firman Tuhan diwahyukan oleh Roh Kudus, dan Roh Kudus memimpin manusia masuk ke dalam kelimpahan pengajaran Firman, sehingga Roh Kudus dan Firman Kebenaran Allah bersatu dan tidak boleh dipisahkan. Itu sebabnya Kristus mengatakan di dalam Yohanes 14:15-17 bahwa, “Aku akan mengirimkan Roh itu kepadamu, yaitu Roh Kebenaran.” Roh Kebenaran! Jika kita mengerti dengan sesungguhnya bahwa Roh Kudus adalah Roh Kebenaran, sebagaimana yang berkali-kali ditekankan oleh Kristus, maka kita akan langsung sadar, bahwa Roh Kuduslah yang mewahyukan kebenaran. Maka tidak aneh jika nabi-nabi dan rasul-rasul menerima inspirasi dari-Nya.
Allah adalah Kebenaran dan Sumber Kebenaran. Hal itu dimengerti dan diterima secara umum. Kristus adalah Kebenaran, baru diketahui setelah pernyataan puncak Kristus di dalam Yohanes 14:6 bahwa Ia adalah jalan, dan kebenaran, dan hidup. Tidak seorang pun yang boleh mengatakan, berani mengatakan, dan berhak mengatakan kalimat seperti itu, kecuali ia adalah kebenaran kebenaran itu sendiri. Kalimat ini sekaligus telah menunjukkan bahwa Yesus bersifat ilahi, yang tidak dimiliki oleh manusia mana pun. “Roh Kudus adalah kebenaran” dicatat di dalam 1 Yohanes 5:6. Maka, Allah kebenaran adalah Allah Tritunggal, di mana Bapa adalah kebenaran, ini dicatat di dalam Yohanes 17:17. Dari semua ini, kita melihat bahwa di dalam Alkitab ada empat yang disebut sebagai kebenaran, yaitu : Allah Bapa, Allah Anak, Allah Roh Kudus, dan Firman dari Allah Tritunggal. Roh Kebenaran menjadi sebutan khusus bagi Roh Kudus, karena Roh Kuduslah yang menurunkan Firman kebenaran kepada dunia ini.
Roh Kudus menurunkan kebenaran di dalam dua versi, yaitu versi tertulis, yaitu Alkitab yang diinspirasikan atau dinafaskan oleh Allah (bdk. 2 Timotius 3:16). Kitab Suci adalah firman Tuhan yang diturunkan dalam bentuk tulisan. Tetapi turunnya Firman tidak berhenti sampai di sana, tetapi terus berlanjut sampai Pribadi Firman itu sendiri turun dalam wujud daging. Itulah Imanuel, Kristus yang berinkarnasi. Maka Firman yang berbentuk daging, merupakan versi kedua. Firman yang turun dalam bentuk tertulis adalah Kitab Suci, dan Firman yang turun dalam bentuk daginhg adalah Yesus Kristus. Keduanya menjadi makanan rohani bagi kita, merupakan manna dari sorga. Dengan demikian, Kristus adalah Firman Allah, dan Kitab Suci adalah juga Firman Allah.
Roh Kudus menaungi nabi dan rasul sehingga mereka mendapatkan inspirasi untuk menuliskan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Roh Kudus juga menaungi anak dara Maria sehingga mengandung Yesus Kristus sebagai Juruselamat satu-satunya. Jikalau Roh Kudus tidak menaungi Maria, maka Kristus tidak akan dilahirkan. Jikalau Roh Kudus tidak memberikan inspirasi kepada nabi dan rasul, tidak ada Kitab Suci yang tertulis. Kedua hal ini sangat penting bagi kita. Melalui Firman, kita mengenal Kristus yang berinkarnasi. Dari Kristus yang berinkarnasi, kita mengenal Allah yang mengutus Anak-Nya. Tetapi kita bisa mengenal Kristus adalah melalui Roh Kudus yang memimpin kita. Jadi Allah Bapa mencipta, Allah Anak menebus, dapat kita ketahui dari Roh Kudus yang telah mewahyukan kepada kita. Jadi pekerjaan Allah Bapa adalah mencipta, Allah Anak menebus, dan Allah Roh Kudus yang mewahyukan. Kalau tidak melalui pewahyuan Roh Kudus, manusia tidak mungkin mengetahui bahwa Allah Bapa itu Pencipta atau Allah Anak itu Penebus. Justru karena Roh Kudus menurunkan Firman, kita mengerti kehendak Allah dan kita mempunyai Kitab Suci yang adalah Firman Tuhan, dan kita boleh mengenal Kristus yang adalah Imanuel. Semua itu adalah pekerjaan Roh Kudus.
Jika pekerjaan Roh Kudus mempunyai peranan yang begitu penting dalam kehidupan manusia, maka gereja tidak boleh mengabaikan pekerjaan Roh Kudus. Tetapi pada waktu gereja mau memperhatikan pekerjaan Roh Kudus, selalu diselewengkan dan diekstremkan kepada berbagai gejala sekunder yang tidak prinsipiel atau yang utama. Ini merupakan bahaya bagi Kekristenan. Jangan Saudara diselewengkan oleh hal-hal yang sekunder yang hanya bersifat fenomena (tampilan lahiriah), tetapi harus mementingkan prinsip-prinsip yang besar, sesuai dengan apa yang diwahyukan oleh Kitab Suci. Pekerjaan terbesar Roh Kudus bukanlah memberikan kemampuan ber-glosolalia atau berbahasa lidah. Itu bukan pekerjaan Roh Kudus yang terbesar. Pekerjaan Roh Kudus yang terbesar adalah menurunkan Firman ke dalam dunia sehingga manusia boleh mempunyai Kitab Suci dan manusia boleh mengenal Kristus. Setelah Roh Kudus menurunkan Kitab Suci dan Kristus, bagaimana kita bisa mengerti secara tepat mengenai semua itu.
Kedua, selain menurunkan Firman, Roh Kudus juga melakukan pelayanan eksistensi dengan memberikan illuminasi kepada pembaca agar bisa mengerti apa yang ditulis. Roh Kudus yang sudah mewahyukan firman (Kitab Suci), juga adalah Roh Kudus yang akan memimpin Saudara masuk ke dalam kebenaran Kitab Suci (bdk. Yohanes 16:13). Ia tidak berhenti hanya dengan memberikan inspirasi kepada nabi dan rasul, tetapi ia melanjutkan dengan mengiluminasikan kepada kita kebenaran itu sehingga dengan pimpinan Roh Kudus kita bisa mengerti artinya secara tepat. Jadi orang yang sudah sering dan banyak membaca Kitab Suci tetapi tidak pernah mengerti prinsip-prinsip Alkitab adalah orang-orang yang sangat kasihan. Banyak orang menghafalkan Alkitab untuk bersaing dengan rekan-rekan lain di Sekolah Minggu, atau membaca Alkitab supaya menjadi juara pertama karena disediakan hadiah. Di situ motivasi membaca Firman sudah diselewengkan, baik oleh guru Sekolah Minggu ataupun oleh Iblis. Saya tidak mengatakan guru Sekolah Minggu bekerja sama dengan Iblis. Tetapi guru Sekolah Minggu yang memberikan hadiah, melakukan apa saja, telah menyelewengkan motivasi murid di dalam membaca Alkitab. Jikalau deemikian, maka pendiudikan agama akan tetap gagal, karena pendidikan agama bukan sekadar memberikan pengertian agama di dalam rasio saja, tetapi pendidikan agama adalah menjadikan seseorang yang telah mengetahui kebenaran dapat bereaksi secara tepat kepada Tuhan dengan ibadah kepada Tuhan dan pengabdian kepada masyarakat dengan tulus ikhlas.
Mengapa gereja yang organisasinya kuat, uangnya kuat, rohaninya tidak kuat? Karena ada sesuatu yang bisa diandalkan sebagai gengsi bagi mereka, sehingga Sumber aslinya dibuntukan, ditutup, dan digantikan dengan hal-hal yang sekunder. Demikian juga karunia Roh Kudus, gejala-gejala yang dihasilkan oleh karunia, atau fenomena yang terjadi merupakan hal-hal sekunder dan tidak boleh diutamakan. Yang harus diutamakan adalah firman Tuhan.
Roh Kudus menurunkan kebenaran supaya kita mengerti kebenaran dan kita beriman di atas kebenaran yang kita dengar, karena iman dimulai dari pendengaran (Roma 10:17). Biarlah gereja yang mengaku diri memiliki Roh Kudus selalu dan semakin banyak membicarakan Firman dan membawa manusia kepada kebenaran dan menanamkan iman di atas Firman, bukan hanya membicarakan Roh Kudus saja. Sebaliknya, jangan karena kita takut adanya ekses atau ekstrem terhadap hal-hal yang sekunder akhirnya kita sama sekali tidak berani membicarakan tentang Roh Kudus. Gereja harus mementingkan pekerjaan Roh Kudus, harus banyak memikirkan dan banyak taat kepada pimpinan Roh Kudus, tetapi jangan pada akhirnya hanya disibukkan dan mementingkan hal-hal sekunder, dan melupakan hal-hal yang bersifat esensial.
ROH KUDUS MEMBERIKAN HIDUP
Arah kedua dari pekerjaan Roh Kudus adalah memberikan hidup kepada orang yang menerima atau menyambut Firman. Roh Kudus memberikan hidup melalui firman Tuhan dengan cara mengubah orang berdosa menjadi orang kudus, dan memberikan hidup yang baru kepada mereka. Firman menjadi pokok yang dipakai oleh Roh Kudus untuk memberikan hidup kepada manusia. Firman ini adalah Firman yang Hidup dan Roh Kudus adalah Roh yang memberikan hidup. Maka di dalam dunia ini peran Roh Kudus adalah menurunkan Firman, sedangkan di dalam hati manusia peranan Roh Kudus adalah memberikan hidup (bdk. Roma 8:1-2). Sebelumnya posisi kita berada di bawah belenggu kuasa dosa dan kuasa maut, karena kita telah berdosa dan menuju kepada kematian sebagai akibat ajal kita (bdk.Roma 6:23). Akibat dari status dosa dan perbuatan dosa adalah menerima buah yang dihasilkan atau upah dosa, yaitu maut. Maka setiap orang berada di bawah kuasa dosa atau bayang-bayang maut tersebut. Sekarang kuasa Roh Kudus membangkitkan roh kita dan membawa kita keluar dari kuasa dosa dan kuasa maut untuk menikmati kuasa hidup baru. Oleh karena itu Roma 8:1-2 mengatakan bahwa sekarang ini setiap orang yang sudah di dalam Kristus tidak dijatuhi hukuman lagi. Berarti kita telah bebas dan terlepas dari hukuman dosa dan kematian, karena Roh Kudus telah memberikan kepada kita hidup dan melepaskan kita dari hukum dosa dan hukum maut. Ayat 2 ini merupakan penjelasan bagi ayat pertama. Oleh sebab itulah kita berseru, “Haleluyah!” Kita sebagai orang Kristen telah diubah dari status orang berdosa menjadi status orang suci melalui pemberian hidup yang baru.
Memberikan hidup yang baru atau suatu proses memperanakkan kita kembali di dalam kerajaan Allah merupakan suatu proses yang panjang. Seperti telah diutarakan di atas bahwa sebelum dilahirkan Saudara sudah sembilan bulan berada di dalam perut ibu Saudara. Itu meliputi proses yang panjang, dimulai dari mengandung kita, mengalami kesulitan dan penderitaan kesakitan, sampai pada akhirnya melahirkan kita. Proses ini menunjukkan bahwa Roh Kudus begitu panjang sabar menantikan kita. Ia terus bekerja melalui Firman sampai hidup itu terbentuk di dalam diri kita dan kita menjadi orang Kristen. Di situlah kita berubah dari status orang berdosa menjadi status orang suci.
Proses ini begitu indah tetapi tidak terpisah dari dua aspek ini: (1) Firman; dan (2) hidup. Bagaimana Roh Kudus bekerja dengan Firman dan hidup ini? Ia bekerja melalui orang-orang yang jujur, yang setia, yang secara tepat membacakan Firman itu kepada Saudara dengan motivasi yang sungguh-sungguh, sehingga ketika Saudara mendengar itu meskipun pertama-tama Saudara menertawakannya, meremehkan berpuluh-puluh kali, tetapi Firman itu akan terus bekerja. Seringkali orang pertama-tama meremehkan Firman. Ketika ia mendengar khotbah, ia hanya melihat dasi yang terpasang miring atau berkomentar yang tidak perlu sehingga Firman tidak didengarkan, hanya menilai orang atau apa yang dikenakannya. Bertahun-tahun mengikuti kebaktian tanpa mendapatkan apa-apa karena hanya sekadar hadir di kebaktian.
Tetapi Roh Kudus tidak menghendaki hal sedemikian. Ia ingin agar Firman itu bisa masuk ke dalam hati Saudara. Itulah arah Roh Kudus bekerja. Ia bekerja melalui Firman yang menggarap hidup Saudara. Firman itu akan mencerahkan, membersihkan, mengubah, dan menggerakkan Saudara. Gereja yang sejati haruslah mementingkan Firman karena kita tahu sedalam-dalamnya, bahwa tidak ada cara lain yang Roh Kudus akan pakai melebihi pekerjaan melalui Firman.
BAB 4 : DINAMIKA HIDUP DALAM PIMPINAN ROH KUDUS.
PEKERJAAN UTAMA ROH KUDUS (2)
Pembicaraan-pembicaraan tentang Karl Marx, John Adams, atau tokoh-tokoh lain akan segera membosankan Saudara. Tetapi pembicaraan tentang firman Tuhan dan esensi firman akan menyebabkan Saudara lebih haus, lebih tertarik, dan lebih dibentuk, dan saya yakin iman Saudara akan semakin bertumbuh. Otak kita yang seringkali macet oleh berbagai kesulitan dan problem dunia ini, perlahan-lahan mulai dibuka oleh Firman. Ketika Firman itu mulai bekerja, iluminasi atau pencerahan terjadi. Akibatnya kita mulai mengerti dan setiap jalur yang macet mulai dibukakan. Kuasa Firman itu mulai memasuki hati kita. Bagaimana Roh Kudus mengerjakan hal itu sampai kita mendapatkan hidup? Kembali kepada kedua hal di atas, Roh Kudus menurunkan Firman itu dari sorga kepada manusia dan kemudian mencerahkan Firman itu agar dimengerti oleh manusia. Caranya adalah dari telinga (Roma 10:17). Ketika Firman itu masuk ke dalam diri kita, Ia melakukan beberapa langkah perubahan, yaitu :
1. Roh Kudus Mencerahkan Rasio
Jika ada orang yang berkata bahwa dia dipimpin oleh Tuhan, tetapi otaknya tidak pernah berubah, keadaan iini sungguh menjadikan saya gentar. Maka kita akan dipimpin oleh Tuhan tanpa tahu apa itu pimpinan Tuhan. Ini sangat berbahaya. Roh Kudus tidak membunuh otak dan Roh Kudus tidak meniadakan fungsi rasio. Allah yang mencipta rasio tidak mungkin membuang rasio. Memang rasio telah mengalami pencemaran dosa, tetapi rasio yang telah tercemar ini perlu dikembalikan, dinormalkan, bukannya dibuang. Ada pendeta yang mengatakan, “Jika mau dipimpin Roh Kudus, buanglah bakpao-mu yang di kepala ini.” [Bakpao adalah sejenis kue atau roti dari tepung yang berbentuk setengah bola]. Ia mengatakan, bahwa jika kita memakai bakpao otak ini, maka Roh Kudus tidak akan bekerja. Kalau Roh Kudus bekerja tidak pakai otak, dan jika pakai otak, Roh Kudus akan pergi. Sepertinya Roh Kudus takut kepada otak, sampai-sampai jika orang pakai otak, Ia akan pergi atau sepertinya Roh Kudus menjadi musuh dari otak. Hal itu tidak benar. Roh Kudus lebih besar daripada otak dan Roh Kudus lebih hebat daripada otak. Letakkanlah orang yang paling pandai di bawah firman Tuhan, nanti Roh Kudus akan menaklukkan otaknya. Hanya pendeta-pendeta yang tidak mau belajar yang takut kepada otak yang pandai, lalu mereka mengatakan, “di mana otak bekerja di situ Roh Kudus tidak bekerja.” Alkitab tidak pernah mengatakan hal sedemikian.
Yesus Kristus pernah mengatakan, “Tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu, dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.” (Yohanes 14:26). Iman yang sejati bukan melawan rasio tetapi mengembalikan fungsi rasio ke arah yang benar. Pada waktu kebenaran tidak menguasai otak Saudara, maka otak Saudara menjadi “anak terhilang”. Tetapi pada waktu “anak terhilang” itu dibawa kembali kepada kebenaran dan tunduk dengan setia kepada Tuihan dan kebenaran-Nya, itulah yang disebut iman. Maka iman tidak berlawanan dengan atau di luar rasio. Iman justru arah yang benar untuk mengatur rasio agar kembali takluk kepada kebenaran. Roh Kudus bekerja melalui Firman dengan memberikan pencerahan kepada rasio kita, sehingga kita mengerti kebenaran. Kita mulai sadar akan kebenaran dan sadar bahwa kita tidak perlu menjadi orang Kristen yang dualistis.
Apa maksudnya menjadi orang Kristen yang dualistis? Orang Kristen dualistis adalah orang Kristen yang ketika ke gereja, ia melakukan hal-hal yang tanpa pakai rasio dan hanya mengolah perasaan dengan melakukan hal yang aneh-aneh. Tetapi di saat keluar dari gereja dan memasuki dunia perdagangan, maka semua dihitung dengan teliti, memakai rasio sekuat-kuatnya untuk menghitung setiap sen. Pada hari Minggu, ia menjadi seperti orang gila di gereja, tetapi hari Senin sampai Sabtu penuh perhitungan rasio dan logika. Lalu tempat kebaktian menjadi tempat membius diri, tempat untuk melunakkan fungsi rasio sehingga tertidur. Saya tidak mau melakukan hal sedemikian. Saya ingin agar setiap orang Kristen semakin mendengar Firman semakin pandai, tetapi bukan pandai untuk memuliakan diri sendiri tetapi mau taat kepada rencana Allah dan kehendak Allah. Jelas sekali prinsip Alkitab bahwa Firman itu mencerahkan pikiran, semakin membuka pikiran dan membuat semakin mengerti, bukan semakin membunuh dan menguburkan pikiran. Firman membangunkan dan menghidupkan fungsi otak.
Mungkin ada orang yang beranggapan bahwa lebih baik otak tidak semakin pandai karena kalau semakin pandai nanti akan menjadi sombong. Saya tegaskan bahwa ada dua macam orang yang takut Saudara sombong. Pertama, orang yang memang sudah iri kepada Saudara; Kedua, orang yang terlalu minder sehingga menuduh Saudara sombong. Menjadi orang pandai tidak harus menjadi sombong. Orang yang rendah hati adalah terpaksa harus rendah hati sebab tidak punya modal untuk sombong, sebenarnya bukan rendah hati, tetapi rendah diri. Tetapi jika Saudara sudah menjadi sangat pandai namun tetap takluk kepada Tuhan, itulah rendah hati yang sesungguhnya. Kita tidak perlu takut orang Kristen menjadi pandai. Saya tidak takut kalau para pembaca saya semakin pandai, membeli buku-buku sebanyak mungkin untuk belajar. Jika setiap orang Kristen bersikap seperti ini, sehingga setiap orang yang Saudara layani menjadi semakin pandai, maka Kekristenan akan maju. Apa gunanya kita melayani jika tujuannya supaya orang-orang yang kita layani itu tetap bodoh, membuang rasio mereka, yang akhirnya kesalahan kita tidak diketahui mereka. Itu bukan sikap yang benar. Kekristenan harus kritis, sehingga semakin maju dan terbuka.
Augustinus pernah berkata, “Kalau tulisan saya tidak sesuai dengan Alkitab, buanglah saya dan kembalilah kepada Alkitab.” Alkitab adalah Firman Tuhan dan Roh Kudus mencerahkan manusia untuk mengerti firman. Di dalam sejarah sudah terbukti bahwa Roh Kudus telah menaklukkan otak-otak yang paling hebat, seperti Augustinus, Bonaventura, Thomas Aquinas, Martin Luther, John Calvin, dan lain-lain. Sepanjang hidupnya, Martin Luther menulis 25 jilid buku yang tebalnya seribu halaman tebih. Orang-orang yang memiliki otak sedemikian besar telah ditaklukkan oleh Roh Kudus. Mengapa kita takut jika anak kita pandai maka dia akan melawan Tuhan? Kalau orang pandai itu melawan Tuhan, itu hanya membuktikan bahwa: pertama, pemimpinnya tidak dipimpin oleh Roh Kudus untuk menaklukkan otak mereka. Kedua, supaya seseorang mencintai Tuhan, syaratnya dia harus terus bodoh, maka kesalahan ini merupakan tanggungjawab pendeta-pendeta yang bodoh. Dua reaksi yang seharusnya muncul dalam diri orang yang dicerahkan oleh Roh Kudus: Pertama, kalau sebelum menjadi Kristen Saudara sudah pandai, setelah menjadi Kristen Saudara harus lebih pandai lagi karena Roh Kudus tidak membunuh fungsi otak yang sudah Tuhan ciptakan. Tuhan mau supaya otak yang sudah Ia ciptakan ini difungsikan secara paling maksimal dengan pertolongan Roh Kudus. Kedua, setelah dicerahkan oleh Roh Kudus maka timbul respons yang membuat kita berseru: “Tuhan, Engkau benar. Kebenaran-Mu di dalam Alkitab sedemikian benar, sekalipun super-rasional. Aku mau menaklukkan diri di bawah kebenaran-Mu.”
Dalam hal inilah kita melihat perbedaan antara filsafat dan theologi. Filsafat selalu membanggakan kreativitas pikiran manusia, tetapi melupakan polusi dosa di dalam rasio manusia. Theologi selalu mengikat pikiran manusia kepada wahyu-wahyu Allah. Walaupun seolah-olah membatasi kreativitas manusia, tetapi theologi di bawah wahyu Allah selalu menjernihkan dan menormalkan tujuan dan fungsi rasio manusia. Theologi selalu menjawab setiap pertanyaan manusia, sedangkan filsafat selalu mempertanyakan setiap jawaban. Oleh karena itu, jika gereja tidak menggarap baik-baik para pemikir yang memiliki kemampuan berpikir lebih ini, maka gereja akan kehilangan para pemikir ini yang merupakan harta yang besar. Pemikir-pemikir ini harus dibawa kembali ke jalur yang sudah disiapkan oleh Tuhan dalam theologi yang benar. Sehingga semua manusia, termasuk Saudara, yang berpotensi pikiran, janganlah membanggakan diri hanya karena memiliki potensi pikiran, tetapi selalu sadar akan adanya polusi di dalamya. Maka theologi harus memberikan batasan bagi potensi pikiran itu di dalam pimpinan Roh Kudus dengan firman Tuhan.
2. Roh Kudus Mencerahkan Emosi
Kemudian, setelah rasio tunduk, maka emosi pun diubah sehingga mencintai kebenaran. Karena mencintai kebenaran akan memotivasi kita hidup di dalam kebenaran. Itulah semangat saya di dalam melayani Tuhan. Seorang yang begitu cinta akan kebenaran akan dengan sungguh-sungguh membagikan kebenaran kepada orang lain. Banyak orang yang pada waktu mudanya berkata, “Saya dipakai Tuhan,” tetapi setelah tua berkata, “Tuhan dipakai saya.” Kita harus betul-betul mengabdi kepada kebenaran, maka Roh Kudus juga akan menanamkan kecintaan kepada kebenaran. Semakin seseorang mengerti kebenaran, ia akan semakin mencintai kebenaran. Seseorang yang otaknya telah disentuh oleh Roh Kudus sehingga takluk kepada kebenaran, emosinya pasti juga akan disentuh oleh Roh Kudus, sehingga ia semakin mencintai kebenaran. Cukupkah sampai mencintai kebenaran? Tidak!
Inilah yang disebut sebagai pengudusan emosi. Ketika bangsa Israel, yang hidupnya sudah menyeleweng, setiap hari mempersembahkan korban, Allah tidak berkenan. Mereka menganggap dengan memberikan pewrsembahan seperti itu, Allah akan senang. Tetapi di Yesaya pasal 1 Allah menyatakan betapa Allah membenci dan muak akan persembahan mereka. Sambil bersenang-senang berbuat dosa, mereka memberikan persembahan kepada Tuhan. Pada waktu itu emosi mereka belum dikuduskan, belum dipimpin oleh Roh Kudus. Jika seseorang sudah mendapatkan pimpinan kebenaran dan mengalami penyangkalan diri sesuai dengan kehendak Tuhan, maka perubahan emosi akan penting sekali.
Seseorang yang telah disucikan emosinya akan mencintai apa yang dicintai Tuhan dan membenci apa yang dibenci Tuhan. Kita seringtkali membenci hal-hal atau orang-orang tertentu padahal Allah tidak membencinya. Terkadang kita mengalami jatuh cinta yang sedemikian mendalam pada seseorang, padahal Tuhan tidak ingin kita jatuh cinta sedemikian. Tuhan mnenuntut kita mencintai Tuhan lebih daripada semua yang lain. Inilah revolusi emosi, sehingga terjadi perputaran arah emosi kita.
Pada saat seseorang memiliki emosi yang semakin mirip dengan Allah, ia akan semakin mampu memancarkan keindahan Allah. Pada saat apakah Saudara tertawa? Apakah Saudara tertawa untuk hal-hal yang najis, yang jorok, yang tidak benar? Semua itu adalah tertawa dan kesenangan di luar kesenangan Allah. Mengapa Saudara menangis? Apakah Saudara menangis karena diejek, karena hatimu disinggung? Itu adalah tangisan yang rendah. Binatang pun kalau disakiti bisa sedih. Kalau Saudara sedih karena diperlakukan kurang baik oleh orang, emosi Saudara rendah. Yesus Kristus di seluruh Alkitab melakukan 35 kali mujizat, tidak pernah satu kali pun Ia menangis karena dirugikan oleh orang lain. Inilah emosi yang tinggi. Jikalau Saudara tidak pernah menyelidiki dan memperbandinmgkan dengan orang lain, tidak mungkin Saudara mengetahui betapa luar biasanya emosi Kristus. Yesus Kristus satu kali menangis di depan kuburan Lazarus. Orang mengira ia menangisi Lazarus. Yesus tidak perlu menangisi Lazarus karena sebentar lagi akan dibangkitkan. Yesus justru menangisi orang Israel yang begitu bebal. Inilah tangisan yang kudus. Menangis karena melihat manusia tidak mau bertobat. Tangisan sedemikian adalah tangisan yang dipimpin Roh Kudus. Tangisan-tangisan yang memaksa Tuhan mengikuti doa manusia, tangisan yang mau menggerakkan Tuhan adalah tangisan yang rendah. Tangisan yang mulia dan kudus adalah tangisan karena digerakkan Tuhan. Yesus menangis yang kedua kalinya ialah ketika ia berada di atas bukit. Ia melihat Yerusalem akan menjadi tempat yang gersang, karena tidak mau bertobat. Ia menangisi zaman yang tidak mau bertobat. Tangisan Yesus yang ketiga kalinya di catat di dalam Ibrani 5:7. Ayat ini sering disalah-mengerti dengan menganggap bahwa Yesus akhirnya tidak jadi mati di kayu salib karena Allah melepaskan Dia. Dalam hal ini Yesus berdoa kepada Allah karena Ia tahu bahwa hanya Allah Bapa yang dapat membangkitkan orang mati. Semua ini dilakukan untuk menggenapi Mazmur 16:10. Ini merupakan tangisan Getsemani ketika Yesus menangisi manusia berdosa yang harus binasa. Semua ini kembali kepada ungkapan Paulus, berapa dalam kita bisa mengerti cinta kasih Kristus, semakin dalam kita mengerti emosi Kristus, sedemikian dalam pula kerohanian kita.
3. Roh Kudus Mencerahkan Kemauan
Kebenaran yang telah dimengerti kemudian harus dicintai setelah itu dijadikan pedoman bagi penaklukan diri. Jadi pertama-tama, kita mengerti kebenaran, lalu mencintai kebenaran, selanjutnya takluk kepada kebenaran. Kebenaran itu akan memimpin Saudara. Puji Tuhan. Jika dahulu Saudara berjalan menurut jalan dan pikiran Saudara sendiri dan merasa cukup pandai, tetapi kini mulai mau bersandar pada Alkitab. Saudara berusaha untuik menemukan prinsip-prinsip Alkitab, karena Tuhan telah menyebabkan Saudara tunduk di bawah kebenaran. Namun, jangan Saudara lupa bahwa jika Saudara menaklukkan diri di bawah Kitab Suci, Saudara hanya tunduk kepada firman dalam bentuk tertulis saja. Tetapi Kristus yang menjadi Firman kebenaran dalam bentuk Pribadi. Pribadi yang berinkarnasi itu harus juga menjadi Tuhan danPenguasa atas hidup Saudara. Itulah yang menjadi tujuan Roh Kudus.
Orang yang memberitakan Firman harus mencapai kesimpulan akhirnya di dalam diri Kristus, jikalau tidak, pemberitaan Firman itu belum lengkap. Jika Saudara memberitakan Injil, Saudara bukan sedang mengerjakan program gereja Saudara, atau menyenangkan pendeta Saudara, atau agar orang lain mengetahui bahwa Kekristenan hebat juga, tetapi kita harus memiliki tujuan agar mereka mau mengenal Kristrus. Kalau belum sampai pada foklus Kristus, maka Roh Kudus belum puas. Roh Kudus baru puas apabila seseorang mengerti Firman, mencintai Firman, takluk kepada Firman, dan akhirnya menemukan fokus Firman, yaitu Kristus. Pada saat itulah, melalui mengenal kebenaran, mencintai kebenaran, dan takluk kepada kebenaran, seseorang berkata: “Tuhan Yesus, aku datang kepada-Mu, aku mengakui dosa-dosaku, dan aku menerima Engkau sebagai Tuhanku, Penguasa atas hidupku, dan sebagai Juruselamatku.” Pada saat Saudara mengaku Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat Saudara, Roh Kudus menegaskan bahwa sekarang hidup baru sudah terwujud di dalam hati Saudara.
Hidup baru harus takluk kepada Pemimpin hidup baru, yaitu Kristus. Jikalau Saudara sudah menyebut Kristus sebagai Tuhan, maka ada meterai yang dibubuhkan di dalam hati Saudara. Meterai itu dari Tuhan, cukup satu kali dimeteraikan karena tidak pernah luntur atau pudar. Meterai itu adalah Roh Kudus sendiri (Efesus 1:13-14). Roh Kudus diberikan kepada orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan telah menjadi anak-anak Allah. Setelah Roh Kudus diberikan, Ia tidak pernah meninggalkan orang itu lagi sampai selama-lamanya. Roh Kudus tidak pernah pulang pergi. Tidak benar kalau gereja-gereja yang setiap hari Pentakosta berdoa lagi sepuluh hari meminta Roh Kudus turun lagi. Ia tidak pernah kembali!
Roh Kudus turun satu kali atas satu pribadi. Kita boleh memohon agar Roh Kudus turun ke atas suami atau istri atau anak kita yang belum percaya, tetapi tidak kepada kita yang sudah dimeteraikan oleh Roh Kudus. Empat kali Alkitab mancatat tentang Roh Kudus, dan semua itu terjadi kepada orang yang berbeda-beda. Tidak pernah pengalaman itu terjadi dua kalipada orang yang sama. Juga setelah empat kali itu, tidak pernah lagi dicatat Roh Kudus turun di Galatia, di Kolose, atau di tempat-tempat lain karena ke-empat tempat yang dicatat tadi cukup mewakili empat wilayah yang disebutkan di dalam Kisah Para Rasul 1:8, dari Yerusalem sampai ke ujung bumi.
Setelah Kitab Suci selesai ditulis, penginjilan diberitakan, dan setiap orang percaya menerima Yesus Kristus, Roh Kudus dimeteraikan di dalam diri orang itu. Setelah Roh Kudus masuk ke dalam diri Saudara, sadar atau tidak sadar, Saudara adalah milik Tuhan untuk selama-lamanya, dan Tuhan beserta Saudara untuk selama-lamanya. Roh Kudus kini berdiam di dalam diri Saudara. Sekarang, apakah Saudara akan menganiaya Roh Kudus yang berdiam di dalam diri Saudara, ataukah Saudara akan mempersilakan Dia menjadi Tuan atas hidup Saudara?
BAB 4 : DINAMIKA HIDUP DALAM PIMPINAN ROH KUDUS.
PEKERJAAN UTAMA ROH KUDUS (3)
Roh Kudus bukan indekos di dalam diri kita. Roh Kudus masuk ke dalam hati kita untuk menjadi Tuhan kita (Roma 8:9-10). Tetapi jika Saudara mau menyakiti-Nya, melukai-Nya, memadamkan-Nya, dan mendukakan-Nya, maka yang rugi adalah Saudara sendiri. Roh Kudus memang akan bersedih hati. Ia akan berduka, tetapi Saudaralah yang akan mengalami kerugian. Maka hanya ada dua macam orang Kristen, yaitu: (1) Orang Kristen yang sudah memiliki Roh Kudus tetapi tetap takluk kepada kedagingan; dan (2) Setelah Roh Kudus menaklukkan daging, sehingga “daging” Saudara bisa menjadi tempat kediaman Roh Kudus, maka Saudara mulai melayani Roh Kudus.
Setelah Roh Kudus berdiam didalam hati Saudara, barulah Saudara memiliki tubuh yang disertai oleh Roh, dan Saudara akan menikmatinya di dalam wujud yang kekal. Itulah Immanuel, Allah beserta kita, dalam bentuk Roh Kudus. Karena Roh Kudus diam di dalam hati Saudara, tubuh Saudara tidak lagi menjadi tubuh yang dibinasakan, tetapi menjadi bait Allah, menjadi bait Roh Kudus (1 Korintus 6:19; 2 Korintus 6:16). Roh Kudus bukannya masuk ke dalam hati kita setelah kita menjadi kudus. Ia bukan menuntut agar kita kudus terlebih dahulu baru Ia mau diam di dalam hati kita. Jika Roh Kudus menuntut demikian, bagaimana manusia bisa mendapatkan kekuatan untuk hidup suci? Jikalau kita dengan kekuatan kita sendiri bisa menjadikan diri kita suci, maka kita tidak lagi memerlukan Roh Kudus.
Tetapi justru Alkitab menegaskan bahwa kita digerakkan oleh Roh Kudus, sehingga menjadi kudus. Tuhan memilih Saudara. Tuhan mengerjakan keselamatan di dalam diri Saudara supaya Saudara menjadi suci. Tanpa anugerah Tuhan, tidak ada kuasa penyucian dari Tuhan. Tanpa Roh Kudus melaksanakan keselamatan yang sudah direncanakan oleh Bapa dan digenapkan oleh Anak, tidak ada seorang pun yang bisa diselamatkan.
Oleh karena itu, Alkitab meminta agar kita mempermuliakan Allah dengan tubuh kita, karena Roh Kudus sedang berdiam di dalam hati Saudara. Peliharakanlah kesucian tubuh Saudara sehingga melalui tubuh Saudara yang adalah bait Roh Kudus, Saudara bisa memancarkan keharuman Tuhan dan gereja akan diberkati sehingga dunia akan melihat mercu suar melalui Saudara dan saya.
Hanya anak-anak Allah yang berhak menerima pimpinan Roh Kudus, sehingga hidup mereka akan berbeda dari hidup orang lain. Hidup mereka akan penuh dengan dinamika yang luar biasa karena Roh yang Hidup itu berada di dalam diri mereka. Roh Kudus mengeluarkan kita dari lumpur dosa, membersihkan kita dari cacat dosa, dan melepaskan kita dari segala tuduhan, polusi, dan distorsi dosa di dalam hidup kita masing-masing dan Ia tinggal di dalam kita. Inilah mulainya relasi interpersonal antara Pencipta dan ciptaan yang baru. Kita adalah ciptaan baru yang dikerjakan di dalam Kristus (Efesus 2:10). Di dalam ayat 1 dan 4 Paulus menekankan bahwa sebelumnya kita semua sama, tetapi kemudian dibangkitkan kembali dan mendapatkan hidup baru di dalam Yesus Kristus.
Ketika Roh Kudus sudah ada di dalam hati seseorang, Ia mulai memimpin orang itu. Sebagaimana seorang ibu yang setelah melahirkan anaknya, tidak akan membiarkan anak itu hidup bergumul sendiri secara tidak keruan. Sebaliknya ibu ini dengan penuh cinta kasih dan kesabaran berusaha untuk menjaga, memelihara dan membimbing sampai anak itu besar. Demikianlah Roh Kudus memiliki hati bagaikan ibu yang sedang membesarkan anak. Roh Kudus yang berada di dalam diri kita menjadi jaminan dan meterai, dan Ia adalah Roh yang penuh dengan perasaan. Ia tidak mau dihina, diremehkan, atau diabaikan oleh orang Kristen. Roh ini adalah Roh Allah dan diri Allah sendiri, yaitu Allah yang penuh dengan rahmat dan kasih, untuk menumbuhkan kerohanian kita. Ia penuh panjang sabar dan Ia bisa berdukacita (Efesus 4:30). Ayat ini dapai juga diterjemahkan dengan kalimat “Jangan menyusahkan Roh Kudus.” Roh Kudus itulah yang telah melaksanakan penebusan Kristus bagi kita. Ia yang telah menjadi sumber anugerah sehingga kita bisa mendapatkan pengampunan dosa. Roh Kudus yang telah memberi hidup, dan melepaskan kita dari belenggu dosa dan kematian. Dan kini Ia berdiam di dalam diri kita dan Ia tidak mau didukakan.
Ketika Ia berkata, “Jangan berzinah,” dan Saudara tetap berzinah, mungkin Saudara sudah diselamatkan, tetapi pada saat Saudara berzinah, Roh Kudus akan sangat berduka di dalam hatimu. Ketika Roh Kudus berkata, “Jangan menyontek di waktu ujian,” tetapi mata Saudara tetap berjalan-jalan dan tetap mengabaikan apa yang diperingatkan-Nya, Ia akan sangat sedih. “Sebelum menikah jangan menodai petiduranmu,” tetapi Saudara tetap melakukannya. Pada waktu Saudara tamak, najis, memiliki hati yang jahat, motivasi jahat yang penuh dengan ambisi yang liar, Roh Kudus pasti akan melarang, “Anak Tuhan tidak boleh demikian.” Kita harus taat pada Roh Kudus.
Roh Kudus diberikan karena anak Tuhan taat, tetapi setelah Ia masuk, Saudara menjadi tidak taat lagi, Ia tidak keluar, tetapi Ia akan sangat bersedih. Saya tidak berani mengatakan bahwa ketika Saudara taat, Roh Kudus masuk, lalu pada saat tidak taat, Roh Kudus keluar, lalu ketika taat lagi, Roh Kudus masuk lagi. Kalau demikian, Roh Kudus setiap hari keluar masuk tidak henti-hentinya. Alkitab tidak pernah mengajarkan hal sedemikian. Memang bagi orang-orang yang belum diselamatkan sungguh-sungguh, Roh Kudus memang tidak berada di dalam Saudara,. Ia hanya bekerja di luar Saudara, menggerakkan Saudara, menarik Saudara dan mencerahkan Saudara. Tetapi jika Saudara sudah benar-benar diselamatkan dan mendapatkan hidup baru, Roh Kudus sudah berada di dalam diri Saudara. Alkitab mengajarkan, “Jangan mendukakan Roh Kudus.” Inilah kepedihan suci Allah (the holy grief of God), begitu berharga. Jikalau kita setiap kali mendukakan hati Allah, itu sama dengan kita menyia-nyiakan penghargaan Tuhan yang besar. Kita meniadakan nilai yang besar dari emosi Tuhan Allah.
Seorang istri yang anggun adalah istri yang selalu memiliki kesedihan yang suci. Apalagi ketika ia didukakan oleh suaminya. Seorang istri yang penuh dengan kesucian yang anggun adalah kesucian yang bersedih jika suaminya menyeleweng. Kesucian yang bersedih dan kesedihan yang suci itu sedemikian berharga. Seorang suami yang mengingat istrinya yang begitu anggun, begitu suci dan begitu berharga, tidak mau melihat istrinya terus didalam kedukaan. Tetapi istri yang tidak memiliki keanggunan demikian, hanya cerewet dan marah-marah, pasti akan menyebabkan suaminya lebih menyeleweng. Roh Kudus bukan terus-menerus menegur, memukul, dan mendisiplinkan Saudara, dan marah-marah secara sewenang-wenang seperti ibu yang tidak berpendidikan. Roh Kudus mempunyai kesedihan yang suci di dalam diri kita sehingga Ia mau mengharapkan, membimbing kita menuju kepada kehidupan yang kudus.
Sebagaimana Allah itu kasih adanya, Roh Kudus membimbing kita supaya kita memiliki emosi seperti Kristus. Sebagaimana Tuhan itu suci adanya, Roh Kudus mengubah kita supaya kita boleh suci seperti Tuhan. Allah begitu adil adanya sehingga Roh Kudus juga bekerja begitu rupa didalam diri kita supaya kita semakin hari semakin hidup di dalam keadilan. Roh Kudus terus mentransformasikan kehidupan kita yang tidak beres supaya kita bisa semakin mirip dengan Tuhan. Hidup kita bergairah dan penuh dinamika, ini tidak akan ada pada orang yang bukan Kristen. Orang bukan Kristen bisa mempelajarinya dari agama tentang taraf-taraf etika moralitas manusia yang tinggi. Celakalah jika Saudara yang memiliki hidup baru dari Tuhan, melalui kelahiran kembali oleh Roh Kudus, ternyata memiliki standar moral yang kalah dari mereka. Lalu Saudara masih berani membanggakan diri bahwa Saudara memiliki Roh Kudus. Itu semakin mempermalukan nama Tuhan, karena mereka yang tidak memiliki Roh Kudus lebih suka hidup menurut standar yang diimpikan oleh manusia, tetapi Saudara tidak taat kepada Roh Kudus. Banyak daerah bukan Kristen yang tidak suka melihat orang Kristen dan tidak mau menjadi Kristen karena mereka melihat orang Kristen tidak berbeda dari mereka, bahkan lebih rusak daripada mereka yang bukan Kristen. Orang Kristen yang tidak mengerti dan tidak taat kepada pimpinan Roh Kudus, hidupnya bisa lebih brengsek dari mereka yang beretika agama tanpa pimpinan Roh Kudus.
Jika kita betul-betul bertobat dan kembali kepada Tuhan dan sungguh-sungguh taat kepada pimpinan Roh Kudus dengan kerendahan hati dan ketaatan yang sungguh, tidak mungkin ada orang yang tidak memiliki Roh Kudus bisa memiliki hidup yang lebih baik daripada kita. Di situlah paradoksnya hidup Kekristenan, entah lebih entah kurang. Hanya ada dua jalan: (1) membiarkan Dia menjadi Tuhan atas hidup Saudara; atau (2) menyingkirkan Dia, dan Saudara memimpin hidup Saudara sendiri. Semua yang dipimpin oleh Roh Kudus adalah anak-anak Allah, dan jika Saudara adalah anak-anak Allah, biarlah Saudara taat dipimpin oleh Roh Kudus.
ROH KUDUS SEBAGAI PARAKLETOS
Hendaklah kita tidak lupa bahwa Roh Kudus adalah parakletos. Yesus Kristus berkata bahwa Ia akan kembali lepada Bapa. Dan Ia meminta kepada Bapa agar mengirimkan Seorang Penolong (Parakletos) yang lain. Berarti satu Pribadi yang berbeda dari Anak dan Bapa. Berarti ada Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus. Allah Bapa yang berada di atas takhta-Nya di sorga mengirimkan Anak-Nya sebagai pernyataan cinta kasih yang terbesar untuk umat manusia. Setelah Anak itu menggenapoi tugas keselamatan sehingga Ia boleh menebus orang-orang menjadi umat Tuhan, gereja dari Kristus sendiri, maka Roh Kudus turun ke atas gereja Tuhan untuk menyatakan bahwa pemberian Allah yang terbesar kepada gereja adalkah Pribadi Roh Kudus sendiri untuk menjadi “Penghibur” dan “Penolong yang lain.”
Penolonmg yang lain berarti Allah berada di dalam diri Saudara. Allah menyertai Saudara. Dengan ini kita melihat ada empat hal tentang Roh Kudus, yaitu:
(1) Ia berada di dalam diri kita dan menyertai kita untuk selama-lamanya.
(2) Ia mendampingi kita terus-menerus, bagaikan seorang Penolong yang senantiasa siap di samping kita. Ia adalah Pendamping yang paling intim, yang paling dekat. Pada waktu orangtua Saudara jauh, pada waktu suami atau istri Saudara jauh, pada waktu Saudara sebatang kara, janganlah lupa bahwa pada saat seorang Kristen paling tersendiri, ia sedang disertai oleh Roh Kudus. Roh Kudus bukan sekedar mendampingi, tetapi juga menjadi Penolong secara terus-menerus.
(3) Dia adalah Penghibur yang paling setia. Ia menghibur dan mendorong Saudara. Orang yang tidak pernah berjuang selama kesusahan, selalu akan meremehkan kesuksesan yang mereka capai. Orang yang tidak pernah membanting tulang, melihat pergumulan Saudara sejak dari permulaan, ketika ia melihat sedikit kesuksesan Saudara, ia akan iri hati dan terus-menerus mengejek Saudara. Tetapi orang yang sejak dari awal berjuang bersama-sama di dalam berbagai kesulitan, maka pada saat sukses ia akan sama-sama senang dengan Saudara. Di dunia ini ada orang yang bisa bersama-sama susah, tetapi jika Saudara sudah mewah, maka satu sama lain akan saling meninggalkan. Jika ada orang yang bisa sama-sama hidup mewah, tetapi ketika Saudara melarat, ia akan tinggalkan Saudara. Dunia ini sungguh menakutkan, dunia ini kehilangan kesetiaan dan kekonsistenan.
Kawan yang ada ketika kita di dalam kesuksesan, tetapi meninggalkan kita ketika dalam kesusahan bukanlah kawan yang kekal. Sebaliknya, kawan yang bisa bersama-sama susah payah tetapi ketika kita menjadi kaya ia meninggalkan Saudara, ia pun bukan kawan yang kekal. Ketika saya mengunjungi dan mendoakan satu keluarga yang baru jatuh dari kekayaan yang luar biasa, istrinya berkata bahwa ketika mereka dulu kaya, banyak pendeta yang mengunjungi mereka, tetapi setelah jatuh, tidak satu pun dari pendeta-pendeta tersebut muncul lagi. Ternyata pendeta pun dapat berbuat demikian. Roh Kudus adalah Pendamping yang paling setia. Pada waktu Saudara sukses, Ia memberikan peringatan kepada Saudara, dan ketika Saudara di dalam kepicikan, Ia memberikan nasihat.
(4) Roh Kudus juga berdoa syafaat untuk menggantikan kita di hadapan Tuhan (Roma 8:26-27). Alam semesta seluruhnya sedang mengeluh. Inilah penafsiran yang paling orisinal untuk seseorang mengerti kosmologi. Sebelum Paulus menulis pasal 8 ini untuk memberilkan interpretasi kosmologi sedemikian, tidak pernah ada orang yang mempunyai pengertian seperti itu. Tetapi Paulus mengatakan itu ketika ia melihat bahwa segala sesuatu ada dibawah keluh-kesah. Anak kecil begitu ingin menjadi orang dewasa, ia merasa tidak perlu menangis lagi; tetapi orang dewasa bukan tidak perlu menangis, tetapi sungkan menangis.
Jangan Saudara kira orang dewasa tidak mempunyai kesulitan. Masing-masing orang memiliki keluh kesah yang begitu dalam, yang sulit dikemukakan kepada orang lain. Pada saat Saudara kecil, ketika Saudara berteriak, banyak orang akan segara datang dan menghibur Saudara. Tetapi ketika Saudara sudah tua dan menangis, orang akan memasukkan Saudara ke rumah sakit jiwa. Orang tua tidak lain hanyalah bayi yang sudah berjenggot. Tiap orang mempunyai keluh- kesah dan seluruh dunia ini berkeluh-kesah. Inilah interpretasi kosmologis yang begitu luar biasa. Semua itu menantikan hari penebusan.
Tidak ada kawan yang lebih baik daripada Roh Kudus. Ketika Saudara bernyanyi, “Yesus, Sahabat Sejati” (What A Friend We Have in Jesus), Yesus menjadi Sahabat Saudara melalui parakletos. Lagu itu ditulis oleh seorang pemuda yang ditinggal mati oleh kekasihnya ketika mereka hampir menikah. Kekasihnya ditelan ombak di Danau Ontario, Kanada. Di saat seperti itu ia menyadari ringkihnya hidup manusia dan manusia mungkin memasuki kesulitan-kesulitan yang begitu besar. Pada saat seperti itu, tidak ada Sahabat yang lebih baik selain Tuhan Yesus, maka ia menulis lagu itu. Pada tanggal 27 Desember 1975, saya berdiri di tepi Danau Ontario, di tempat terjadinya peristiwa itu. Saya merenungkan kembali lagu itu, lalu saya mencucurkan airmata. Saya mengerti terkadang Tuhan memperbolehkan seseorang mengalami pengalaman yang begitu buruk dan sulit diterima oleh manusia supaya Tuihan boleh menjamah hati orang itu untuk menghasilkan keindahan, sehingga melalui orang itu Tuhan boleh menyentuh lebih banyak jiwa. Kalau tidak pernah terjadi peristiwa itu, dan Roh Kudus tidak memberikan kekuatan kepadanya, tidak mungkin terciptanya sebuah lagu yang sudah menyentuh beratus-ratus ribu manusia. Lagu itu sampai saat ini belum sampai 150 tahun usianya. Tetapi sudah menguatkan berjuta manusia karena Roh Kudus bekerja secara berbeda dari pikiran manusia.
Manusia yang hidupnya tidak dipimpin oleh Roh Kudus, hidupnya tidak mungkin berdinamika. Orang yang mempunyai kesuksesan yang besar, jika tidak dikaitkan dengan relasi interpretasi antara Pencipta dan ciptaan baru oleh kuasa Roh Kudus, tidak mungkin mempunyai dinamika hidup. Roh Kudus, dengan keluh-kesah yang tidak terkatakan, berdoa untuk kita. Setelah kita melihat bahwa kita dan seluruh dunia penuh dengan keluh-kesah, akhirnya dikatakan bahwa Roh Kudus juga berkeluh-kesah bagi kita, mendoakan kita.
Seringkali orang mengaitkan Roma 8:26-27 dengan glossolalia. Jangan demi ingin menegakkan doktri yang Saudara anggap benar lalu Saudara memakai ayat Alkitab secara sembarangan. Ayat ini adalah ayat yang agung di mana Roh Kudus mengoreksi doa kita yang tidak benar, dijadikan benar, lalu disempurnakan sehingga bisa diterima oleh Allah. Doa kita seringkali tidak benar, terlalu egosentris (berpusat pada diri sendiri), dan hanya mementingkan kepentingan dan keuntungan diri sendiri. Jika setiap doa kita dicatat dan direkam di sorga, kemudian dianalisis, saya rasa banyak orang yang akan sangat malu karena doa-doanya terlalu berpusat pada diri sendiri. Kita tidak mencari kerajaan Allah dan kebenaran Allah, tetapi hanya mencari keuntungan dan kekayaan diri sendiri supaya dilindungi oleh Tuhan dan tidak peduli dengan orang lain. Jarang orang Kristen yang mendoakan orang miskin dengan sungguh-sungguh, mendoakan pemerintah agar memerintah dengan lebih adil, atau mendoakan masyarakat atau orang-orang jahat agar mereka bertobat. Seringkali Saudara hanya berdoa untuk keluarga Saudara sendiri. Doa kita sering menjadi pernyataan keegoisan kita dan bertapa tidak malunya kita meminta-minta kepada Tuhan seperti pengemis, sehingga doa kita menjadi doa-doa yang begitu najis dan menjijikkan di hadapan Tuhan Allah. Tetapi saat seperti itu Roh Kudus begitu sabar, dengan keluh-kesah yang tidak terkatakan, Ia menolong kita berdoa agar sesuai dengan kehendak Tuhan. Ayat ini tidak perlu dikaitkan dengan glossolalia. RohKudus sendiri yang mengoreksi doa kita.
Doa kita seringkali salah, Kalau setiap doa kita dikabulkan, celakalah kita, dan celakalah dunia ini. Ada orang yang ketika patah hati berdoa minta mati, tetapi baru setengah mati segera minta hidup lagi. Seringkali doa kita tidak beres. Tuhan Yesus berkata, “Carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenaran-Nya.” (Matius 6:33), tetapi manusia tetap tidak mau mencarinya. Kebaktian doa yang paling banyak dihadiri orang adalah kebaktian yang paling banyak mementingkan kepentingan diri sendiri. Sebaliknya, kebaktian doa yang mementingkan penginjilan sedunia sedikit sekali pengunjungnya, karena penginjilan sedunia tidak ada hubungannya dengan Saudara. Bagaimana dengan sikap kita sebagai orang yang sudah dipenuhi Roh Kudus?
BAB 5 : DINAMIKA HIDUP DALAM PIMPINAN ROH KUDUS.
CARA ROH KUDUS MEMIMPIN
PIMPINAN ROH KUDUS DAN FIRMAN ALLAH
Roh Kudus menjadi pendamping, penolong, penghibur, dan pendoa syafaat yang diam di dalam Saudara. Dia memimpin Saudara tetapi bagaimana caranya? Ada orang yang berkata, “Saya mau dipimpin Roh Kudus, nanti saya bermimpi dan Dia memberi tahu kehendak-Nya.” Atau, “Saya mau dipimpin oleh Roh Kudus sampai ada perasaan hati yang begitu jelas.” Banyak orang yang mau dipimpin Roh Kudus kalau Tuhan masuk ke dalam rumahnya, lalu dengan suara keras memberitahu dia.
Di dalam Alkitab memang ada tercantum bahwa Tuhan memimpin seseorang melalui berkata-kata, mujizat, mimpi, nubuat, atau melalui nabi-nabi. Tuhan sampai saat ini memang masih mungkin melakukan hal-hal itu. Tetapi itu bukan prinsip satu-satunya sehingga kita harus menuntutnya. Jangan Saudara meniru-niru Gideon yang meminta tanda dengan bulu domba (Hakim-Hakim 6:36-40). Kalau dulu memakai cara undi, maka Saudara jangan coba-coba untuk menirunya. Jangan Saudara main buka Alkitab dan asal menunjuk untuk mengetahui kehendak Tuhan. Ada orang yang mau cari pimpinan Tuhan lalu main buka Alkitab dan asal tunjuk, ternyata adalah Matius 27:5, “Maka Yudas pergi menggantung diri.” Lalu ia berkata kepada Tuhan, “Wah yang ini tidak cocok bagiku, sekali lagi ya Tuhan.” Tuhan tidak memakai cara demikian untuk memimpin Saudara. Ia memang memimpin seseorang dengan Firman. Tetapi Firman itu harus dibaca, direnungkan, dipelajari, dan dimengerti, diinterpretasikan secara benar.
Saya telah menggarap tahap yang pertama, yaitu menggali Alkitab dengan saksama dan memberikan prinsip-prinsip kebenaran Alkitab kepada Saudara. Tetapi itu belum cukup. Saudara sendiri juga harus menggali. Selain mendapat prinsip-prinsip itu dari saya, Saudara sendiri juga harus menemukan, menggali dan merenungkan, dan bisa memperbandingkannya dengan pikiran dari penafsir-penafsir besar. Saya menganjurkan agar setiap gereja memiliki perpustakaan yang berisi buku-buku yang baik dan berbobot. Saya juga menganjurkan setiap persekutuan kampus, kelompok pemahaman Alkitab untuk memiliki buku-buku tafsiran, buku-buku theologi sistematika, buku-buku apologetika, dan buku-buku misi dan penginjilan yang berbobot.
Ketika Saudara mendapatkan kesulitan di dalam penafsiran masing-masing tidak mengatakan bahwa ia mendapat pimpinan Roig Kudus, dan yang lain juga mengklaim hal yang sama, tetapi tafsiran mereka berbeda sehingga akhirnya mulai cekcok. Dengan buku-buku yang baik kita bisa kembali kepada ajaran yang benar. Semua ini karena Roh Kudus memimpin manusia dengan cara mencerahkan Firman. Jika Firman hanya dihafalkan agar bisa mendapat hadiah atau untuk pertandingan cerdas cermat, maka Alkitab tidak memberikan makna yang dalam. Tetapi jika Firman itu dibaca dengan kerendahan hati, mau taat, dan mau mengerti Firman, di bawah pimpinan Roh Kudus, maka Firman itu akan bercahaya.
Menjadi orang benar adalah menjadi orang yang sungguh-sungguh mau menjalankan Firman. Mungkin ada orang yang berkata, “Jika Firman itu jelas pasti akan saya jalankan, tetapi kalau tidak jelas, bagaimana?” Misalnya, jangan membunuh atau jangan mencuri. Ini perintah yang jelas. Tetapi bagaimana jika kita berada di dalam situasi perang? Di dalam Alkitab tidak pernah mengatakan tidak boleh perang, tetapi di dalam peperangan harus membunuh. Jadi bagaimana? Hal ini ada di dalam wilayah etika Kristen yang perlu didukung dengan penyelidikan yang baik. Sebenarnya untuk hal-hal seperti itu sudah ada prinsip-prinsip tertentu yang telah disisipkan di dalam Alkitab yang perlu kita gali dengan baik. Misalnya, di dalam peperangan yang agresif, di mana kita menjajah bangsa lain, membunuh orang lain yang tidak bersalah, itu berdosa.
Martin Luther berkata, “Di dalam peperangan yang sedemikian, sebagai orang Kristen yang tidak mau melawan Tuhan dan hati nurani yang taat kepada Tuhan, silahkan tidak ikut perang.” Meskipun pemerintah memerintahkan Saudara ikut perang, Saudara harus menolak karena Saudara tahu itu hal yang salah, merupakan tindakan agresi, maka lebih baik Saudara dipenjarakan oleh pemerintah Saudara sendiri daripada Saudara pergi dan membunuh orang lain. Tetapi Martin Luther juga berkata, “Sebaliknya, jika negaramu dijajah orang lain, lalu engkau berjuang untuk membasmi kejahatan penjajah, membela negaramu, membela rakyat negaramu yang dijajah dan tidak bersalah, sampai harus mati pun silahkan engkau berperang. Dan jika di dalam peperangan sedemikian harus ada orang yang terbunuh, engkau melakukan itu bukan demi membunuh, tetapi demi membasmi kejahatan, maka Tuhan akan campur tangan dalam hal itu.” Prinsip-prinsip etika seperti ini tidak secara mudah dapat kita katakan Tuhan memimpin saya lalu saya memutuskan. Kita harus mendapatkan prinsip Alkitab tentang bagaimana Tuhan memimpin.
Tuhan memimpin Saudara dengan Firman dan prinsip Firman. Alkitab tidak perlu mengatakan banyak hal karena memang sudah ada prinsip-prinsip Alkitab yang cukup untuk membangun etika Kristen di dalam pimpinan Tuhan. Kita menemukan ada tiga prinsip yang paling mendasar, yaitu: (1) apakah memuliakan Tuhan atau tidak; (2) apakah hal itu menjadi berkat bagi oranglain, atau malah merugikan orang lain; dan (3) apakah hal itu akan mengikat saya di dalam dosa atau tidak. Dengan tiga prinsip dasar ini, kita harus memastikan dulu semua hal yang akan kita kerjakan. Kalau ketiga hal tersebut secara keseluruhan sudah dipenuhi, maka kita bisa mengerjakan hal itu, tetapi jika salah satu darinya tidak terpenuhi, maka kita tidak berhak melakukannya.
PIMPINAN ROH KUDUS DAN RENCANA ALLAH
Roh Kudus memimpin seseorang supaya orang itu masuk kembali kepada rencana kekal Allah. Ada rencana Allah yang sama untuk setiap orang, namun pimpinan Allah untuk setiap orang mungkin berbeda. Misalnya, Allah mau kita mengabarkan Injil, maka tugas ini sama untuk setiap orang Kristen. Setiap orang Kristen di dalam menjalankan kehendak Allah harus mengabarkan Injil. Tetapi pimpinan Tuhan atas setiap pribadi orang Kristen itu berbeda. Maka ada orang-orang Kristen yang dipimpin untuk menjadi pendeta, penginjil. Atau ada orang Kristen yang dipimpin menjadi orang Kristen biasa yang bukan pendeta dan penginjil. Jadi pimpinan Roh Kudus atas pribadi berbeda-beda, tetapi sama di dalam menjalankan rencana Allah.
Pimpinan Roh Kudus adalah kehendak Tuhan terjadi atas setiap pribadi, dan pribadi ini masuk ke dalam kehendak Allah yang tidak berubah. Mereka yang menjadi hamba Tuhan juga dipimpin secara berbeda pula. Ada yang dipimpin ke kota besar untuk berkhotbah kepada ratusan bahkan ribuan orang, ada juga yang dipimpin ke suatu desa kecil untuk menggembalakan jemaat yang kecil dengan setia, sampai mati di tempat itu. Ada yang dipimpin Tuhan sampai ia mengalami hidup yang dapat dikatakan lancar tanpa kesulitan yang berarti. Tetapi ada juga hamba Tuhan yang dipimpin sampai dipenjarakan, dianiaya, dan mengalami berbagai siksaan untuk menyatakan kesetiaannya.
Semua hal itu tidak menunjukkan bahwa orang yang berkhotbah kepada ribuan orang lebih sukses daripada mereka yang masuk ke penjara. Ini disebabkan karena pimpinan Tuhan yang berbeda-beda. Oleh karena itu hamba Tuhan yang lancar, yang kaya dan gajinya besar di kota besar, tidak boleh menganggap hamba Tuhan yang di kota kecil atau di pulau terpencil dengan gaji kecil adalah hamba Tuhan yang kecil. Kita tidak tahu mana yang besar dan mana yang kecil. Tuhan mengetahui semua itu. Menurut ukuran Tuhan, orang yang seharusnya mencapai seratus ribu tetapi hanya mencapai sembilan puluh ribu, dia dianggap kecil. Tetapi menurut ukuran Tuhan, seseorang yang kemampuannya hanya mencapai sepuluh orang tetapi dia bisa mencapai dua belas orang, ia dianggap besar. Jadi di hadapan Tuhan tidak ada seorang pun hamba Tuhan yang bisa membanggakan diri. Berdasarkan hal inilah kita tidak pernah boleh berhenti dan puas diri, melainkan harus terus mengejar sampai menyenangkan hati Tuhan.
Pimpinan Tuhan atas setiap pribadi berbeda, oleh sebab itu janganlah Saudara membenci orang lain, jangan iri hari kepada orang lain atau menghina mereka. Kalau kita menghina orang lain karena bakatnya kecil, itu tidak beralasan, karena bakat yang banyak pada diri kita bukan milik kita tetapi pemberian Tuhan. Bakat besar bukan berarti kita boleh berbangga atau menjadi congkak dan boleh mencuri kemuliaan Tuhan; sebaliknya bakat yang besar diberikan agar kita bekerja lebih besar daripada yang lain, dan kelak akan dihakimi apakah telah mengerjakan porsi yang telah diberikan kepada kita. Itulah sebabnya, Saudara yang memiliki bakat dan karunia yang lebih besar harus lebih gentar, karena Saudara akan menerima hukuman yang lebih berat jika bakat tersebut tidak digunakan sesuai dengan kehendak Allah.
Dengan cara demikianlah kita akan mengerti pimpinan Tuhan, dan hidup kita akan semakin dinamis. Begitu banyak orang yang setelah sukses mulai menjadi kendur dan berhenti. Hal sedemikian mirip dengan kisah yang diceritakan Aesop tentang pertandingan kelinci dan kura-kura. Saudara yang tidak mempunyai bakat besar atau tidak sekolah theologia atau hanya melayani secara awam, jangan menjadi kecil hati. Jika Saudara mengerjakan itu dengan setia, terus bersandar pada pimpinan Roh Kudus, maka di dalam kesetiaan itu Saudara akan dihargai oleh Tuhan. Barangsiapa yang memiliki kesempatan dan bakat yang besar, jangan menjadi sombong, karena menurut ukuran Tuhan mungkin sekali ia belum mencapai apa yangTuhan tuntut kepadanya, sehingga kelak ia akan dihukum oleh Tuhan. Ia harus berhati-hati. Ada orang yang dipimpin untuk menikah dan memiliki anak banyak, ada orang yang mengabarkan Injil seumur hidup dan tidak menikah. Pimpinan Tuhan berbeda-beda untuk setiap orang. Orang yang mempunyai anak banyak bisa tetap bekerja, yang tidak mempunyai anak juga tidak kelebihan waktu. Mereka yang memiliki anak banyak tidak perlu iri hati kepada mereka yang tidak mempunyai anak, dan juga sebaliknya.
Hal ini saya pelajari dari dua tokoh musik besar yaitu Johann Sebastian Bach (1685-1750) dan Georg Friedrich Handel (1685-1759). Bach mempunyai 20 anak dari dua istrinya. Isteri pertamanya seorang yang begitu baik. Bach bisa menggubah begitu banyak musik karena semua hal diurus oleh isterinya. Setelah isterinya meninggal, kemudian Bach menikah lagi, dan dari isteri kedua kembali ia mendapatkan banyak anak. Isteri kedua ini yang kemudian mengumpulkan dan mengatur karya-karya Bach sehingga kita bisa menikmati lebih dari 200 kantata gubahan Bach pada hari ini. Sebaliknya Handel yang tidak menikah seumur hidup menakai seluruh waktunya untuk menggubah musik. Terrnyata, karya Handel dan Bach hampir sama banyaknya. Kita perlu belajar bahwa bagi kita tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa kita sudah terlalu repot. Jangan kita seringkali mengomel untuk hal-hal yangTuhan perkenankan kita alami dan miliki. Nikmatilah pimpinan Tuhan.
Pimpinan Tuhan harus selalu kita tanggapi dengan sikap optimisme dan sukacita. Pimpinan Tuhan tidak salah. Ada orang yang sejak lahir sudah sedemikian cantik. Itu adalah kebahagiaan baginya, tetapi sekaligus bahaya. Mereka yang cantik seringkali tidak bisa belajar karena terlalu lama berdiri di depan kaca. Wanita yang wajahnya tidak cantik juga akan lebih aman daripada mereka yang cantik. Jangan kita iri hati. Tuhan memimpin setiap orang secara berbeda-beda. Jika Saudara kaya, pujilah Tuhan; jika miskin pujilah Tuhan. Mereka yang kaya harus selalu bertanya uangnya dari mana dan akan digunakan untuk apa. Jika ia mendapatkan banyak uang secara benar, ia harus meminta pimpinan Tuhan akan digunakan untuk apa uang tersebut. Orang kaya tidak boleh berbuat semaunya sendiri karena ia pun berada di bawah pengawasan Tuhan. Orang miskin juga sedang diuji kesetiaannya oleh Tuhan. Mereka yang tetap setia akan diberkati, tetapi jika mereka menolak pimpinan Tuhan dan memakai kemiskinannya sebagai alasan untuk mencuri, merampok, dan sebagainya, Tuhan akan menghukumnya.
PIMPINAN ROH KUDUS DAN KEHENDAK MANUSIA
Mungkinkah pimpinan Tuhan berlawanan dengan kehendak manusia? Mungkin! Justru seringkali pimpinan Tuhan berbeda dari kehendak kita, dan itu sebabnya disebut “pimpinan” Tuhan. Kalau semuanya sama dengan keinginan Saudara, itu bukanlah “pimpinan Tuhan” tetapi “panutan seorang pembantu.” Begitu banyak orang menyebut nama Tuhan tetapi hatinya menginginkan Tuhan menjadi pembantunya. Orang-orang demikian tidak ingin taat kepada pimpinan Tuhan, tetapi hanya mau meminta Tuhan taat kepadanya. Itu sikap yang kurang ajar. Tuhan tidak akan mau diperintah oleh Saudara. Tuhan tidak akan membiarkan diri-Nya dieksploitasi oeh Saudara. Dia adalah Tuhan, maka semua manusialah yang harus mengikuti-Nya, bukan sebaliknya.
Kalau Saudara mengerti istilah “pimpinan Roh Kudus,” maka Saudara harus mempersiapkan suatu sikap mental yang berkata, “Tuhan, Engkaulah Tuhanku, aku akan selalu menuruti pimpinan-Mu. Kalau pimpinan-Mu berbeda dari kehendakku, itu hal yang wajar karena kehendakku seringkali tidak beres. Pikirankulah yang selalu tidak beres, dan tidak mungkin pikiran-Mu yang tidak beres. Tidak mungkin emosi-Mu dan kehendak-Mu yang tidak beres, pasti kemungkinan ketidak-beresan ada padaku.” Itulah sebabnya, kita harus selalu menaklukkan kehendak kita di bawah kehendak Allah.
Doa Yesus Kristus di Getsemani merupakan titik kritis yang sangat paradoks. Ini merupakan peristiwa besar yang sangat baik menjadi ajang pendidikan bagi setiap manusia. Sebagai Anak yang taat, yang diutus, menghadapi momen yang begitu bahaya, menghadapi kematian di kayu salib, Dia berkata, “Ya Bapa, jikalau mungkin, singkirkan cawan ini dari pada-Ku, tetapi bukan kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang jadi.” Biarlah kehendak Allkah terjadi. Itulah puncak doa.
Saat ini begitu banyak yang berdoa mati-matian meminta agar Tuhan mengikuti kehendaknya. Doa sedemikian akan mengakibatkan Tuhan marah karena Saudara tidak memperlakukan Dia sebagai Tuhan. Dengan berbuat demikian, Saudara telah bersikap kurang ajar dan biadab di hadapan Pencipta Saudara. Jangan berbuat demikian. Tuhan tidak ingin satu orang pun mempermainkan Dia. Kalau doa kita sedang mengeksploitasi dan memperalat Tuhan, maka kita bukan sedang berdoa tetapi sedang berdosa di hadapan Tuhan. Hentikanlah semua doa yang bersifat dosa. Mulailah belajar untuk memiliki sikap yang taat dan mau dipimpin oleh Roh Kudus. Untuk itu kita perlu menyangkal diri (Matius 16:24).
Ajaran tentang penyangkalan diri paling jelas dan paling tuntas diajarkan dalam Kekristenan. Konsep ini sedemikian dalam dan kuat diajarkan oleh Kekristenan dan tidak terdapat di dalam ajaran lain. Namun, apakah penyangkalan diri itu? Apakah ketika kita menyangkal diri sendiri, diri kita masih ada? Kalau masih ada, lalu diri mana yang disangkal?
Penyangkan diri adalah penyarahan diri dan pembuangan diri sehingga kita menolak keinginan diri yang berlawanan dengan kehendak Allah. Penyangkalan diri bukan berarti menghilangkan hal diri sendiri atau menghina atau merendahkan diri kita sendiri. Penyangkalan diri juga bukan berarti kita menjadi orang yang tidak memiliki bakat atau harga diri lagi. Namun, bagaimana kita menghadapi diri atas pekerjaan Tuhan yang telah menggerakkan diri sehingga kita bisa secara tepat memperlakukan diri. Sebenarnya seluruh psikologi sampai hari ini belum ada satu pun yang lebih tuntas dan lebih fokus dan tajam menyatakan kemenangan hidup dibandingkan dengan ayat ini. Ayat ini dengan jelas menekankan bahwa mereka yang mau menjadi murid Kristus harus menyangkal diri, memikul salib, serta mengikut Yesus.
Fakta penyangkalan diri paling jelas terlihat dalam doa Yesus di Getsemani (Matius 26:39-42). Di dalam ayat itu kita melihat bahwa baik kehendak Pribadi Pertama maupun Pribadi Kedua memiliki eksistensi masing-masing. Allah Bapa dan Allah Anak adalah Pribadi yang berbeda. Tetapi pada saat bekerja sama untuk menjadi teladan dan contoh bagi seluruh komunitas hidup di dunia ini. Yesus Kristus menyatakan suatu syarat kooperasi. Syarat kooperasi ini haruslah menjadi teladan bagi segala zaman yaitu penyangkalan diri sehingga kehendak Allah bisa terjadi. Bukan kehendak manusia yang terjadi, tetapi kehendak Allah.
Itulah rahasia kemenangan iman orang Kristen. Inilah tujuan pimpinan Roh Kudus. Roh Kudus memimpin pikiran kita agar kembali kepada firman Tuhan, memimpin emosi kita agar kembali kepada kasih Allah, dan memimpin kehendak kita agar kembali kepada kehendak Allah.
BAB 6 : DINAMIKA HIDUP DALAM PIMPINAN ROH KUDUS.
ESENSI DAN ASPEK PIMPINAN ROH KUDUS (1)
Bagaimana jika Roh Kudus memimpin Saudara masuk ke dalam suatu situasi atau suasana yang sama sekali berbeda dengan keinginan Saudara? Akankah Saudara tetap taat pada pimpinan-Nya atau tidak? Inilah waktu pengujian bagi Saudara. Apakah Saudara masih tetap mencintai Tuhan dan tetap taat pada pimpinan-Nya?
Di dalam sebuah pertemuan eksekutif di Delaware, saya meminta para eksekutif untuk memberikan kesaksian tentang pimpinan Tuhan atas hidup mereka. Satu per satu mereka bersaksi, ada yang mengatakan pimpinan Tuhan membuat mereka mendapatkan pekerjaan baru, mendapatkan kenaikan gaji, menemukan istri, mendapat pendapatan ekstra yang besar, dan lain-lain. Saya katakan kepada mereka bahwa saya tidak puas terhadap kesaksian mereka karena semua kesaksian itu masih dikurung dengan sikap yang egosentris. Dari konsep itu saya tahu tingkat kerohanian mereka; mereka belum bersedia untuk menerima kesengsaraan dari Tuhan,. Mungkin Saudara sudah cukup lama menjadi orang Kristen namun Saudara belum pernah mempersiapkan mental Saudara untuk mau dipimpin Roh Kudus masuk ke dalam situasi-situasi yang sulit. Tetapi kerajaan Allah, kematangan rohani, kemahiran gereja, dan kuasa kesaksian selalu datang kepada mereka yang pernah mengalami pimpinan yang sulit dari Tuhan dalam hidup mereka.
Gereja tidak bisa bertumbuh bukan karena pendetanya tidak bergelar doktor dari Amerika. Sekarang seperti satu tren, bahwa pendeta yang sudah melayani beberapa tahun harus pergi keluar negeri untuk penyegaran kembali. Tetapi saya tidak melihat banyak pendeta yang kembali dari luar negeri kuasanya lebih besar daripada sebelum ia pergi. Saya bukan tidak setuju orang studi keluar negeri, tetapi saya selalu mau mengetahui apa motivasi mereka studi keluar negeri, studi di mana, di bawah naungan siapa. Kalau tidak jelas, lebih baik tidak usah pergi. Justru melalui pimpinan Tuhan yang negatif, orang akan dipersiapkan untuk menerima gemblengan, penganiayaan, pengujian yang mematangkannya sehingga ia boleh dipakai Tuhan dengan lebih baik.
Seorang uskup berkata kepada saya, “Beberapa tahun saya bekerja di Sinode ini dan dibawah saya ada beberapa pendeta-pendeta muda yang mau pergi ke Amerika Serikat atau Inggris dengan alasan pimpinan Tuhan.” Lalu ia bertanya-tanya, mengapa selama beberapa puluh tahun ini tidak ada yang mengatakan, “Tuhan memimpin saya ke Afrika atau ke Nepal, atau Kashmir?” Jadi di Asia ini masih tertanam suatu mental, jika kita lebih kaya, lebih maju, lebih banyak keuntungan, itulah pimpinan Tuhan. Hal itu tidak benar.
Terkadang Tuhan memimpin Saudara untuk sementara waktu meng-alami kesengsaraan, kemiskinan, dan kesulitan. Pada saat seperti itu, Saudara sedang dipersiapkan dan dimatangkan oleh Tuhan untuk menjadikan Saudara laskar Kristus yang tidak mudah diombang-ambingkan orang lain.
Saya ingin mengambil tiga contoh di dalam Alkitab tentang pimpinan Tuhan yang negatif.
1. Roh Kudus Memimpin Masuk ke dalam Pencobaan
Mungkinkah Tuhan memimpin Saudara bertemu dengan Iblis, lalu membiarkan Saudara di sana dengan Iblis? Lalu Tuhan mengizinkan Iblis berada di situ sebagai penggoda untuk mencobai Saudara agar berbuat dosa? Seringkali sebagai orang Kristen kita sulit memikirkan hal-hal seperti itu. Seolah-olah tidak mungkin Tuhan memimpin kita bertemu dengan Iblis. Mana mungkin anak Tuhan dibiarkan bertemu Iblis lalu dibiarkan digoda di sana? Di dalam Matius 4:1, Tuhan Yesus dipimpin oleh Roh Kudus ke padang gurun untuk dicobai di sana. Roh Kudus tidak memimpin Tuhan Yesus ke SOGO (salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta) untuk belanja, tetapi dibawa oleh Roh ke padang gurun, tempat yang sunyi, yang tersendiri, tanpa hiburan, tanpa fasilitas. Di tempat yang begitu sulit, Tuhan Yesus dipimpin ke sana untuk dicobai oleh Iblis.
Mungkin banyak Saudara yang tidak bisa menerima konsep Roh Kudus memimpin seseorang untuk dicobai oleh Iblis. Ini adalah pembentukan konsep yang salah yang sudah terjadi di Indonesia selama empat puluh sampai lima puluh tahun yang lalu, yaitu: kalau mendapat berkat, itulah pimpinan Tuhan; kalau terkena kecelakaan, itu kutuk Tuhan; kalau lancar, itulah berkat Tuhan; kalau sakit, itulah kutuk Tuhan. Sakit pasti dari Setan, karena tidak mungkin Allah membiarkan anak-Nya sakit. Kalau anaknya begitu sehat, gemuk seperti babi, pasti itulah berkat Tuhan. Konsep-konsep ini sudah tercemar sehingga sangat berbeda dari Alkitab.
Kini saya mengajak Saudara memperhatikan ayat-ayat yang mungkin sudah sedemikian lama Saudara abaikan begoitu saja.
Tuhan Yesus dipimpin oleh Roh Kudus selama empat puluh hari berpuasa di padang gurun, di mana keadaannya begitu sulit. Dan setelah itu, Ia mulai digoda oleh Iblis. Kita mungkin bisa tidak percaya bahwa Allah memimpin Yesus memasuki keadaan seperti itu. Bukankah Tuhan Yesus sendiri yang mengajar kita berdoa, “Jangan membawa kami ke dalam pencobaan; lepaskanlah kami daripada yang jahat.” Setelah selesai berdoa, Roh Kudus berkata, “Ya, tetapi sekarang kamu akan dipimpin kepada pencobaan bertemu dengan yang jahat.” Memang berada di dalam lingkungan seperti itu bukan berarti harus menerima pencobaan di situ.
Berada di dalam keadaan yang sulit bukan berarti kita menderita karena kegagalan. Berada di tengah kemiskinan, bukan berarti kita juga harus mewarisi mental orang miskin yang meminta-minta. Waktu Saudara miskin, nyatakan bahwa Saudara adalah anak Raja; dan sewaktu Saudara susah, tetaplah bersukacita; pada saat Saudara tersendiri, nyatakan bahwa Roh Kudus itu Parakletos yang mendampingi Saudara; pada waktu Saudara tertindas, nyatakan bahwa Saudara memiliki jiwa yang agung. Biarlah karakter kita boleh digarap oleh Tuhan sampai kita bisa mempunyai karakter yang mulia, karakter yang mengalahkan segala pencobaan, kesulitan padang belantara seperti itu.
Pada saat saya berada di tingkat satu sekolah theologi, ada seorang rekan yang sering dianggap kurang berbakat. Ketika ia berkhotbah, ia membuat banyak orang mengantuk. Tetapi justru dari dialah saya mendapatkan pelajaran berharga dari dua kalimat yang tidak bisa saya lupakan: “Watak yang buruk bagaikan telur yang bagus, tetapi sekali dilemparkan langsung hancur. Watak yang baik bagaikan bola karet yang jelek, tetapi sekali dilemparkan memantul semakin tinggi.”
Ketika Tuhan membawa Saudara ke tempat-tempat yang sulit, Saudara marah-marah, mau mati. Maka marah pun jelek, mati pun jelek. Ataukah ketika Tuhan membawa Saudara ke tempat sedemikian, Saudara terus bangun, melatih diri, memantul semakin tinggi dan makin sukses, makin maju dan makin tahan uji. Mungkin sekali Tuhan akan memimpin Saudara ke padang belantara. Mungkin sekali Tuhan membiarkan Saudara bertemu dengan Iblis dan mengizinkannya mencobai Saudara.
2. Roh Kudus Memimpin ke Tempat yang Kurang Baik
Mungkinkah seseorang yang sudah sukses di suatu tempat kemudian dipimpin oleh Roh Kudus untuk pindah ke tempat yang sulit dan harus memulai segala sesuatu dari permulaan lagi? Mungkin. Di dalam Kisah Para Rasul 8 kita melihat bagaimana Tuhan memerintahkan Filipus untuk pergi ke tempat yang sunyi (Kisah Para Rasul 8:26). Sebelumnya Filipus melayani di tempat yang ramai di Yerusalem, dan sukses sekali, sampai dijuluki sebagai Penginjil Besar (the Great Evangelist). Tetapi sekarang Tuhan berkata, “Pergilah ke Selatan.” Filipus tidak tawar-menawar dengan berkata, “Kalau saya pergi ke Selatan, siapa yang akan menggembalakan di sini, lebih baik saya menunggu sampai ada pengganti terlebih dahulu.” Ketika Filipus rela untuk pergi, Tuhan memberi tahu dia bahwa jalan itu adalah jalan yang sunyi dan panas. Mengapa pimpinan Tuhan seperti ini? Bukankah Filipus adalah seorang pengkhotbah besar, kalau tidak ada yang mendengarkan khotbahnya. Bukankah itu sayang sekali? Mengapa ia harus menunggu orang lewat di jalan yang sedemikian sepi?
Saya melihat kasus ini sebagai pimpinan negatif Roh Kudus yang sering tidak dipikirkan orang. Justru ketika saya mengkhotbahkan bagian ini, Detmar Scheunemann, dosen senior Institut Injili Indonesia di Batu, Malang, mengambil keputusan untuk meninggalkan kota Batu dan kembali ke Jerman. Ia harus meninggalkan semua kesuksesannya di Indonesia dan memulai lagi sesuatu yang baru, memulai misi penginjilan di negeri asalnya yang begitu sulit di tengah-tengah orang-orang liberal. Inilah juga pergumulan saya ketika pada usia saya yang mulai menua, saya harus meninggalkan kota Malang dan memulai sesuatu yang baru, yaitu memulai Gerekan Reformed Injili Indonesia. Bagaimana saya bisa menghidupi keluarga saya? Terkadang saya tidak tahu bagaimana harus memulainya. Pada saat pimpinan Tuhan jelas, saya harus pergi ke Jakarta. Saya sama sekali tidak pernah menyesal meninggalkan posisi saya waktu itu sebagai Ketua Yayasan SAAT (Seminari Alkitab Asia Tenggara).
Pimpinan Tuhan tidak pernah sekaligus. Ia membuka selangkah demi selangkah. Saya sering tidak tahu apa yang akan terjadi di depan. Apakah akan sukses atau akan gagal? Yang penting adalah saya mau selalu taat dengan sungguh-sungguh. Setelah taat, maka saya akan serahkan semuanya kepada Tuhan. Saya tidak mempunyai waktu untuk iri hati atau menghina orang lain. Saya mau terus hidup dinamis melihat pimpinan Roh Kudus atas hidup saya.
Filipus yang sudah sukses berkhotbah dan menginjili di Yerusalem, kini ditempatkan di sebuah jalan sepi ke arah Gaza untuk memberitakan Injil kepada seseorang yang sedang dalam perjalanan dengan kereta kembali ke Ethiopia. Setelah hati orang itu terbuka menerima Kristus, lalu dibaptis, maka orang itu pergi melanjutkan perjalanannya (Kisah Para Rasul 8:38). Filipus pergi ke situ hanya untuk satu orang itu. Apakah ini suatu pemborosan? Bukankah pimpinan demikian kurang baik? Seorang yang memiliki talenta besar seperti Filipus harus menginjili hanya satu orang saja? Tidak! Justru dari bibit satu orang itu, di seluruh Afrika boleh ada satu negara Kristen, yaitu Ethiopia.
Pada zaman ini perkembangan gereja seringkali di salah mengerti, hanya dikaitkan dengan masalah kuantitas saja. Tetapi dalam kasus ini kita melihat prinsip kualitas lebih penting daripada kuantitas. Saya tidak ingin menghibur orang dengan selalu menganggap yang kuantitas kecil pasti kualitas besar, tetapi mengukur kesuksesan hanya dari sudut kuantitas adalah cara menilai perkembangan yang salah.
Sejak dari Fuller Theological Seminary sampai ke ujung bumi, pertumbuhan gereja hanya dilihat dari jumlah anggota saja. Namun di dalam Alkitab pertumbuhan jumlah adalah pertumbuhan yang paling tidak penting. Jaga dan tumbuhkan kualitas terlebih dahulu, maka kuantitas akan mengikuti. Ny. Edith Schaeffer (istri dari Francis Schaeffer) pernah berkata kepada saya: “Amerika Serikat setiap tahun memproduksi beribu-ribu Ph.D. (Doktor Filsafat), tetapi hampir tidak ada yang mau menjadi pahlawan yang berkorban bagi Kristus. Di manakah di dalam kerajaan Allah kita melihat pahlawan-pahlawan yang rela mati untuk Tuhan?” Kita terlalu banyak memikirkan tentang hak saya, apa yang seharusnya saya peroleh, tetapi tidak banyak memikirkan bagaimana membanting tulang, kalau perlu sampai hancur demi membalas cinta kasihTuhan. Kekristenan didirikan oleh orang-orang yang berjiwa besar, bukan hanya berotak besar. Pimpinan Tuhan tidak selalu sesuai dengan apa yang kita pikirkan.
3. Roh Kudus Menutup Pintu Pemberitaan Injil
Pimpinan ketiga ini lebih mengherankan. Sama sekali tidak sesuai dengan pikiran manusia biasa. Di dalam bagian ini jelas sekali terlihat bahwa Paulus dan kawan-kawannya dilarang memberitakan Injil ke Asia (Kisah Para Rasul 16:6). Mengapa demikian? Mengapa Roh Kudus melarang anak Tuhan mengabarkan Injil? Selama ini Paulus dengan giat memberitakan Injil dan begitu banyak orang yang menerima Kristus, bertobat dan menjadi anak-anak Tuhan. Namun, ketika mereka akan melanjutkan pemberitaan Injil ke Asia, Roh Kudus melarang mereka. Seringkali kita tidak bisa mengerti mengapa Roh Kudus melarang seseorang memberitakan Injil.
Hendaknya dalam hal ini kita berhenti berspekulasi dengan pikiran kita sendiri. Aneh sekali, ketika Paulus dan kawan-kawannya dilarang memberitakan Injil di Asia, mereka tidak ribut mempertanyakan alasannya. Mereka sungguh-sungguh taat. Ketaatan sangat perlu untuk menjadikan seseorang mahir dalam kehidupan rohaninya. Martin Luther pernah berkata, “Tidak ada pertanyaan ‘mengapa’ di dalam hati orang percaya.” Anak Tuhan tidak perlu terus-menerus bertanya “mengapa” kepada Tuhan, karena mereka tahu apa yang Tuhan perintahkan pasti selalu benar. Mereka tidak perlu menuntut alasan Tuhan atas apa yang Ia perintahkan untuk kita kerjakan.
Mengapa Paulus dilarang memberitakan Injilk ke daerah-daerah itu? Paulus dilarang karena daerah-daerah di mana Paulus ingin masuki adalah daerah-daerah yang disediakan oleh Roh Kudus untuk Petrus (bdk. 1 Petrus 1:1). Kalau ada orang yang tidak suka dan melawan Saudara, janganlah marah, karena disitu ada pimpinan negatif di mana Tuhan sedang mempersiapkan Saudara untuk melayani di tempat yang lain. Jangan jengkel kepada orang-orang itu karena mereka hanya dipakai oleh Tuhan. Kalau tidak ada orang yang jengkel sehingga Saudara tidak pergi, maka pasti ada tempat lain yang tidak tergarap.
Semua ini baik. Ada orang benci pada Saudara itu baik. Tetapi Saudara benci orang lain, itu tidak baik. Orang yang kerohaniannya belum bertumbuh hanya bisa memfitnah, mengejek, menganiaya orang lain. Itu adalah kebebasan mereka sesuai dengan kerohanian mereka. Tetapi Saudara yang dipimpin Roh Kudus jangan menjadi gelisah dan ribut atau tawar hati karena ada orang yang memperlakukan Saudara tidak baik, karena Saudara harus ingat bahwa Saudara hidup di bawah pimpinan Roh Kudus.
Dalam Seminar yang lalu saya pernah menegaskan kepada orang-orang Kristen untuk tidak sembarangan memakai istilah “di dalam Roh”. Gereja-gereja dan pemimpin-pemimpin yang tidak bertanggung jawab seringkali memakai istilah “berdoa di dalam Roh” sebagai glossolalia. Kalau demikian, bagaimana dengan “berjalan di dalam Roh” dan “berbakti di dalam Roh”? Berjalan di dalam Roh berarti seluruh pelayanan Saudara dipimpin oleh Roh Kudus, Jangan sembarangan mengartikan ayat Alkitab. Marilah kita mengerti Alkitab secara utuh. Berdoa di dalam Roh berarti berdoa dengan pimpinan Roh Kudus yang dengan keluh kesah yang tidak terkatakan menolong kita berdoa sehingga mengoreksi dan menormalkan doa kita yang tidak benar agar doa kita bisa diterima oleh Tuhan. Demikian juga dengan berbakti di dalam Roh. Barangsiapa hidup oleh Roh Kudus, hendaklah ia juga dipimpin oleh Roh Kudus (Galatia 5:25).
Pada waktu Tuhan memberikan pimpinan negatif kepada Saudara, mungkin sekali Saudara tidak mengerti dan sulit menerimanya. Saudara mungkin tidak tahu harus bagaimana. Tetapi saya menganjurkan kepada Saudara untuk taat. Jikalau Saudara tidak taat, maka pimpinan positif tidak akan menyusul. Begitu banyak orang Kristen gagal karena saat pimpinan Roh Kudus yang negatif tiba kepadanya, ia menantang, menolak, mau berdebat dengan Tuhan, dan ia mau menang sendiri. Pada saat seperti itu, Tuhan akan membiarkan dia. Seumur hidup ia akan berhenti di situ dan kerohaniannya tidak akan maju lagi. Kita harus bersyukur kepada Tuhan karena untuk memimpin kita masuk ke dalam hari depan yang positif, Tuhan terkadang memimpin kita dengan cara yang negatif terlebih dahulu.
Roh Kudus memimpin manusia bukan menurut pikiran dan kehendak manusia. Ia memimpin kita menurut kehendak Allah. Oleh karena itu, seringkali kita merasakannya sebagai pimpinan yang aneh. Biasanya muncullah dua macam respons, yaitu: (1) orang Kristen mengikuti kehendak daging; dan (2) orang Kristen mengikuti kemauan Roh Kudus. Orang yang dipimpin oleh Roh Kudus akan menuju kepada hidup yang sejahtera, tetapi mereka yang dipimpin oleh kedagingan akan menuju kepada kebinasaan.
Jikalau Roh yang sudah membangkitkan Kristus dari kematian berada di dalam diri Saudara, maka Roh itu akan memberikan kepada Saudara kuasa kebangkitan, dan Saudara akan mengalami hidup yang baru, hidup yang dinamis. Tetapi pada waktu pimpinan Roh Kudus tidak sesuai dengan keinginan Saudara, Saudara merasakan sesuatu yang aneh. Inilah pimpinan Tuhan yang negatif. Jikalau kita tidak berpegang teguh pada pimpinan Tuhan sedemikian, maka kita akan mulai menggerutu, mengomel, dan tidak menerima pimpinan Roh Kudus. Banyak orang Kristen sulit bertumbuh karena dibelenggu oleh begitu banyak konsep-konsep dunia, sehingga tidak bisa kembali kepada pengertian Alkitab yang sesungguhnya.
Pada zaman ini, pengajaran Alkitab begitu banyak diselewengkan. Jika kita membicarakan tentang pelepasan, kepenuhan, maka kata-kata itu begitu sering diselewengkan oleh pendeta-pendeta yang tidak bertanggung jawab. Suatu kali seorang janda datang kepada saya membawa ringkasan khotbah dari seorang pendeta. Ia dengan menangis menanyakan isi khotbah itu kepada saya. Di dalamnya tercantum, “Orang yang bisa menjadi janda adalah karena dia menyimpan dosa tertentu yang tersembunyi. Orang lain memang tidak mengetahuinya, tetapi karena Allah Mahatahu, maka ia akan menghukum orang itu dengan menjadikannya janda supaya ia bertobat.”
Apakah itu ajaran Alkitab? Tidak! Alkitab justru menjelaskan bahwa Ayub yang menderita sedemikian hebat, adalah seorang yang saleh, yang cinta Tuhan, yang benar dan disebut sempurna di hadapan Tuhan. Pada saat ketiga kawannya datang, dan menegur dia, berdiskusi tentang dosa dan penderitaan di hadapannya, pertama-tama mereka bersikap pura-pura sopan dan hormat kepada dia. Ini yang disebut sebagai cultural confort (penghiburan kultural). Tujuh hari tidak berkata apa-apa, mereka mendampingi Ayub. Ini suatu pendidikan kultural yang hebat dan telah terbentuk dalam diri mereka. Sesudah lewat tujuh hari, tidak ada kekuatan lagi untuk tetap bersabar, maka mereka mulai mengkritik dan menuduh bahwa Ayub telah berdosa. Mereka berasumsi bahwa tidak mungkin Ayub mendapatkan malapetaka yang sedemikian besar jika Ayub tidak berdosa. Ayub berkata dengan sunggguh-sungguh bahwa ia memang tidak berdosa. Ayub yang hidupnya begitu kudus dan begitu baik, akhirnya malah ditimpa kesulitan yang sedemikian besar. Bagaimana sikap Ayub? Ia sama sekali tidak mencela Tuhan. Ia sangat mengetahui bahwa setelah ia melewati semua ujian itu,ia akan menjadi seperti emas murni. Pimpinan Tuhan mungkin sekali membawanya ke padang belantara.
Di Asia masih banyak sekali orang yang tergila-gila pada sistem pendidikan theologi Barat. Tetapi saya tegaskan bahwa pendidikan theologi di Barat sudah terbukti tidak banyak menghasilkan tokoh-tokoh yang menumbuhkan gereja dengan sehat dan penuh kuasa. Di Indonesia masih begitu banyak orang yang tergila-gila pada gelar yang tinggi, tetapi saya tegaskan kepada Saudara bahwa banyak orang yang bergelar Doktor meminta saya untuk mencarikan pekerjaan buat mereka di Asia, tetapi saya tolak karena kerohaniannya tidak beres.
Roh Kudus memimpin dengan cara yang berbeda dari apa yang kita pikir. Pada saat Saudara sedang unggul atau di dalam kesuksesan, mungkin sekali Tuhan akan membawa Saudara ke tempat yang sunyi, sepi, dan tersendiri. Di saat seperti itu, masihkah Saudara mampu berkata, “Puji Tuhan”?
Beberapa waktu lalu, setelah kebaktian di berbagai tempat di Amerika dan Kanada, minggu berikutnya saya harus berkhotbah di daerah pedalaman Serawak. Saya langsung sadar bahwa pendengaran saya sangat berbeda dari para mahasiswa dan orang-orang di Amerika dan Kanada. Seluruh suku itu ada sekitar 6.000 orang, dan di seluruh suku itu cuma ada dua buah buku, yaitu Alkitab dan buku nyanyian. Tidak ada buku lain di situ. Yang membantu menerjemahkan adalah seorang misionaris yang sudah berada di situ selama 36 tahun. Ia terus mempelajari bahasa suku itu, lalu dengan susah payah menyusunnya menjadi semacam kamus kecil. Dan setelah itu ia mencoba menerjemahkan Perjanjian Baru kedalam bahasa mereka. Ia merancang hurufnya bagi mereka. Pada saat saya akan berkhotbah saya diberi tahu bahwa mereka hanya mengetahui ayam, kucing, anjing, dan babi. Padahal mereka mau satu kali khotbah tiga jam, dan satu hari tiga kali kebaktian. Ini merupakan masa yang sulit bagi saya. Dari 28 hari pelayanan, hanya dua hari mandi di kamar mandi, sisanya mandi di sungai.
Pada suatu pagi dihutan, saya mulai sadar bahwa setiap jiwa sama berharga di mata Tuhan, baik di Toronto atau pun di pedalaman Serawak. Lalu saya meminta kepada Tuhan mengajar saya untuk taat pada pimpinan-Nya, karena pimpinan-Nya tidak mungkin salah. Maka tergubahlah lagu “Ke mana Saja.”
Syair lagu ini: Ke mana saja, ku telah sedia / Pimpinan Tuhan tak pernah bersalah / Tolong ku taat memikul salib-Mu / Tuhan pimpinan-Mu sempurna / Dalam kota besar atau dalam rimba / Jiwa sama berharga di mata Hu / Kemana saja ku telah sedia / Ku mau cinta yang dicinta Hu. (Serawak, 1977).
Pada saat saya akan berkhotbah, ada satu suku yang baru datang. Mereka telah enam hari berjalan kaki dari desa mereka untuk bisa tiba di tempat kebaktian itu. Ketika saya merasa sudah berkorban untuk datang ke pedalaman seperti itu, saya mulai sadar bahwa mereka berkorban jauh lebih besar daripada saya demi bisa mendengarkan khotbah. Saya rasa mereka lebih cinta Tuhan daripada saya. Saya minta Tuhan mengampuni saya. Pada saat saya merasa sudah mencintai Tuhan, itulah tandanya saya sudah kurang rohani. Saya hanya layak melayani Tuhan dan saya sadar bahwa Tuhan begitu mencintai saya dan saya tidak memiliki apa-apa yang patut dibanggakan.
Melintasi rimba, melintasi padang belantara, tetapi siapakah yang dapat memimpin kita sampai ke sorga? Hanya Roh Kudus. Filipus tidak bersungut-sungut karena ia tahu bahwa segala pelayanannya tidak boleh dinilai oleh fenomena. Ia tidak bisa dibeli oleh uang dan ia tidak bisa digoyahkan oleh pujian atau dirusak oleh fitnah orang lain.
BAB 6 : DINAMIKA HIDUP DALAM PIMPINAN ROH KUDUS.
ESENSI DAN ASPEK PIMPINAN ROH KUDUS (2)
ASPEK POSITIF PIMPINAN ROH KUDUS
1. Roh Kudus Memimpin Kita Masuk Ke dalam Hidup Berkelimpahan.
Pimpinan negatif adalah pendahuluan untuk membawa Saudara masuk ke dalam pimpinan yang positif. Jikalau Saudara tidak mengetahui pimpinan Roh Kudus yang negatif, Saudara tidak mungkin masuk ke dalam pimpinan Roh Kudus yang positif, yang disediakan oleh Roh yang sama bagi Saudara. Akibatnya, Saudara akan gagal di tengah jalan, kerohanian Saudara berhenti dan tidak maju lagi. Itu terjadi karena pada saat ada pimpinan yang negatif, Saudara bersungut-sungut dan melawan Allah. Tuhan selalu meminta Saudara untuk sabar. Bijaksana dari Tuhan datangnya selalu lambat. Orang yang terlalu cepat jadi, juga akan cepat rusak. Bijaksana yang agung membutuhkan waktu yang panjang. Itulah sebabnya perlu waktu untuk membentuk kita. Tidak ada jalan pintas di dalam kedewasaan rohani.
Banyak orang Kristen yang tidak mau dipimpin oleh Tuhan dan tidak mau taat sampai akhir. Mereka mau langsung berdiri sendiri, menuntut kebebasan, hak sendiri, dan tidak mau dipimpin oleh orang lain. Kebebasan Saudara baru menjadi kebebasan yang sungguh-sungguh sejati jika kebebasan itu sudah diikat di bawah pimpinan Roh Kudus. Perhatikanlah kehidupan Elisa dan Daud. Ketika Elisa dipanggil untukmenggantikan Elia. Pada awalnya ia hanya membantu Elia sebagai tukang air di hadapan tuannya. Daud sudah diurapi sebagai raja, tetapi ia harus menantikan dengan sabar sampai Saul mati. Sekalipun ada kesempatan untuk mendongkel, bahkan membunuh Saul, Daud tidak melakukannya. Pimpinan Tuhan memerlu-kan kerendahan hati dan kerelaan mengabdikan diri kepada Tuhan, sekalipun segala sesuatu sulit kita terima. Hal ini diperlukan karena jika kita tidak sabar dan tidak konsisten, maka pimpinan yang positif tidak akan tiba kepada kita.
Ada seorang pemimpin misi sedunia yangs ebelum memegang jabatan itu selama 6 tahun harus menjadi seorang yang tidak memiliki apa-apa dan hanya melayani dengan tekun sebagai tukang tambal sepatu para misionaris di Afrika. Banyak pemuda-pemudi zaman ini yang mau segala sesuatu berjalan dengan cepat; hari ini menyerahkan diri, besok sudah jadi Billy Graham. Ini sesuatu yang tidak mungkin. Konfusius pernah berkata, “Jika langit ingin memakai seseorang, ia akan membuatnya susah, lapar, dan penuh kesulitan. Lalu meneguhkan niatnya untuk berjuang.”
Pimpinan negatif dikerjakan oleh Tuhan agar seseorang boleh dilatih terus dan dipersiapkan menuju kepada hal yang positif. Jika seseorang tidak pernah mengalami pimpinan-pimpinan yang negatif sedemikian, ia tidak dapat kuat dan siap untuk pimpinan yang positif. Namun setelah ia menerima dua macam pimpinan Tuhan ini, akhirnya ia akan mendapat hidup yang berkelimpahan.
Yesus Kristus berkata, “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.” (Yohanes 10:10). Apakah maksud hidup yang berkelimpahan? Orang Kristen yang hidupnya begitu miskin, memang hidup tetapi seperti hampir mati. Hal ini berbeda dengan hidup yang memiliki kelebihan untuk bisa menolong orang lain. Orang yang terus-menerus mengurus diri sendiri dan terus merasa kekurangan adalah orang yang miskin. Orang yang mempunyai banyak kesulitan tetapi tidak memberitahukan kepada orang lain, sebaliknya masih sempat menolong orang lain dalam berbagai hal, itulah orang yang berkelimpahan. Kunci hidup yang berkelimpahan adalah karena pimpinan Roh Kudus mengalami berbagai kesulitan dan penderitaan, sampai akhirnya menang, barulah ia menikmati hidup yang berkelimpahan.
Jika Saudara tidak mau dicobai, tidak mau diuji, dan tidak mau digembleng oleh Tuhan, bagaimana Saudara bisa mendapat hidup berkelimpahan yang terus-menerus dan mengalirkan hidup berkelimpahan itu untuk menjadi berkat bagi orang lain? Hidup berkelimpahan adalah hidup yang dibagikan terus-menerus kepada orang lain tetapi tidak pernah habis. Saudara akan terus merasa masih bisa menolong orang lain, masih bisa mengerjakan sesuatu.
Istilah “janji” merupakan istilah yang indah bagi kita. Tuhan adalah Tuhan yang memberikan janji. Ia yang memberikan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru bagi kita. Ia yang berjanji kepada orang Israel dan juga kepada orang Kristen. Janji merupakan pegangan dan dasar iman kita. Istilah “janji” dalam bahasa Latin memiliki kata dasar pro + miterre (dari sini muncul kata promise), atau pra + misi. Sebelum misi diberikan, sudah ada pandangan yang diberikan. Di mana iman betul-betul terkait dengan kesetiaan Tuhan, di situ ada pandangan sedemikian, sehingga Saudara dilatih oleh Tuhan, Saudara dipimpin oleh Tuhan secara negatif, akhirnya Saudara mnengalami banyak lembah kekelaman, mengalami banyak kesulitan dan penderitaan, yang menjadikan Saudara semakin matang. Saudara hanya bisa melihat sampai batas tertentu, tetapi janji Tuhan jauh melebihi apa yang Saudara bisa lihat. Inilah hidup yang berkelimpahan.
Jika Saudara mencapai kehidupan yang berkelimpahan, Saudara akan mempu mengerjakan banyak peklerjaan yang tidak mampu dikerjakan oleh orang lain. Mary Slessor, seorang yang begitu lembut, yang dipanggil oleh Tuhan untuk menjadi pengabar Injil yang berani mati di pedalaman Afrika. Ia dijuluki sebagai “The White Queen among the Black Peoples.” (Ratu Putih di tengah Masyarakat Hitam). Setelah ia meninggal, pekerjaannya harus digantikan oleh tiga orang pria yang lebih besar dan lebih kuat daripada dia sendiri. Hidup yang berkelimpahan tergantung pada bagaimana Saudara melihat kemungkinan-kemungkinan yang dijanjikan oleh Tuhan. “Janji” berarti pandangan yang dimiliki sebelum misi. Saudara melihat melampaui ambang batas, sehingga apa yang orang lain lihat sebagai tidak mungkin dikerjakan, Saudara mengatakan mungkin mengerjakan, betapa pun sulitnya.
Selama 38 tahun pelayanan, saya menyaksikan dengan mata kepala sendiri betapa pimpinan Tuhan tetap sama. Orang mengatakan zaman sudah berbeda, orang di zaman ini sudah tidak suka mendengar khotbah. Saya tegaskan kepada mereka, bahwa tidak benar demikian. Sampai saat ini orang masih tetap mau mendengarkan khotbah, asalkan Firman itu diberitakan dengan pimpinan dan kuasa Roh Kudus, untuk memaparkan kebenaran secara bwertanggung jawab.
Pimpinan Roh Kudus bukan sampai pada dinamika hidup Saudara sendiri, tetapi juga memberikan dinamika dan pertolongan kepada orang lain. Tuhan adalah sumber berkat yang asli, sedangkan Saudara dijadikan ‘sumber berkat kecil’ (maksudnya, saluran berkat bagi orang lain). Saudara dipenuhi terlebih dahulu dengan berkat Tuhan sehingga dari hidup Saudara terpancar keluar berkat bagi orang lain. Tuhan akan memakai kita.
2. Roh Kudus Memimpin Kita Masuk ke dalam Kemerdekaan
Apakah kebebasan itu? Sering orang menjawab: “Kebebasan adalah kebebasan.” Banyak orang yang tidak mau berpikir, hanya mau menangkap pikiran-pikiran tradisional, dengan konsep-konsep lingkungan yang disetujui mayoritas. Tetapi orang yang memakai pikiran tidak mudah menerima sesuatu dengan begitu saja. Ia akan menelusuri dan berusaha memahami arti sesungguhnya dari esensi yang diutarakan oleh istilah tersebut.
Istilah-istilah yang dipakai di dalam literatur filsafat dan ilmiah adalah suatu susunan huruf yang dipakai untuk mengutarakan suatu kebenaran yang ada di belakang dan melampaui kata itu, maka ada kebenaran di belakang kata itu. Pada saat kita mengatakan “bebas”, sebenarnya ada suatu kebebasan yang perlu diutarakan, sehingga kita memilih kata itu. Tetapi kebenaran itu pasti lebih besar daripada istilahnya. Jika kita menerima konsep itu dengan konsep tradisional dan konsep pengakuan umum sebagai pengertian kita, maka kita tidak akan maju. Jika kita merenungkan lagi secara lebih mendalam makna di balik istilah itu, mengerti realitas dan esensi istilah itu, dan meminta Tuhan memimpin kita memasuki realitas yang limpah itu, maka kita bisa menjadi orang yang berul-betul bebas.
Ada orang yang berkata bahwa ia mengetahui Kekristenan. Ketika ditanya apa itu Kekristenan, ia menjelaskan Kekristenan sebagai berikut: ada seorang wanita yang tidak menikah, melahirkan anak yang namanya Yesus dan katanya setelah mati bisa menebus dosa. Itu bukan berarti ia sudah tahu. Ia hanya mengadopsi pengetahuan umum tetapi sama sekali tidak tahu apa yang ada dibelakang semua itu, yaitu rencana Allah menebus dosa manusia. Itulah realitas yang harus kita pegang. Saya selalu merasakan kesulitan dalam berkhotbah karena keinginan saya untuk memaparkan realitas yang ingin saya sampaikan selalu dibatasi oleh kata-kata saya. Alkitab mengajar bahwa jika kita hanya mengerti secara harfiah belaka, maka itu akan mematikan, tetapi jika Saudara mengerti sampai kepada arti yang sesungguhnya, itu yang menghidupkan. Roh Kudus memimpin kita kepada pengertian yang membebaskan.
Frasa “di mana ada Roh Kudus di situ ada kebebasan,” telah disalah-mengerti dan diselewengkan penggunaannya oleh berbagai gereja. Mereka mengatakan, “Di gereja ini ada kebebasan untuk bertepuk tangan, di gereja lain tidak ada, oleh karena itu di sini ada Roh Kudus.” Jadi arti kebebasan adalah kebebasan bertepuk tangan. Istilah-istilah yang begitu penting seringkali sudah diikat dengan konsep-konsep yang begitu sempit dan dibatasi dxengan pengertian-pengertian yang menyeleweng.
Kebebasan sejati adalah kebebasan untuk tidak berada di bawah tangan Iblis, belenggu dosa, di dalam kuasa kematian, atau di dalam ancaman murka Allah. Kebebasan sejati adalah kebebasan yang melepaskan kita keluar dari kutuk Taurat, keluar dari kerusakan dunia, keluar dari sifat bawaan dari Adam (dosa asali), dan keluar dari ikatan konsep dunia, agama, filsafat, dan tradisi yang salah.
Kebebasan sejati bukan berarti saya bisa melakukan apa saja yang saya mau. Ini konsep kebanyakan uang. Kebebasan berarti ketika saya mau memakai uang, ada uang, mau memukul orang, bisa memukul orang. Saya rasa hal sedemikian bukanlah kebebasan, melainkan sifat liar. Itu adalah sifat liar atau barbar, ganas, dan tingkah laku yang sewenang-wenang tanpa batas. Maka kebebasan yang sejati harus ada di dalam ikatan.
Kebebasan sejati harus berada di dalam ikatan sifat ilahi. Sifat ilahi adalah sifat yang penuh dengan kasih, keadilan, kesucian, dan kebajikan. Jikalau kita mau mengalami kebebasan yang sejati, kita harus rela dibatasi oleh sifat ilahi. Hanya di dalam cinta kasih Allah yang membatasi kita, baru ada kebebasan sejati. Demikian pula hanya di dalam kekudusan, keadilan, dan kebaikan Allah, kita menikmati kebebasan sejati. John Stott mengatakan, “Allah sendiri pun membatasi diri, dan kebebasan-Nya adalah kebebasan yang tidak mutlak.” Saya sangat terkejut ketika membaca tulisan tersebut. Bagi saya, Allah tetap bebas mutlak. Bagaimana menyelaraskan pandangan ini? Maka bagi saya, Allah rela dengan kebebasan-Nya menaklukkan segala kebebasan-Nya ke bawah sifat ilahi yang Ia sendiri miliki. Dengan rela Ia meletakkan kebebasan-Nya di bawah cinta kasih-Nya, di bawah kesucian-Nya, di bawah keadilan-Nya, dan di bawah kebaikan-Nya. Pada saat Allah dengan rela meletakkan kebebasan-Nya di bawah sifat ilahi-Nya, itulah kebebasan yang melampaui kebebasan. Kebebasan inilah kebebasan yang sejati.
Immanuel Kant mengungkapkan satu kalimat yang penting tentang kebebasan. “Kebebasan bukan berarti bisa melakukan apa yang saya ingin lakukan, itu kebebasan yang tidak bertanggung jawab, karena kebebasan sedemikian merupakan kebebasan yang tidak berbudaya. Kebebasan adalah jika aku mau tidak melakukan sesuatu, aku mampu tidak melakukannya.” Jika saya mau menggunakan narkotika, saya bisa melakukannya, itu bukanlah kebebasan, tetapi pelampiasan. Jika saya mau berzinah, saya bisa melakukannya, itu adalah pelampiasan nafsu. Tetapi, ketika orang yang sudah merokok, sudah minum alkohol, sudah memakai ganja atau narkotika lainnya, mau berhenti, dan ia sanggup berhenti, itulah kebebasan sejati.
Saya sangat kagum dengan pikiran seperti ini. Tetapi bagaimana pun kreatif dan hebatnya seorang filsuf, tetap mereka tidak mampu memberikan jawaban yang paling mendasar terhadap definisi yang diberikannya. Ia bisa menganjurkan hal itu, bahwa jika Saudara bisa tidak melakukan apa yang Saudara tidak mau lakukan, Saudara baru masuk ke dalam kebebasan, kemerdekaan sejati. Tetapi bagaimana Saudara bisa melakukan hal itu, ia tidak bisa memberikan jawabannya. Jawaban yang tuntas hanya ada di dalam Alkitab.
Saya menjadi Kristen bukan karena agama Kristen adalah agama ibu saya sehingga saya harus membelanya mati-matian, bukan pula karena Kristena dalah agama saya sehingga saya menganggapnya sebagai kebenaran. Sama sekali terbalik. Karena agama Kristen adalah kebenaran maka saya menjadi oprang Kristen; karena itu adalah kebenaran, maka saya membela kebenaran. Bagaimana bisa membela kebenaran? Saya bukanlah seorang yang mudah secara mentah-mentah menerima kebenaran orang lain. Saya memperbandingkan berbagai agama dan filsafat, baik dari Timur maupun Barat, baik yang kuno maupun modern, baru setelah itu saya mendapatkan kesimpulan bahwa tidak satu pun yang bisa lebih tinggi dan lebih mendalam daripada Alkitab. Tema-tema yang sama,ketika dibicarakan oleh Konfusius, Lao Tze, Kierkegaard, sampai Karl Jaspers, lalu dibandingkan dengan Alkitab, tetap tidak dapat dibandingkan. Tidak ada definisi mengenai kebebasan, kebenaran, keadilan, kekudusan, dan hal-hal lain yang bersifat esensial dan menentukan, yang pernah bisa melampaui apa yang dipaparkan oelh Alkitab. Alkitab memakai istilah-istilah yang begitu mudah dimengerti, sebaliknya filsafat memakai istilah-istilah yang begitu sulit dimengerti.
Pada zaman ini, para ahli yang profesional memilih istilah-istilah yang membuat orang tidak mengerti, lalu menganggap diri begitu hebat. Filsuf-filsuf memakai istilah yang begitu sulit sampai Saudara kagum, padahal jika Saudara mempelajari lebih mendalam, Saudara akan tahu bahwa yang namanya filsafat adalah segala macam teori yang akhirnya tidak bisa mendapatkan jalan keluarnya sendiri. Demikian pula para psikolog hanya mengeluarkan berbagai teori, tidak peduli dia Watson, Viktor Franki, atau Sigmund Freud. Mereka hanya bisa menganalisa, memberitahukan penyakit Saudara, tetapi setelah itu tidak bisa memberikan jalan keluar apa pun. Demikian juga semua agama di dunia hanya bisa memberitahukan tentang dosa manusia tetapi tidak bisa menjamin keselamatan manusia.
Jikalau Saudara hanya bisa mengagumi pikiran-pikiran yang hebat dan buku-buku yang terkenal, tetapi tidak mengetahui bahwa di dalam pikiran manusia tidak ada jalan keluar, maka Saudara bukanlah seorang intelektual sejati. Saudara masih berada di dalam jerat kepicikan.
Seorang yang hidup sezaman dengan Yesus Kristus, yang bernama Seneca, menulis satu kalimat: “Kebenaran tidak akan menjadikan engkau kaya, tetapi kebenaran akan membuat engkau merdeka.” (Truth never makes you rich, but truth makes you free). Saya sangat kagum dengan kecermatan dan ketajamannya. Ia berkata bahwa banyak orang yang kaya justru tidak bebas, dan orang yang mengenal kebenaran bisa sungguh-sungguh bebas. Ketika pikiran sesorang sudah dibukakan oleh kebenaran, ia akan mengalami kebebasan, karena semua kemacetan di dalam pikirannya telah dibongkar dan menjadi lancar. Maka di dalam kesulitan pun orang seperti ini dapat bernyanyi, dipenjara pun dapat memuji, di dalam goncangan ombak pun ia akan tetap stabil. Semua ini karena kebenaran itu akan membebaskannya.
Roh Kudus adalah Roh yang membawa kita kepada kebebasan. Dan kebebasan sejati adalah kebebasan dari konsep-konsep, pengertian-pengertian, tradisi, dan konsep theologi yang salah, sehingga kita terbuka kepada kebenaran Tuhan dan kita menikmati kebebasan yang sejati. Kebebasan itu memerlukan suatu ikatan; dan ikatan itu mirip dengan pimpinan Roh Kudus yang negatif. Setelah diikat di dalam kebenaran, barulah ada kebebasan yang dijamin di dalam lingkungan kebenaran itu. Lampu merah di perempatan jalan akan membatasi kebebasan kita, tetapi sekaligus menjamin keamanan kita. Hukum Allah itu adalah hukum yang membebaskan. Roh Kudus dengan Firman Tuhan untuk memimpin anak-anak Allah. Roh Kudus tidak memakai cara yang lain. Ia memimpin dengan kebenaran, dan kebenaran yang dipakai adalah yang tercantum di dalam Alkitab (bdk. Yohanes 17:17).
Roh Kudus memakai kebenaran untuk mengikat kita yang dengan demikian menjamin kebebasan kita. Kebebasan Kristen dikurung oleh sifat ilahi yang menjamin kebebasan itu. Orang-orang bukan Kristen ingin bebas, lalu mereka bebas untuk mabuk-mabukan, bebas untuk menikmati pornografi, bebas untuk berzinah, bebas untuk mengumbar segala nafsu, namun semua itu akhirnya membawa mereka ke dalam berbagai kesengsaraan dan penyakit. Tetapi orang Kristen justru bebas di dalam jaminan kekudusan dan cinta kasih. Hargailah diri Saudara sebagai orang Kristen, karena di dalam Kekristenanlah terdapat pembatas ilahi yang akan menjadi jaminan bagi kebebasan Saudara.
Sebagaimana pernah saya khotbahkan, ada seorang pemuda yang kaya, sambil membawa uang banyak, mencari pelacur yang paling cantik dan bermain seks begitu nikmatnya sepanjang malam di sebuah hotel. Paginya, pelacur itu sudah pergi dan di meja ia meninggalkan secarik kertas dengan tulisan : “Thanks you for your sex, welcome in the world of AIDS.” (Terima kasih untuk seksmu, selamat datang di dunia AIDS). Pada saat pemuda itu merasa bebas, sebenarnya ia sedang menjual kebebasannya, di situlah ia sedang dirugikan dan menuju kesengsaraan. Pada saat ia tidak dicampuri oleh siapa pun (pada waktu tidak ada campur tangan Tuhan) dan merasa sedemikian bebasnya, sesungguhnya ia sedang mendapatkan campur tangan Iblis. Orang yang menolak Tuhan sedang dengan sukarela memasukkan dirinya ke bawah kekuasaan dan jerat Iblis.
Roh Kudus sedang memimpin hidup kita menuju kehidupan yang berkelimpahan. Istilah “hidup berkelimpahan” di sini tidak boleh dimengerti menurut pandangan theologi sukses, seperti yang diajarkan oleh banyak gereja yang tidak bertanggung jawab. Mereka mengatakan, “Hidup Saudara akan sukses, kalau sekarang Saudara mengendarai sepeda motor, minggu depan akan mengendarai mobil; kalau sekarang miskin, besok akan menjadi konglomerat.” Saya tegaskan bahwa hal itu tidak benar. Yang sekarang menjadi konglomerat mungkin besok akan miskin. Saya sering dianggap melawan kesenangan zaman, tetapi jika saya tidak mempersiapkan generasi ini, bagaimana kelak nasib Kekristenan.
Beberapa tahun yang lalu, ketika likuiditas mudah, banyak orang dengan gampang mendapatkan pinjaman dan menjadi kaya secara mendadak. Mereka kira itulah pimpinan Tuhan. Sekarang banyak di antara mereka mengalami kesulitan besar, lebih besar daripada sebelum meminjam di banki. Orang Kristen harus hidup secara stabil, hidup yang diikat oleh batasan-batasan ilahi yang menjamin hidup kita di dalam kebebasan sejati.
3. Roh Kudus Memimpin Kita Masuk ke dalam Kebenaran
Yesus Kristus berkata bahwa Ia akan meminta kepada Bapa agar mengirimkan Roh Kudus untuk memimpin murid-murid masuk ke dalam kebenaran. “Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran.” (Yohanes 16:12-15; 14:16, 26). RohKudus akan mengingatkan semua yang pernah dikatakan Kristus kepada manusia, dan Roh Kudus akan mengajarkannya kepada kita.
Sebagaimanusia kita mempunyai unsur kekekalan, dan unsur kekekalan ini memiliki dua sifat dengan dua arah yang merupakan kekuatan yang melawan proses waktu, yang pertama disebut memori, dan yang kedua disebut pengharapan.
Waktu secara tetap bergerak menuju ke depan, ketika kita tidakmau mengikuti arus waktu ini lalu menoleh ke belakang, inilah yang disebut sebagai memori (ingatan/kenangan). Hal ini merupakan mundurnya pikiran melawan arus waktu yang bergerak ke depan. Ketika waktu maju, kita memikirkan yang lain. Di tengah-tengah semua makhluk, kemampuan seperti ini hanya ada pada manusia. Makhluk lain tidak memiliki memori. Memori ini merupakan sesuatu yang mahal. Orang Kristen tidak bermemori murah. Orang Kristen yang memiliki memori, yang bisa menangkap pekerjaan Tuhan di dalam sejarah, di dalam Alkitab, dan di dalam hidupnya sendiri, akan menjadikan orang Kristen itu beridentitas kuat. Semakin kuat memorinya, semakin kuat pula identitasnya. “Manusia yang kehilangan sejarahnya, ia akan kehilangan identitasnya juga,” kata Will Durant. Durant hanya melihat sampai di situ, tetapi saya menambahkan, “Manusia yang kehilangan masa depan, akan kehilangan pengharapannya, dan manusia yang kehilangan masa lalunya, akan kehilangan fungsi dan eksistensinya.” Ketiga hal ini harus dicakup bersama-sama sehingga eksistensi kita sebagai manusia bisa sangat kuat.
[Frasa “waktu secara tetap bergerak maju ke depan,” sebenarnya adalah frasa yang secara taktis kurang tepat. Sebab kita perlu memikirkan, apakah waktu itu statis, dan kita yang berjalan melewati waktu; ataukah kita yang statis, dan waktu yang melewati kita. Namun di sini hal itu tidak dipermasalahkan lebih jauh.]
Orang Kristen perlu mengerti bagaimana caranya membenahi memorinya. Di sinilah peranan Roh Kudus memimpin ke dalam masalah ini. Mungkin sebelumnya Saudara belum pernah memikirkan hal-hal seperti ini. Lalu sekarang Tuhan Yesus berkata bahwa ketika Roh Kudus datang, Ia akan mengingatkan semua hal yang pernah Tuhan Yesus katakan. Hal ini berarti Roh Kudus akan memimpin kepada memori yang beres. Bilamanakah Saudara dicobai oleh Iblis dan tidak jatuh? Hal itu akan terjadi pada saat memori Saudara dikaitkan dengan Firman Tuhan. Pada saat Saudara akan berbuat dosa, tiba-tiba ingat satu ayat Alkitab. Roh Kudus memimpin memori Saudara untuk mengingat firman Tuhan, maka pada saat itu Saudara mendapatkan dinamika hidup untuk melawan arus, untuk melawan pencobaan, dan untuk mengusir setan agar tidak mengganggu terus. Ayat-ayat firman Tuhan bukan dibaca hanya untuk pertandingan di Sekolah Minggu atau untuk berbangga karena bisa menghafal lebih banyak ayat dari orang lain. Orang Kristen membaca firman Tuhan agar ingatannya dipakai untuk menjadi wadah, di mana Roh Kudus yang memimpin hidupnya.
Allah yang menurunkan Alkitab juga adalah Allah yang menciptakan rasio. Maka keduanya pasti bisa berhubungan, supaya kebenaran yang diwahyukan bisa memimpin pikiran yang dicipta. Kalau kedua hal ini sudah berkait, orang tersebut akan memiliki iman yangkuat. Iman yang kuat dan iman yang sejati tidak akan membunuh rasio dan tidak meniadakan fungsi rasio, justru membawa rasio kembali kepada fungsi memori sesuai dengan kebenaran yang kekal. Firman Allah yang kekal merupakan dasar dan prinsip bagi proses berpikir kita. Firman kebenaran Tuhan yang kekal ini merupakan kriteria untuk menghakimi proses pikiran kita. Ingatan, fungsi rasio, proses berpikir kita, harus benar jika dipimpin, dicerahkan, dan dibawah penghakiman firman Tuhan.
Roh Kudus memimpin ingatan. Ketika eksistensi memori itu telah dibereskan, kini manusia menjadi bertanggung jawab untuk menuju hari depan yang penuh pengharapan.
Unsur kedua yang menjadikan kekekalan kitamelawan proses waktu adalah kita melompat lebih cepat daripada proses waktu, ini disebut pengharapan. Memori yang bergerak kebelakang dan pengharapan yang bergerak ke depan adalah dua kesanggupan otak manusia untuk melawan proses waktu yang alamiah. Tidak ada binatang yang memiliki kemampuan ini. Tidak ada kucing yang duduk termenung sambil merenungkan pengharapan akan masa depan kehidupannya. Inilah keadaan transenden terhadap proses sejarah. Roh Kudus memimpin kita masuk ke dalam kebenaran. Roh dan kebenaran adalah dua hal yang tidak boleh dipisahkan karena Roh Allah adalah Roh Kebenaran. Alkitab dengan tegas menyatakan bahwa Roh Kudus adalah kebenaran (1 Yohanes 5:6). Ayat ini merupakan patokan yang penting.
Barangsiapa yang berkata dipenuhi Roh Kudus tetapi tidak kembali kepada kebenaran, jangan Saudara percaya kepadanya. Sebaliknya, barangsiapa yang menyelidiki Kitab Suci tetapi tidak percaya kepada Roh Kudus, jangan percaya kepada mereka. Roh Kudus dan Kitab Suci tidak boleh dipisahkan. Mengajarkan Alkitab tanpa Roh Kudus hanyalah mengajarkan suatu teori. Orang yang banyak berkata tentang Roh Kudus tetapi tidak kembali kepada kebenaran firman Allah hanyalah mengajarkan pengalaman pribadi yang tidak bisa dipertanggung-jawabkan. Kedua hal ini tidak akan memperkuat dan menumbuhkan iman kita. Iman kita baru bertumbuh dengan sungguh-sungguh ketika Roh Kebenaran memimpin kita masuk ke dalam kebenaran.
Maka kita telah mempelajari tiga tahap, yaitu: (1) Roh Kudus mewahyukan kebenaran; (2) Roh Kudus mengingatkan kebenaran ke dalam memori manusia; (3) Roh Kudus memimpin manusia masuk ke dalam kebenaran. Dengan demikian, Roh itu menjadi Pelayan kebenaran di mana Dia sendiri adalah Sang Kebenaran.
Seorang Irlandia yang bernama Robert Evans (1905) dipakai Tuhan untuk membangun gereja di Irlandia secara luar biasa. Ia menulis sebuah buku yang berjudul Conflicts among the Saints. Di dalam bukunya ia menulis satu kalimat, “Kalau ada orang yang mengatakan bahwa Roh Kudus memimpin engkau kepada seluruh kebenaran, lalu ayat ini dimengerti secara harfiah, maka itu akan membangkitkan dampak yang buruk sekali dan menjadikan orang sombong sekali karena ia merasa memiliki Roh Kudus sehingga tanpa perlu belajar, tanpa perlu sekolah. Roh Kudus akan memimpinnya ke dalam seluruh kebenaran.”
Sekitar 25 tahun yang lalu di sebuah sekolah theologi, ada seorang dosen dari Jerman yang membakar semua buku dalam perpustakaannya. Ia bertekad sejak saat itu seluruh sekolah akan taat pada pimpinan Roh Kudus, dan tidak perlu membaca buku lagi. Akhirnya ia menyadari tindakan itu salah, lalu minta sumbangan untuk membeli buku-buku lagi. Ada satu rektor sekolah theologi yang mengundang saya untuk berkhotbah di sekolahnya. Ia mengatakan bahwa ada cukup banyak murid yang dilatih di sana. Ketika saya bertanya tentang dosennya, ia berkata bahwa dosennya tidak perlu sekolah karena sudah memiliki Roh Kudus, dan bisa mengajar karena Roh Kudus memimpin kepada kebenaran. Saya katakan kepada dia, kalau begitu murid-murid juga tidak perlu dilatih di situ karena Roh Kudus juga bisa mengajar mereka. Ini standar ganda. Murid harus dilatih oleh dosen dan belajar baik-baik, padahal gurunya tidak merasa perlu belajar. Begitu banyak orang yang tidak mau belajar, tidak mau menelusuri bagaimana Roh Kudus memimpin gereja di sepanjang sejarah. Mereka hanya mau langsung mendidik orang lain. Memang Roh Kudus memimpin kita kepada kebenaran, tetapi Roh Kudus juga mau memimpin kita mengerti bagaimana Ia memimpin zaman dan orang lain.
Semangat warisan tidak akan menjamin semua yang diwariskan pasti benar; tidak semua tafsiran yang pernah muncul di dalam sejarah pasti benar. Tetapi jika di antara itu ada pimpinan Tuhan yang sesuai dengan Alkitab, kita tidak boleh meremehkannya. Roh Kudus dan kebenaran tidak boleh dipisahkan. Roh Kudus dan semua pengalaman-pengalaman tentang Roh Kudus yang digembar-gemborkan di dalam khotbah harus ditelusuri asal usulnya, apakah sesuai dengan Alkitab atau tidak, karena Kitab Suci ini adalah kitab kebenaran yang diwahyukan oleh Roh Kudus, dan Kitab Suci adalah kitab kebenaran yang dipakai Roh Kudus untuk mencerahkan hati kita. Kitab Suci adalah kitab yang dipakai oleh Tuhan untuk memberikan kekuatan kepada memori kita dan memimpin kitra masuk ke dalam seluruh kebenaran itu.
4. Roh Kudus Memimpin Kita Masuk ke dalam Kemuliaan
2 Korintus 3:18 memberikan kepada kita gambaran bahwa orang Kristen dipertumbuhkan “dari kemuliaan kepada kemuliaan.” (LAI : “dalam kemuliaan yang semakin besar” ). Roh Kudus mengubah kita sehingga semakin hari kita semakin memancarkan kemuliaan Tuhan. Pimpinan Tuhan menghendaki kita menjadi orang yang mulia. Baik di dalam pikiran, di dalam hati dan perkataan kita. Jika ada unsur-unsur yang memalukan, berusahalah minta kekuatan kepada Tuhan untuk menyingkirkannya dan bersihkan sehingga tidak ada hal-hal yang menutupi cahaya dari Tuhan dan memancarkan kemuliaan yang sudah Tuhan berikan kepada kita. Kalau orang Kristen tidak menjadi pemancar kemuliaan Allah, ia akan menjadi penghambat kemuliaan Tuhan.
Jangan sembarangan memberitakan Injil, karena kalau kita memberitakan Injil secara sembrono, sehingga menyebabkan orang lain sembarangan dan menolak Injil, maka kita sedang membiasakan orang lain untuk menolak Injil. Dalam hal ini, sambil kita menginjil, sambil berdosa. Kita harus berusaha agar ketika seseorang belum mengambil keputusan menerima Tuhan saat kita memberitakan Injil, kita bisa menanamkan kemuliaan Tuhan di dalam diri orang itu sehingga ia mulai memikirkan Injil. Kalau kita gagal menjadi pemancar kemuliaan Tuhan, pasti kita akan menjadi penghambat kemuliaan Tuhan. Kalau kita tidak menjadi bau-bauan yang menghidupkan, maka kita akan menjadi bau-bauan yang mematikan. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati agar kita jangan menjadi batu sandungan bagi orang lain sehingga orang tidak datang kepada Tuhan, karena kita telah menghalanginya. Memancarkan kemuliaan membutuhkan pembersihan secara terus-menerus. Kita harus membersihkan diri terus agar kemuliaan Tuhan bisa terpancar melalui diri kita kepada masyarakat.
Suatu kali, seorang anak kecil berada di atas sebuah kapal. Ia pergi ke negara lain bersama seluruh keluarganya. Di kapal itu ia melihat dan memperhatikan orang di depannya, lalu lari menemui orangtuanya dan berkata, “Yesus sekapal dengan kita.” Dia mengajak ayah ibunya menemui seorang yang berjanggut dan rambutnya sudah putih yang berada di tepi kapal sedang memandang ke sebuah pulau. Ia adalah seorang misionaris yang sudah lama berdoa untuk memberitakan Injil di pulau itu, dan sekarang ia beroleh kesempatan untuk pergi ke pulau itu untuk memberitakan Injil di sana. Anak itu mengira dia adalah Yesus. Lebih baik orang mengira Saudara adalah Yesus daripada mengira Saudara adalah Iblis. Bagaimanakah kehadiran Saudara di masyarakat, di sekolah, di pasar, di kantor, dan di tempat umum? Apakah kehadiran Saudara memancarkan kemuliaan Tuhan atau justru mempermalukan Tuhan. Biarlah orang melihat Yesus melalui Saudara dan saya. Biarlah hidup kita memancarkan kemuliaan Allah. Roh Kudus memimpin kita masuk ke dalam kemuliaan Allah.
Peta dan teladan Allah di dalam theologi Reformed lebih dilihat sebagai identitas. Bagi saya, peta lebih menunjukkanh kepada potensi esensial hidup kita yang mirip Tuhan, sedangkan teladan lebih menunjuk kepada tujuan yang harus kita capai untuk meneladani Yesus Kristus. Kita dicipta oleh Tuhan menurut peta dan teladan-Nya. Berarti kita telah memiliki potensi itu, tetapi kita juga harus menuju kepada konklusi di mana kita akan menjadi seperti Kristus melalui teladan itu.
BAB 7 : DINAMIKA HIDUP DALAM PIMPINAN ROH KUDUS.
PIMPINAN ROH KUDUS DALAM KEHIDUPAN PRAKTIS
ROH KUDUS MEMIMPIN RELASI INTERPERSONAL
Roh Kudus yang memimpin seseorang akan membangun suatu relasi interpersonal (hubungan antar-pribadi). Masalah ini merupakan tema yang penting di dalam theologi, filsafat, bahkan psikologi, pada abad ke-20. Relasi interpersonal yang indah dan benar hanya dapat dibangun di antara manusia ciptaan dan Allah Pencipta. Kita yang sudah diperdamaikan kembali dengan Tuhan akan mempunyai relasi interpersonal yang indah antar pribadi. Roh Kudus adalah Pribadi yang memimpin pribadi. Pribadi Pencipta itu akan memimpin pribadi ciptaan sehingga pribadi ciptaan itu akan terus-menerus dipimpin semakin dekat dan menyerupai Pribadi Pencipta dan dapat berelasi dengan-Nya. Bukankah ini merupakan suatu keindahan yang besar?
Untuk melihat relasi antara pimpinan Roh Kudus dan pembentukan karakter dan kehidupan seseorang, kita perlu memperhatikan beberapa unsur terpenting di bawah ini:
1. Hereditas membentuk unsur dasar karakter suatu pribadi;
2. Lingkungan menjadi kuasa pengaruh yang paling menentukan bagi pembentukan seseorang;
3. Tendensi dan penetapan diri melalui kebiasaan sangat menentukan arah pembentukan karakter.
4. Kesengsaraan dan penderitaan menguji dan meneguhkan karakter seseorang;
5. Agama mengontrol perkembangan karakter seseorang;
6. Firman Tuhan memurnikan pembentukan karakter; dan
7. Roh Kudus memimpin pribadi ke dalam perkembangan potensi yang paling indah dan sempurna.
Roh Kudus tidak mengontrol dalam arti memaksa, seperti agama yang melarang lalu memarahi dan mengancam, dan sebagainya. Agama menguasai karekter sehingga seseorang selalu ketakutan, tetapi Kekristenan berbeda. Orang Kristen dipimpin, disadarkan, dan dicerah-kan oleh Roh Kudus. Bagaimana caranya?
ROH KUDUS MEMIMPIN TEMPERAMEN
Setiap pribadi berbeda-beda. Jangan Saudara meminta semua orang menjadi seperti Saudara. Itu adalah tindakan yang terlalu kejam. Justru baik semua orang berbeda-beda. Jikalau semua orang sama, justru akan menakutkan. Orang yang keras jangan menikah dengan orang yang keras juga, nanti melahirkan besi. Yang lembut dengan yang lembut akan melahirkan tahu. Seringkali orang yang keras begitu tertarik kepada yang lembut, tetapi kemudian tidak sabar ketika harus menunggunya. Semua itu akan membentuk suatu harmoni melalui ketidak-harmonisan dan membentuk karakter kita. Yesus memilih murid yang berbeda-beda karakternya.
Ada satu pikiran Yunani, yang dikembangkan oleh Tim LaHaye, yaitu temperamen orang dibagi ke dalam empat bagian: Sanguin, seorang yang mudah berkawan, yang perasaannya mudah berubah-ubah. Melankolik, adalah orang yang selalu berpikiran negatif, sekalipun pemikirannya begitu melimpah, ia sulit mempercayai dan selalu mewaspadai segala sesuatu, yang mengakibatkan takut bertindak. Kolerik, orang yang beraninya luar biasa, yang tidak pernah takut susah, tidak takut ancaman apapun, maju terus dengan kemauan keras. Ia juga orang yang sangat pendendam, sehingga yang bersalah kepadanya tidak akan dilepaskan; dan Plegmatik, seorang yang begitu tenang, stabil, tidak banyak emosi.
Banyak orang yang hanya memiliki satu tipe saja, dan tidak seorang pun yang mutlak sama dengan yang lain. Tuhan Yesus juga memilih berbagai macam murid. Jangan Saudara pernah berkeinginan semua orang sama, apalagi semua pendeta sama. Jika di dalam gereja Saudara semua pendetanya bertemperamen kolerik, nanti semua yang namanya Markus akan diusir olehnya. Setiap orang berbeda. Tetapi setiap orang akan sama memiliki kebaikan asalkan ia dipimpin oleh Roh Kudus.
Seorang rektor sekolah theologi di Hongkong mengatakan kepada saya bahwa ia mengatur murid-murid yang sama temperamennya untuk tinggal di satu kamar yang sama agar menciptakan satu kebudayaan tersendiri. Tetapi saya justru tidak berpikiran sama. Saya katakan kepadanya bahwa saya akan mencampurkan mereka yang jorok dengan yang bersih, yang cerewet dengan yang pendiam. Kalau selama sekolah mereka hanya menemukan orang-orang yang sama dengan mereka, bagaimana nanti setelah lulus bisa melayani orang-orang yang berbeda-beda sifatnya? Biarlah Tuhan memimpin Saudara menemui berbagai macam orang sehingga Saudara bisa belajar untuk saling menyesuaikan diri satu dengan yang lainnya. Menyesuaikan diri adalah salib yang berat, tetapi perlu. Di situlah pertumbuhan rohani dimulai. Tuhan yang memimpin karakter.
Temperamen seseorang tidak perlu ditiadakan, karena masing-masing tenmperamen memiliki keindahanmya sendiri. Tidak perlu ganti temperamen, yang perlu hanyalah ganti arah. Orang yang keras, ketika bertobat tidak perlu jadi lembut. Silakan tetap keras, tetapi ketika Roh Kudus bekerja dan memimpin, dinamikanya muncul, sehingga arahnya berubah. Dulu ia keras melawan Roh Kudus sekarang ia keras melawan Iblis. Kerasnya tetap, tetapi arahnya telah berubah.
Roh Kudus tidak menguasai Saudara sehingga Saudara serupa dengan orang lain. Yang dulunya cerewet, memaki-maki orang atau bergunjing, sekarang “cerewet” memberitakan Injil. Pada saat Roh Kudus memimpin seseorang, Ia tidak akan mengoreksi arahnya. Itulah sebabnya kita tidak perlu mencontoh orang lain.
Roh Kudus memimpin sehingga temperamen kita mencapai keindahan yang tertinggi. Dengan cara seperti ini, Paulus yang kolerik, ketika ia berbicara tentang cinta kasih, ia bisa membicarakannya sama panjang dengan Yohanes. Yohanes yang bagaikan guntur bisa membicarakan ayat tentang kasih yang begitu mendalam di Yohanes 3:16.
ROH KUDUS MEMIMPIN CORAK HIDUP YANG BERBEDA
Setiap orang tidak perlu sama di dalam corak atau gaya hidupnya.Ada orang yang rohani, cara jalannya berubah. Ketika ia melihat cara jalan orang lain berbeda dengannya, ia menganggap orang itu kurang rohani. Hal itu tidak benar. Tidak ada satu ketentuan khusus bagaimana cara berjalan yang rohani.
John Sung, kalau berkhotbah menggunakan pakaian Shanghai, sisiran rambutnya menghadap ke bawah, dan ia selalu memakai saputangan putih. Lalu ada pendeta-pendeta muda yang coba-coba meniru dia tetapi tidak bisa memiliki kuasa yang sama seperti John Sung. Setiap orang dipanggil secara berbeda, jangan meniru orang lain. Saya sendiri berbeda dengan kakak saya. Kalau pendeta Caleb Tong naik ke mimbar, ia tersenyum manis sekali, tetapi saya tidak bisa mencontoh dia. Tuhan Yesus juga berbeda dari Yohanes Pembaptis. Sekalipun berita khotbahnya sama, “Bertobatlah, karena Kerajaan Sorga sudah dekat!” namun caranya berbeda. Tuhan Yesus memakai jubah, Yohanes Pembaptis memakai bulu unta. Setelah berkhotbah Tuhan Yesus makan malam dengan oprang-orang yang diinjili, tetapi Yohanes Pembaptis masuk ke dalam hutan dan makan belalang serta madu hutan.
Setiap hamba Tuhan juga berbeda-beda, corak hidupnya tidak perlu sama. Jikalau saat itu Yohanes Pembaptis pakai bulu unta dan Tuhan Yesus juga memakai bulu unta, maka sejak saat itu semua pendeta harus memakai jubah bulu unta baru sah, atau harus makan madu hutan baru dipenuhi Roh Kudus. Kalau hal ini menjadi patokan, celaka sekali. Seperti yang terjadi di beberapa sekolah theologi, mereka menentukan kalau mau lulus harus memakai model tertentu, cara khotbah tertentu, dan cara berbicaranya tertentu. Tidak perlu! Corak hidup tiap orang boleh berbeda, asal doktrinnya sama. Orang yang terus meniru orang lain akan menghambat pertumbuhannya sendiri dan memenjarakan dirinya sendiri.
Di sekolah theologi Nanking ada tradisi jika orang berdoa, di tengah-tengah doa, berhenti sebentar, ia menyedot udara dengan mulutnya sehingga suaranya seperti bersiul. Ternyata tradisi ini berasal dari seorang dosen senior, salah seorang theolog besar di Cina, yaitu Dr. Chia Yu Ming. Setelah ditanyakan mengapa ia berdoa demikian, apakah itu merupakan tanda doa yang rohani? Ternyata ia menjawab bahwa ia sama sekali tidak bermaksud menurunkan tradisi seperti itu, ia berdoa demikian karena setiap kali berdoa, gigi palsunya mau lepas, jadi ia harus menyedotnya baru melanjutkan doanya. Karena ia seorang yang rohani, maka orang menganggap cara menyedot udara seperti itu adalah salah satu bagian dari kerohaniannya.
BACA JUGA: BUKU SEPUTAR BAHASA ROH
Saya menasihatkan Saudara untuk tidak meniru orang lain. Kalau Saudara terpengaruh orang secara bawah sadar tidak apa-apa, tidak perlu panik atau merasa bersalah. Tetapi tidak perlu sengaja meniru. Ketika Mozart menulis lagu, ia dipengaruhi oleh Haydn. Tetapi akhirnya Mozart tetap menjadi dirinya sendiri. Tidak perlu menegur orang yang memiliki kemiripan dengan orang lain, tetapi boleh menganjurkannya untuk maju setapak lagi. Demikian pula dengan simfoni pertama dan kedua Beethoven, masih sangat dipengaruhi oleh Mozart dan Haydn, tetapi sejak movement keempat dari simfoni kedua, jiwa Beethoven mulai keluar. Demikian pula ketika kita sebagai orang Kristen dipimpin oleh Roh Kudus, kita bisa menemukan diri kita sendiri, mengembangkan diri dan menyerahkan diri untuk terus dipimpin-Nya, dan Ia tidak akan membunuh kepribadianh diri Saudara.
Perbedaan antara Iblis yang merasuki seseorang dan Roh Kudus yang memimpoin seseorang adalah: Iblis berusaha untuk menudungi dan menguasai kepribadian Saudara, sedangkan Roh Kudus tidak membunuh kepribadian Saudara. Istilah yang dipakai untuk tindakan Roh Kudus begitu banyak, seperti : memimpin, mencerahkan, menggerakkan, membersihkan, mewahyukan, menginspirasikan, mengilhami, menyaksikan, memeteraikan, dan lain-lain; tetapi tidak pernah memakai istilah merasuki seseorang. Roh Kudus tidak pernah merasuki seseorang, tetapi Iblis merasuki seseorang. Roh Kudus memimpin seseorang tetapi Ia tidak memadamkan atau menindas kepribadian orang itu. Ia akan memimpinnya sampai menjadi satu kepribadian yang mulia sekali.
Apa yang dicapai oleh Billy Graham hanya bisa dicapai oleh Billy Graham; apa yang dicapai oleh Stephen Tong juga hanya bisa dicapai oleh Stephen Tong, karena Allah menciptakan kita dengan kepribadian yang tidak bisa ditiru, diulangi, atau dijiplak oleh orang lain. Setiap Saudara juga unik. Saudara mungkin melebihi Billy Graham atau Stephen Tong. Saudara haruis rela dikembangkan oleh Roh Kudus secara maksimal untuk menjadi diri Saudara sendiri.
ROH KUDUS MEMIMPIN PEKERJAAN
Setiap orang harus menemukan dimana tempat kerjanya yang tepat dan di mana tempatnya yang tepat di tengah masyarakat. Hal ini adalah realitas yang sangat penting dan harus direalisasikan. Kita tidak boleh hanya bingung mencari pimpinan Roh Kudus di dalam gereja dengan gejala yang aneh-aneh, tetapi kita harus mengetahui pimpinan Roh Kudus bagi sekolah, bidang pekjerjaan, dan tempat pekerjaan kita, sehingga pimpinan itu sesuai dengan kehendak-Nya.
Banyak orang perg studi keluar negeri hanya supaya bahasa Inggrisnya bagus. Kalau cuma itu, silahkan beli buku dan belajar bahasa Inggris di sini. Itu cukup. Kalau seseorang mau belajar ke luar negeri, paling tidak tiga hal ini harus dipenuhi terlebih dahulu: (1) apa yang ada pada diri Saudara yang telah ditanam oleh Tuhan di dalam diri Saudara? (2) apa yang dibutuhkan oleh masyarakat di mana Saudara bisa memberikan sumbangsihnya? Dan (3) di manakah tempat di luar negeri yang paling trepat untuk bisa memperkembangkan apa yang ada pada Saudara untuk Saudara bisa menjadi berkat dan memberikan sumbangsih yang terbaik? Ketempat itulah Saudara pergi. Kalau tidak, Saudara sedang memboroskan waktu dan uang pemberian Tuhan.
Orang yang miskin danb tidak bisa sekolah tinggi padahal ia mempunyai kemampuan merupakan pemborosan bakat. Sebaliknya, orang yang kaya tetapi bodoh dan tidak mampu sekolah tinggi, tetapi memaksa diri dengan segala cara untuk mendapatkan gelar, adalah pemborosan uang. Ada orang kaya yang memaksa anaknya untuk belajar musik, padahal anaknya sama sekali tidak berbakat untuk itu. Sebaliknya ada anak-anak yang berbakat, tetapi tidak ada uang untuk belajar. Hendaknya orang kaya itu menghentikan les anaknya dan mengalihkan dananya untuk anak-anak yang berbakat itu. Yang jadi tidak selalu harus anak Saudara! Saya hidup di dunia untuk Tuhan, bukan sekedar untuk keluarga.
Demikian pula di dalam hal pekerjaan. Jika Saudara melihat Tuhan memberikan bakat dan keterampilan kepada Saudara untuk merawat orang lain, silakah Saudara menjadi dokter. Pada zaman ini banyak orang belajar komputer, bukan karena berbakat dalam bidang itu tetapi karena keahlian ini menyebabkan lebih mudah mencari makan. Orang-orang belajar bisnis ke luar negeri karena itu akan menghasilkan gaji yang besar. Akibatnya, hidup Kekristenan kita tidak bisa berkembang dengan baik karena sudah dimatikan dengan motivasi yang menyeleweng. Demi uang kita mengarahkan seluruh bakat kita untuk uang yang ingin kita capai. Inilah yang disebut sebagai the economical animals (binatang-binatang ekonomi). Mereka kelihatan kaya sekali, tetapi sebenarnya mereka sedang merusak masyarakat dan merusak pimpinan Tuhan.
Saya tidak akan menghargai orang kaya lebih daripada orang miskin hanya karena persembahan mereka lebih banyak. Saya ingin setiap orang setia mengikuti pimpinan Tuhan menurut ukuran yang seharusnya. Banyak orang kaya belum memberikan persembahan yang sesuai dengan porsinya. Meskipun mereka memberi banyak, saya tetap menganggap mereka pencuri uang Tuhan. Ada orang miskin yang secara jumlah memberikan sedikit, tetapi itu sudah melebihi porsi yang seharusnya, maka mereka yang miskin itu lebih mencintai Tuhan daripada mereka yang kaya. Carilah pekerjaan yang sesuai dengan bakat yang ada pada Saudara dan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat, lalu Saudara dilatih di tempat yang tepat, sehingga Saudara bisa betul-betul menjadi berkat bagi masyarakat. Hendaklah setiap orang berpikir demikian, maka itulah tugas kita, di mana Tuhan akan menempatkan kita pada posisi-posisi yang cocok.
Sekitar 2.300 tahun yang lalu, Plato mengatakan satu kalimat, “Yang disebut adil adalah masing-masing bekerja menurut bakat yang ada padanya, sehingga ia mengembangkannya sebaik-baiknya.” Inilah wahyu umum di luar Alkitab, pemberian Tuhan bagi umat manusia. Jika kita sebagai orang Kristen tidak mengetahuinya, kita lebih celaka daripada mereka yang bukan Kristen. Saya seringkali bersimpati kepada mereka yang membenci orang Kristen, bukan karena saya setuju dengan mereka, tetapi karena saya mengerti bahwa mereka justru seringkali dihambat oleh orang-orang Kristen. Marilah kita mengoreksi diri kita sendiri, apakah hidup dan pekerjaan kita sudah sesuai dengan kehendak Tuhan atau belum. Biarlah setiap orang mencari pimpinan Tuhan untuk pekerjaan mereka masing-masing.
ROH KUDUS MEMIMPIN PELAYANAN
Saudara memiliki keluarga, negara, pekerjaan, dan gereja. Paling sedikit ada empat kewajiban kita yang besar. Apakah kontribusi kita terhadap negara, keluarga, pekerjaan dan gereja kita? Setiap orang Kristen harus melayani. Tidak boleh ada orang Kristen yang tidak melayani. Tetapi pelayanan bukan berarti harus naik mimbar. Kalau Saudara harus naik mimbar baru merasa melayani, mungkin sampai mati Saudara tidak mempunyai kesempatan.
Di dalam pelayanan saya banyak mengalami pengalaman baik yang positif maupun negatif. Saya pernah tidur di pedalaman dengan seprei (alas tempat tidur) yang sudah satu tahun tidak dicuci sehingga ketika saya bangun, seprei itu lengket di punggung saya. Saya juga pernah tinggal di hotel bintang lima. Saya pernah pelayanan di pedalaman lebih dari satu bulan dengan hanya makan sayur mayur yang diambil dari hutan tempat itu. Banyak sekali pimpinan Tuhan yang negatif bagi saya. Tetapi pada saat saya berada di pedalaman seperti itu, saya ingat bahwa Tuhan Yesus pernah tidur di palungan. Ketika saya berada di hotel bintang lima, saya tidak perlu rendah diri karena saya adalah anak Raja di atas segala raja. Saudara bisa bertanya kepada mereka yang pernah menerima saya, apakah saya selalu menuntut macam-macam. Puji Tuhan! Tuhan memimpin setiap Saudara di dalam pelayanan Saudara. Yang poenting bagaimana kita selalu taat di dalam pimpinan Tuhan bagi kita, sehingga kita bisa melakukan kehendak-Nya.
Billy Graham, ketika berusia dua puluhan, menyadari bahwa ia harus menjadi seorang penginjil. Maka ia keluar dari kedudukannya yang sudah sangat mapan sebagai rektor, lalu menggembalakan jemaat. Ia tetap melihat tempat tersebut bukan tempat yang tepat baginya, maka ia keluar dan mulai memberitakan Injil di Los Angeles. Dari sini Tuhan mulai memimpin dia semnakin besar.
Pelayanan juga perlu dipimpin oleh Roh Kudus. Ada orang-orang yang kalau disuruh berdoa di tempat umum, badannya gemetar dan berkeringat, mungkin ia bisa berdoa di kamarnya. Tetapi ada orang berbakat sekali berbicara di mimbar. Setiap orang berbeda. Ia harus melihat bagaimana Tuhan memimpin pelayanannya. Mungkin Saudara dipimpin oleh Tuhan melebihi Billy Graham yang bertalenta memimpin kebaktian-kebaktian kebangunan rohani, atau melebihi Karl Barth yang bertheologi begitu kuat, tetapi jangan ikut theologinya yang Neo-Ortodoks, atau melebihi Charles Wesley yang menulis begitu banyak syair untuk pujian Kristen, atau mungkin Saudara dipakai untuk memberitakan Injil hanya kepada satu orang seperti Filipus yang memberitakan Injil klepada seorang sida-sida. Kita harus tetap taat pada pimpinan Roh Kudus.
Maukah Saudara hidup dinamis menurut pimpinan Roh Kudus? Maukah Saudara mempelajari firman Tuhan untuk melihat jejak tapak kaki Roh Kudus yang memimpin Saudara? DINAMIKA HIDUP DALAM PIMPINAN ROH KUDUS.
Amin.