HARI RAYA PENDAMAIAN (2)

PDT. BUDI ASALI, M. DIV.
HARI RAYA PENDAMAIAN (2). Imamat 16:1-34 - “(1) Sesudah kedua anak Harun mati, yang terjadi pada waktu mereka mendekat ke hadapan TUHAN, berfirmanlah TUHAN kepada Musa. (2) Firman TUHAN kepadanya: ‘Katakanlah kepada Harun, kakakmu, supaya ia jangan sembarang waktu masuk ke dalam tempat kudus di belakang tabir, ke depan tutup pendamaian yang di atas tabut supaya jangan ia mati; karena Aku menampakkan diri dalam awan di atas tutup pendamaian. (3) Beginilah caranya Harun masuk ke dalam tempat kudus itu, yakni dengan membawa seekor lembu jantan muda untuk korban penghapus dosa dan seekor domba jantan untuk korban bakaran. (4) Ia harus mengenakan kemeja lenan yang kudus dan ia harus menutupi auratnya dengan celana lenan dan ia harus memakai ikat pinggang lenan dan berlilitkan serban lenan; itulah pakaian kudus yang harus dikenakannya, sesudah ia membasuh tubuhnya dengan air. (5) Dari umat Israel ia harus mengambil dua ekor kambing jantan untuk korban penghapus dosa dan seekor domba jantan untuk korban bakaran. (6) Kemudian Harun harus mempersembahkan lembu jantan yang akan menjadi korban penghapus dosa baginya sendiri dan dengan demikian mengadakan pendamaian baginya dan bagi keluarganya. (7) Ia harus mengambil kedua ekor kambing jantan itu dan menempatkannya di hadapan TUHAN di depan pintu Kemah Pertemuan, (8) dan harus membuang undi atas kedua kambing jantan itu, sebuah undi bagi TUHAN dan sebuah bagi Azazel. (9) Lalu Harun harus mempersembahkan kambing jantan yang kena undi bagi TUHAN itu dan mengolahnya sebagai korban penghapus dosa. (10) Tetapi kambing jantan yang kena undi bagi Azazel haruslah ditempatkan hidup-hidup di hadapan TUHAN untuk mengadakan pendamaian, lalu dilepaskan bagi Azazel ke padang gurun. (11) Harun harus mempersembahkan lembu jantan yang akan menjadi korban penghapus dosa baginya sendiri dan mengadakan pendamaian baginya dan bagi keluarganya; ia harus menyembelih lembu jantan itu. (12) Dan ia harus mengambil perbaraan berisi penuh bara api dari atas mezbah yang di hadapan TUHAN, serta serangkup penuh ukupan dari wangi-wangian yang digiling sampai halus, lalu membawanya masuk ke belakang tabir. (13) Kemudian ia harus meletakkan ukupan itu di atas api yang di hadapan TUHAN, sehingga asap ukupan itu menutupi tutup pendamaian yang di atas hukum Allah, supaya ia jangan mati. (14) Lalu ia harus mengambil sedikit dari darah lembu jantan itu dan memercikkannya dengan jarinya ke atas tutup pendamaian di bagian muka, dan ke depan tutup pendamaian itu ia harus memercikkan sedikit dari darah itu dengan jarinya tujuh kali. (15) Lalu ia harus menyembelih domba jantan yang akan menjadi korban penghapus dosa bagi bangsa itu dan membawa darahnya masuk ke belakang tabir, kemudian haruslah diperbuatnya dengan darah itu seperti yang diperbuatnya dengan darah lembu jantan, yakni ia harus memercikkannya ke atas tutup pendamaian dan ke depan tutup pendamaian itu. (16) Dengan demikian ia mengadakan pendamaian bagi tempat kudus itu karena segala kenajisan orang Israel dan karena segala pelanggaran mereka, apapun juga dosa mereka. Demikianlah harus diperbuatnya dengan Kemah Pertemuan yang tetap diam di antara mereka di tengah-tengah segala kenajisan mereka. (17) Seorangpun tidak boleh hadir di dalam Kemah Pertemuan, bila Harun masuk untuk mengadakan pendamaian di tempat kudus, sampai ia keluar, setelah mengadakan pendamaian baginya sendiri, bagi keluarganya dan bagi seluruh jemaah orang Israel. (18) Kemudian haruslah ia pergi ke luar ke mezbah yang ada di hadapan TUHAN, dan mengadakan pendamaian bagi mezbah itu. Ia harus mengambil sedikit dari darah lembu jantan dan dari darah domba jantan itu dan membubuhnya pada tanduk-tanduk mezbah sekelilingnya. (19) Kemudian ia harus memercikkan sedikit dari darah itu ke mezbah itu dengan jarinya tujuh kali dan mentahirkan serta menguduskannya dari segala kenajisan orang Israel. (20) Setelah selesai mengadakan pendamaian bagi tempat kudus dan Kemah Pertemuan serta mezbah, ia harus mempersembahkan kambing jantan yang masih hidup itu, (21) dan Harun harus meletakkan kedua tangannya ke atas kepala kambing jantan yang hidup itu dan mengakui di atas kepala kambing itu segala kesalahan orang Israel dan segala pelanggaran mereka, apapun juga dosa mereka; ia harus menanggungkan semuanya itu ke atas kepala kambing jantan itu dan kemudian melepaskannya ke padang gurun dengan perantaraan seseorang yang sudah siap sedia untuk itu. (22) Demikianlah kambing jantan itu harus mengangkut segala kesalahan Israel ke tanah yang tandus, dan kambing itu harus dilepaskan di padang gurun. (23) Sesudah itu Harun harus masuk ke dalam Kemah Pertemuan dan menanggalkan pakaian lenan, yang dikenakannya ketika ia masuk ke dalam tempat kudus dan harus meninggalkannya di sana. (24) Ia harus membasuh tubuhnya dengan air di suatu tempat yang kudus dan mengenakan pakaiannya sendiri, lalu ia harus keluar dan mempersembahkan korban bakarannya sendiri dan korban bakaran bangsa itu; dengan demikian ia mengadakan pendamaian baginya sendiri dan bagi bangsa itu. (25) Kemudian ia harus membakar lemak korban penghapus dosa di atas mezbah. (26) Maka orang yang melepaskan kambing jantan bagi Azazel itu harus mencuci pakaiannya, membasuh tubuhnya dengan air dan sesudah itu barulah boleh masuk ke perkemahan. (27) Lembu jantan dan kambing jantan korban penghapus dosa, yang darahnya telah dibawa masuk untuk mengadakan pendamaian di dalam tempat kudus, harus dibawa keluar dari perkemahan, dan kulitnya, dagingnya dan kotorannya harus dibakar habis. (28) Siapa yang membakar semuanya itu, harus mencuci pakaiannya, membasuh tubuhnya dengan air dan sesudah itu barulah boleh masuk ke perkemahan. (29) Inilah yang harus menjadi ketetapan untuk selama-lamanya bagi kamu, yakni pada bulan yang ketujuh, pada tanggal sepuluh bulan itu kamu harus merendahkan diri dengan berpuasa dan janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan, baik orang Israel asli maupun orang asing yang tinggal di tengah-tengahmu. (30) Karena pada hari itu harus diadakan pendamaian bagimu untuk mentahirkan kamu. Kamu akan ditahirkan dari segala dosamu di hadapan TUHAN. (31) Hari itu harus menjadi sabat, hari perhentian penuh, bagimu dan kamu harus merendahkan diri dengan berpuasa. Itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya. (32) Dan pendamaian harus diadakan oleh imam yang telah diurapi dan telah ditahbiskan untuk memegang jabatan imam menggantikan ayahnya; ia harus mengenakan pakaian lenan, yakni pakaian kudus. (33) Ia harus mengadakan pendamaian bagi tempat maha kudus, bagi Kemah Pertemuan dan bagi mezbah, juga bagi para imam dan bagi seluruh bangsa itu, yakni jemaah itu. (34) Itulah yang harus menjadi ketetapan untuk selama-lamanya bagimu, supaya sekali setahun diadakan pendamaian bagi orang Israel karena segala dosa mereka.’ Maka Harun melakukan seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa.”.
HARI RAYA PENDAMAIAN (2)
gadget, otomotif, asuransi
II) Hal-hal yang harus dilakukan Harun.

Pulpit Commentary: “The high priest’s acts on this day, so far as they are recounted in this chapter, were the following. 1. He bathed. 2. He dressed himself in his white holy garments. 3. He offered or presented at the door of the tabernacle a bullock for a sin offering for himself and his house. 4. He presented at the same place two goats for a sin offering for the congregation. 5. He cast lots on the two goats, one of which was to be sacrificed, the other to be let go into the wilderness. 6. He sacrificed the bullock. 7. He passed from the court through the holy place into the holy of holies with a censer and incense, and filled the space beyond the vail with a cloud of smoke from the incense. 8. He returned to the court, and, taking some of the blood of the bullock, passed again within the vail, and there sprinkled the blood once on the front of the mercy-seat and seven times before it. 9. He came out again into the court, and killed the goat on which the lot for sacrifice had fallen. 10. For the third time he entered the holy of holies, and went through the same process with the goat’s blood as with the bullock’s blood. 11. He purified the other part of the tabernacle, as he had purified the holy of holies, by sprinkling with the atoning blood, as before, and placing some of it on the horns of the altar of incense (Exod. 30:10). 12. He returned to the court, and placed the blood of the bullock and goat upon the horns of the altar of burnt sacrifice, and sprinkled it seven times. 13. He offered to God the remaining goat, laying his hands upon it, confessing and laying the sins of the people upon its head. 14. He consigned the goat to a man, whose business it was to conduct it to the border of the wilderness, and there release it. 15. He bathed and changed his linen vestments for his commonly worn high priest’s dress. 16. He sacrificed, one after the other, the two rams as burnt offerings for himself and for the people. 17. He burnt the fat of the sin offerings upon the altar. 18. He took measures that the remainder of the sin offerings should be burnt without the camp. In Numb. 29:7–11, twelve sacrifices are commanded to be offered by the high priest on this day, namely, the morning and evening sacrifice; a burnt offering for the people, consisting of one young bullock, one ram (as already stated), and seven lambs; and one goat for a sin offerings; so that in all there were fifteen sacrifices offered, besides the meat and drink offerings.” [= Tindakan-tindakan imam besar pada hari ini, sejauh mereka diceritakan dalam pasal ini, adalah sebagai berikut: 1. Ia mandi. 2. Ia memakai jubah kudus putihnya. 3. Ia mempersembahkan atau memberikan di pintu Kemah Suci seekor lembu jantan muda untuk korban penghapus dosa bagi dirinya sendiri dan keluarganya. 4. Ia memberikan di tempat yang sama dua ekor kambing untuk korban penghapus dosa bagi jemaah. 5. Ia membuang undi untuk dua ekor kambing itu, satu harus dikorbankan, yang lain harus dilepaskan ke padang gurun. 6. Ia mengorbankan lembu jantan muda itu. 7. Ia masuk dari halaman melewati Ruang Suci ke dalam Ruang Maha Suci dengan perbaraan dan ukupan, dan memenuhi ruangan di balik tabir dengan suatu awan dari asap dari ukupan. 8. Ia kembali ke halaman, dan setelah mengambil sedikit darah dari lembu jantan muda itu, masuk lagi ke dalam tabir, dan disana memercikkan darah sekali di depan dari tutup pendamaian dan tujuh kali di hadapannya. 9. Ia keluar lagi ke halaman, dan membunuh kambing yang kena undi untuk korban. 10. Untuk ketigakalinya ia masuk ke Ruang Maha Suci, dan melaksanakan proses yang sama dengan darah kambing seperti dengan darah lembu jantan muda itu. 11. Ia menguduskan bagian lain dari Kemah Suci, setelah ia telah menguduskan Ruang Maha Suci, dengan memerciki dengan darah penebusan, seperti sebelumnya, dan memberikan sedikit dari darah itu pada tanduk-tanduk dari mezbah ukupan (Kel 30:10). 12. Ia kembali ke halaman, dan memberikan darah dari lembu jantan muda dan kambing pada tanduk-tanduk dari mezbah korban bakaran, dan memercikinya tujuh kali. 13. Ia mempersembahkan kepada Allah kambing yang tersisa / tertinggal, menumpangkan tangannya atasnya, mengakui dan menanggungkan dosa-dosa dari bangsa itu pada / di atas kepalanya. 14. Ia menyerahkan kambing itu kepada seseorang, yang tugasnya adalah untuk mengarahkannya pada perbatasan dari padang gurun, dan melepaskannya di sana. 15. Ia mandi dan mengganti jubah lenannya dengan pakaian imam besarnya yang biasa. 16. Ia mengorbankan, satu per satu, kedua domba jantan sebagai korban bakaran untuk dirinya sendiri dan untuk bangsa itu. 17. Ia membakar lemak dari korban-korban penghapus dosa di atas mezbah. 18. Ia melakukan langkah-langkah supaya sisa dari korban penghapus dosa harus dibakar di luar perkemahan. Dalam Bil 29:7-11, duabelas korban diperintahkan untuk dikorbankan oleh imam besar pada hari ini, yaitu, korban pagi dan petang; suatu korban bakaran untuk bangsa itu, terdiri dari satu lembu jantan muda, satu domba jantan (seperti telah dinyatakan), dan tujuh anak domba; dan satu kambing untuk korban penghapus dosa; sehingga seluruhnya ada limabelas korban dipersembahkan, disamping korban sajian dan curahan.].

Kel 30:10 - “Sekali setahun haruslah Harun mengadakan pendamaian di atas tanduk-tanduknya; dengan darah korban penghapus dosa pembawa pendamaian haruslah ia sekali setahun mengadakan pendamaian bagi mezbah itu di antara kamu turun-temurun; itulah barang maha kudus bagi TUHAN.’”.

Bil 29:7-11 - “(7) Pada hari yang kesepuluh bulan yang ketujuh itu haruslah kamu mengadakan pertemuan yang kudus dan merendahkan dirimu dengan berpuasa, maka tidak boleh kamu melakukan sesuatu pekerjaan. (8) Pada waktu itu haruslah kamu mempersembahkan sebagai korban bakaran kepada TUHAN, sebagai bau yang menyenangkan: seekor lembu jantan muda, seekor domba jantan, tujuh ekor domba berumur setahun; HARUSLAH TIDAK BERCELA SEMUANYA ITU; (9) juga sebagai korban sajiannya: tepung yang terbaik, diolah dengan minyak, yakni tiga persepuluh efa untuk lembu jantan itu, dua persepuluh efa untuk domba jantan yang seekor itu, (10) sepersepuluh efa untuk setiap domba dari ketujuh ekor domba itu; (11) dan seekor kambing jantan sebagai korban penghapus dosa, selain dari pada korban penghapus dosa pembawa pendamaian dan korban bakaran yang tetap serta dengan korban sajiannya dan korban-korban curahannya.”.

The Bible Exposition Commentary (tentang ay 3-28): “It wasn’t enough that the high priest serve on the right day, for the right purpose, and that the people have the right heart attitude. It was also important that the high priest follow the right procedure that God gave to him. The Day of Atonement was not a time for innovation because too much was at stake.” [= Tidaklah cukup bahwa imam besar melayani pada hari yang benar, untuk tujuan yang benar, dan bahwa bangsa itu mempunyai sikap hati yang benar. Juga merupakan sesuatu yang penting bahwa imam besar MENGIKUTI PROSEDUR YANG BENAR yang Allah telah beri kepadanya. Hari Pendamaian bukanlah suatu waktu untuk tindakan memperkenalkan sesuatu yang baru karena terlalu banyak yang diresikokan.].

Penerapan: sebetulnya secara sama dalam jaman Perjanjian Baru, orang kristen juga tak boleh asal melakukan upacara, tetapi harus melakukannya sesuai dengan petunjuk Tuhan. Misalnya: melakukan baptisan harus dengan air, dan melakukan Perjamuan Kudus harus dengan roti dan anggur. Kita tak boleh, dan tak berhak, mengubah hal-hal itu, apalagi hanya dengan alasan kepraktisan. Mengganti roti dengan hosti, menurut saya sudah mengubah hal itu (bdk. 1Kor 10:17 - ‘roti adalah satu’).

Pulpit Commentary: “The punctiliousness of the Jews in later times was not content that the ceremonies should begin on the day itself. Preparations commenced a full week previously. On the third day of the seventh month, the high priest moved from his house in the city into the temple, and he was twice sprinkled with the ashes of the red heifer, by way of precaution against defilement. He spent the week in practising and rehearsing, under the eye of some of the elders of the Sanhedrin, the various acts that he would have to perform on the great day, and on the night immediately preceding it he was not allowed to sleep. In case of his sudden death or disqualification, a substitute was appointed to fulfil his function.” [= Keketatan / ketelitian dari orang-orang Yahudi pada masa belakangan tidaklah puas bahwa upacara-upacara harus mulai pada hari itu sendiri. Persiapan-persiapan dimulai satu minggu penuh sebelumnya. Pada hari ketiga dari bulan ketujuh, imam besar pindah dari rumahnya di kota ke dalam Bait Suci, dan ia diperciki dua kali dengan abu dari lembu merah yang masih muda, sebagai pencegahan terhadap pencemaran. Ia menghabiskan minggu itu dalam mempraktekkan dan melatih, di bawah pengawasan dari beberapa tua-tua dari Sanhedrin, bermacam-macam tindakan yang akan harus ia laksanakan pada hari yang besar / agung itu, dan pada malam persis sebelum hari itu ia tidak diperbolehkan untuk tidur. Dalam kasus dari kematian mendadak atau diskwalifikasi, seorang pengganti ditetapkan untuk memenuhi fungsi / pekerjaan / pelayanannya.].

Catatan: betul-betul tak masuk akal bahwa suatu upacara yang sudah sangat mendetail seperti itu masih ditambahi lagi! Tetapi itulah orang-orang Yahudi! Bandingkan dengan hukum-hukum Sabat mereka, yang ditambah-tambahi sedemikian rupa sehingga menjadi hari yang sangat memberatkan! Ini merupakan suatu pelajaran bagi kita untuk tidak memasukkan HAL-HAL YANG KITA DAPATKAN DARI PIKIRAN / HATI KITA, ATAU DARI PRAKTEK-PRAKTEK ORANG-ORANG LAIN, DAN BUKAN DARI KITAB SUCI / FIRMAN TUHAN ke dalam ibadah, seperti:

• Salam-salaman dengan orang-orang di kiri dan kanan.

• Menoleh ke kiri dan kanan dan tersenyum.

• Menari-nari, berjingkrak-jingkrak dalam ibadah / kebaktian.

• Penggunaan hosti dalam Perjamuan Kudus.

• Doa bersuara.

• Doa diiringi musik.

• Doa dan nyanyi bersama-sama.

• ‘Acara penyembahan’ dengan bahasa Roh.

• Praktek nggeblak / ‘tumbang dalam Roh’.

• Toronto Blessing.

• Dan sebagainya.

Sekarang kita akan melihat hal-hal apa saja yang akan / harus dilakukan oleh Harun:

1) Harun harus sendirian, tak boleh ada seorangpun menyertai dia (Imamat 16: 17).

Imamat 16: 17: “Seorangpun tidak boleh hadir di dalam Kemah Pertemuan, bila Harun masuk untuk mengadakan pendamaian di tempat kudus, sampai ia keluar, setelah mengadakan pendamaian baginya sendiri, bagi keluarganya dan bagi seluruh jemaah orang Israel.”.

Matthew Henry: “He was to do all himself upon the day of atonement: only there was a second provided to be his substitute or supporter, in case any thing should befal him, either of sickness or ceremonial uncleanness, that he could not perform the service of the day.” [= Ia harus melakukan sendiri semuanya pada hari pendamaian: hanya disana ada seorang pembantu / orang kedua yang disediakan sebagai penggantinya atau pendukungnya, dalam kasus ada apapun yang terjadi kepadanya, atau penyakit atau kenajisan yang bersifat upacara, sehingga ia tidak bisa melaksanakan pelayanan dari hari itu.].

Pulpit Commentary: “In this case also the high priest in person, and alone, officiated. No one was to remain with him in the tabernacle of the congregation (ver. 17). What an expressive figure of Christ (see Isa. 63:3, 5; Zech. 13:7; Matt. 26:31, 56; John 16:32)! No one could help Jesus in his great work of atonement.” [= Dalam kasus ini juga imam besar secara pribadi, dan sendirian, melaksanakan tugasnya. Tak seorangpun boleh tinggal bersama dia dalam Kemah Pertemuan (ay 17). Betul-betul suatu simbol yang hebat yang berhubungan dengan / menunjuk kepada Kristus (lihat Yes 63:3,5; Zakh 13:7; Mat 26:31,56; Yoh 16:32)!].

Yes 63:3-5 - “(3) ‘Aku seorang dirilah yang melakukan pengirikan, dan dari antara umatKu tidak ada yang menemani Aku! Aku telah mengirik bangsa-bangsa dalam murkaKu, dan Aku telah menginjak-injak mereka dalam kehangatan amarahKu; semburan darah mereka memercik kepada bajuKu, dan seluruh pakaianKu telah cemar. (4) Sebab hari pembalasan telah Kurencanakan dan tahun penuntutan bela telah datang. (5) Aku melayangkan pandanganKu: tidak ada yang menolong; Aku tertegun: tidak ada yang membantu. Lalu tanganKu memberi Aku pertolongan, dan kehangatan amarahKu, itulah yang membantu Aku.”.

Catatan: Yes 63:3-5 ini sama sekali tak cocok, karena text ini tak berhubungan dengan penebusan / pengampunan dosa tetapi justru berkenaan dengan murka / penghukuman dari Allah.

Calvin (tentang Yes 63:3): “It would be absurd to say that these things relate to Christ, because he alone and without human aid redeemed us; for it means that God will punish the Edomites in such a manner that he will have no need of the assistance of men, because he will be sufficiently able to destroy them.” [= Adalah menggelikan untuk mengatakan bahwa hal-hal ini berhubungan dengan Kristus, karena Ia sendiri dan tanpa pertolongan manusia menebus kita; karena itu berarti bahwa Allah akan menghukum orang-orang Edom dengan suatu cara sehingga Ia tidak membutuhkan pertolongan manusia, karena Ia akan cukup mampu untuk menghancurkan mereka.].

Zakh 13:7 - “‘Hai pedang, bangkitlah terhadap gembalaKu, terhadap orang yang paling karib kepadaKu!’, demikianlah firman TUHAN semesta alam. ‘Bunuhlah gembala, sehingga domba-domba tercerai-berai! Aku akan mengenakan tanganKu terhadap yang lemah.”.

Mat 26:31,56 - “(31) Maka berkatalah Yesus kepada mereka: ‘Malam ini kamu semua akan tergoncang imanmu karena Aku. Sebab ada tertulis: Aku akan membunuh gembala dan kawanan domba itu akan tercerai-berai. ... (56) Akan tetapi semua ini terjadi supaya genap yang ada tertulis dalam kitab nabi-nabi.’ Lalu semua murid itu meninggalkan Dia dan melarikan diri.”.

Yoh 16:32a - “Lihat, saatnya datang, bahkan sudah datang, bahwa kamu diceraiberaikan masing-masing ke tempatnya sendiri dan kamu meninggalkan Aku seorang diri.”.

Yesus memang menebus dosa kita seorang diri! Maria, atau siapapun juga, tidak ikut menebus dosa manusia bersama dengan Dia!! Kalau dalam menebus dosa Yesus harus dibantu oleh Maria, maka di sini seharusnya Harun disertai oleh mamanya!

Calvin (tentang Imamat 16: 17): “The driving away of all men from approaching the tabernacle during the act of atonement is a sort of punishment by temporary banishment, that they may perceive themselves to be driven from God’s face, whilst the place is purified which had been defiled by their sins. This was a melancholy sight, when all these for whose sake it was erected were obliged to desert it; but in this way they were reminded that every part and particle of our salvation depends on God’s mercy only, when they saw themselves excluded from the remedy designed for obtaining pardon, unless a new pardon should come to their aid, since they had fallen away from the hope of reconciliation.” [= Pengusiran semua orang dari tindakan mendekati Kemah Suci dalam sepanjang tindakan penebusan / pendamaian merupakan sejenis hukuman oleh pembuangan sementara, supaya mereka bisa menyadari diri mereka diusir dari wajah Allah, sementara tempat yang telah dinajiskan oleh dosa-dosa mereka dimurnikan / disucikan. Ini merupakan suatu pemandangan yang menyedihkan, pada waktu semua orang-orang ini demi siapa tempat itu didirikan diharuskan untuk meninggalkannya; tetapi dengan cara ini mereka diingatkan bahwa setiap bagian dan bagian terkecil dari keselamatan kita tergantung pada belas kasihan Allah saja, pada waktu mereka melihat diri mereka sendiri dikeluarkan dari ‘obat’ yang dirancang untuk mendapatkan pengampunan, kecuali suatu pengampunan yang baru datang menolong mereka, karena mereka telah menyimpang dari pengharapan tentang pendamaian.].

2) Pakaian yang harus dikenakannya (Imamat 16: 4).

Imamat 16: 4: “Ia harus mengenakan kemeja lenan yang kudus dan ia harus menutupi auratnya dengan celana lenan dan ia harus memakai ikat pinggang lenan dan berlilitkan serban lenan; itulah PAKAIAN KUDUS yang harus dikenakannya, sesudah ia membasuh tubuhnya dengan air.”.

Adam Clarke (tentang ay 4): “‘He shall put on the holy linen coat.’ He was not to dress in his pontifical garments, but in the simple sacerdotal vestments, or those of the Levites, because it was a day of humiliation; and as he was to offer sacrifices for his own sins, it was necessary that he should appear in habits suited to the occasion. Hence, he has neither the robe, the ephod, the breast-plate, the mitre, etc.; these constituted his dress of dignity as the high priest of God, ministering for others and the representative of Christ: but now he appears, before God as a sinner, offering an atonement for his transgressions, and his garments are those of humiliation.” [= ‘Ia harus mengenakan kemeja lenan yang kudus’. Ia tidak boleh mengenakan jubah imam besarnya, tetapi jubah imam biasa, atau jubah dari orang-orang Lewi, karena itu adalah suatu hari perendahan; dan karena ia akan mempersembahkan korban-korban untuk dosa-dosanya sendiri, adalah perlu bahwa ia muncul dalam pakaian yang cocok dengan peristiwa itu. Jadi, ia tidak memakai jubah, efod, tutup dada, serban, dsb.; hal-hal ini membentuk pakaian keagungannya sebagai seorang imam besar dari Allah, yang melayani untuk orang-orang lain dan merupakan wakil dari Kristus; tetapi sekarang ia muncul, di hadapan Allah sebagai seorang berdosa, mempersembahkan suatu penebusan untuk pelanggaran-pelanggarannya, dan jubahnya adalah jubah dari perendahan.].

Catatan: penafsir-penafsir lain (Keil & Delitzsch, Bible Knowledge Commentary, Wenham) bahkan mengatakan bahwa pakaiannya pada saat itu lebih sederhana dari pakaian imam biasa.

Jamieson, Fausset & Brown (tentang ay 3-4): “It showed that when all appeared as sinners, the highest and lowest were then on a level, and that there is no distinction of persons with God.” [= Itu menunjukkan bahwa pada waktu semua muncul sebagai orang-orang berdosa, yang tertinggi dan yang terendah pada saat itu ada dalam satu level, dan disana tak ada pembedaan orang di hadapan Allah.].

Gordon J. Wenham (tentang ay 3-5): “The high priest also had to wear a special set of vestments for most of the ceremony, listed in v. 4: ... In other words a simpler, less flamboyant dress than usual must be worn by the high priest. His proper high-priestly uniform is described in Exod. 28. Beautiful colored materials, intricate embroidery, gold and jewelry made him look like a king. On the day of atonement he looked more like a slave. ... The symbolic significance of these special vestments is nowhere clearly explained. Undoubtedly they draw attention to the unique character of the occasion. On this one day the high priest enters the ‘other world,’ into the very presence of God. He must therefore dress as befits the occasion. Among his fellow men his dignity as the great mediator between man and God is unsurpassed, and his splendid clothes draw attention to the glory of his office. But in the presence of God even the high priest is stripped of all honor: he becomes simply the servant of the King of kings, whose true status is portrayed in the simplicity of his dress.” [= Imam besar juga harus memakai satu set pakaian / jubah khusus untuk sebagian besar dari upacara itu, diberikan daftarnya dalam ay 4: ... Dengan kata lain suatu pakaian yang lebih sederhana, kurang flamboyan, dari pada yang biasanya harus dipakai oleh imam besar. Seragam imam besarnya yang benar digambarkan dalam Kel 28. Bahan-bahan indah berwarna-warni, hiasan yang rumit, emas dan permata, membuatnya kelihatan seperti seorang raja. Pada hari pendamaian ia lebih terlihat seperti seorang budak / hamba. ... Arti simbolis dari pakaian-pakaian khusus ini tak dijelaskan secara jelas dimanapun. Tak diragukan pakaian itu menarik perhatian pada karakter yang unik dari peristiwa itu. Pada satu hari ini imam besar memasuki ‘dunia yang lain’, ke dalam kehadiran Allah. Karena itu, ia harus berpakaian yang cocok dengan peristiwa itu. Di antara sesama manusia tak ada yang menyamai keagungannya sebagai pengantara agung antara manusia dan Allah, dan pakaian sangat indah / mulia menarik perhatian pada kemuliaan dari jabatannya. Tetapi dalam kehadiran Allah bahkan imam besar dilucuti dari semua kehormatan: ia menjadi sekedar pelayan dari Raja dari segala raja, yang status sebenarnya digambarkan dalam kesederhanaan dari pakaiannya.] - Libronix.

Ini pakaian imam besar yang sebenarnya.

Kel 28:2-39 - “(2) Haruslah engkau membuat pakaian kudus bagi Harun, abangmu, sebagai perhiasan kemuliaan. (3) Haruslah engkau mengatakan kepada semua orang yang ahli, yang telah Kupenuhi dengan roh keahlian, membuat pakaian Harun, untuk menguduskan dia, supaya dipegangnya jabatan imam bagiKu. (4) Inilah pakaian yang harus dibuat mereka: tutup dada, baju efod, gamis, kemeja yang ada raginya, serban dan ikat pinggang. Demikianlah mereka harus membuat pakaian kudus bagi Harun, abangmu, dan bagi anak-anaknya, supaya ia memegang jabatan imam bagiKu. (5) Untuk itu haruslah mereka mengambil emas, kain ungu tua dan kain ungu muda, kain kirmizi dan lenan halus. (6) Baju efod itu harus dibuat mereka dari emas, kain ungu tua dan kain ungu muda, kain kirmizi dan lenan halus yang dipintal benangnya: buatan seorang ahli. (7) Haruslah ada pada baju efod itu dua tutup bahu yang disambung kepadanya, pada kedua ujungnyalah harus baju efod itu disambung. (8) Sabuk pengikat yang ada pada baju efod itu haruslah sama buatannya dan seiras dengan baju efod itu, yakni dari emas, kain ungu tua, kain ungu muda, kain kirmizi dan lenan halus yang dipintal benangnya. (9) Haruslah kauambil dua permata krisopras dan mengukirkan nama para anak Israel pada permata itu, (10) enam dari nama mereka itu pada permata yang pertama dan keenam nama lagi pada permata yang kedua, menurut urutan kelahirannya. (11) Seperti buatan seorang pengasah permata, diukirkan seperti meterai, demikianlah harus kauukirkan pada kedua permata itu nama para anak Israel; dililit dengan ikat emas harus kaubuat permata itu. (12) Kemudian haruslah kautaruh kedua permata itu pada kedua tutup bahu baju efod sebagai permata peringatan untuk mengingat orang Israel; maka ke hadapan TUHAN haruslah Harun membawa nama mereka di atas kedua tutup bahunya menjadi tanda peringatan. (13) Haruslah kaubuat ikat emas (14) dan dua untai dari emas murni; sebagai utas haruslah kaubuat itu, yang buatannya sebagai tali berjalin dan haruslah kaupasang untai berjalin itu pada ikat itu. (15) Haruslah engkau membuat tutup dada pernyataan keputusan: buatan seorang ahli. Buatannya sama dengan baju efod, demikianlah harus engkau membuatnya, yakni dari emas, kain ungu tua, kain ungu muda, kain kirmizi dan lenan halus yang dipintal benangnya haruslah engkau membuatnya. (16) Haruslah itu empat persegi, lipat dua, sejengkal panjangnya dan sejengkal lebarnya. (17) Haruslah kautatah itu dengan permata tatahan, empat jajar permata: permata yaspis merah, krisolit, malakit, itulah jajar yang pertama; (18) jajar yang kedua: permata batu darah, lazurit, yaspis hijau; (19) jajar yang ketiga: permata ambar, akik, kecubung, (20) jajar yang keempat: permata pirus, krisopras dan nefrit. Dengan berikatkan emas, demikianlah permata-permata itu dalam tatahannya. (21) Sesuai dengan nama para anak Israel, permata itu haruslah dua belas banyaknya; dan pada tiap-tiap permata haruslah ada, diukirkan seperti meterai, nama salah satu suku dari yang dua belas itu. (22) Juga haruslah kaubuat untuk tutup dada itu untai berpilin, yang buatannya sebagai tali berjalin, dari emas murni. (23) Juga haruslah kaubuat untuk tutup dada itu dua gelang emas dan kedua gelang itu harus kaupasang pada kedua ujung tutup dada. (24) Haruslah kedua untai emas yang berjalin itu kaupasang pada kedua gelang itu, pada ujung tutup dada. (25) Kedua ujung lain dari kedua untai berjalin itu haruslah kaupasang pada kedua ikat emas itu, demikianlah kaupasang pada tutup bahu baju efod, di sebelah depannya. (26) Haruslah engkau membuat dua gelang emas dan membubuhnya pada kedua ujung tutup dada itu, pada pinggirnya yang sebelah dalam, yang berhadapan dengan baju efod. (27) Juga haruslah engkau membuat dua gelang emas dan memasangnya pada kedua tutup bahu baju efod, di sebelah bawah pada bagian depan, dekat ke tempat persambungannya, di sebelah atas sabuk baju efod. (28) Kemudian haruslah tutup dada itu dengan gelangnya diikatkan kepada gelang baju efod dengan memakai tali ungu tua, sehingga tetap di atas sabuk baju efod, dan tutup dada itu tidak dapat bergeser dari baju efod. (29) Demikianlah di atas jantungnya harus dibawa Harun nama para anak Israel pada tutup dada pernyataan keputusan itu, apabila ia masuk ke dalam tempat kudus, supaya menjadi tanda peringatan yang tetap di hadapan TUHAN. (30) Dan di dalam tutup dada pernyataan keputusan itu haruslah kautaruh Urim dan Tumim; haruslah itu di atas jantung Harun, apabila ia masuk menghadap TUHAN, dan Harun harus tetap membawa keputusan bagi orang Israel di atas jantungnya, di hadapan TUHAN. (31) Haruslah kaubuat gamis baju efod dari kain ungu tua seluruhnya. (32) Lehernya haruslah di tengah-tengahnya; lehernya itu harus mempunyai pinggir sekelilingnya, buatan tukang tenun, seperti leher baju zirah haruslah lehernya itu, supaya jangan koyak. (33) Pada ujung gamis itu haruslah kaubuat buah delima dari kain ungu tua, kain ungu muda dan kain kirmizi, pada sekeliling ujung gamis itu, dan di antaranya berselang-seling giring-giring emas, (34) sehingga satu giring-giring emas dan satu buah delima selalu berselang-seling, pada ujung gamis itu. (35) Haruslah gamis itu dipakai Harun, apabila ia menyelenggarakan kebaktian, dan bunyinya harus kedengaran, apabila ia masuk ke dalam tempat kudus di hadapan TUHAN dan apabila ia keluar pula, supaya ia jangan mati. (36) Juga haruslah engkau membuat patam dari emas murni dan pada patam itu kauukirkanlah, diukirkan seperti meterai: Kudus bagi TUHAN. (37) Haruslah patam itu engkau beri bertali ungu tua, dan haruslah itu dilekatkan pada serban, di sebelah depan serban itu. (38) Patam itu haruslah ada pada dahi Harun, dan Harun harus menanggung akibat kesalahan terhadap segala yang dikuduskan oleh orang Israel, yakni terhadap segala persembahan kudusnya; maka haruslah patam itu tetap ada pada dahinya, sehingga TUHAN berkenan akan mereka. (39) Haruslah engkau menenun kemeja dengan ada raginya, dari lenan halus, dan membuat serban dari lenan halus dan haruslah kaubuat ikat pinggang dari tenunan yang berwarna-warna.”.

Penerapan: juga para pendeta / majelis / donatur gereja, pada waktu datang di hadapan Allah, harus sadar, bahwa ia adalah orang berdosa, sama seperti semua jemaat yang lain, dan harus mempunyai sikap yang sesuai dengan itu di hadapan Allah!

Calvin (tentang ay 3-6): “We have stated elsewhere why the priests were to be dressed in garments different from others, since he who is the mediator between God and men should be free from all impurity and stain; and since no mortal could truly supply this, a type was substituted in place of the reality, from whence believers might learn that another Mediator was to be expected; because the dignity of the sons of Aaron was only typical, and not true and substantial. For whenever the priest stripped himself of his own garments, and assumed those which were holy and separated from common use, it was equivalent to declaring openly that he represented another person.” [= Kita sudah menyatakan di tempat lain mengapa imam harus berpakaian dalam jubah yang berbeda dengan orang-orang lain, karena ia yang adalah pengantara antara Allah dan manusia harus bebas dari semua kenajisan dan cacat; dan karena tak ada manusia yang fana yang bisa betul-betul memenuhi tuntutan ini, suatu TYPE diberikan sebagai pengganti di tempat realitanya, dari mana orang-orang percaya bisa belajar bahwa seorang Pengantara yang lain harus diharapkan; karena kewibawaan dari anak-anak Harun hanyalah bersifat TYPE, dan bukan benar-benar dan nyata. Karena kapanpun imam melepaskan jubahnya sendiri, dan memakai jubah yang kudus dan terpisah dari penggunaan biasa, itu sama dengan menyatakan secara jelas bahwa ia mewakili orang yang lain.].

Barnes’ Notes: “In preparing to enter the holy of holies, he attired himself in spotless white as a token of the holiness without which none, in a spiritual sense, can enter the divine presence. He thus became a more distinct foreshadow of the greater high priest (Heb 7:26; 6:19-20).” [= Dalam persiapan untuk memasuki Ruang Maha Suci, ia memakaiani dirinya sendiri dengan pakaian putih bersih sebagai suatu tanda kekudusan tanpa mana tak seorangpun, dalam arti rohani, bisa memasuki kehadiran ilahi. Dengan demikian ia menjadi suatu bayangan lebih dulu yang lebih jelas dari Imam Besar yang lebih agung (Ibr 7:26; 6:19-20).].

Ibr 7:26 - “Sebab Imam Besar yang demikianlah yang kita perlukan: yaitu yang saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa dan lebih tinggi dari pada tingkat-tingkat sorga,”.

Ibr 6:19-20 - “(19) Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir, (20) di mana Yesus telah masuk sebagai Perintis bagi kita, ketika Ia, menurut peraturan Melkisedek, menjadi Imam Besar sampai selama-lamanya.”.

Keil & Delitzsch: “The emphatic expression, ‘these are holy garments,’ is a sufficient proof that the pure white colour of all the clothes, even of the girdle, was intended as a representation of holiness. Although in Ex 28:2,4, etc., the official dress not only of Aaron, but of his sons also, that is to say, the priestly costume generally, is described as ‘holy garments,’ yet in the present chapter the word KODESH, ‘holy,’ is frequently used in an emphatic sense (for example, in vv. 2, 3, 16, of the most holy place of the dwelling), and by this predicate the dress is characterized as most holy.” [= Ungkapan yang menekankan, ‘ini adalah jubah / pakaian kudus’, merupakan suatu bukti yang cukup bahwa warna putih yang murni dari semua pakaiannya, bahkan dari ikat pinggangnya, dimaksudkan sebagai suatu perwakilan dari kekudusan. Sekalipun dalam Kel 28:2,4 dst., pakaian resmi bukan hanya dari Harun tetapi dari anak-anaknya juga, jadi, pakaian imam secara umum, digambarkan sebagai ‘jubah / pakaian kudus’, tetapi dalam pasal sekarang ini kata KODESH, ‘kudus’, digunakan secara sering dalam arti yang ditekankan (misalnya, dalam ay 2,3,16, tentang Ruang Maha Suci / tempat yang paling kudus dari tempat tinggal), dan dengan ini menyatakan pakaian itu digambarkan cirinya sebagai paling kudus.].

Catatan: agak aneh / lucu, kalau kata ‘kudus’ untuk ‘tempat kudus’ diterapkan pada ‘pakaian kudus’.

Keil & Delitzsch tidak menerima bahwa pakaian sederhana yang harus dikenakan Harun pada hari pendamaian itu menunjukkan dia sebagai orang berdosa. Alasan yang ia berikan adalah bahwa tak ada pakaian putih yang menyimbolkan orang berdosa. Tetapi kontras yang sangat menyolok antara pakaian imam besar yang sebenarnya dalam Kel 28, dan pakaian yang harus ia kenakan dalam Im 16:4, lalu harus diartikan bagaimana? Jadi saya cenderung untuk menggabungkan kedua penafsiran ini. Jadi, di satu sisi ia harus tampil sebagai orang berdosa, tetapi di sisi lain ia harus tampil bersih supaya menjadi TYPE yang cocok untuk Yesus sebagai Imam Besar agung yang suci.

3) Membakar kemenyan / ukupan (Imamat 16: 12-13).

Ay 12-13: “(12) Dan ia harus mengambil perbaraan berisi penuh bara api dari atas mezbah yang di hadapan TUHAN, serta serangkup penuh ukupan dari wangi-wangian yang digiling sampai halus, lalu membawanya masuk ke belakang tabir. (13) Kemudian ia harus meletakkan ukupan itu di atas api yang di hadapan TUHAN, sehingga asap ukupan itu menutupi tutup pendamaian yang di atas hukum Allah, SUPAYA IA JANGAN MATI.”.

Gordon J. Wenham: “Entry into the holy of holies is fraught with danger. To protect himself from the wrath of God, the high priest has to prepare a censer full of hot charcoal taken from the altar of burnt offering in the outer court and put in it fine incense. The smoke of the incense was to cover the mercy seat, so that the high priest would not be killed (vv. 12–13). The most obvious explanation is given by Hertz: ‘the purpose of the incense-smoke was to create a screen which would prevent the High Priest from gazing upon the Holy Presence.’ Keil suggests that the incense was to prevent God seeing the sinner. Insofar as the incense is said to cover the mercy seat rather than the high priest (v. 13), the former interpretation seems the more plausible.” [= Tindakan masuk ke dalam Ruang Maha Suci penuh dengan bahaya. Untuk melindungi dirinya sendiri dari murka Allah, imam besar harus mempersiapkan suatu perbaraan penuh dengan arang yang panas yang diambil dari mezbah korban bakaran di pelataran luar, dan memasukkan ukupan di dalamnya. Asap dari ukupan harus menutupi tutup pendamaian, sehingga imam besar itu tidak dibunuh (ay 12-13). Penjelasan yang paling jelas diberikan oleh Hertz: ‘tujuan dari asap ukupan adalah untuk menciptakan suatu tabir yang akan menghalangi imam besar melihat Kehadiran Ilahi’. Keil mengusulkan bahwa ukupan itu adalah untuk mencegah Allah melihat orang berdosa. Sejauh ukupan itu dikatakan menutupi tutup pendamaian dan bukannya imam besar (ay 13), penafsiran yang terdahulu kelihatannya lebih memungkinkan.] - Libronix.

Pulpit Commentary (tentang ay 12-13): “This is the first entry of the high priest into the holy of holies. He takes with him a censer - literally, the censer, that is, the censer that he was to use on the occasion - full of burning coals of fire from off the altar; and his hands are full of sweet incense beaten small; his object being to fill the holy of holies with the smoke of the incense which may serve as at least a thin vail between himself and the Presence of the Lord, that he die not (cf. Exod. 33:20, ‘Thou canst not see my face: for there shall no man see me, and live;’ cf. also Gen. 32:30; Deut. 5:24; Judg. 6:22; 13:22). Here we see taught the lesson of the vision of God, as he is, being impossible to the human faculties. He must be vailed in one way or another.” [= Ini adalah tindakan masuk pertama dari imam besar ke dalam Ruang Maha Suci. Ia membawa dengannya suatu perbaraan - secara hurufiah perbaraan itu, yaitu perbaraan yang harus ia gunakan untuk peristiwa itu - penuh dengan arang membara yang apinya diambil dari mezbah; dan tangannya penuh dengan ukupan yang digiling sampai halus; tujuannya adalah memenuhi Ruang Maha Suci dengan asap dari ukupan yang bisa berfungsi sebagai sedikitnya suatu tabir tipis antara dia sendiri dan Kehadiran dari Tuhan, supaya ia jangan mati (bdk. Kel 33:20, ‘Engkau tidak tahan memandang wajahKu, sebab tidak ada orang yang memandang Aku dapat hidup’; bdk. juga Kej 32:30; Ul 5:24; Hak 6:22; 13:22). Di sini kita melihat diajarkannya pelajaran tentang penglihatan terhadap Allah, sebagaimana adanya Ia, karena itu adalah mustahil bagi penglihatan manusia. Ia harus ditutupi dengan cara tertentu.].

Calvin (tentang Imamat 16: 12-15): “Before he takes the blood into the sanctuary, (the priest) is commanded to offer incense. There was, as we have seen, an altar of incense, on which the priest burnt it, but without the veil; but now he is ordered to go within the veil, to make an incense offering in the very holy of holies. But it is worth noticing, that is said that the cloud of the incense should cover the mercy-seat - that the priest die not; for by this sign it was shewn how formidable is God’s majesty, the sight of which is fatal even to the priest; that all might learn to tremble at it, and to prostrate themselves as suppliants before Him; and again, that all audacity and temerity might be repressed.” [= Sebelum ia membawa darah itu ke dalam tempat kudus, (imam itu) diperintahkan untuk mempersembahkan ukupan. Disana ada, seperti telah kita lihat, suatu mezbah ukupan, pada mana imam membakarnya, tetapi di luar tabir; tetapi sekarang ia diperintahkan untuk masuk ke dalam tabir, untuk membuat suatu korban ukupan dalam Ruang Maha Suci. Tetapi merupakan sesuatu yang perlu diperhatikan, bahwa dikatakan bahwa awan / asap dari ukupan harus menutupi tutup pendamaian - supaya imam itu tidak mati; karena dengan tanda ini ditunjukkan betapa menakutkannya keagungan Allah, pemandangan mana adalah fatal bahkan bagi imam; supaya semua orang bisa belajar untuk gemetar tentang hal itu, dan untuk meniarapkan diri mereka sendiri sebagai pemohon-pemohon di hadapanNya; dan lagi, supaya semua keberanian dan kesembronoan bisa ditekan.].

Matthew Henry (tentang ay 5-14): “5. He took a censer of burning coals (that would not smoke) in one hand, and a dish full of the sweet incense in the other, and then went into the holy of holies through the veil, and went up towards the ark, set the coals down upon the floor, and scattered the incense upon them, so that the room was immediately filled with smoke. The Jews say that he was to go in side-ways, that he might not look directly upon the ark where the divine glory was, till it was covered with smoke; then he must come out backwards, out of reverence to the divine majesty; and, after a short prayer, he was to hasten out of the sanctuary, to show himself to the people, that they might not suspect that he had misbehaved himself and died before the Lord.” [= 5. Ia mengambil perbaraan dari arang yang membara (yang tidak berasap) di satu tangan, dan sebuah piring / mangkok penuh dengan ukupan di tangan yang lain, dan lalu masuk ke dalam Ruang Maha Suci melalui tabir, dan naik menuju tabut, meletakkan arang di tanah / lantai, dan menaburkan ukupan / kemenyan di atasnya, sehingga ruangan itu segera dipenuhi dengan asap. Orang-orang Yahudi mengatakan bahwa ia harus masuk dengan berjalan menyamping, supaya ia tidak melihat langsung pada tabut dimana kemuliaan ilahi itu ada, sampai itu dipenuhi dengan asap; lalu ia harus keluar dengan berjalan mundur, karena rasa hormat / takut pada keagungan ilahi; dan setelah suatu doa singkat, ia harus cepat-cepat keluar dari tempat kudus, untuk menunjukkan dirinya sendiri kepada bangsa itu, supaya mereka tidak menduga bahwa ia telah bertindak salah dan mati di hadapan Tuhan.].

Catatan:

a) Tuhan hanya memerintahkan memasukkan ukupan ke dalam perbaraan untuk menimbulkan asap, dan asap itu melindungi sehingga Harun tidak melihat tabut perjanjian itu, supaya ia jangan mati. Seakan-akan peraturan Tuhan masih kurang orang-orang Yahudi menambahi lagi dengan keharusan berjalan menyamping pada saat masuk dan berjalan mundur pada saat keluar.

b) Bagian akhir kutipan ini menunjukkan betapa dengan rasa takut yang sangat besar imam besar masuk Ruang Maha Suci pada hari pendamaian. Kalau ada kesalahan sedikit saja, ia akan mati di hadapan Tuhan. Dan bangsa Israel yang menanti di luar juga menunggu-nunggu dengan sikap takut, harap-harap cemas, supaya jangan imam besar itu melakukan kesalahan dan mati di hadapan Tuhan!

Bandingkan dengan ayat-ayat ini:

Ibr 4:16 - “Sebab itu marilah kita DENGAN PENUH KEBERANIAN menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.”.

Ibr 10:19-21 - “(19) Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang PENUH KEBERANIAN dapat masuk ke dalam tempat kudus, (20) karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diriNya sendiri, (21) dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah.”.

Sekalipun dalam jaman Perjanjian Baru kita tak perlu / tak boleh takut lagi untuk datang ke hadapan Tuhan, TETAPI SIKAP TIDAK HORMAT DAN SEMBRONO PADA SAAT DATANG KE HADAPAN TUHAN TETAP HARUS DIBUANG!! Mengantuk, tidur, melamun, bergurau, bercakap-cakap, berjalan-jalan, membiarkan anak ribut dalam kebaktian, adalah hal-hal yang harus dibuang!

Pulpit Commentary: “After passing through the outer chamber of the tabernacle, the high priest found himself in the smaller chamber where stood the ark. Immediately he threw the incense on the coals of the censer, until the holy of holies was filled with the smoke, after which, according to later practice, he offered a prayer outside the vail.” [= Setelah melewati ruangan luar dari Kemah Suci, imam besar mendapati dirinya di dalam ruangan yang lebih kecil dimana tabut itu ada. Langsung ia melemparkan ukupan pada arang di perbaraan, sampai Ruang Maha Suci dipenuhi dengan asap, setelah mana, sesuai dengan praktek belakangan, ia menaikkan suatu doa di luar tabir.].

Doanya ada di bawah ini.

Pulpit Commentary: “The following form of prayer, breathing, however, the spirit of ages long subsequent to the tabernacle, or even the first temple, is found in the Talmud: - ‘May it please thee, O Lord our God, the God of our fathers, that neither this day nor this year any captivity come upon us. Yet if captivity befall us this day or this year, let it be to a place where the Law is cultivated. May it please thee, O Lord our God, the God of our fathers, that want come not upon us this day or this year. But if want visit us this day or this year, let it be due to the liberality of our charitable deeds. May it please thee, O Lord, the God of our fathers, that this year may be a year of cheapness, of fulness, of intercourse and trade; a year with abundance of rain, of sunshine, and of dew; one in which thy people Israel shall not require assistance one from another. And listen not to the prayers of those who are about to set out on a journey (against rain). And as to thy people Israel, may no enemy exalt himself against them. May it please thee, O Lord our God, the God of our fathers, that the houses of the men of Saron (exposed to floods) may not become their graves’ (Edersheim, ‘Temple Service’).” [= ].

Catatan: saya tak menterjemahkan doa ini. Tujuan saya hanya menunjukkan bahwa orang-orang Yahudi lagi-lagi menambahi upacara yang sudah sangat rumit ini, dengan hal-hal lain lagi.

4) Mempersembahkan korban untuk dirinya sendiri dan keluarganya (Im 16:3,6,11,14).

Imamat 16: 3,6,11,14: “(3) Beginilah caranya Harun masuk ke dalam tempat kudus itu, yakni dengan membawa seekor lembu jantan muda untuk korban penghapus dosa dan seekor domba jantan untuk korban bakaran. ... (6) Kemudian Harun harus mempersembahkan lembu jantan yang akan menjadi korban penghapus dosa baginya sendiri dan dengan demikian mengadakan pendamaian baginya dan bagi keluarganya. ... (11) Harun harus mempersembahkan lembu jantan yang akan menjadi korban penghapus dosa baginya sendiri dan mengadakan pendamaian baginya dan bagi keluarganya; ia harus menyembelih lembu jantan itu. ... (14) Lalu ia harus mengambil sedikit dari darah lembu jantan itu dan memercikkannya dengan jarinya ke atas tutup pendamaian di bagian muka, dan ke depan tutup pendamaian itu ia harus memercikkan sedikit dari darah itu dengan jarinya tujuh kali.”.

Gordon J. Wenham (tentang Imamat 16: 3-5): “Certain things had to be prepared in advance for the ceremonies of the day of atonement. These included a bull for a purification offering and a ram for a burnt offering, both sacrificed on behalf of the high priest (v. 3), and two goats and another ram for the congregation (v. 5). Regulations governing the selection of sacrificial animals are found in Lev. 1 and 4.” [= Hal-hal tertentu harus dipersiapkan sebelum upacara-upacara dari hari pendamaian. Ini mencakup seekor lembu jantan untuk korban penyucian / pentahiran dan seekor domba jantan untuk suatu korban bakaran, keduanya dikorbankan demi kepentingan imam besar (ay 3), dan dua ekor kambing dan seekor domba jantan yang lain untuk jemaah itu (ay 5). Peraturan-peraturan yang mengendalikan pemilihan dari binatang-binatang korban ditemukan dalam Im 1 dan 4.] - Libronix.

The Bible Exposition Commentary (tentang ay 3-5): “The high priest prepares (vv. 3-5). First of all, the high priest had to make sure the proper sacrifices were available: a bull and a ram for himself and his family, and two goats and a ram for the people. These animals had to be examined to make sure they had no defects.” [= Imam besar mempersiapkan (ay 3-5). Pertama-tama, imam besar harus memastikan korban-korban yang benar tersedia: seekor lembu jantan dan seekor domba jantan bagi dirinya sendiri dan keluarganya, dan dua ekor kambing dan seekor domba jantan bagi bangsa itu. Binatang-binatang itu harus diperiksa untuk memastikan bahwa mereka tak mempunyai cacat.].

Dalam Im 16 tak dikatakan bahwa binatangnya harus tak bercacat, tetapi ini dikatakan dalam Bil 29:8 yang juga berbicara tentang hari pendamaian ini.

Bil 29:7-11 - “(7) Pada hari yang kesepuluh bulan yang ketujuh itu haruslah kamu mengadakan pertemuan yang kudus dan merendahkan dirimu dengan berpuasa, maka tidak boleh kamu melakukan sesuatu pekerjaan. (8) Pada waktu itu haruslah kamu mempersembahkan sebagai korban bakaran kepada TUHAN, sebagai bau yang menyenangkan: seekor lembu jantan muda, seekor domba jantan, tujuh ekor domba berumur setahun; HARUSLAH TIDAK BERCELA SEMUANYA ITU; (9) juga sebagai korban sajiannya: tepung yang terbaik, diolah dengan minyak, yakni tiga persepuluh efa untuk lembu jantan itu, dua persepuluh efa untuk domba jantan yang seekor itu, (10) sepersepuluh efa untuk setiap domba dari ketujuh ekor domba itu; (11) dan seekor kambing jantan sebagai korban penghapus dosa, selain dari pada korban penghapus dosa pembawa pendamaian dan korban bakaran yang tetap serta dengan korban sajiannya dan korban-korban curahannya.”.

Mengapa diberi syarat ‘tidak bercela’? Karena:

a) Binatang itu merupakan TYPE dari Kristus, yang suci.

b) Hanya yang terbaik yang boleh diberikan kepada Allah.

Bible Knowledge Commentary: “The purpose of the high priest’s sin offering was to make atonement for himself and his household. The high priest himself had to be cleansed from the pollution of sin before he could function as a mediator to offer ‘the sin offering for the people’ (v. 15).” [= Tujuan dari korban penghapus dosa dari imam besar adalah untuk membuat penebusan bagi dirinya sendiri, dan bagi keluarganya. Imam besar sendiri harus dibersihkan dari polusi dosa sebelum ia bisa berfungsi sebagai seorang pengantara untuk mempersembahkan ‘korban penghapus dosa bagi bangsa itu’ (ay 15).].

Imamat 16: 6,11: ‘dan bagi keluarganya’.

KJV/RSV: ‘and for his house’ [= dan untuk rumahnya / keluarganya].

NIV: ‘and his household’ [= dan keluarganya].

NASB: ‘and for his household’ [= dan untuk keluarganya].

Untuk kata-kata ‘dan bagi keluarganya’ pada akhir dari ay 6, Alkitab bahasa Inggris menterjemahkan ‘and for his house / household’. Para penafsir menganggap bahwa kata-kata ini bisa menunjuk kepada keluarga Harun, atau kepada imam-imam yang lain.

Wenham dan Keil & Delitzsch menganggap istilah ‘his house’ itu menunjuk kepada imam-imam yang lain. Albert Barnes menganggap istilah itu menunjuk kepada anak-anak Harun (keluarganya). Matthew Henry menafsirkan istilah itu menunjuk kepada keduanya.

Bdk. Imamat 16:33 - “Ia harus mengadakan pendamaian bagi tempat maha kudus, bagi Kemah Pertemuan dan bagi mezbah, JUGA BAGI PARA IMAM dan bagi seluruh bangsa itu, yakni jemaah itu.”.

The Bible Exposition Commentary (tentang ay 6,11-14): “The high priest offers his own sin offering (vv. 6, 11-14). Being now properly washed and dressed, the high priest then went to the altar where he sacrificed the bull as a sin offering for himself and his family, which probably included all the priests (Lev 16:11). ... The high priest needed a sacrifice because he was a sinner, but Jesus didn’t need a sacrifice for Himself because He is sinless (Heb 7:23-28).” [= Imam besar mempersembahkan koban penghapus dosa untuk dirinya sendiri (ay 6, 11-14). Sekarang setelah dimandikan dan dipakaiani dengan benar, imam besar lalu pergi ke mezbah dimana ia mengorbankan lembu jantan sebagai suatu korban penghapus dosa untuk dirinya sendiri dan keluarganya, yang mungkin mencakup semua imam-imam (Im 16:11). ... Imam besar memerlukan suatu korban karena ia adalah seorang berdosa, tetapi Yesus tidak memerlukan suatu korban untuk diriNya sendiri karena Ia tak berdosa (Ibr 7:23-28).].

Ibr 7:26-27 - “(26) Sebab Imam Besar yang demikianlah yang kita perlukan: yaitu yang saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa dan lebih tinggi dari pada tingkat-tingkat sorga, (27) yang tidak seperti imam-imam besar lain, yang setiap hari harus mempersembahkan korban untuk dosanya sendiri dan sesudah itu barulah untuk dosa umatnya, sebab hal itu telah dilakukanNya satu kali untuk selama-lamanya, ketika Ia mempersembahkan diriNya sendiri sebagai korban.”.

Calvin (tentang ay 3-6): “A third symbol also was added; for he who by a sacrifice of his own atoned for himself and his house, how was he capable of meriting God’s favor for others? Thus then the holy fathers were reminded, that under the image of a mortal man, another Mediator was promised, who, for the reconciliation of the human race, should present Himself before God with perfect and more than angelical purity.” [= Suatu simbol yang ketiga juga ditambahkan; karena ia yang dengan suatu korban dari dirinya sendiri menebus untuk dirinya sendiri dan keluarganya, bagaimana ia bisa layak mendapatkan kebaikan / perkenan Allah bagi orang-orang lain? Maka demikianlah bapa-bapa kudus diingatkan, bahwa di bawah gambaran dari manusia yang fana, seorang Pengantara yang lain dijanjikan, yang untuk pendamaian dari umat manusia, harus mempersembahkan DiriNya sendiri di hadapan Allah dengan kemurnian yang sempurna dan lebih dari kemurnian malaikat.].

Calvin (tentang Imamat 16: 3-6): “Besides, in the person of the priest there was exhibited to the people a spectacle of the corruption whereby the whole human race is defiled, so as to be abominable to God; for if the priest, both chosen by God, and graced with the sacred unction, was still unworthy on the score of his uncleanness to come near the altar, what dignity could be discoverable in the people? And hence to us nowadays also very useful instruction is derived; viz., that when the question arises how God is to be propitiated, we are not to look this way and that way; since out of Christ there is no purity and innocence which can satisfy the justice of God.” [= Disamping, dalam diri dari imam disana ditunjukkan kepada bangsa itu suatu pertunjukan tentang kerusakan / kebejatan dengan mana seluruh umat manusia dinajiskan, sehingga menjadi menjijikkan bagi Allah; karena JIKA IMAM, YANG DIPILIH OLEH ALLAH, DAN DIHORMATI DENGAN PENGURAPAN KUDUS, TETAP TIDAK LAYAK PADA NILAI DARI KENAJISANNYA UNTUK DATANG DEKAT PADA MEZBAH, KEWIBAWAAN APA YANG BISA DITEMUKAN DALAM BANGSA ITU? Dan karena itu bagi kita sekarang ini juga didapatkan suatu instruksi / pengajaran yang berguna; yaitu bahwa PADA WAKTU MUNCUL PERTANYAAN BAGAIMANA ALLAH DIPERDAMAIKAN / DITENANGKAN, KITA TIDAK BOLEH MELIHAT PADA JALAN INI DAN JALAN ITU; KARENA DI LUAR KRISTUS DISANA TIDAK ADA KEMURNIAN DAN KETIDAKBERSALAHAN YANG BISA MEMUASKAN KEADILAN DARI ALLAH.].

Jamieson, Fausset & Brown (tentang Imamat 16: 11-14): “In this formal presentation of the destined victims there was a silent but significant declaration of the common consciousness of demerit on the part of all - priests as well as people requiring an atonement,” [= Dalam pemberian / persembahan formil dari korban-korban yang ditentukan ini ada suatu pernyataan diam-diam tetapi penting / berarti tentang kesadaran umum tentang kesalahan pada pihak dari semua - IMAM-IMAM MAUPUN BANGSA MEMBUTUHKAN SUATU PENEBUSAN,].

Secara sama, pada jaman sekarang semua orang membutuhkan Kristus sebagai Penebus dosa, baik pendeta maupun jemaat, baik laki-laki maupun perempuan, baik penggede maupun rakyat jelata, baik orang kaya maupun orang miskin, baik ‘orang baik-baik’ maupun penjahat! Tanpa Yesus sebagai Penebus, semua orang akan masuk neraka!

Imamat 16: 14: “Lalu ia harus mengambil sedikit dari darah lembu jantan itu dan memercikkannya dengan jarinya ke atas tutup pendamaian di bagian muka, dan ke depan tutup pendamaian itu ia harus memercikkan sedikit dari darah itu dengan jarinya tujuh kali.”.

Pulpit Commentary: “In after times, when the ark was gone, the high priest sprinkled upwards once and downwards seven times.” [= Pada masa belakangan, pada waktu tabut itu hilang, imam besar memercikkan ke atas sekali dan ke bawah tujuh kali.].

5) Mempersembahkan korban untuk bangsa Israel.

Imamat 16: 5: “Dari umat Israel ia harus mengambil dua ekor kambing jantan untuk KORBAN PENGHAPUS DOSA dan seekor domba jantan untuk KORBAN BAKARAN.”.

Perhatikan bahwa kambingnya untuk KORBAN PENGHAPUS DOSA, sedangkan dombanya untuk KORBAN BAKARAN!

Imamat 16: 15: “Lalu ia harus menyembelih DOMBA JANTAN yang akan menjadi KORBAN PENGHAPUS DOSA bagi bangsa itu dan membawa darahnya masuk ke belakang tabir, kemudian haruslah diperbuatnya dengan darah itu seperti yang diperbuatnya dengan darah lembu jantan, yakni ia harus memercikkannya ke atas tutup pendamaian dan ke depan tutup pendamaian itu.”.

Ay 15: ‘domba jantan’. Ini salah terjemahan!!!

KJV/RSV/NIV/NASB: ‘the goat’ [= kambing].

Kesalahan yang sama terjadi dalam Imamat 16: 18. Kata-kata ‘domba jantan’ dalam ay 18 seharusnya juga adalah ‘kambing’.

Ini adalah salah satu dari dua kambing dalam ay 5, atau kambing dalam ay 9: “Lalu Harun harus mempersembahkan KAMBING JANTAN YANG KENA UNDI BAGI TUHAN ITU dan mengolahnya sebagai KORBAN PENGHAPUS DOSA.”.

Ini hanya saya bahas sepintas, karena akan dibahas dengan lebih mendetail dalam khotbah yang akan datang.

6) Menyucikan tempat kudus itu.

Imamat 16:16,18-19 - “(16) Dengan demikian ia mengadakan pendamaian bagi tempat kudus itu karena segala kenajisan orang Israel dan karena segala pelanggaran mereka, apapun juga dosa mereka. Demikianlah harus diperbuatnya dengan Kemah Pertemuan yang tetap diam di antara mereka di tengah-tengah segala kenajisan mereka. ... (18) Kemudian haruslah ia pergi ke luar ke mezbah yang ada di hadapan TUHAN, dan mengadakan pendamaian bagi mezbah itu. Ia harus mengambil sedikit dari darah lembu jantan dan dari darah domba jantan itu dan membubuhnya pada tanduk-tanduk mezbah sekelilingnya. (19) Kemudian ia harus memercikkan sedikit dari darah itu ke mezbah itu dengan jarinya tujuh kali dan mentahirkan serta menguduskannya dari segala kenajisan orang Israel.”.


Jamieson, Fausset & Brown (tentang Imamat 16: 11-14): “The Sanctuary or Holy place and the golden altar (Ex 30) were in like manner sprinkled seven times with the blood of the bullock and the goat, and going out into the open air, he poured the remainder of the blood round about the altar of burnt offering. The object of this solemn ceremonial was to impress the minds of the Israelites with the conviction that the whole tabernacle was stained by the sins of a guilty people, that by their sins they had forfeited the privileges of the divine presence and worship, and that an atonement had to be made as the condition of God’s remaining with them.” [= Tempat kudus atau Ruang Suci dan mezbah emas (Kel 30) juga diperciki dengan cara yang sama 7 x dengan darah dari lembu jantan dan kambing, dan setelah keluar ke tempat terbuka, ia mencurahkan sisa darah itu di sekeliling mezbah korban bakaran. Tujuan dari upacara yang khidmat itu adalah untuk memberi kesan pada pikiran dari bangsa Israel suatu pemikiran / gagasan bahwa seluruh Kemah Suci dikotori oleh dosa-dosa bangsa yang bersalah, sehingga oleh dosa-dosa mereka, mereka telah kehilangan hak-hak dari kehadiran ilahi dan ibadah, dan bahwa suatu penebusan harus dibuat sebagai syarat supaya Allah tetap tinggal bersama dengan mereka.].

HARI RAYA PENDAMAIAN (2)
-bersambung-
Next Post Previous Post