Intermediate state 1 (Limbus dan purgatory)

Oleh:Pdt. Budi Asali, M.Div.
Intermediate state 1 (Limbus dan purgatory)
Intermediate state’ adalah keadaan di antara kematian seseorang dan kebangkitannya dari antara orang mati, atau keadaan di antara kematian seseorang dan kedatangan Kristus yang kedua-kalinya. Ada bermacam-macam pandangan tentang apa yang terjadi dengan orang-orang mati pada intermediate state.

A) Doktrin Gereja Roma Katolik.

1) Limbus Patrum dan Limbus Infantum.

a) Kata bahasa Latin LIMBUS (= tepi / pinggiran) digunakan pada abad pertengahan untuk menunjuk pada 2 tempat yang mereka anggap ada di tepi / pinggiran neraka (tetapi api neraka tidak mencapainya), yaitu Limbus Patrum dan Limbus Infantum.

b) Yang pertama, yaitu Limbus Patrum, oleh Gereja Roma Katolik dianggap sebagai tempat penahanan orang-orang kudus jaman Perjanjian Lama sampai kebangkitan Kristus dari antara orang mati. Mereka percaya bahwa sebelum Kristus betul-betul melakukan penebusan dosa umat manusia, surga belum terbuka, sehingga orang-orang kudus jaman Perjanjian Lama ditahan di Limbus Patrum ini. Pada waktu Kristus mati, mereka menganggap bahwa Kristus turun ke tempat ini, melepaskan mereka dari tempat penahanan ini, dan membawa mereka ke surga.

c) Sedangkan yang kedua, yaitu Limbus Infantum, merupakan tempat dari bayi-bayi yang mati tanpa dibaptiskan, tak peduli bayi itu adalah bayi dari orang-orang kafir atau Kristen.

Berdasarkan Yohanes 3:5 mereka beranggapan bahwa bayi-bayi ini tidak bisa masuk surga.Yohanes 3:5 - Jawab Yesus: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah.

Catatan: mereka menafsirkan bahwa kata air menunjuk pada baptisan; menurut saya ini jelas merupakan penafsiran yang salah.

Herman Hoeksema: It is the Roman Catholic doctrine that without the sacrament of baptism, administered by the church, no one can enter into the kingdom of heaven (= Merupakan doktrin Roma Katolik bahwa tanpa sakramen baptisan, yang dilakukan oleh gereja, tidak seorangpun bisa masuk ke dalam kerajaan surga) - Reformed Dogmatics, hal 763.

Louis Berkhof: while they are excluded from heaven, they are consigned to a place on the outskirts of hell, where its terrible fires do not reach. They remain in this place forever with any hope of deliverance. ... they suffer no positive punishment, no pain of sense, but are simply excluded from the blessings of heaven. They know and love God by the use of their natural powers, and have full natural happiness (= sementara mereka dilarang masuk ke surga, mereka dibuang ke suatu tempat pada pinggiran dari neraka, dimana apinya yang mengerikan itu tidak mencapainya. Mereka tinggal di tempat ini selama-lamanya tanpa pengharapan untuk dibebaskan. ... mereka tidak menderita hukuman yang bersifat positif, tidak ada rasa sakit, tetapi hanya dikeluarkan dari berkat-berkat surga. Mereka mengenal dan mengasihi Allah oleh penggunaan kekuatan alamiah mereka, dan mempunyai kebahagiaan alamiah yang penuh) - Systematic Theology, hal 687-688.

2) Purgatory / api penyucian (Katolik).

Setelah kematian, Gereja Roma Katolik menganggap bahwa manusia terbagi dalam 3 golongan:

a) Ada orang-orang yang langsung masuk ke neraka, yaitu:

1. Orang yang tidak dibaptis / tidak berhubungan dengan gereja.

Tetapi kelihatannya dalam hal ini mereka belakangan melakukan perubahan doktrin, karena sekarang mereka percaya bahwa orang-orang non kristen / orang-orang yang tidak percaya kepada Kristuspun, bisa masuk surga!

2. Orang yang sudah dibaptis tetapi yang lalu melakukan mortal sin (= dosa besar / mematikan).

b) Ada orang-orang yang langsung masuk surga, yaitu orang percaya yang sempurna (orang suci, martyr).

Contoh: Rasul Paulus (Filipi 1:21,23).

Lucunya, Herman Hoeksema mengatakan (hal 764) bahwa menurut Gereja Roma Katolik, siapa-siapa yang termasuk dalam golongan orang suci (Santa / Santo) ditentukan oleh gereja di dunia ini.

c) Ada orang-orang yang akan pergi ke api penyucian, yaitu orang percaya yang tidak sempurna, dan ini merupakan kondisi dari orang-orang percaya pada umumnya!

Gereja Roma Katolik mempercayai bahwa jiwa orang-orang yang kurang sempurna ini harus mengalami suatu proses penyucian sebelum mereka bisa masuk surga. Jadi, mereka masuk api penyucian dulu.

Hal-hal yang perlu diketahui tentang ajaran Gereja Roma Katolik berkenaan dengan api penyucian:

1. Api penyucian bukanlah tempat pencobaan / ujian, tetapi tempat dimana jiwa-jiwa yang nantinya pasti akan masuk surga, tetapi belum siap untuk hal itu, disucikan dan dipersiapkan supaya bisa masuk surga.

2. Lamanya seseorang berada dalam api penyucian itu, dan juga tingkat penderitaan / rasa sakit yang ia alami, tergantung dari tingkat penyucian yang ia butuhkan.

3. Penderitaan dalam api penyucian.

Dalam api penyucian itu jiwa-jiwa ini terpisah dari Allah, dan betul-betul mengalami rasa sakit. Penderitaan dalam api penyucian ini sangat hebat, tidak berbeda dengan dalam neraka.

Loraine Boettner dalam bukunya Roman Catholicism, hal 220, mengutip Bellarmine, seorang ahli theologia Roma Katolik yang terkemuka, sebagai berikut:

The pains of purgatory are very severe, surpassing anything endured in this life (= Rasa sakit dari api penyucian itu sangat hebat, melebihi apapun yang dialami / dirasakan dalam hidup ini).

According to the Holy Fathers of the Church, the fire of purgatory does not differ from the fire of hell, except in point of duration. It is the same fire, says St. Thomas Aquinas, that torments the reprobate in hell, and the just in purgatory. The least pain in purgatory, he says, surpasses the greatest suffering in this life. Nothing but the eternal duration makes the fire of hell more terrible than that of purgatory (= Menurut Bapa-bapa kudus dari Gereja, api dari api penyucian tidak berbeda dengan api dari neraka, kecuali dalam hal lamanya / waktunya. Itu adalah api yang sama, kata orang suci yang bernama Thomas Aquinas, yang menyiksa orang jahat / orang yang ditetapkan untuk binasa dalam neraka, dan orang benar dalam api penyucian. Rasa sakit yang paling kecil di api penyucian, katanya, melebihi penderitaan yang paling besar dalam hidup ini. Tidak ada sesuatu apapun kecuali lamanya yang kekal yang membuat api neraka lebih mengerikan / dahsyat dari pada api dari api penyucian).

4. Lamanya seseorang berada dalam api penyucian.

Loraine Boettner mengutip Bellarmine dari bukunya yang lain dimana ia berkata: There is absolutely no doubt that the pains in some cases endure for entire centuries (= Sama sekali tidak ada keraguan bahwa dalam kasus-kasus tertentu rasa sakit itu berlangsung untuk berabad-abad).

Louis Berkhof bahkan mengatakan bahwa menurut Gereja Roma Katolik adalah mungkin bahwa seseorang harus terus berada dalam api penyucian sampai penghakiman akhir jaman! Herman Hoeksema juga mengatakan hal yang sama.

Herman Hoeksema: This may be a very short period, or may last till the day of judgment (= Ini bisa merupakan suatu periode yang sangat singkat, atau bisa berlangsung terus sampai hari penghakiman) - Reformed Dogmatics, hal 764.

5. Hak Paus dan pastor atas api penyucian.

Paus dianggap mempunyai kekuasaan atas api penyucian. Merupakan hak istimewa dari Paus untuk memberikan pengampunan, meringankan penderitaan dalam api penyucian, atau bahkan mengakhirinya. Pastor, sebagai wakil Paus, mempunyai hak yang terbatas.

Bagaimana Paus bisa mengurangi atau mengakhiri masa penyucian dalam api penyucian ini? Roma Katolik percaya akan adanya saints / orang-orang suci. Mereka ini adalah orang-orang yang dianggap telah melakukan perbuatan baik lebih dari yang diperlukan untuk masuk surga. Kelebihan perbuatan baik itu lalu ditabung, dan Paus berhak memberikan tabungan itu kepada orang dalam api penyucian, sehingga mereka lalu dibebaskan dari api penyucian dan masuk ke surga. Ini disebut dengan istilah indulgence (= pengampunan dosa).

6. Lamanya seseorang berada dalam api penyucian bisa diperpendek, dan tingkat penderitaan seseorang dalam api penyucian bisa dikurangi, oleh:

a. Doa-doa dan perbuatan-perbuatan baik dari orang-orang yang masih hidup.

b. Pemberian uang (baik oleh orang yang mati itu pada waktu ia masih hidup, maupun oleh keluarganya setelah ia mati).

Loraine Boettner berkata: The doctrine of purgatory has sometimes been referred to as the gold mine of the priesthood since it is the source of such lucrative income (= Doktrin api penyucian kadang-kadang disebut sebagai tambang emas keimaman karena itu merupakan sumber penghasilan yang menguntungkan) - Roman Catholicism, hal 222.

c. Pengadaan misa.

Untuk melaksanakan misa ini ada ongkos yang harus dibayar! Besar kecilnya misa dipengaruhi oleh besar kecilnya ongkos, padahal besar kecilnya misa ini mempengaruhi masa penyucian.

Loraine Boettner berkata: The Irish have a saying: High money, high mass; low money, low mass; no money, no mass (= Orang Irlandia mempunyai pepatah: Uang besar, misa besar; uang kecil, misa kecil; tidak ada uang, tidak ada misa) - Roman Catholicism, hal 185.

d. Doa pastor.

e. Surat pengampunan dosa (letter of indulgence).

Beberapa hal yang perlu diketahui tentang surat pengampunan dosa:

Surat pengampunan dosa ini mulai ada pada tahun 1190.

Menjelang Reformasi (1517) surat pengampunan dosa ini dijual. Seorang yang bernama Tetzel, pada waktu menjual surat pengampunan dosa ini berkata: The moment the coin in the collection box rings, that moment the soul from purgatory springs (= Pada saat koin berdenting di kotak kolekte, saat itu jiwa meloncat dari api penyucian) - Dr. Albert Freundt, History of Modern Christianity, hal 28.

Tetzel ini dengan begitu tidak tahu malu berkata bahwa ia menyelamatkan lebih banyak jiwa dari api penyucian dari pada apa yang dilakukan oleh Petrus melalui khotbahnya!

Ini direstui oleh Sidang Gereja Trent pada tahun 1593.

7. Dasar Kitab Suci yang digunakan oleh Gereja Roma Katolik untuk mengajarkan / mempercayai doktrin api penyucian ini:

a. 2Makabe 12:38-45 - (38) Kemudian Yudas mengumpulkan bala tentaranya dan pergilah ia ke kota Adulam. Mereka tiba pada hari yang ke tujuh. Maka mereka menyucikan diri menurut adat dan merayakan hari Sabat di situ. (39) Pada hari berikutnya waktu hal itu menjadi perlu pergilah anak buah Yudas untuk membawa pulang jenazah orang-orang yang gugur dengan maksud untuk bersama dengan kaum kerabat mereka mengebumikan jenazah-jenazah itu di pekuburan nenek moyang. (40) Astaga, pada tiap-tiap orang yang mati itu mereka temukan di bawah jubahnya sebuah jimat dari berhala-berhala kota Yamnia. Dan ini dilarang bagi orang-orang Yahudi oleh hukum Taurat. Maka menjadi jelaslah bagi semua orang mengapa orang-orang itu gugur. (41) Lalu semua memuliakan tindakan TUHAN, Hakim yang adil, yang menyatakan apa yang tersembunyi. (42) Merekapun lalu mohon dan minta, semoga dosa yang telah dilakukan itu dihapus semuanya. Tetapi Yudas yang berbudi luhur memperingatkan khalayak ramai, supaya memelihara diri tanpa dosa, justru oleh karena telah mereka saksikan dengan mata kepala sendiri apa yang sudah terjadi oleh sebab dosa orang-orang yang gugur itu. (43) Kemudian dikumpulkannya uang ditengah-tengah pasukan. Lebih kurang dua ribu dirham perak dikirimkannya ke Yerusalem untuk mempersembahkan korban penghapus dosa. Ini sungguh suatu perbuatan yang sangat baik dan tepat, oleh karena Yudas memikirkan kebangkitan. (44) Sebab jika tidak menaruh harapan bahwa orang-orang yang gugur itu akan bangkit, niscaya percuma dan hampalah mendoakan orang-orang mati. Lagipula Yudas ingat bahwa tersedialah pahala yang amat indah bagi sekalian orang yang meninggal dengan saleh. Ini sungguh suatu pikiran yang mursid dan saleh. Dari sebab itu maka disuruhnyalah mengadakan korban penebus salah untuk semua orang yang sudah mati itu, supaya mereka dilepaskan dari dosa mereka.

Bagaimana text seperti ini, yang sama sekali tidak berbicara tentang api penyucian, bisa dijadikan dasar dari doktrin tentang api penyucian? Orang Roma Katolik berkata begini: Kalau orang-orang yang mati itu ada di surga ataupun neraka, maka tentu sia-sia mendoakan mereka. Bahwa mereka didoakan, itu menunjukkan bahwa mereka tidak berada di surga maupun di neraka, tetapi di api penyucian!

Jawab:

Ini termasuk dalam Apocrypha / Deuterokanonika, dan Apocrypha / Deuterokanonika tidak kita akui sebagai Kitab Suci / Firman Tuhan.

Dalam 2Makabe ini terlihat dengan jelas pertentangan antara ajaran Kitab Suci dan Apocrypha / Deuterokanonika, karena kitab Apocrypha / Deuterokanonika ini memuji tindakan mendoakan orang mati (ay 42-44), bahkan yang mati dalam dosa!

Kitab Suci tidak pernah menyuruh mendoakan orang yang sudah mati! Bahkan dalam 1Yoh 5:16 dikatakan sebagai berikut: Kalau ada seorang melihat saudaranya berbuat dosa, yaitu dosa yang tidak mendatangkan maut, hendaklah ia berdoa kepada Allah dan Dia akan memberi hidup kepadanya, yaitu mereka, yang berbuat dosa yang tidak mendatangkan maut. Ada dosa yang mendatangkan maut: tentang itu tidak kukatakan bahwa ia harus berdoa”.

Ayat ini mengatakan bahwa kalau ada seorang yang melakukan dosa yang membawa maut (mungkin yang dimaksud adalah dosa menghujat Roh Kudus yang tidak bisa diampuni - bdk. Matius 12:31-32), maka sekalipun orang itu masih hidup, kita tidak perlu berdoa untuk orang itu. Lalu bagaimana mungkin sekarang kita harus berdoa untuk orang yang sudah ada di dalam maut / sudah mati?

Jadi, ayat ini jelas menunjukkan bahwa Kitab Suci melarang doa untuk orang yang sudah mati!

2Makabe 12:38-45 tidak berkata apa-apa tentang api penyucian. Andaikatapun doa untuk orang-orang yang telah mati itu menunjukkan bahwa mereka tidak ada di surga ataupun neraka, lalu apa dasarnya mengatakan bahwa mereka ada di api penyucian?

Mengapa dari text seperti itu mereka menyimpulkan bahwa ada tempat di antara surga dan neraka? Mengapa tidak ditafsirkan bahwa Yudas dalam 2Makabe itu yang memberikan ajaran sesat / melakukan praktek yang sesat? Juga, seandainya ada tempat di antara surga dan neraka, dari mana tahu-tahu bisa disimpulkan bahwa tempat itu adalah api penyucian? Text itu sama sekali tidak menunjukkan apa-apa tentang hal itu.

Menurut ajaran Roma Katolik sendiri orang-orang yang mempunyai jimat seperti dalam 2Makabe itu, akan langsung masuk neraka, karena ini termasuk mortal sin (= dosa besar / mematikan).

Louis Berkhof mengatakan bahwa penggunaan text Makabe ini tidak cocok dengan ajaran Gereja Roma Katolik sendiri, karena dalam 2Makabe itu orang-orang mati yang didoakan itu mempunyai jimat, dan dengan demikian melakukan penyembahan berhala / mempunyai allah lain, sehingga jelas mereka melakukan mortal sin. Menurut ajaran Gereja Roma Katolik sendiri, orang-orang seperti itu seharusnya masuk neraka, bukan masuk api penyucian.

b. 4 text Kitab Suci yaitu:

Yesaya 4:4 - apabila TUHAN telah membersihkan kekotoran puteri Sion dan menghapuskan segala noda darah Yerusalem dari tengah-tengahnya dengan roh yang mengadili dan yang membakar”.

Mikha 7:8-9 - (8) Janganlah bersukacita atas aku, hai musuhku! Sekalipun aku jatuh, aku akan bangun pula, sekalipun aku duduk dalam gelap, TUHAN akan menjadi terangku. (9) Aku akan memikul kemarahan TUHAN, sebab aku telah berdosa kepadaNya, sampai Ia memperjuangkan perkaraku dan memberi keadilan kepadaku, membawa aku ke dalam terang, sehingga aku mengalami keadilanNya.

Zakh 9:11 - Mengenai engkau, oleh karena darah perjanjianKu dengan engkau, Aku akan melepaskan orang-orang tahananmu dari lobang yang tidak berair.

Mal 3:2-3 - (2) Siapakah yang dapat tahan akan hari kedatanganNya? Dan siapakah yang dapat tetap berdiri, apabila Ia menampakkan diri? Sebab Ia seperti api tukang pemurni logam dan seperti sabun tukang penatu. (3) Ia akan duduk seperti orang yang memurnikan dan mentahirkan perak; dan Ia mentahirkan orang Lewi, menyucikan mereka seperti emas dan seperti perak, supaya mereka menjadi orang-orang yang mempersembahkan korban yang benar kepada TUHAN.

Jawab:

Keempat text di atas saya jadikan satu kelompok karena semuanya ditafsirkan out of context / keluar dari kontextnya. Kalau kita membaca kontextnya jelaslah bahwa ayat-ayat ini sama sekali tidak berbicara tentang orang mati, tetapi tentang orang hidup. Kalau mau jelas, baca sendiri kontext dari ayat-ayat tersebut.

Yesaya 4:2-6 - (2) Pada waktu itu tunas yang ditumbuhkan TUHAN akan menjadi kepermaian dan kemuliaan, dan hasil tanah menjadi kebanggaan dan kehormatan bagi orang-orang Israel yang terluput. (3) Dan orang yang tertinggal di Sion dan yang tersisa di Yerusalem akan disebut kudus, yakni setiap orang di Yerusalem yang tercatat untuk beroleh hidup, (4) apabila TUHAN telah membersihkan kekotoran puteri Sion dan menghapuskan segala noda darah Yerusalem dari tengah-tengahnya dengan roh yang mengadili dan yang membakar. (5) Maka TUHAN akan menjadikan di atas seluruh wilayah gunung Sion dan di atas setiap pertemuan yang diadakan di situ segumpal awan pada waktu siang dan segumpal asap serta sinar api yang menyala-nyala pada waktu malam, sebab di atas semuanya itu akan ada kemuliaan TUHAN sebagai tudung (6) dan sebagai pondok tempat bernaung pada waktu siang terhadap panas terik dan sebagai perlindungan dan persembunyian terhadap angin ribut dan hujan.

Mikha 7:7-10 - (7) Tetapi aku ini akan menunggu-nunggu TUHAN, akan mengharapkan Allah yang menyelamatkan aku; Allahku akan mendengarkan aku! (8) Janganlah bersukacita atas aku, hai musuhku! Sekalipun aku jatuh, aku akan bangun pula, sekalipun aku duduk dalam gelap, TUHAN akan menjadi terangku. (9) Aku akan memikul kemarahan TUHAN, sebab aku telah berdosa kepadaNya, sampai Ia memperjuangkan perkaraku dan memberi keadilan kepadaku, membawa aku ke dalam terang, sehingga aku mengalami keadilanNya. (10) Musuhku akan melihatnya dan dengan malu ia akan menutupi mukanya, dia yang berkata kepadaku: Di mana TUHAN, Allahmu? Mataku akan memandangi dia; sekarang ia diinjak-injak seperti lumpur di jalan.

Zakharia 9:11-12 - “(11) Mengenai engkau, oleh karena darah perjanjianKu dengan engkau, Aku akan melepaskan orang-orang tahananmu dari lobang yang tidak berair. (12) Kembalilah ke kota bentengmu, hai orang tahanan yang penuh harapan! Pada hari ini juga Aku memberitahukan: Aku akan memberi ganti kepadamu dua kali lipat!.

Mal 3:2-4 - “(2) Siapakah yang dapat tahan akan hari kedatanganNya? Dan siapakah yang dapat tetap berdiri, apabila Ia menampakkan diri? Sebab Ia seperti api tukang pemurni logam dan seperti sabun tukang penatu. (3) Ia akan duduk seperti orang yang memurnikan dan mentahirkan perak; dan Ia mentahirkan orang Lewi, menyucikan mereka seperti emas dan seperti perak, supaya mereka menjadi orang-orang yang mempersembahkan korban yang benar kepada TUHAN. (4) Maka persembahan Yehuda dan Yerusalem akan menyenangkan hati TUHAN seperti pada hari-hari dahulu kala dan seperti tahun-tahun yang sudah-sudah.


Catatan: bagian yang saya garis bawahi adalah bagian-bagian yang dikutip / digunakan oleh Gereja Roma Katolik untuk mendukung ajaran tentang api penyucian. Tetapi kalau dibaca seluruh kontext, terlihat dengan jelas bahwa bagian-bagian itu berbicara tentang orang-orang yang masih hidup, bukan tentang orang-orang yang sudah mati. Karena itu tidak mungkin bagian-bagian itu berbicara tentang api penyucian.

c. Matius 12:32 - Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datangpun tidak.

Gereja Roma Katolik menafsirkan bahwa kata-kata di dunia yang akan datangpun tidak menunjukkan bahwa dalam kasus dosa menghujat Roh Kudus ini memang di dunia yang akan datangpun tidak ada pengampunan. Tetapi dalam kasus dosa yang lain, ada pengampunan di dunia yang akan datang. Dan ini menunjuk pada api penyucian.

Jawab:

Ayat ini sama sekali tidak berarti bahwa dalam kasus dosa lain, di dunia yang akan datang bisa ada pengampunan. Ajaran seperti itu bertentangan dengan seluruh Kitab Suci, yang bukan saja tidak pernah mengajarkan seperti itu, tetapi malahan mengajarkan sebaliknya.

Dan kalaupun di dunia yang akan datang ada pengampunan untuk dosa-dosa lain, lalu dari mana mereka menyimpulkan adanya tempat yang disebut api penyucian itu?

d. 1Korintus 3:13-15 - (13) sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. (14) Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. (15) Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.

Jawab:

Text ini sama sekali tidak cocok untuk digunakan sebagai dasar dari doktrin tentang api penyucian, karena:

Dalam text di atas api itu jelas bersifat simbolis (bukan hurufiah); sedangkan api dalam api penyucian merupakan api yang hurufiah.

Dalam text di atas api itu menguji; tetapi dalam api penyucian apinya menghukum.

Dalam text di atas api itu ditujukan pada pekerjaan / pelayanan seseorang; dalam api penyucian apinya ditujukan kepada orangnya sendiri!

e. 1Korintus 15:29 - Jika tidak demikian, apakah faedahnya perbuatan orang-orang yang dibaptis bagi (Yunani: HUPER) orang mati? Kalau orang mati sama sekali tidak dibangkitkan, mengapa mereka mau dibaptis bagi orang-orang yang telah meninggal?.

Jawab:

Adam Clarke menganggap ayat ini sebagai ayat tersukar dalam Perjanjian Baru, dan Albert Barnes menyebutkan ayat ini sebagai ayat yang tafsirannya paling bervariasi dalam Perjanjian Baru.

Macam-macam penafsiran tentang ayat ini:

Dalam ayat ini Paulus menunjuk pada praktek baptisan terhadap seseorang sebagai wakil dari orang yang sudah mati, yang tidak sempat dibaptis.

Dasar dari penafsiran ini adalah: kata bagi dalam bahasa Yunaninya adalah HUPER, yang artinya adalah for (= bagi / untuk), in behalf of / for the sake of (= demi), in place of / instead of (= sebagai pengganti dari). Jadi, jelaslah bahwa orang itu dibaptis sebagai pengganti orang lain, yang sudah mati.

Praktek ini ada dalam golongan Marcionite pada abad ke 2 dan juga dalam golongan Cerinthians yang lebih awal lagi. Mungkin praktek ini ada di Korintus pada abad I, dan Paulus menggunakan hal ini untuk menunjukkan bahwa adanya praktek semacam ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa merekapun percaya akan adanya kebangkitan orang mati.

Catatan: ini tidak berarti bahwa Paulus menyetujui atau membenarkan praktek ini!

Ayat ini menunjuk pada praktek untuk membaptis seseorang di atas kuburan para martir, untuk menyatakan iman pada kebangkitan orang mati.

Dasar penafsiran ini: kata HUPER bisa diterjemahkan over / above (= di atas).

Calvin beranggapan bahwa kata HUPER bisa diartikan as (= seperti / sebagai) dan karena itu ia menganggap bahwa ayat ini menunjuk pada praktek baptisan terhadap orang yang sakit dan hampir mati.

Ada yang beranggapan bahwa kata-kata orang mati menunjuk pada tubuh kita yang fana ini.

Ada juga yang beranggapan bahwa kata-kata orang mati menunjuk kepada Kristus.

Ada lagi penafsir yang bukannya menafsirkan kata HUPER atau kata orang mati, tetapi menafsirkan kata baptis. Dalam Markus 10:38 dan Lukas 12:50 kata baptisan diartikan secara simbolis dan menunjuk pada penderitaan.

Jadi ayat ini artinya: apa faedahnya orang mau menderita bagi orang mati (secara rohani)? Penafsiran ini membuat ay 29 ini searah dengan ay 30-32.

Apapun arti dari ayat ini, yang jelas, Paulus menggunakannya sebagai argumentasi untuk mendukung adanya kebangkitan orang mati (itu memang merupakan penekanan Paulus dalam seluruh 1Korintus 15). Karena itu, jelas bahwa ayat ini sama sekali tidak berurusan dengan api penyucian.

f. Yudas 22-23: (22) Tunjukkanlah belas kasihan kepada mereka yang ragu-ragu, (23) selamatkanlah mereka dengan jalan merampas mereka dari api. Tetapi tunjukkanlah belas kasihan yang disertai ketakutan kepada orang-orang lain juga, dan bencilah pakaian mereka yang dicemarkan oleh keinginan-keinginan dosa.

Jawab:

Kata-kata yang saya garis bawahi itu sama sekali tidak berarti bahwa kita harus melepaskan orang-orang yang sudah mati dari api penyucian. Artinya adalah: kita harus berusaha supaya orang-orang (yang masih hidup, bukan yang sudah mati) tidak masuk ke neraka. Caranya? Jelas dengan memberitakan Injil kepada mereka!

Louis Berkhof: It is perfectly evident, however, that these passages can be made to support the doctrine of purgatory only by a very forced exegesis. The doctrine finds absolutely no support in Scripture (= Tetapi sangat jelas bahwa text-text ini bisa dijadikan dasar untuk mendukung doktrin api penyucian hanya dengan exegesis yang sangat dipaksakan. Doktrin ini secara mutlak tidak mempunyai dukungan dalam Kitab Suci) - Systematic Theology, hal 687.

Louis Berkhof menambahkan bahwa doktrin api penyucian ini juga berlandaskan pada ajaran-ajaran lain yang sebagai tidak Alkitabiah seperti:

Gereja / Paus mempunyai kuasa yang mutlak dalam menyelamatkan seseorang dari api penyucian.

Manusia bisa hidup sedemikian rupa sehingga melampaui tingkat kesucian yang dituntut oleh Allah (karena adanya orang-orang yang langsung masuk surga, tanpa melalui api penyucian, dan ini terjadi karena mereka melampaui tingkat kesucian yang dituntut oleh Allah). Ini bertentangan dengan banyak ayat, seperti Yesaya 64:6, yang mengatakan bahwa ‘segala kesalehan kami seperti kain kotor.

Perbuatan baik kita betul-betul berjasa dalam penyelamatan diri kita sendiri. Ini bertentangan dengan Efesus 2:8-9 dan banyak ayat lain yang menekankan keselamatan karena iman saja, sama sekali bukan karena perbuatan baik.

Tidak cukupnya penebusan yang dilakukan oleh Kristus bagi dosa-dosa kita sehingga harus kita tambahi sendiri. Ini bertentangan dengan kata-kata Sudah selesai di atas kayu salib (Yohanes 19:30).


Doktrin tentang api penyucian ini juga bertentangan dengan cerita dalam Kitab Suci tentang penjahat yang bertobat di kayu salib, yang oleh Yesus dikatakan masuk Firdaus / surga (Lukas 23:43), bukan neraka ataupun api penyucian. Padahal ia jelas bukan termasuk orang percaya yang sempurna! Bahkan hampir bisa dikatakan bahwa orang ini tidak pernah berbuat baik. Mungkin satu-satunya perbuatan baik yang ia lakukan adalah menegur penjahat satunya yang mengolok-olok Yesus (Lukas 23:39-41). Ia bahkan belum sempat dibaptis ataupun pergi ke gereja. Menurut ajaran Roma Katolik, orang seperti ini bukan masuk api penyucian, tetapi langsung masuk neraka. Tetapi Yesus berkata kepada penjahat ini bahwa hari itu juga ia akan bersama Yesus di Firdaus / surga (Lukas 23:43).

Cerita ini secara jelas menunjukkan betapa hebatnya kuasa dari penebusan dosa yang Yesus lakukan bagi kita! Bagaimanapun hebatnya dan banyaknya dosa saudara, hanya dengan percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, saudara akan diampuni, dan dijamin pasti masuk surga!

Dan jelas bahwa cerita ini juga menunjukkan secara meyakinkan bahwa doktrin Katolik tentang keselamatan, api penyucian dsb, adalah ajaran yang bertentangan dengan Kitab Suci / ajaran Yesus sendiri!

Intermediate state 1 (Limbus dan purgatory).
-Bersambung-
Next Post Previous Post