MATIUS 1:1-17 (SILSILAH YESUS KRISTUS)

PDT.BUDI ASALI, M.DIV.
MATIUS 1:1-17 (SILSILAH YESUS KRISTUS).
Bacaan: MATIUS 1:1-17.

I) Pertentangan-pertentangan.

Silsilah Yesus ini sering dipersoalkan karena kelihatannya mengandung pertentangan-pertentangan dengan bagian-bagian lain dari Kitab Suci. Bahwa dalam Kitab Suci kita ada banyak hal yang kelihatannya bertentangan, sering disoroti secara negatif oleh banyak orang. Sebetulnya perlu kita ketahui bahwa:
MATIUS 1:1-17 (SILSILAH YESUS KRISTUS)
gadget, bisnis, otomotif
1. Adanya hal-hal yang kelihatannya bertentangan itu bisa diso­roti secara positif, karena hal-hal itu menunjukkan bahwa:

a. Para penulis Kitab Suci tidak bersekongkol dalam menuliskan Kitab Suci.

b. Tidak ada orang yang merevisi Kitab Suci, karena kalau memang demikian, maka pasti semua hal yang kelihatan ber­tentangan itu sudah ‘disesuaikan’. Hal ini perlu saudara camkan karena ada agama lain yang mengatakan bahwa orang-orang Yahudi sudah merevisi Kitab Suci kita ini.

2. Hal-hal yang kelihatannya bertentangan itu bisa diharmoniskan / dijelaskan sehingga tidak bertentangan.

Pertentangan-pertentangan yang ada di dalam / berhubungan dengan silsilah Yesus dalam Matius 1:1-17 ini:

1) Silsilah Yesus dalam Matius 1:1-17 berbeda dengan silsilah Yesus dalam Lukas 3:23-38.

Kalau kita menyoroti dan membandingkan kedua silsilah itu pada bagian mulai dari Daud sampai kepada Yesus, maka akan terlihat bahwa ada perbedaan nama-nama, bahkan ada perbedaan jumlah orang (dalam Matius hanya 28 nama, sedangkan dalam Lukas ada 43 nama).

Mari kita soroti Matius 1:15b-16 dan Luk 3:23b-24a.

Dalam Matius                                    Dalam Lukas
Matan                                                 Matat
    ¯                                                      ¯
Yakub                                                 Eli
    ¯                                                      ¯
Yusuf                                                   Yusuf

Jadi sebetulnya Yusuf itu anaknya siapa? Anak Eli (menurut Lukas) atau anak Yakub (menurut Matius)?

Ada 2 cara untuk mengharmoniskan kedua bagian / silsilah ini:

a) Bapa-bapa gereja, dimulai seorang yang bernama Africanus (tahun 220 M), mengharmoniskan perbedaan ini dengan cara sebagai berikut:

Matan ----------- Esta ----------- Matat
¯                      ¯
Yakub ----- P ----- Eli
        ¯
Yusuf ----- Maria
                                    ¯
                                Yesus

Keterangan: Matan kawin dengan seorang perempuan yang bernama Esta dan lalu mempunyai anak yang dinamakan Yakub. Setelah Matan mati, Esta kawin lagi dengan Matat dan mempunyai anak yang dinamakan Eli. Jadi, Yakub dan Eli adalah setengah saudara.

Eli lalu kawin dengan seorang perempuan (P), tapi Eli mati sebelum istrinya itu sempat mendapatkan anak, dan karena itu Yakub sebagai saudara Eli harus kawin dengan istri Eli untuk memberi keturunan kepada Eli. Dari perkawinan itu lahirlah Yusuf. Jadi Yusuf adalah anak sah dari Eli, tapi sebetulnya Yusuf diperanakkan oleh Yakub. Ini cocok, karena dalam Matius dikatakan ‘Yakub memperanakkan Yusuf’, sedang­kan dalam Lukas dikatakan ‘Yusuf, anak Eli’.

Jadi menurut penafsiran pertama ini, silsilah Yesus dalam Matius maupun Lukas sama-sama diambil dari jalur Yusuf, tetapi Lukas mengambil jalur yang sah (secara hukum / legal), sedangkan Matius mengambil jalur yang sebenarnya.

b) Penafsiran / pengharmonisan yang kedua mengatakan bahwa Matius menuliskan silsilah Yesus dari pihak Yusuf, sedangkan Lukas menuliskan silsilah Yesus dari pihak Maria. Jadi, Yakub adalah ayah Yusuf (Matius 1:16), sedangkan Eli adalah ayah Maria (Lukas 3:23).

Matan                   Matat
    ¯                        ¯
Yakub                   Eli
    ¯                        ¯
Yusuf    ----------    Maria
¯
             Yesus

Tetapi untuk mencapai / mendapatkan hal ini ada 2 penafsiran yang ditempuh tentang Luk 3:23 yang berbunyi: “Ketika Yesus memulai pekerjaanNya, Ia berumur kira-kira tiga puluh tahun dan menurut anggapan orang, Ia adalah anak Yusuf, anak Eli”.

1. Kata-kata ‘anak Eli’ dalam Lukas 3:23 ditujukan kepada Yusuf, dan diartikan sebagai ‘menantu Eli’.

“Ia adalah anak Yusuf, anak Eli”.

Menafsirkan kata ‘anak’ sebagai ‘menantu’ bukanlah merupakan sesuatu yang aneh, karena dalam Rut 1:11-13, Naomi juga menyebut kedua menantunya dengan sebutan ‘anak-anakku’ (NIV: ‘my daughters’).

2. Kata-kata ‘anak Eli’ dalam Lukas 3:23 ditujukan kepada ‘Ia’ (Yesus), dan diartikan sebagai ‘cucu Eli’.

“Ia adalah anak Yusuf, anak Eli”.

Menafsirkan kata ‘anak’ sebagai ‘cucu’ juga bukan merupakan hal yang aneh, karena dalam Kitab Suci, istilah ‘anak’ sering menunjuk kepada ‘keturunan’, dan istilah ‘bapa / ibu’ sering menunjuk kepada ‘nenek moyang’. Bahwa hal seperti ini sering terjadi terlihat dari:

· Kejadian 46:16-18 dimana ada 3 generasi yang dalam Kitab Suci Indonesia disebut sebagai ‘keturunan Zilpa’. Tetapi terjemahan yang hurufiahnya seharusnya adalah ‘sons of Zilpa’ (= anak-anak Zilpa).

· 2Taw 28:1 dimana Daud disebut sebagai ‘bapa leluhur’ Ahas.

NIV memberikan terjemahan hurufiah ‘David, his father’ (= Daud bapanya).

Disamping itu, ada dukungan sebagai berikut terhadap penafsiran ini: Kalau Lukas 3:23-38 ini dilihat dalam bahasa Yunaninya, maka terlihat bahwa semua nama didahului oleh kata Yunani TOU (= of the), kecuali nama Yusuf.

Pulpit Commentary: “This absence of the article TOU certainly puts the name of Joseph in a special position in the series of names, and leads us to suppose that the genealogy is not that of Joseph, but of Heli. ... The twenty-third verse would then read thus: ‘And Jesus, ... (being as was supposed the son of Joseph),’ after which parenthesis the first link in the chain would be Jesus, the heir and grandson, and in that sense the son of Heli” [= Absennya kata TOU ini jelas menempatkan nama Yusuf dalam posisi yang khusus dalam deretan nama-nama itu, dan memimpin kami untuk menganggap bahwa silsilah itu bukanlah dari Yusuf, tetapi dari Eli. ... Jadi, ayat 23 seharusnya berbunyi: ‘Dan Yesus, ... (dianggap sebagai anak Yusuf)’, dan setelah tanda kurung maka mata rantai yang pertama dalam rantai itu adalah Yesus, pewaris dan cucu, dan dalam arti itu, anak Eli].

Beberapa terjemahan Luk 3:23 yang mendukung penafsiran ini:

Lenski: “And he himself Jesus when beginning was about thirty years old, being a son (as was supposed of Joseph) of Heli ...” [= Dan Ia sendiri, Yesus, ketika sedang memulai berusia kira-kira 30 tahun, adalah anak (dianggap dari Yusuf) dari Eli ...].

Greijdanus: “And he himself, Jesus, when he began, was about thirty years old, being a son, as was supposed of Joseph, of Heli ...” (= Dan Ia sendiri, Yesus, ketika Ia mulai, berusia kira-kira 30 tahun, merupakan anak, dianggap dari Yusuf, dari Eli ...).

Berkeley Version: “Jesus Himself, supposedly Joseph’s son, began his ministry at about thirty, being a descendant of Heli ...” (= Yesus sendiri, dianggap sebagai anak Yusuf, mulai pelayananNya pada usia kira-kira 30 tahun, adalah keturunan dari Heli ...).

William Hendriksen: “Now Jesus himself, supposedly Joseph’s son, was about thirty years old when he began (his ministry), being a son of Heli ...” [= Yesus sendiri, dianggap sebagai anak Yusuf, berusia kira-kira 30 tahun ketika Ia mulai (pelayananNya), adalah anak dari Eli ...].

Kalau dipertanyakan yang mana yang benar dari penjelasan-penjelasan ini, maka tentu saja tidak bisa dipastikan secara mutlak. Ini tidak perlu membuat kita kecewa atau kecil hati, karena sekalipun tidak bisa dipastikan secara mutlak, tetapi yang penting adalah bahwa kita sudah melihat adanya kemungkinan bahwa kedua bagian yang kelihatannya bertentangan itu ternyata bisa diharmoniskan sehingga tidak harus bertentangan!

John Murray: “Oftentimes, though we may not be able to demonstrate the harmo­ny of Scripture, we are able to show that there is no neces­sary contradiction” (= Seringkali, sekalipun kita tidak bisa menunjukkan keharmonisan Kitab Suci, kita bisa menunjukkan bahwa disana tidak harus terjadi kontradiksi) - ‘Collected Writings of John Murray’, vol I, hal 10.

Tetapi saya sendiri sangat condong pada penafsiran yang kedua karena:

a. Dalam Lukas 3:23, Lukas sudah mengatakan bahwa Yesus adalah anak Yusuf menurut anggapan orang. Jadi jelas bahwa ia berkata bahwa sebenarnya Yesus bukan anak Yusuf. Karena itu adalah sesuatu yang aneh kalau ia lalu memberikan silsilah Yesus melalui Yusuf. Jauh lebih cocok kalau ia memberikan silsilah Yesus melalui Maria.

b. Matius menekankan Yesus sebagai Raja, sehingga ia menuliskan silsilah Yesus dari sudut ‘ayah’Nya (adalah aneh kalau menuliskan silsilah seorang raja dari sudut ibunya), tetapi Lukas menekankan Yesus sebagai manusia, dan sebagai manusia, Yesus bukan anak Yusuf, tetapi anak Maria. Karena itu Lukas menuliskan silsilah Yesus dari sudut Maria.

c. Dukungan kitab Talmud.

Orang Yahudi mempunyai kitab yang disebut Talmud. Kata ‘TALMUD’ adalah kata bahasa Ibrani yang berarti ‘instruction’ (= instruksi), yang berasal dari akar kata LAMAD, yang berarti ‘to learn’ (= belajar). Talmud merupakan kumpulan tulisan-tulisan yang berisikan hukum-hukum Yahudi, baik hukum negara maupun hukum agama. Talmud ini terdiri dari 2 bagian, yaitu Mishnah (textnya) dan Gemara (penafsirannya).

Dan dalam kitab Talmud itu, Maria disebutkan sebagai ‘the daughter of Heli’ (= anak perempuan Eli).

Catatan: ini tidak berarti saya percaya pada otoritas kitab Talmud. Dalam banyak hal lain kitab ini jelas-jelas sesat!

d. Matius menceritakan peristiwa kelahiran Yesus dengan menyoroti Yusuf (baca Matius 1:18-2:23 - malaikat berulangkali datang kepada Yusuf); sedangkan Lukas menceritakan kelahiran Yesus dengan menyoroti Maria (baca Lukas 1:26-38 - malaikat datang kepada Maria).

Karena itu sangat sesuai kalau dalam penulisan silsilah Yesus, Matius menuliskan silsilah dari pihak Yusuf, dan Lukas menuliskan silsilah dari pihak Maria.

e. Matius menuliskan Injilnya untuk orang Yahudi, sehingga ia menuliskan silsilah Yesus hanya sampai Abraham, kepada siapa janji Tuhan tentang bangsa Israel pertama kali diberikan. Tetapi Lukas menulis untuk orang non Yahudi, dan karena itu ia meneruskan silsilah Yesus sampai kepada Adam, untuk menunjukkan bahwa Yesus betul-betul termasuk dalam umat manusia, karena Ia juga adalah keturunan Adam.

Sekarang, kalau ternyata silsilah yang Lukas tuliskan itu adalah silsilah dari Yusuf, yang sebetulnya bukan bapa jasmani dari Yesus, maka semua ini sia-sia. Dengan silsilah ini ia tidak bisa menunjukkan bahwa Yesus betul-betul adalah keturunan Adam.

Memang ada keberatan terhadap penafsiran kedua ini, yaitu:

1. Tidak ada orang yang membuat silsilah dari sudut ibunya.

Jawabnya: perlu diingat bahwa ini adalah kasus khusus, karena Yesus memang tidak punya bapa dunia / jasmani, jadi tidak aneh bahwa untuk Yesus lalu dibuatkan silsilah dari sudut ibuNya!

2. Kalau memang Lukas 3:23-38 adalah silsilah Yesus melalui Maria, mengapa nama Maria tidak ada dalam silsilah?

Jawabnya: mungkin Lukas tidak mau memasukkan nama perempuan, karena hal ini memang tidak lazim.

Ada satu pertanyaan lagi yang perlu dibahas tentang silsilah Yesus dalam Matius dan Lukas ini: mengapa Kitab Suci tidak secara jelas / terang-terangan saja mengatakan bahwa Matius menuliskan silsilah Yesus dari sudut Yusuf dan Lukas menuliskan silsilah Yesus dari sudut Maria?

Jawab: Dalam 2Pet 3:16b rasul Petrus berkata: “Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutar-balikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain”.

Penjelasan:

· Yang dimaksud dengan ‘surat-suratnya’ adalah surat-surat Paulus (lihat 2Petrus 3:15).

· Kata-kata ‘orang-orang yang tidak memahaminya’ diterjemahkan ‘ignorant’ (= bodoh) oleh NIV dan ‘untaught’ (= tidak diajar) oleh NASB.

Ini tentu tidak menunjuk pada orang yang tidak mengerti firman tetapi rindu untuk mengerti, tetapi menunjuk kepada orang yang sekalipun tidak mengerti tetapi tidak mau belajar. Mungkin juga ini menunjuk kepada orang yang tidak mengerti Hermeneutics (= ilmu penafsiran Kitab Suci) tetapi sok pinter dalam menafsirkan Kitab Suci.

· Kata-kata ‘yang tidak teguh imannya’ diterjemahkan ‘unstable people’ (= orang yang tidak stabil) oleh NIV dan ‘the unstable’ (= orang yang tidak stabil) oleh NASB. Jadi, kata ‘iman’ sebetulnya tidak ada, dan karena itu bagian ini bukan menunjuk kepada orang yang imannya lemah / kurang kuat, tetapi menunjuk kepada orang yang mudah berubah-ubah pandangannya (sebentar ikut agama A, sebentar ikut agama B, dst).

· Kata-kata ‘tulisan-tulisan yang lain’ diterjemahkan ‘the other Scriptures’ (= Kitab Suci yang lain) oleh NIV dan ‘the rest of the Scriptures’ (= sisa Kitab Suci) oleh NASB, maksudnya adalah bagian-bagian Kitab Suci yang lain, selain tulisan Paulus.

· Jadi, 2Petrus 3:16 ini menunjukkan bahwa bagian-bagian yang sukar dalam Kitab Suci / tulisan Paulus itu ada supaya orang yang bodoh dan tidak mau belajar Kitab Suci dengan serius tersesat dan lalu binasa! Ini sejalan dengan Matius 13:10-15. Perhatikan khususnya Matius 13:11-12 yang berbunyi: “Jawab Yesus: Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak. Karena siapa yang mempunyai kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya”.

Kata-kata ‘siapa yang mempunyai’ menunjuk kepada orang yang mempunyai keinginan mengerti Firman Tuhan. Orang-orang ini akan diberi pengertian yang berkelimpahan. Sedangkan kata-kata ‘siapa yang tidak mempunyai’ menunjuk kepada orang yang tidak mempunyai keinginan untuk mengerti Firman Tuhan. Mereka tidak akan diberi pengertian, sehingga akan tersesat.

Penerapan:

Karena itu, kalau saudara bukanlah seseorang yang ingin belajar Kitab Suci secara serius, saudara ada dalam bahaya! Kalau saudara maunya cuma mendengar khotbah yang penuh dengan lelucon dan cerita / kesaksian, saudara ada dalam bahaya! Karena itu ambillah keputusan untuk belajar Firman Tuhan secara serius, melalui Kebaktian, Pemahaman Alkitab, Camp / Retreat, Seminar, dan juga melalui buku-buku rohani, dan cassette khotbah!

2) Silsilah Yesus dalam Injil Matius tidak sesuai dengan cerita dalam kitab 2Raja-Raja.

a) Matius 1:8 mengatakan bahwa ‘Yoram memperanakkan Uzia’.

Sedangkan dalam kitab 2Raja-Raja:

Yoram
      ¯
Ahazia (2Raja 8:24-25).
      ¯
Yoas (2Raja 11:2).
      ¯
Amazia (2Raja 14:1).
      ¯
Azarya (2Raja-raja 15:1).

Keterangan: Uzia (bahasa Yunani) = Azarya (bahasa Ibrani).

Jadi, Matius meloncati 3 orang yaitu Ahazia, Yoas dan Amazia.

b) Matius 1:11 mengatakan bahwa ‘Yosia memperanakkan Yekhonya’.

Sedangkan dalam kitab 2Raja-Raja:

Yosia
      ¯
Elyakim / Yoyakim (2Raja 23:34)
      ¯
Yoyakhin (2Raja-raja 24:6)

Keterangan: Yekhonya (bahasa Yunani) = Yoyakhin (bahasa Ibrani).

Jadi, lagi-lagi Matius meloncati 1 orang, yaitu Elyakim / Yoyakim.

Sekalipun Matius meloncat-loncat, Matius tidak bisa dikatakan salah, karena di atas telah kita pelajari bahwa dalam Kitab Suci kata ‘memperanakkan’ bisa diterjemahkan ‘menurunkan’, dan kata ‘anak’ bisa diartikan ‘keturunan’.

Matius meloncat-loncat mungkin untuk mendapatkan Matius 1:17 - ‘ada 14 keturunan dari Abraham sampai Daud, ada 14 keturunan dari Daud sampai pembuangan ke Babel, dan 14 keturunan dari pembuangan ke Babel sampai Kristus’. Dengan demikian silsilah itu lebih mudah untuk diingat.

II) Arti / manfaat silsilah Tuhan Yesus ini bagi kita.

Pertama-tama perlu kita perhatikan bahwa dalam silsilah Yesus ini ada:

1) Nama-nama wanita: Tamar, Rahab, Rut, istri Uria, Maria (ay 3,5,6,16).

Perlu diketahui bahwa pada jaman itu wanita tidak dihargai, dan hal ini bisa terlihat dari:

· Anak laki-laki Adam dan Hawa ada 3 yang disebutkan namanya dalam Kitab Suci, yaitu Kain, Habel dan Set. Adam dan Hawa masih mempunyai anak-anak lain, baik laki-laki maupun perempuan (Kejadian 5:4), tetapi tidak ada satupun anak perem­puan Adam dan Hawa yang disebutkan namanya.

· Ada 8 orang yang masuk dalam bahtera Nuh, dan dari 8 orang itu hanya 4 laki-laki yang diketahui namanya (yaitu Nuh, Sem, Ham dan Yafet), sedangkan yang 4 perempuan tidak disebutkan namanya.

· Ayah Abraham disebutkan namanya, yaitu Terah (Kejadian 11:27), tetapi ibunya tidak disebutkan namanya.

· Yakub punya 12 anak laki-laki dan 1 perempuan (disebutkan namanya yaitu Dina - Kejadian 30:21). Anak-anak yang laki-laki lalu menjadi suku-suku bangsa Israel, tetapi dari yang perempuan tidak terjadi suku bangsa apapun.

· Nama saudara-saudara Yesus hanya disebutkan yang laki-laki, tetapi saudara-saudara yang perempuan tidak disebut­kan namanya (Matius 13:55,56).

· Dalam berbakti di Bait Allah, perempuan tidak boleh ber­campur dengan laki-laki.

· Juga, beberapa penafsir mengatakan bahwa orang Yahudi laki-laki setiap pagi menaikkan doa syukur karena dia tidak diciptakan sebagai hamba, orang kafir / non Yahudi, atau orang perempuan!

Karena itu, kalau dalam silsilah Yesus ini ada nama-nama perempuan, itu betul-betul merupakan suatu keanehan!

2) Nama-nama orang kafir / non Yahudi, yaitu Rut (ay 5), yang adalah orang Moab (bdk. Rut 1:4), dan Rahab (ay 5), yang adalah orang Yerikho / Kanaan (Yosua 2:1).

Pada jaman itu ada batasan yang sangat keras antara orang Yahudi dengan orang kafir / non Yahudi (bdk. Ulangan 7:1-4 Kisah Para Rasul 10:28 Galatia 2:11-14). Orang kafir yang sudah masuk agama Yahudi sekalipun, kalau berbakti tidak boleh bercampur / bersama-sama dengan orang Yahudi.

Dengan bangsa Moab, bahkan ada batasan yang lebih keras lagi (Ulangan 23:3).

Karena itu, kalau dalam silsilah Yesus ini ada nama-nama orang kafir, bahkan satu diantaranya adalah orang Moab, itu betul-betul aneh!

3) Nama-nama orang jahat, yaitu:

· Yehuda dan Tamar (ay 3), yang kebejatannya bisa sauda­ra baca dalam Kej 38.

· Rahab (ay 5), yang jelas adalah seorang pelacur (Yos 2:1).

· Manasye (ay 10), yang kejahatannya bisa saudara baca dalam 2Raja 21:1-18.

· Amon (ay 10), yang kejahatannya bisa saudara baca dalam 2Raja-raja 21:19-26.

Pada jaman itu juga ada batasan yang keras sekali antara orang jahat dan orang baik (bdk. Mat 9:9-11 Lukas 7:37-39). Orang Farisi pada jaman itu, kalau akan berpapasan dengan ‘orang berdo­sa’, memilih untuk berbelok dan menghindari ‘orang berdosa’ itu!

Karena itu, adanya nama-nama orang jahat dalam silsilah Yesus ini lagi-lagi merupakan suatu keanehan!

Adanya nama-nama perempuan, orang kafir dan orang jahat dalam silsilah Tuhan Yesus merupakan sesuatu yang aneh. Di atas telah kita pelajari bahwa Matius meloncat-loncat dalam menulis silsilah Tuhan Yesus. Kalau ia mau, ia bisa saja meloncati nama-nama perempuan, orang kafir, orang jahat itu. Tetapi ia tidak meloncati nama-nama itu. Pasti ia punya tujuan tertentu. Dia ingin menunjukkan bahwa dalam diri Tuhan Yesus, semua batasan / tembok pemisah telah dihancurkan! Semua yang ada di dalam Kristusadalah satu.

1Korintus 12:13 - “Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh”.

Galatia 3:28 - “Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus”.


Efesus 2:14-19 - “Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan, sebab dengan matiNya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diriNya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera, dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu. Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang ‘jauh’ dan damai sejahtera kepada mereka yang ‘dekat’, karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa. Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah”.

Kolose 3:11 - “dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu”.

Penerapan:

Dalam Kristus tidak boleh ada batasan antara:

· laki-laki dan perempuan.

Ini tentu tidak boleh diartikan bahwa kita boleh melakukan free sex! Ini juga tidak boleh diartikan bahwa dalam keluar­ga, istri punya kedudukan yang setingkat dengan suami!

Artinya adalah: baik laki-laki maupun perempuan, kalau percaya kepada Yesus, sama-sama diampuni, sama-sama menjadi anak Allah, boleh berbakti bersama-sama dalam gereja, dan juga boleh sama-sama melayani Tuhan!

· bangsa / suku bangsa yang satu dengan yang lain.

Kita tidak boleh menganak-emaskan bangsa / suku bangsa kita sendiri, dan menganak-tirikan / menolak / merendahkan bangsa / suku bangsa tertentu dalam gereja. Adanya gereja yang boleh dikatakan menjadi ‘milik’ dari bangsa / suku bangsa tertentu, seperti GKJW, HKBP, GPIB, GKT, GKA, dsb, sebetulnya tidak salah, selama mereka tidak menolak orang dari bangsa / suku yang lain yang mau berbakti di gereja mereka. Tetapi ada gereja suku semacam itu yang dalam kebaktiannya menggunakan bahasa sukunya, tanpa diterjemahkan. Menurut saya ini salah, karena orang dari suku lain tidak akan bisa berbakti di sana, dan karena itu ini sama saja dengan mendirikan tembok pemisah.

· orang jahat dan orang baik.

Ingat bahwa sebetulnya di hadapan Allah kita semua adalah orang bejat yang penuh dosa. Jadi jangan merendahkan orang kristen yang berasal dari latar belakang yang gelap (seperti pelacur, penjahat, dsb). Kalau mereka ada di dalam Kristus, mereka harus kita anggap dan perlakukan sebagai saudara kita!

· orang tua dengan muda. Ini memang tidak berarti bahwa orang muda boleh bersikap tidak sopan terhadap orang tua. Ini juga tidak berarti bahwa seorang kakek yang berusia 80 tahun diharuskan bergaul dengan remaja yang berusia 16 tahun dalam gereja. Tetapi bagaimanapun kita harus menyadari bahwa baik tua maupun muda adalah satu dalam Kristus. Jangan sampai orang tua menganggap rendah yang muda karena belum banyak makan asam garam, dan sebaliknya orang yang muda jangan menghina yang tua karena kolot dsb.

· orang kaya dengan orang miskin.

Gereja tidak boleh bersikap ramah terhadap orang kaya, tetapi acuh tak acuh terhadap yang miskin (bdk. Yakobus 2:1-4)! Orang kristen yang kaya tidak boleh merasa terhina kalau harus duduk di sebelah orang yang miskin dalam gereja. Jangan lupa bahwa Yesus dan rasul-rasul juga miskin! Sebaliknya, orang yang miskin juga tidak boleh merasa rendah diri dalam bergaul dengan orang yang kaya.

· majikan dengan pelayan / pegawai. Ini tidak boleh diartikan bahwa pelayan / pegawai boleh kurang ajar kepada majikan / tidak mentaati majikan. Dalam pekerjaan, mereka harus menghormati dan mentaati majikan, tetapi dalam gereja, mereka setingkat!

· persekutuan yang satu dengan yang lain, atau gereja yang satu dengan yang lain (bdk. Roma 15:25-26 1Korintus 16:1-3). Adalah aneh, kalau ada gereja tertentu yang tidak mau mem­berikan surat atestasi ke gereja tertentu yang lain, dengan alasan tidak ada hubungan dengan gereja itu! Lebih-lebih pendeta / gereja yang melarang jemaatnya untuk pergi ke gereja lain, padahal gereja lain itu tidak mereka anggap sebagai gereja yang sesat! Bagaimana gereja-gereja tersebut bisa mengucapkan kata-kata ‘Gereja yang Kudus dan Am’ dalam 12 Pengakuan Iman Rasuli, tetapi tetap bersikap seperti itu adalah sesuatu yang tidak bisa dimengerti!

· komisi yang satu dengan yang lain dalam gereja. Setiap anggota komisi / departemen dalam gereja harus sadar bahwa mereka berjuang bagi Tuhan, dan bukan bagi komisi / departemen masing-masing! Karena itu jangan lalu tidak mau tahu dengan komisi / departemen yang lain.

Batasan yang tetap dan bahkan harus ada adalah batasan antara orang yang ada di dalam Kristus dengan orang yang ada di luar Kristus:

¨ 2Korintus 6:14 memberikan larangan menikah antara orang yang percaya (kepada Kristus) dengan orang yang tidak percaya (kepada Kristus).

¨ Efesus 5:5-7 (bdk. 1Kor 5:9-13) menunjukkan bahwa kita tidak boleh sembarangan bergaul dengan orang yang tidak percaya. Kita boleh bergaul untuk memberitakan Injil kepada mereka dan kita harus mempengaruhi mereka, bukan dipengaruhi oleh mereka.

¨ gereja yang sesat, nabi palsu, orang kristen KTP adalah orang yang di luar Kristus. Karena itu, orang kristen yang sejati tidak boleh menganggap dirinya satu dengan mereka.

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
-AMIN-
Next Post Previous Post