SURAT KEPADA JEMAAT EFESUS (2): WAHYU 2:1-7

PDT. BUDI ASALI, M. DIV.
Wahyu 2:1-7 - “(1) ‘Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Efesus: Inilah firman dari Dia, yang memegang ketujuh bintang itu di tangan kananNya dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas itu. (2) Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta. (3) Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena namaKu; dan engkau tidak mengenal lelah. (4) Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. (5) Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat. (6) Tetapi ini yang ada padamu, yaitu engkau membenci segala perbuatan pengikut-pengikut Nikolaus, yang juga Kubenci. (7) Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah.’”.
SURAT KEPADA JEMAAT EFESUS (2)
gadget, otomotif, asuransi
Wahyu 2: 5: “Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.”.

1) ‘Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh!’.

KJV: ‘Remember therefore from whence thou art fallen’ [= Sebab itu ingatlah dari mana engkau jatuh].

NASB: ‘Remember therefore from where you have fallen’ [= Sebab itu ingatlah dari mana engkau telah jatuh].

NIV: ‘Remember the height from which you have fallen!’ [= Sebab itu ingatlah ketinggian dari mana engkau telah jatuh].

RSV: ‘Remember then from what you have fallen’ [= Sebab itu ingatlah dari apa engkau telah jatuh].

Jadi, untuk orang yang meninggalkan kasih yang pertama, hal pertama yang harus dilakukan adalah melihat ke belakang untuk mengingat-ingat dimana / kapan ia meninggalkan kasih yang pertama itu, dan untuk membandingkan keadaan pada waktu ia masih mempunyai kasih yang pertama dengan keadaan sekarang setelah ia meninggalkan kasih yang pertama itu.

Perlu diingat bahwa ‘melihat ke belakang’ bisa merupakan dosa. Contoh:

a) Istri Lot dalam Kej 19:26.

b) Israel yang ingin kembali ke Mesir (Kel 16:3 17:3 Bil 11:5 Bil 14:2-4 Bil 20:5).

c) Lukas 9:62 - “Tetapi Yesus berkata: ‘Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.’”.

d) Pkh 7:10 - “Janganlah mengatakan: ‘Mengapa zaman dulu lebih baik dari pada zaman sekarang?’ Karena bukannya berdasarkan hikmat engkau menanyakan hal itu.”.

Tetapi jelas bahwa kalau kita melihat ke belakang dengan motivasi untuk mengembalikan kasih yang semula, maka ini justru merupakan sesuatu yang baik.

James B. Ramsey: “Recall the past experience of His grace.” [= Ingatlah pengalaman lampau tentang kasih karuniaNya.] - hal 132.

Ini mencakup mengingat saat pertobatan, saat berjalan bersama Tuhan, jawaban doa, berkat Firman Tuhan, kemajuan iman dan pengudusan, kemenangan atas godaan / pencobaan, dsb.

2) ‘Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan.’.

KJV: ‘repent, and do the first works’ [= bertobatlah, dan lakukanlah pekerjaan-pekerjaan pertama].

Jadi, setelah kita tahu tindakan apa yang menyebabkan kita meninggalkan kasih pertama itu, maka kita harus bertobat (mengaku dosa dan membuang dosa). Setelah itu kita harus kembali melakukan ‘pekerjaan pertama’, yaitu pekerjaan yang kita lakukan pada waktu kita masih mempunyai ‘kasih yang pertama’.

Pulpit Commentary: “‘The first works’ means ‘the fruits of thy first love.’” [= ‘Pekerjaan-pekerjaan pertama’ berarti ‘buah-buah dari kasih pertamamu’.] - hal 58.

Mungkin saudara merasa heran akan perintah ini, karena bukankah gereja Efesus adalah orang-orang yang sudah bekerja keras bagi Tuhan? Memang, tetapi ingatlah bahwa dalam 1Kor 13:1-3 Paulus berkata bahwa semua perbuatan baik / pelayanan tidak ada gunanya kalau tidak ada kasih (Ladd, hal 39). Jadi Kristus tidak menghendaki seadanya pekerjaan (asal melayani), tetapi ia menghendaki pekerjaan yang dilandasi oleh kasih kepadaNya!

3) ‘Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.’.

a) Terjemahan KJV salah.

KJV: ‘or else I will come unto thee quickly’ [= atau jika tidak Aku akan datang kepadamu dengan cepat / segera].

Kata ‘quickly’ [= dengan cepat / segera] ini tidak ada dalam terjemahan Inggris yang lain, dan seharusnya memang tidak ada.

b) Setelah memberikan perintah untuk bertobat, Kristus memberikan ancaman kalau mereka tidak bertobat. Kristus mengancam akan ‘mengambil kaki dian mereka dari tempatnya’. Apa artinya?

Adam Clarke: “As there is here an allusion to the candlestick in the tabernacle and temple, which could not be removed without suspending the whole Levitical service, so the threatening here intimates that, if they did not repent, &c., he would unchurch them; they should no longer have a pastor, no longer have the word and sacraments, and no longer have the presence of the Lord Jesus.” [= Karena di sini ada gambaran kaki dian dalam Kemah Suci dan Bait Allah, yang tidak bisa disingkirkan tanpa menyingkirkan seluruh pelayanan Imamat, maka ancaman di sini menunjukkan bahwa jika mereka tidak bertobat dsb, Ia akan membuat mereka tidak mempunyai gereja; mereka akan tidak mempunyai pendeta, tidak lagi mempunyai Firman dan sakramen, dan tidak lagi mendapatkan kehadiran Tuhan Yesus.] - hal 976.

c) Ancaman ini akhirnya tergenapi: gereja Efesus musnah!

William Hendriksen: “The threat ‘or else I come to thee, and will move thy lampstand out of its place’, was fulfilled. There is today no church in Ephesus. The place itself is a ruin.” [= Ancaman ‘jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya’ digenapi. Sekarang tidak ada gereja di Efesus. Tempat itu sendiri merupakan suatu reruntuhan.] - hal 62.

Steve Gregg: “Indeed, today there is no city or church in the Turkish location that was once Ephesus. Islam has been established in this region which Paul had once thoroughly evangelized (Acts 19:10). How different might the history of that region have been had the church continued to practice its first love (Eph. 1:15)?” [= Memang, sekarang tidak ada kota atau gereja di lokasi Turki yang dulunya adalah Efesus. Islam telah ditegakkan di daerah dimana Paulus pernah memberitakan Injil secara menyeluruh (Kis 19:10). Bagaimana berbedanya sejarah dari daerah itu, andaikata gereja itu terus mempraktekkan kasih pertamanya (Efesus 1:15)?] - hal 65.

John Stott: “He warns them that if they disobey His commands, and do not repent, their church’s existence will be ignominiously terminated. I will come to you and remove your lampstand from its place, unless you repent (v. 5). No church has a secure and permanent place in the world. It is continuously on trial. If we can judge from the letter which Bishop Ignatius of Antioch wrote to the Ephesian church at the beginning of the second century, it rallied after Christ’s appeal. Ignatius describes it in glowing terms. But later it lapsed again, and by the Middle ages its Christian testimony had been obliterated. ‘The little railway station and hotel and few poor dwelling houses of Ayasaluk, which now command the ruins of the city, are eloquent of the doom which has overtaken both Ephesus and its church’ (H. B. Swete, The Apocalypse of St. John: p. 27). Otherwise, there is nothing but rubble and a bog. A traveller visiting the village ‘found only three Christians there’, writes Trench (p. 81) ‘and these sunken in such ignorance and apathy as scarcely to have heard the names of St. Paul or St. John. Christ’s warning to Ephesus is just as appropriate to us today. Our own church’s light will be extinguished if we stubbornly persevere in our refusal to love Christ.” [= Ia memperingati mereka bahwa jika mereka tidak mentaati perintahNya, dan tidak bertobat, keberadaan gereja mereka akan diakhiri secara memalukan. Aku akan datang kepadamu dan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, kecuali kamu bertobat (ay 5). Tidak ada gereja yang mempunyai tempat yang aman dan permanen dalam dunia. Gereja diuji secara terus menerus. Jika kita menilai dari surat yang ditulis oleh Uskup Ignatius dari Antiokhia kepada gereja Efesus pada awal abad kedua, gereja ini hidup kembali sesuai seruan Kristus. Ignatius menggambarkannya dengan ungkapan yang bersemangat. Tetapi belakangan gereja itu tergelincir lagi, dan pada abad pertengahan kesaksian kristennya dihapuskan. ‘Setasiun kereta api kecil dan hotel dan beberapa rumah orang miskin di Ayasaluk, yang sekarang menguasai reruntuhan kota itu, merupakan suatu gambaran / pernyataan yang hidup tentang penghakiman / hukuman / nasib tragis yang menimpa Efesus dan gerejanya’ (H.B. Swete, The Apocalypse of St. John: hal 27). Selain itu, tidak ada apapun kecuali reruntuhan dan tanah berlumpur / berawa. Seorang pelancong yang mengunjungi desa itu ‘menemukan hanya tiga orang kristen di sana’ tulis Trench (hal 81) ‘dan mereka ini tenggelam dalam ketidaktahuan dan sikap acuh tak acuh sedemikian rupa sehingga hampir tidak pernah mendengar nama Paulus atau Yohanes’. Peringatan Kristus kepada Efesus ini juga cocok bagi kita sekarang. Terang gereja kita sendiri akan dipadamkan jika kita secara tegar tengkuk bertekun dalam penolakan untuk mengasihi Kristus.] - hal 33.

James B. Ramsey: “A church, therefore, may be large and prosperous, zealous for truth and order and purity, labouring patiently and successfully for the name of Christ, and yet there may be, unseen by human eyes, and unsuspected even by herself, a secret defect that silently but surely threatens her very existence. No external zeal can compensate for declining love.” [= Karena itu, suatu gereja bisa besar dan makmur, bersemangat untuk kebenaran dan keteraturan dan kemurnian, bekerja dengan sabar dan sukses untuk nama Kristus, tetapi di sana bisa ada, tanpa terlihat oleh mata manusia, dan tidak diduga bahkan oleh gereja itu sendiri, suatu cacat rahasia yang, secara diam-diam tetapi pasti, mengancam keberadaannya. Tidak ada semangat lahiriah yang bisa menggantikan kasih yang menurun.] - hal 130-131.

d) Beberapa hal tentang ancaman dan penggenapan di sini.

1. Mengapa Kristus mengancam untuk menghancurkan, dan akhirnya betul-betul menghancurkan gereja Efesus? Bukankah ‘something’ [= sesuatu] lebih baik dari pada ‘nothing’ [= tidak ada sama sekali]?

Pulpit Commentary: “Our Lord Jesus does not desire the prolonged continuance of a Church whose love in on the decline. A cold Church does not and cannot represent Jesus in the world; it is no longer accomplishing the object for which Churches are formed, and therefore there is no reason why it should continue.” [= Tuhan kita Yesus tidak menginginkan keberadaan lebih lama dari suatu gereja yang kasihnya menurun. Gereja yang dingin tidak mewakili dan tidak bisa mewakili Yesus dalam dunia ini; gereja itu tidak lagi mengerjakan tujuan pembentukan gereja, dan karena itu tidak ada alasan mengapa gereja itu harus dilanjutkan.] - hal 70.

2. Ancaman dan lebih-lebih penggenapannya, menunjukkan bahwa kehilangan kasih pertama / semula bukanlah suatu dosa yang remeh!

3. Ancaman dan penggenapan ini membuat saudara harus, secara serius dan dengan segera, membenahi gereja saudara, khususnya kalau gereja saudara serupa dengan gereja Efesus atau bahkan lebih jelek!

4. Ancaman dan penggenapannya ini tidak bertentangan dengan:

a. Yesaya 42:3a - “Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya,”.

Mengapa? Karena Yes 42:3a ini berbicara soal individu kristen. Untuk individu kristen (yang sejati), bagaimanapun hebatnya ia jatuh, Kristus tidak akan menghancurkannya. Tetapi Wah 2:5 membicarakan gereja lokal, dan ini memang bisa dihancurkan. Perlu diingat bahwa pada waktu gereja Efesus dimusnahkan, itu tidak berarti bahwa orang kristennya lalu murtad / kehilangan keselamatannya. Mungkin mereka mati, atau pindah ke tempat lain, tetapi mereka tetap selamat.

b. Mat 16:18b - “di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaatKu dan alam maut tidak akan menguasainya.”.

Mengapa, dan apa bedanya? Karena Mat 16:18b ini berbicara soal gereja Universal / Gereja yang kudus dan am. Gereja Universal ini tidak mungkin akan hancur, tetapi gereja lokal bisa!

Wahyu 2: 6: “Tetapi ini yang ada padamu, yaitu engkau membenci segala perbuatan pengikut-pengikut Nikolaus, yang juga Kubenci.”.

1) Apa yang dimaksud dengan ‘pengikut-pengikut Nikolaus’ / golongan Nikolaitan ini?

a) Pendirinya dan ajarannya.

Banyak yang mengatakan bahwa Nikolaus ini sama dengan Nikolaus yang merupakan salah satu dari 7 diaken dalam Kis 6:1-6, yang lalu menjadi sesat, tetapi banyak juga yang menentang pandangan ini.

Pulpit Commentary: “A common belief was that their founder was Nicolaus of Antioch, one of the seven deacons. Ireneaus (i. 26), followed by Hippolytus (‘Refut,’ vii. 24), supported this view; Ignatius (‘Trall,’ 9) and the Apostolic Constitutions (vi. 8) are against it. The Nicolaitans may have claimed him as their founder, or similarity of name may have caused confusion with a different person.” [= Kepercayaan yang umum adalah bahwa pendiri mereka adalah Nikolaus dari Antiokhia, salah satu dari tujuh diaken. Ireneaus (i. 26), diikuti oleh Hippolytus (‘Refut’, vii. 24), mendukung pandangan ini; Ignatius (‘Trall’, 9) dan the Apostolic Constitution (vi. 8) menentang pandangan ini. Pengikut Nikolaus mungkin mengclaim Nikolaus sebagai pendirinya, atau persamaan nama mungkin telah menyebabkan kekacauan dengan orang yang berbeda.] - hal 58.

William Barclay: “Ireneaus says of the Nicolaitans that ‘they lived lives of unrestrained indulgence’ (Against Heresies, 1.26.3). Hippolytus says that he was one of the seven and that ‘he departed from correct doctrine, and was in the habit of inculcating indifference of food and life’ (Refutation of Heresies, 7:24). The Apostolic Constitution (6:8) describe the Nicolaitans as ‘shameless in uncleanness.’ Clement of Alexandria says they ‘abandon themselves to pleasure like goats ... leading a life of self-indulgence.’ But he acquits Nicolaus of all blame and says that they perverted his saying ‘that the flesh must be abused.’ Nicolaus meant that the body must be kept under; the heretics perverted it into meaning that the flesh can be used as shamelessly as a man wishes (The Miscellanies 2:20). The Nicolaitans obviously taught loose living.” [= Ireneaus berkata tentang pengikut Nikolaus bahwa ‘mereka hidup dengan keinginan hati yang tidak dikekang’ (Against Heresies, 1.26.3). Hippolytus mengatakan bahwa ia adalah salah satu dari tujuh diaken dan bahwa ‘ia menyimpang dari doktrin yang benar, dan mempunyai kebiasaan untuk menanamkan ketidak-acuhan terhadap makanan dan kehidupan’ (Refutation of Heresies, 7:24). The Apostolic Constitution (6:8) menggambarkan pengikut Nikolaus sebagai ‘memalukan dalam kenajisan’. Clement dari Alexandria mengatakan mereka ‘meninggalkan diri mereka sendiri dalam kesenangan seperti kambing ... membawa pada suatu kehidupan yang memuaskan keinginan sendiri’. Tetapi ia melepaskan Nikolaus dari segala tuduhan dan mengatakan bahwa mereka menyimpangkan kata-katanya ‘bahwa daging harus disiksa / diperlakukan dengan kejam / disalah-gunakan (abused)’. Nikolaus memaksudkan bahwa tubuh harus dikuasai; tetapi orang-orang sesat itu membelokkannya dan mengartikannya bahwa daging bisa digunakan tanpa tahu malu sebagaimana seseorang menginginkannya (The Miscellanies 2:20). Pengikut Nikolaus jelas mengajarkan kehidupan yang longgar / tidak ketat.] - hal 67.

James B. Ramsey: “The very name of these Nicolaitans has become synonymous with antinomian and licentious indulgences.” [= Nama dari pengikut Nikolaus ini telah menjadi sinonim dengan ‘anti hukum’ dan keinginan-keinginan yang tidak bermoral.] - hal 129.

Barclay memberikan kemungkinan-kemungkinan cara mereka berargumentasi:

1. Hukum Taurat sudah tidak berlaku, dan karena itu orang kristen boleh berbuat sekehendak mereka. Bandingkan ini dengan Galatia 5:13 - “Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, …”.

2. Tubuh ini ‘evil’ [= jahat] dan karena itu bagaimanapun seseorang hidup, itu tidak mempengaruhinya.

Penerapan: sejalan dengan pemikiran sesat ini, banyak orang kristen yang tidak lagi berjuang untuk menguduskan dirinya karena berpikir: ‘Bagaimanapun aku berusaha untuk kudus, tetap saja aku banyak berbuat dosa. Jadi lebih baik aku tidak perlu berusaha’.

3. Orang kristen dibela oleh kasih karunia Allah, sehingga tidak akan ada ruginya sekalipun hidup berdosa. Bandingkan ini dengan:

a. Ro 5:20-6:2 - “(5:20) Tetapi hukum Taurat ditambahkan supaya pelanggaran menjadi semakin banyak; dan di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah, (5:21) supaya, sama seperti dosa berkuasa dalam alam maut, demikian kasih karunia akan berkuasa oleh kebenaran untuk hidup yang kekal, oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. (6:1) Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? (6:2) Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya?”.

b. Roma 6:15-16 - “(15) Jadi bagaimana? Apakah kita akan berbuat dosa, karena kita tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia? Sekali-kali tidak! (16) Apakah kamu tidak tahu, bahwa apabila kamu menyerahkan dirimu kepada seseorang sebagai hamba untuk mentaatinya, kamu adalah hamba orang itu, yang harus kamu taati, baik dalam dosa yang memimpin kamu kepada kematian, maupun dalam ketaatan yang memimpin kamu kepada kebenaran?”.

Barclay juga mengatakan bahwa problem yang menyebabkan kesesatan mereka ini adalah bahwa orang kristen harus hidup berbeda dengan orang kafir, khususnya dalam persoalan makan persembahan berhala dan perzinahan yang pada abad pertama itu merupakan hal yang merajalela. Karena itu mereka mengkompromikan ajaran Kristen.

William Barclay: “To John the Nicolaitans were worse than pagans, for they were the enemy within the gates. The Nicolaitans were not prepared to be different; they were the most dangerous of all heretics from a practical point of view, for, if their teaching had been successful, the world would have changed Christianity and not Christianity the world.” [= Bagi Yohanes pengikut Nikolaus ini lebih buruk dari orang kafir, karena mereka adalah musuh dalam pintu gerbang. Pengikut Nikolaus tidak siap untuk menjadi berbeda; mereka adalah yang paling berbahaya dari semua ajaran sesat dari sudut pandang praktis, karena jika ajaran mereka sukses, maka dunialah yang mengubah kekristenan dan bukannya kekristenan mengubah dunia.] - hal 68.

William Barclay: “this danger is coming not from outside the Church but from inside. The claim of these heretics was that they were not destroying Christianity but presenting an improved version.” [= bahaya datang bukan dari luar Gereja tetapi dari dalam. Klaim dari orang-orang sesat ini adalah bahwa mereka bukannya menghancurkan kekristenan tetapi memperkenalkan / mengajukan suatu versi yang lebih baik (versi baru yang merupakan perbaikan dari versi lama).] - hal 66.

Penerapan: ini seperti bahasa Roh, nggeblak, Toronto Blessing, bahwa seluruh ajaran Kharismatik yang dianggap sebagai versi kristen yang telah diperbaiki.

b) Pengikut Nikolaus ini sesat dalam doktrin maupun praktek.

Barnes’ Notes: “The word Nicolaitanes occurs only in this place, and in the 15th verse of this chapter. ... From the two passages, compared with each other, it would seem that they were alike corrupt in doctrine and in practice, for in the passage before us their deeds are mentioned, and in ver. 15 their doctrine.” [= Kata ‘Nikolaus’ muncul hanya di sini dan pada ayat 15 dari pasal ini. ... Dari kedua bagian ini, dibandingkan satu dengan yang lain, kelihatannya mereka ini rusak / jahat dalam doktrin dan dalam praktek, karena dalam bagian di depan kita ini tindakan mereka yang disebutkan, dan dalam ay 15 doktrin mereka.] - hal 1555.

c) Hubungan ‘golongan Nikolaitan’ dengan ‘penganut ajaran Bileam’ (Wah 2:14) dan ‘pengikut wanita Izebel’ (Wah 2:20).

Ada pandangan-pandangan yang berbeda-beda tentang hal ini.

William Barclay: “the Nicolaitans and those who hold the teaching of Balaam were, in fact, one and the same. There is a play on words here. The name Nicolaus, the founder of the Nicolaitans, could be derived from two Greek words, NIKAN, to conquer, and LAOS, the people. Balaam can be derived from two Hebrew words, BELA, to conquer, and HA’AM, the people. The two names, then, are the same and both can describe an evil teacher, who has won victory over the people and subjugated them to poisonous heresy.” [= ‘Pengikut Nikolaus’ dan ‘mereka yang memegang ajaran Bileam’ dalam faktanya adalah satu dan sama. Ada permainan kata di sini. Nama ‘Nikolaus’, pendiri dari sekte Nikolaitan, bisa diturunkan dari 2 kata Yunani, NIKAN, ‘mengalahkan’, dan LAOS, ‘orang-orang’ / ‘bangsa’. Kata ‘Bileam’ bisa diturunkan dari 2 kata Ibrani, BELA, ‘mengalahkan’, dan HA’AM, ‘orang-orang’ / ‘bangsa’. Jadi, kedua nama ini adalah sama dan keduanya bisa menggambarkan seorang guru yang jahat, yang telah mendapat kemenangan atas orang-orang / bangsa dan menaklukkan mereka kepada ajaran sesat yang beracun.] - hal 66.

Pulpit Commentary: “The name Nicolaus may be intended as a Greek equivalent of Balaam, but this is by no means certain.” [= Nama Nikolaus mungkin dimaksudkan sebagai kata Yunani yang sama dengan kata Bileam, tetapi ini sama sekali tidak pasti.] - hal 58.

Leon Morris setuju dengan William Barclay, tetapi Albert Barnes mengatakan bahwa penyebutan golongan Nikolaitan dan penganut ajaran Bileam secara berurutan dalam Wah 2:14-15 justru menunjukkan bahwa mereka bukanlah golongan yang sama.

William Hendriksen beranggapan bahwa selain ‘golongan Nikolaitan’ dan ‘penganut ajaran Bileam’, ada satu golongan lagi yaitu ‘penganut / pengikut Izebel’ (Wah 2:20), yang juga menunjuk pada golongan yang sama.

Pulpit Commentary: “The doctrine of the Nicolaitans, and that of Balaam (ver. 14), and that of the woman Jezebel (ver. 20), seem to have this much in common - a contention that the freedom of the Christian placed him above the moral Law. Neither idolatry nor sensuality could harm those who had been made free by Christ.” [= Doktrin dari Nikolaitan, dan doktrin dari Bileam (ay 14), dan doktrin dari wanita Izebel (ay 20), kelihatannya mempunyai persamaan ini - suatu pendirian bahwa kebebasan orang Kristen menempatkan dia di atas hukum moral. Baik penyembahan berhala maupun pemuasan hawa nafsu tidak dapat merugikan mereka yang telah dibebaskan oleh Kristus.] - hal 58.

2) Gereja Efesus dipuji karena membenci perbuatan pengikut Nikolaus.

Perhatikan beberapa komentar di bawah ini berkenaan dengan hal ini.

John Stott: “They were not so stupid as to suppose that Christian charity can tolerate such false apostles. Love embraces neither error nor evil.” [= Mereka tidak sedemikian bodoh sehingga menganggap bahwa kasih Kristen bisa menoleransi rasul-rasul palsu seperti itu. Kasih tidak menerima kesalahan maupun kejahatan.] - hal 26.

Catatan: John Stott (hal 24) menganggap bahwa yang disebut rasul-rasul palsu dalam ay 2 adalah golongan Nikolaitan ini.

Homer Hailey: “The child of God who does not hate wickedness does not love righteousness.” [= Anak Allah yang tidak membenci kejahatan tidak mengasihi kebenaran.] - hal 123.

Leon Morris (Tyndale): “While love is the typical Christian attitude, love for the good carries with it a corresponding hatred for what is wrong. ... Notice that it is the deeds and not the persons which are the objects of hatred.” [= Sekalipun kasih adalah sikap kristen yang khas, kasih terhadap yang baik membawa hal yang cocok dengannya yaitu kebencian terhadap apa yang salah. ... Perhatikan bahwa adalah perbuatannya dan bukan orangnya yang merupakan obyek kebencian itu.] - hal 61.

Pulpit Commentary: “it is possible to hate what Christ hates without loving what he loves.” [= adalah mungkin untuk membenci apa yang Kristus benci tanpa mengasihi apa yang Ia kasihi.] - hal 58.

Misalnya seseorang bisa membenci ajaran sesat, tetapi tidak merindukan Firman Tuhan yang benar, malas berdoa, segan melayani / memberitakan Injil, dsb. Ini tentu bukan merupakan sesuatu yang benar. Kita harus membenci apa yang Kristus benci dan mengasihi apa yang Kristus kasihi.

3) James B. Ramsey membandingkan ay 2 (dimana mereka menentang doktrin sesat dari rasul-rasul palsu) dengan ay 6 (dimana mereka menentang praktek-praktek tak bermoral dari golongan Nikolaitan), dan lalu berkata:

“Observe also how resistance to false teachers and to immoral practices go together. Loose doctrines and loose morals are intimately connected. ... A low estimate of truth is inseparable from a low estimate of practical holiness. The conscience that is not tender enough to be wounded with false doctrines, is not tender enough to be hurt much with unholy practices.” [= Perhatikan juga bahwa perlawanan terhadap guru-guru palsu dan terhadap praktek-praktek yang tidak bermoral berjalan bersama-sama. Doktrin yang longgar dan moral yang longgar berhubungan sangat erat. ... Penilaian yang rendah tentang kebenaran tidak terpisahkan dari penilaian yang rendah tentang kesucian praktis. Hati nurani yang tidak cukup lembut / peka untuk dilukai oleh doktrin-doktrin sesat, juga tidak cukup lembut / peka untuk dilukai oleh praktek-praktek yang tidak suci / kudus.] - hal 130.

Kata-kata Ramsey ini memang sangat logis. Dan karena itu jangan percaya adanya nabi palsu yang mempunyai doktrin sesat tetapi hidupnya bisa kudus, atau adanya orang kristen yang bersikap santai saja pada waktu mendengar ajaran sesat tetapi hidupnya bisa kudus. Kalau ada hal seperti itu, maka kekudusannya pasti hanya kekudusan lahiriah, pura-pura / munafik.

Wahyu 2: 7: “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah.”.

1) ‘Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat:’.

Bentuk jamak ‘jemaat-jemaat’ (atau ‘gereja-gereja’) menunjukkan bahwa setiap surat harus dibacakan kepada semua gereja, dan bukan hanya dibacakan di gereja kepada siapa surat itu ditujukan.

2) ‘Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah.’.

a) ‘Barangsiapa menang’.

1. Homer Hailey (hal 118) mengatakan bahwa kata ‘menang’, dalam bahasa Yunaninya adalah NIKAO, yang merupakan kata favorit dari rasul Yohanes. Kata ini muncul 28 x dalam Perjanjian Baru, dan 24 diantaranya digunakan oleh rasul Yohanes (1 x dalam Injil Yohanes, 6 x dalam 1Yohanes, dan 17 x dalam Kitab Wahyu).

2. George Eldon Ladd: “The idea of conquering suggests warfare. The Christian life is an unrelenting warfare against the powers of evil.” [= Gagasan tentang ‘menang / mengalahkan’ memberikan kesan suatu peperangan. Hidup Kristen merupakan suatu perang yang tidak ada hentinya melawan kuasa kejahatan.] - hal 40.

Dan mengingat bahwa kata-kata / janji tentang ‘barang siapa menang’ ini ada dalam ketujuh surat dalam Wah 2-3 (2:7,11,17,26 3:5,12,21), maka jelas bahwa tidak ada gereja yang tidak perlu berperang.

3. Orang yang menang adalah orang kristen yang setia dan bertekun sampai akhir dalam berperang melawan setan dan dosa dan dalam mengasihi Kristus.

Robert H. Mounce (NICNT): “The overcomer in Revelation is not one who has conquered an earthly foe by force, but one who has remained faithful to Christ to the very end. The victory he achieves is analogous to the victory of Christ on the cross.” [= Pemenang dalam Kitab Wahyu bukanlah orang yang telah mengalahkan musuh duniawi dengan kekuatan, tetapi orang yang tetap setia kepada Kristus sampai akhir. Kemenangan yang ia capai analog dengan kemenangan Kristus pada kayu salib.] - hal 90.


4. Bandingkan dengan 1Yoh 5:4 - “Perintah-perintahNya itu tidak berat, sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita.”.

Jadi, sekalipun Wah 2:7 ini mengatakan ‘barangsiapa menang’ tetapi sebetulnya bagi orang kristen kemenangan itu dijamin. Adanya jaminan membuat kita bisa mempunyai damai dan sukacita di tengah-tengah peperangan, tetapi adanya kata-kata ‘barangsiapa menang’ mengharuskan kita tetap berperang habis-habisan, dan bukannya bersikap santai karena toh sudah dijamin.

b) ‘Taman Firdaus Allah’.

KJV/RSV/NIV/NASB: ‘the paradise of God’.

Penggunaan kata ‘paradise’:

1. Dalam Septuaginta atau Perjanjian Lama berbahasa Yunani, kata ini mempunyai 2 penggunaan:

a. Ini digunakan untuk menunjuk pada Taman Eden (Kejadian 2:8 3:1).

b. Ini digunakan untuk menunjuk pada taman / kebun yang megah / indah (Yesaya 1:30 Yeremia 29:5 Pengkhotbah 2:5).

2. Dalam pemikiran orang kristen mula-mula dianggap bahwa semua orang mati akan pergi ke suatu tempat penantian, dan tinggal di sana sampai penghakiman terakhir. Tetapi di sana ada satu tempat khusus bagi para tokoh Kitab Suci dan nabi-nabi, dan tempat ini disebut ‘paradise’.

Tertullian menganggap bahwa hanya ada satu golongan orang yang langsung masuk ke ‘paradise’ ini, yaitu para martir. Ia berkata: “The sole key to unlock paradise is your own life’s blood” [= Satu-satunya kunci untuk membuka firdaus adalah darahmu sendiri] - William Barclay, hal 70.

Barclay lalu mengatakan: “The great early thinkers did not identify paradise and heaven; paradise was the intermediate stage, where the souls of the righteous were fitted to enter the presence of God.” [= Para pemikir mula-mula yang besar tidak menyamakan firdaus dengan surga; firdaus adalah tingkat di tengah-tengah, dimana jiwa dari orang benar disesuaikan untuk masuk ke hadirat Allah.] - hal 71.

Terhadap hal ini Barclay lalu memberikan komentar sesatnya:

“There is something very lovely here. Who has not felt that the leap from earth to heaven is too great for one step and that there is need of a gradual entering into the presence of God?” [= Ada sesuatu yang indah di sini. Siapa yang tidak merasa bahwa loncatan dari bumi ke surga adalah terlalu besar untuk satu langkah dan bahwa diperlukan untuk masuk setahap demi setahap ke hadirat Allah?] - hal 71.


Kata-katanya ini menunjukkan seolah-olah darah Kristus tidak cukup berkuasa untuk menyucikan kita yang percaya, sehingga setelah mati kita masih membutuhkan semacam penyesuaian! Ini kontras sekali dengan cerita yang pernah saya baca tentang seorang penginjil, yang waktu diejek dengan pertanyaan: ‘Berapa jauhnya dari Chicago ke surga?’, lalu menjawab: ‘Hanya satu langkah. Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan sampai di surga!’.

3. Pada akhirnya orang-orang kristen mengidentikkan ‘paradise’ dengan ‘surga’.

Dasarnya:

a. Lukas 23:43 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.’”.

Padahal waktu Yesus mati, Ia menyerahkan rohNya kepada Bapa (Luk 23:46), yang menunjukkan bahwa Ia pergi ke surga. Jadi jelas bahwa ‘Firdaus’ yang Ia maksudkan juga adalah surga.

b. Wahyu 2:7 ini mengatakan bahwa pohon kehidupan ada di Taman Firdaus Allah. Tetapi Wah 22:2,14 menunjukkan bahwa pohon kehidupan itu ada di surga (ingat bahwa mulai Wah 21:9 rasul Yohanes menggambarkan surga).

c. 2Korintus 12:2-4 - “(2) Aku tahu tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau - entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya - orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga. (3) Aku juga tahu tentang orang itu, - entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya - (4) ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia.”.

Mula-mula Paulus berkata bahwa orang itu (Catatan: yang ia maksudkan sebetulnya adalah dirinya sendiri) diangkat ‘ke tingkat yang ketiga dari sorga’, tetapi sebentar lagi ia mengatakan bahwa orang itu diangkat ‘ke Firdaus’. Kalau Firdaus bukan surga maka di sini terjadi suatu kontradiksi!

c) Seluruh kalimat ‘Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah.’ ini artinya adalah: orang yang menang akan mendapatkan hidup yang kekal di surga.


Robert H. Mounce (NICNT): “The Paradise of God in Revelation symbolizes the eschatological state in which God and man are restored to that perfect fellowship which existed before the entrance of sin into the world.” [= Firdaus Allah dalam Kitab Wahyu menyimbolkan keadaan eschatologi / akhir jaman dalam mana Allah dan manusia dipulihkan kepada suatu persekutuan yang sempurna yang ada sebelum masuknya dosa ke dalam dunia.] - hal 90.

Saya bahkan berpendapat bahwa persekutuan di surga itu akan lebih baik lagi dari pada persekutuan Allah dan manusia sebelum adanya dosa.
SURAT KEPADA JEMAAT EFESUS (2)

-o0o-
Next Post Previous Post