SURAT KEPADA JEMAAT PERGAMUS (3): WAHYU 2:12-17

PDT. BUDI ASALI, M. DIV.
SURAT KEPADA JEMAAT PERGAMUS (3).Wahyu 2:12-17 - “(Wahyu 2:12) ‘Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Pergamus: Inilah firman Dia, yang memakai pedang yang tajam dan bermata dua: (13) Aku tahu di mana engkau diam, yaitu di sana, di tempat takhta Iblis; dan engkau berpegang kepada namaKu, dan engkau tidak menyangkal imanmu kepadaKu, juga tidak pada zaman Antipas, saksiKu, yang setia kepadaKu, yang dibunuh di hadapan kamu, di mana Iblis diam. (14) Tetapi Aku mempunyai beberapa keberatan terhadap engkau: di antaramu ada beberapa orang yang menganut ajaran Bileam, yang memberi nasihat kepada Balak untuk menyesatkan orang Israel, supaya mereka makan persembahan berhala dan berbuat zinah. (15) Demikian juga ada padamu orang-orang yang berpegang kepada ajaran pengikut Nikolaus. (16) Sebab itu bertobatlah! Jika tidak demikian, Aku akan segera datang kepadamu dan Aku akan memerangi mereka dengan pedang yang di mulutKu ini. (17) Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, kepadanya akan Kuberikan dari manna yang tersembunyi; dan Aku akan mengaruniakan kepadanya batu putih, yang di atasnya tertulis nama baru, yang tidak diketahui oleh siapapun, selain oleh yang menerimanya.’”.
SURAT KEPADA JEMAAT PERGAMUS (3)
gadget, otomotif, asuransi
Wahyu 2: 16: “Sebab itu bertobatlah! Jika tidak demikian, Aku akan segera datang kepadamu dan Aku akan memerangi mereka dengan pedang yang di mulutKu ini.”.

1) Seluruh gereja diperintahkan untuk bertobat.

Herman Hoeksema mengatakan bahwa perintah untuk bertobat ini tidak hanya ditujukan kepada orang yang menganut ajaran Bileam dan Nikolaus saja, tetapi juga untuk seluruh gereja karena merekapun berdosa dengan tidak melakukan disiplin gerejani.

George Eldon Ladd: “The entire church is summoned to repent for a sin of which only a few were actually guilty. The sin of the Ephesians was harsh intolerance; the sin of the Pergamum church was tolerance and laxity.” [= Seluruh gereja dipanggil untuk bertobat dari suatu dosa dimana hanya beberapa orang yang betul-betul bersalah. Dosa dari gereja Efesus adalah ketidaktoleranan yang keras; dosa dari gereja Pergamum adalah toleransi dan kelalaian dalam mendisiplin.] - hal 48-49.

Penerapan: gereja / orang kristen selalu diserang / digoda setan untuk menjadi extrim kanan atau extrim kiri.

2) Tetapi bagaimanapun Kristus membedakan antara orang yang betul-betul mengikuti ajaran Bileam dan Nikolaus, dan orang-orang kristen yang tidak mengikuti ajaran-ajaran sesat itu tetapi tidak mendisplin mereka.

Ini terlihat dari pembedaan ‘mu’ dan ‘mereka’ dalam ay 16 ini.

Ay 16: “Sebab itu bertobatlah! Jika tidak demikian, Aku akan segera datang kepadamu dan Aku akan memerangi mereka dengan pedang yang di mulutKu ini.”.

James B. Ramsey: “Observe, however, how tenderly and carefully He discriminates between His church, defective and censurable as she was in the discharge of her duty, and those unworthy members who, by their worldliness, places stumblingblocks in the way of their brethren. ‘I will come unto thee quickly,’ but, ‘I will fight against them,’ not against thee.” [= Tetapi perhatikan betapa lembutnya dan hati-hatinya Ia membedakan antara gerejaNya, sekalipun cacat dan layak dicela dalam pelaksanaan kewajibannya, dan anggota-anggota gereja yang tak berharga itu, yang oleh keduniawian mereka, meletakkan batu sandungan di jalan saudara-saudara mereka. ‘Aku akan segera datang kepadamu’, tetapi ‘Aku akan berperang terhadap mereka’, bukan terhadap kamu.] - hal 145.

Barnes’ Notes: “He would come against the church for tolerating them, but his opposition would be primarily directed against the Nicolaitanes themselves.” [= Ia akan datang menentang gereja karena menoleransi mereka, tetapi oposisiNya terutama ditujukan terhadap pengikut Nikolaus sendiri.] - hal 1560.

Ini tidak berarti bahwa orang-orang yang tidak mendisiplin itu lalu tidak diapa-apakan sama sekali. Mereka memang tidak akan diperlakukan seperti pengikut Bileam dan Nikolaus, yaitu ‘diperangi dengan pedang di mulutKu’, tetapi mereka pasti juga dihajar atas kelalaian mereka melakukan disiplin dalam gereja.

3) ‘Aku akan memerangi mereka dengan pedang yang di mulutKu ini.’.

a) Apa maksudnya ‘memerangi mereka dengan pedang di mulutKu’?

Ada yang menafsirkan bahwa ini artinya mempertobatkan mereka.

William Barclay: “The conquest of Christ is his power to win men to the love of God.” [= Penaklukan Kristus adalah kuasaNya untuk memenangkan manusia kepada kasih Allah.] - hal 94.

Tetapi ini jelas merupakan penafsiran yang salah. Kata ‘memerangi’ menunjukkan bahwa pedang / Firman di sini tidak digunakan untuk mempertobatkan, seperti yang dikatakan oleh Barclay di atas. Arti yang benar adalah: Firman dipakai untuk menghancurkan.

William Hendriksen: “We do not believe that this refers to a merely verbal condemnation. The verbal condemnation is contained in this epistle. It signifies destruction:” [= Kami tidak percaya bahwa ini menunjuk pada semata-mata penghukuman dengan kata-kata. Penghukuman dengan kata-kata terkandung dalam surat ini. Ini berarti penghancuran:] - hal 67.

Barnes’ Notes: “That is, he would give the order, and they would be cut as if by a sword. Precisely in what way it would be done he does not say; but it might be by persecution, or heavy judgments. To see the force of this, we are to remember the power which Christ has to punish the wicked by a word of his mouth. By a word in the last day he will turn all the wicked into hell.” [= Yaitu, Ia akan memberikan perintah, dan mereka akan dipotong seakan-akan dengan pedang. Bagaimana persisnya hal itu akan dilakukan Ia tidak mengatakan; tetapi itu mungkin melalui penganiayaan, atau penghakiman yang berat. Melihat kekuatan dari kata-kata ini, kita harus mengingat kuasa yang dimiliki Kristus untuk menghukum orang jahat melalui kata-kata / firman dari mulutNya. Dengan satu kata pada hari terakhir Ia akan membuang semua orang jahat ke dalam neraka.] - hal 1560.

John Stott: “The sword of Christ’s word would devour them. This being interpreted means that the very gospel of Christ which saves those who obey it destroys those who disobey it.” [= Pedang firman Kristus akan menelan mereka. Penafsiran seperti ini berarti bahwa injil Kristus, yang menyelamatkan mereka yang mentaatinya, menghancurkan mereka yang tidak mentaatinya.] - hal 64.

Leon Morris (Tyndale): “This word is either a comfort and a strength to us, or else it destroys us.” [= Firman ini, atau merupakan penghiburan dan kekuatan bagi kita, atau itu menghancurkan kita.] - hal 68.

Bdk. 2Kor 2:14-16a - “(14) Tetapi syukur kepada Allah, yang dalam Kristus selalu membawa kami di jalan kemenanganNya. Dengan perantaraan kami Ia menyebarkan keharuman pengenalan akan Dia di mana-mana. (15) Sebab bagi Allah kami adalah bau yang harum dari Kristus di tengah-tengah mereka yang diselamatkan dan di antara mereka yang binasa. (16a) Bagi yang terakhir kami adalah bau kematian yang mematikan dan bagi yang pertama bau kehidupan yang menghidupkan.”.

Calvin, dalam tafsirannya tentang bagian ini berkata: “The Gospel is preached for salvation: this is what properly belongs to it; but believers alone are partakers of that salvation. In the mean time, its being an occasion of condemnation to unbelievers - that arise from their own fault. ... He is a Rock, for a foundation, but he is also to many a stone of stumbling. (Isaiah 8:14.) We must always, therefore, distinguish between the proper office of the Gospel, and the accidental one (so to speak) which must be imputed to the depravity of mankind, to which it is owing, that life to them is turned to death.” [= Injil diberitakan untuk keselamatan: ini adalah apa yang seharusnya termasuk padanya; tetapi hanya orang percaya saja yang mengambil bagian dari keselamatan itu. Sementara itu, bahwa Injil itu menyebabkan penghukuman terhadap orang yang tidak percaya, itu muncul karena kesalahan mereka sendiri. ... Ia adalah Batu karang, untuk suatu fondasi, tetapi Ia juga adalah batu sandungan bagi banyak orang (Yes 8:14). Karena itu kita harus selalu membedakan fungsi yang benar dari Injil, dan fungsi tambahan (boleh dikatakan begitu) yang harus dianggap berasal dari kebejatan umat manusia, yang menyebabkan adanya hal itu, bahwa kehidupan bagi mereka dibalikkan menjadi kematian.] - hal 161.

b) Jadi ini menunjukkan bahwa karena gereja tidak menjalankan disiplin gerejani, maka Kristus sendiri akan menghakimi dengan menghancurkan orang-orang sesat dalam gereja itu.

James B. Ramsey: “If the church neglects its duty, He will take this matter of its discipline into His own hands, and by His purifying judgments cleanse it.” [= Jika gereja mengabaikan kewajibannya, Ia sendiri akan menangani pendisiplinannya, dan membersihkannya dengan penghakimanNya yang menyucikan.] - hal 145.

Bandingkan dengan Im 20:2,4,5 - “(2) ‘Engkau harus berkata kepada orang Israel: Setiap orang, baik dari antara orang Israel maupun dari antara orang asing yang tinggal di tengah-tengah orang Israel, yang menyerahkan seorang dari anak-anaknya kepada Molokh, pastilah ia dihukum mati, yakni rakyat negeri harus melontari dia dengan batu. ... (4) Tetapi jikalau rakyat negeri menutup mata terhadap orang itu, ketika ia menyerahkan seorang dari anak-anaknya kepada Molokh, dan tidak menghukum dia mati, (5) maka Aku sendiri akan menentang orang itu serta kaumnya dan akan melenyapkan dia dari tengah-tengah bangsanya dan semua orang yang turut berzinah mengikuti dia, yakni berzinah dengan menyembah Molokh.”.

Tetapi awas, ini tidak berarti bahwa kita boleh ‘mencuci tangan’ terhadap kewajiban untuk melakukan disiplin gerejani, dengan alasan kalau kita tidak melakukannya toh Kristus akan melakukannya. Jangan lupa bahwa gereja ini juga dipersalahkan dan diperintahkan bertobat, karena mereka tidak menjalankan disiplin dalam gereja.

c) Kata ‘pedang’ mungkin secara tidak langsung juga berhubungan dengan Bileam.

Pulpit Commentary: “It is possible that there is here another allusion to Balaam. It was with a drawn sword that the angel of the Lord withstood him (Numb. 22:23), and with the sword that he was slain (Numb. 31:8; Josh. 13:22). Those who follow Balaam in his sin shall follow him in his punishment;” [= Adalah mungkin bahwa di sini ada hubungan tidak langsung dengan Bileam. Adalah dengan pedang terhunus malaikat Tuhan menghadangnya (Bil 22:23), dan dengan pedang ia dibunuh (Bilangan 31:8; Yos 13:22). Mereka yang mengikuti Bileam dalam dosanya akan mengikutinya dalam hukumannya;] - hal 63.

John Stott: “Balaam himself was killed with the sword (Num. 31:8; Josh. 13:22), and the Balaamites in Pergamum would suffer the same fate, unless they repented.” [= Bileam sendiri dibunuh dengan pedang (Bilangan 31:8; Yosua 13:22), dan para pengikut Bileam di Pergamum akan menderita / mengalami nasib yang sama, kecuali mereka bertobat.] - hal 64.

Wahyu 2: 17: “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, kepadanya akan Kuberikan dari manna yang tersembunyi; dan Aku akan mengaruniakan kepadanya batu putih, yang di atasnya tertulis nama baru, yang tidak diketahui oleh siapapun, selain oleh yang menerimanya.”.

1) ‘Barangsiapa menang, kepadanya akan Kuberikan dari manna yang tersembunyi’.

a) Tradisi tentang ‘manna yang tersembunyi’.

Steve Gregg mengatakan bahwa ada suatu tradisi di kalangan orang Yahudi yang mengatakan bahwa sebelum Babilonia menyerang Yerusalem, nabi Yeremia telah mengambil tabut perjanjian, yang berisikan guci emas berisi manna (Kel 16:32-34 Ibrani 9:4 2Makabe 2:4-dst), lalu membawanya ke Mesir. Beberapa orang Yahudi mengajar bahwa nanti Yeremia akan kembali dengan membawa tabut berisi manna itu, dan akan mengadakan pesta dengan manna yang sudah berumur ratusan tahun itu. Karena adanya tradisi inilah maka ada yang mengira bahwa Yesus adalah Yeremia (Mat 16:14). Juga waktu Yesus memberi makan 5000 orang, maka orang lalu berkata: ‘Dia ini adalah benar-benar nabi yang akan datang ke dalam dunia’ (Yohanes 6:14).

Tetapi Adam Clarke memberikan tradisi yang agak berbeda, dimana ia berkata bahwa raja Yosia, dan bukan Yeremia, yang menyembunyikan manna itu.

Adam Clarke: “It was a constant tradition of the Jews that the ark of the covenant, the tables of stone, Aaron’s rod, the holy anointing oil, and the pot of manna, were hidden by King Josiah when Jerusalem was taken by the Chaldeans; and that these shall all be restored in the days of the Messiah. This manna was hidden, but Christ promises to give it to him that is conqueror. Jesus is the ark, the oil, the rod, the testimony, and the manna. He who is partaker of his grace has all those things in their spiritual meaning and perfection.” [= Merupakan tradisi tetap dari orang-orang Yahudi bahwa tabut perjanjian, loh batu, tongkat Harun, minyak pengurapan kudus, dan guci manna, disembunyikan oleh raja Yosia pada waktu Yerusalem diduduki oleh orang Babilonia; dan bahwa ini semua akan dipulihkan pada jaman Mesias. Manna ini disembunyikan, tetapi Kristus berjanji akan memberikannya kepada dia yang menang. Yesus adalah tabut, minyak, tongkat, kesaksian, dan manna itu. Ia yang ikut ambil bagian dalam kasih karuniaNya mempunyai semua hal itu dalam arti rohani dan dalam kesempurnaan dari hal-hal itu.] - hal 979.

b) Arti dari pemberian ‘manna yang tersembunyi’ bagi orang yang menang.

1. William Hendriksen mengatakan bahwa ‘manna yang tersembunyi’ ini berarti ‘Kristus dalam segala kepenuhannya’ (Yohanes 6:33,35), tersembunyi bagi dunia, tetapi dinyatakan kepada orang-orang percaya.

2. Tetapi George Eldon Ladd mengatakan bahwa pemberian manna yang tersembunyi kepada orang-orang yang menang ini menunjuk pada ‘perjamuan kawin Anak Domba’ dalam Wah 19:9.

Ini memang merupakan suatu tafsiran yang sangat memungkinkan, mengingat bahwa orang-orang itu digoda oleh pesta / perayaan kafir. Sekarang kepada mereka ditawarkan ‘perjamuan kawin Anak Domba’. Memang sama seperti Kristus, setelah menolak cara mendapatkan makanan yang ditawarkan oleh setan (Matius 4:2-4) lalu mendapatkan makanan melalui pelayanan malaikat (Mat 4:11b), demikian juga kalau kita bisa menolak kenikmatan dunia yang ditawarkan oleh setan, akan menerima kenikmatan surgawi yang ditawarkan oleh Tuhan.

3. John Stott kelihatannya menggabungkan kedua pandangan di atas.

Ia beranggapan bahwa manna itu menunjuk kepada Kristus (Yohanes 6:31-35,48-51), tetapi ia juga mengatakan bahwa ini juga menunjuk pada pesta di surga.

John Stott: “the promised reward with which each of the seven letters closes is a reward to be inherited in heaven, not on earth. So it is that our souls which already on earth taste Christ, our spiritual manna, will feast upon Him for ever in heaven. Denying ourselves the luxury of idol-meats in this life, the banquet will be the richer in the next.” [= pahala yang dijanjikan dengan mana setiap surat dari ketujuh surat itu diakhiri adalah pahala untuk diwarisi di surga, bukan di dunia. Demikianlah jiwa kita yang di dunia ini sudah mengecap Kristus, manna rohani kita, akan berpesta atas / dengan Dia untuk selama-lamanya di surga. Dengan menyangkal diri kita sendiri terhadap kemewahan dari daging persembahan berhala dalam hidup ini, maka pesta makan akan lebih mewah dalam hidup yang akan datang.] - hal 65.

2) ‘dan Aku akan mengaruniakan kepadanya batu putih, yang di atasnya tertulis nama baru, yang tidak diketahui oleh siapapun, selain oleh yang menerimanya’.

a) ‘Aku akan mengaruniakan kepadanya batu putih’.

Apa yang dimaksud dengan ‘batu putih’? Untuk ini ada bermacam-macam penafsiran:

1. Leon Morris (Tyndale): “This has puzzled commentators for centuries. At least seven suggestions have been made with some confidence. ... We simply do not know what the white stone signified, though clearly it did convey some assurance of blessing.” [= Ini telah membingungkan para penafsir selama berabad-abad. Sedikitnya ada 7 gagasan / usul yang telah dibuat dengan keyakinan. ... Kami benar-benar tidak tahu apa arti dari batu putih itu, sekalipun itu jelas menyampaikan keyakinan akan adanya berkat.] - hal 68,69.

2. Barclay memberikan banyak sekali arti tentang batu putih (hal 95-99). Menurut dia, yang paling memungkinkan adalah penjelasan sebagai berikut: Pada jaman itu merupakan kebiasaan yang sangat umum untuk membawa semacam jimat. Kadang-kadang jimat itu merupakan logam mulia atau batu mulia, tetapi seringkali hanya berupa sebuah batu biasa (pebble). Pada batu itu tertulis nama seorang dewa, yang akan menolong pembawa jimat itu. Jimat itu dianggap akan menjadi 2 x lebih efektif, jika tidak seorangpun selain pemiliknya mengetahui nama dewa apa yang tertulis di sana. Jadi maksud Yohanes dengan batu putih yang bertuliskan nama baru adalah: orang kafir membawa batu yang bertuliskan nama dewa, yang mereka anggap bisa menolong mereka. Sebagai orang kristen, kamu tidak membutuhkan semua itu. Baik hidup maupun mati kamu aman karena kamu mengenal nama satu-satunya Allah yang benar.

3. Ini adalah tanda yang diberikan kepada peserta pertandingan yang telah menyelesaikan perlombaan mereka.

4. Ini menunjuk pada praktek seorang hakim pada jaman dahulu, yang pada waktu menjatuhkan keputusan, akan memberikan ‘batu hitam’ sebagai tanda penghukuman, atau memberikan ‘batu putih’ sebagai tanda pembebasan. Jadi dengan diberikannya ‘batu putih’ di sini, ditunjukkan bahwa sekalipun dalam persidangan duniawi / Romawi orang kristen bisa dinyatakan bersalah dan lalu dijatuhi hukuman, tetapi di hadapan pengadilan Allah ia dibenarkan.

Bandingkan ini dengan kata-kata Paulus dalam 1Kor 4:3a,4b - “(3a) Bagiku sedikit sekali artinya entahkah aku dihakimi oleh kamu atau oleh suatu penghakiman manusia. ... (4b) Dia, yang menghakimi aku, ialah Tuhan.”.

5. Homer Hailey: “The word ‘stone’ is from PSEPHOS, ‘a small, worn, smooth stone; pebble.’ ... The word occurs only twice in the New Testament, here and in Acts 26:10. In the latter passage Paul is recorded as saying, ‘I gave my vote (literally, my pebble of voting) against them.’ ... white is the color of holiness and purity, ... The white stones ... indicates total acquittal.” [= Kata ‘batu’ berasal dari PSEPHOS, ‘batu kecil, usang, halus; kerikil’. ... Kata itu hanya muncul 2 x dalam Perjanjian Baru, di sini dan dalam Kis 26:10. Dalam text terakhir ini dicatat bahwa Paulus berkata: ‘Aku juga setuju jika mereka dihukum mati / Aku memberikan suara / hak pilihku (secara hurufiah: ‘kerikil dari suaraku / hak pilihku’) menentang mereka’. ... putih adalah warna kesucian dan kemurnian, ... Batu putih ... menunjukkan pembebasan total.] - hal 134.

Catatan:

Kis 26:10b - ‘aku juga setuju, jika mereka dihukum mati’.

KJV: ‘I gave my voice against them’ [= Aku memberikan suaraku menentang mereka].

6. William Hendriksen: “Now this stone is white. This indicates holiness, beauty, glory (Rev 3:4; 6:2). The stone itself symbolizes durability, imperishability. The white stones, therefore, indicates a being, free from guilt and cleansed from all sin, and abiding in this state for ever and ever.” [= Batu ini putih. Ini menunjukkan kesucian, keindahan, dan kemuliaan (Wahyu 3:4; 6:2). Batu itu sendiri menyimbolkan ketahan-lamaan, ketidak-bisa-binasaan. Karena itu, batu putih itu menunjukkan seseorang yang bebas dari kesalahan dan dibersihkan dari semua dosa, dan tetap ada dalam keadaan ini selama-lamanya.] - hal 68.

7. Ini adalah tanda masuk ke dalam pesta.

Geoffrey B. Wilson: “There are many explanations of what is signified by the ‘white stone’, but the suggestion that it is the ‘tessera’ or token that gives admission to the heavenly banquet is the one best suited to the context (‘hidden manna’).” [= Ada banyak penjelasan tentang apa arti dari ‘batu putih’, tetapi gagasan bahwa itu adalah ‘TESSERA’ atau tanda yang memberikan ijin masuk kepada pesta perjamuan surgawi adalah yang paling cocok dengan kontex (‘manna yang tersembunyi’).] - hal 36.

Robert H. Mounce (NICNT): “In the context of a messianic feast (the ‘hidden manna’) it seems best to take the white stone as a tessera which served as a token for admission to the banquet.” [= Dalam kontex dari pesta perjamuan Mesias (‘manna yang tersembunyi’), kelihatannya merupakan hal yang terbaik untuk menganggap bahwa batu putih itu adalah TESSERA yang berfungsi sebagai tanda masuk kepada pesta perjamuan itu.] - hal 99.

Saya berpendapat bahwa arti ‘tanda masuk ke dalam pesta’ sesuai dengan bagian sebelumnya, yaitu ‘pesta perjamuan Anak Domba’ (‘manna yang tersembunyi’), tetapi arti ‘kesucian / pembenaran’ sesuai dengan bagian sesudahnya, yaitu ‘pemberian nama baru’ (lihat di bawah). Jadi saya condong untuk menerima salah satu atau gabungan dari 2 arti itu.

b) “yang di atasnya tertulis nama baru, yang tidak diketahui oleh siapapun, selain oleh yang menerimanya.’”.

1. Kata ‘nya’ di sini jelas bukan menunjuk pada ‘batu putih’ tetapi kepada ‘nama baru’.

2. ‘nama baru’.

‘Nama baru’ ini nama siapa?

a. Nama Kristus.

William Hendriksen: “According to the second interpretation the pellucid, precious stone - a diamond? - is inscribed with the name of Christ. Receiving this stone with its new name means that in glory the conqueror receives a revelation of the sweetness of fellowship with Christ - in His new character, as newly crowned Mediator - a fellowship which only those who receive it can appreciate.” [= Menurut penafsiran yang kedua, batu berharga yang bening / jernih - sebuah berlian? - ditulisi dengan nama Kristus. Menerima batu dengan nama baru ini berarti bahwa dalam kemuliaan si pemenang menerima wahyu tentang manisnya persekutuan dengan Kristus - dalam karakterNya yang baru, sebagai Pengantara yang baru dinobatkan - suatu persekutuan yang hanya mereka yang menerimanya yang bisa menghargainya.] - hal 69.

Catatan: Hendriksen mengatakan ‘penafsiran yang kedua’ karena ia meletakkan ‘nama orangnya’ sebagai penafsiran pertama. Tetapi saya membalik urutan itu.

Argumentasinya:

• dalam Kitab Wahyu, semua ayat yang berbicara tentang nama baru, menunjuk kepada nama Allah / Kristus. Nama ini dikatakan akan ditulis pada dahi orang percaya (3:12 14:1 22:4). Wahyu 3:12 yang juga berbicara tentang ‘namaKu yang baru’, yang akan dituliskan pada orang yang menang, dan dalam Wah 3:12 ini jelas bahwa nama itu menunjuk kepada nama Kristus.

• Hendriksen juga membandingkan dengan Harun yang di dahinya juga ditulisi nama Allah / Yahweh (Kel 28:36-38).

Keberatan terhadap pandangan ini adalah:

• nama Kristus tidak bisa dikatakan ‘tidak diketahui oleh siapapun selain oleh yang menerimanya’. Perlu juga diperhatikan bahwa kata ‘yang menerimanya’ dalam bahasa Yunaninya ada dalam bentuk tunggal / singular.

• kata ‘baru’, dalam bahasa Yunaninya adalah KAINOS.

William Barclay: “In Greek there are two words for ‘new’. There is NEOS, which means new in point of time. A thing can be NEOS, and yet exactly like any number of things. On the other hand there is KAINOS, which is new not only in point of time but also in point of quality; nothing like it has ever been made before. So in the Revelation there is the new Jerusalem (3:12); the new song (5:9); the new heavens and the new earth (21:1); and God makes all things new (21:5).” [= Dalam bahasa Yunani ada 2 kata untuk ‘baru’. Ada kata NEOS, yang berarti baru dalam hal waktu. Sesuatu bisa NEOS, tetapi persis seperti banyak hal lain. Selain itu ada kata KAINOS, yang adalah baru bukan hanya dalam hal waktu tetapi juga dalam hal kwalitas; tidak ada hal seperti itu yang pernah dibuat sebelumnya. Demikianlah dalam kitab Wahyu ada Yerusalem yang baru (3:12), lagu / nyanyian yang baru (5:9); langit dan bumi yang baru (21:1); dan Allah membuat segala sesuatu baru (21:5).] - hal 98.


Dengan pengertian tentang kata ‘baru’ yang seperti ini, saya berpendapat sukar untuk bisa menafsirkan ‘nama baru’ itu sebagai ‘nama Kristus’. Tetapi kalau ini ditujukan kepada ‘nama orangnya’, maka ini cocok karena nanti setiap orang percaya akan diperbaharui / dikuduskan.

b. Nama orangnya.

Kitab Suci sering menggunakan kata ‘nama’ untuk menunjuk pada karakter orangnya. Karena itu orang yang karakternya berubah lalu diberi nama baru (bdk. Mat 16:17-18). Dalam kemuliaan nanti, kita akan disucikan, dan karena itu diberi nama baru.

William Hendriksen: “The new name written upon the stone indicates the person who receives the stone. It expresses the real, inner character of the person; his distinct, individual personality.” [= Nama baru yang ditulis di atas batu itu menunjukkan orang yang menerima batu itu. Itu menyatakan karakter di dalam yang merupakan karakter yang sebenarnya dari orang itu; kepribadiannya yang berbeda dan individual / unik.] - hal 68.

Kalau ini benar, maka ini menunjukkan bahwa di surga nanti setiap orang tetap memiliki kepribadian masing-masing yang berbeda satu sama lain.


Herman Hoeksema: “not all the saints shall be alike, so that there should be an endless monotony of identically the same beings. The difference between one individual and another shall not be obliterated in perfection.” [= bukan bahwa semua orang kudus akan menjadi serupa, sehingga di sana akan ada kemonotonan tanpa akhir tentang makhluk-makhluk yang persis sama. Perbedaan antara individu yang satu dan yang lain tidak akan dihapuskan dalam kesempurnaan.] - hal 94.

3. “yang tidak diketahui oleh siapapun, selain oleh yang menerimanya.’”.

Hoeksema (hal 94) mengatakan artinya adalah bahwa orang yang mengenal kepribadiannya dengan sempurna hanyalah orangnya sendiri.

Next Post Previous Post