SURAT KEPADA JEMAAT PERGAMUS (2): WAHYU 2:12-17

PDT. BUDI ASALI, M. DIV.
Wahyu 2:12-17 - “(12) ‘Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Pergamus: Inilah firman Dia, yang memakai pedang yang tajam dan bermata dua: (13) Aku tahu di mana engkau diam, yaitu di sana, di tempat takhta Iblis; dan engkau berpegang kepada namaKu, dan engkau tidak menyangkal imanmu kepadaKu, juga tidak pada zaman Antipas, saksiKu, yang setia kepadaKu, yang dibunuh di hadapan kamu, di mana Iblis diam. (14) Tetapi Aku mempunyai beberapa keberatan terhadap engkau: di antaramu ada beberapa orang yang menganut ajaran Bileam, yang memberi nasihat kepada Balak untuk menyesatkan orang Israel, supaya mereka makan persembahan berhala dan berbuat zinah. (15) Demikian juga ada padamu orang-orang yang berpegang kepada ajaran pengikut Nikolaus. (16) Sebab itu bertobatlah! Jika tidak demikian, Aku akan segera datang kepadamu dan Aku akan memerangi mereka dengan pedang yang di mulutKu ini. (17) Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, kepadanya akan Kuberikan dari manna yang tersembunyi; dan Aku akan mengaruniakan kepadanya batu putih, yang di atasnya tertulis nama baru, yang tidak diketahui oleh siapapun, selain oleh yang menerimanya.’”.
SURAT KEPADA JEMAAT PERGAMUS (2)
gadget, otomotif, asuransi
Wahyu 2: 14: “Tetapi Aku mempunyai beberapa keberatan terhadap engkau: di antaramu ada beberapa orang yang menganut ajaran Bileam, yang memberi nasihat kepada Balak untuk menyesatkan orang Israel, supaya mereka makan persembahan berhala dan berbuat zinah.”.

1) ‘Tetapi Aku mempunyai beberapa keberatan terhadap engkau: di antaramu ada beberapa orang yang menganut ajaran Bileam’.

a) Perhatikan bahwa bukan seluruh gereja Pergamus, tetapi hanya sebagian / beberapa orang yang menganut ajaran Bileam.

b) ‘menganut’.

Kata Yunani yang diterjemahkan ‘menganut’ di sini sama dengan kata Yunani yang diterjemahkan ‘berpegang’ dalam Wahyu 2: 13 (‘berpegang kepada namaKu’), juga dengan ‘berpegang’ dalam ay 15 (‘berpegang kepada ajaran pengikut Nikolaus’). Jadi kalau sebagian mereka berpegang pada nama Kristus (ay 13), maka sebagian yang lain justru berpegang pada ajaran Bileam (Wahyu 2: 14) dan / atau pada ajaran Nikolaus (Wahyu 2: 15).

2) ‘Ajaran Bileam, yang memberi nasihat kepada Balak untuk menyesatkan orang Israel, supaya mereka makan persembahan berhala dan berbuat zinah.’.

a) Bileam dan ajarannya.

Ayat-ayat Kitab Suci tentang Bileam: Bil 22-25 Bilangan 31:16 2Petrus 2:15 Yudas 11.

Bileam terkenal karena ketamakannya (2Petrus 2:15 Yudas 11), yang menyebabkannya menawar larangan Tuhan (Bil 22:10-20). Tetapi yang dipersoalkan dalam Wah 2:14 ini bukanlah ketamakannya, tetapi siasatnya yang ia ajarkan kepada Balak untuk menghancurkan bangsa Israel menggunakan perempuan-perempuan Moab (Bil 31:16 Bil 25:1-9).

William R. Newell: “You know the history of Balaam, the mysterious prophet of Numbers 22,23,24, who, prevented from cursing God’s nation Israel, counselled the king of Moab to entice Israel into Moab’s heathen idolatry, with its obscenities and abominations (Numbers 25), bringing death by plague on twenty-four thousand Israelites! Satan, failing to overthrow the church by persecution in Smyrna days, snares the Pergamum church into idolatry and fornication.” [= Engkau mengetahui sejarah Bileam, nabi misterius dari Bil 22,23,24, yang setelah dihalangi untuk mengutuk bangsa Allah, yaitu Israel, lalu menasehati raja Moab untuk membujuk / memikat Israel ke dalam penyembahan berhala kafir dari orang Moab, dengan percabulan dan hal-hal yang menjijikkan (Bil 25), membawa kematian oleh wabah pada 24.000 orang Israel! Setan, gagal untuk menjatuhkan gereja dengan penganiayaan pada jaman Smirna, menjerat gereja Pergamum ke dalam penyembahan berhala dan percabulan.] - hal 49.

Catatan: Newell percaya bahwa setiap gereja dari ke 7 gereja dalam Wah 2-3 menunjuk pada jaman tertentu.

George Eldon Ladd: “In our text Balaam is a prototype of those who compromise with paganism in idolatry and immorality.” [= Dalam text kita Bileam adalah model mula-mula dari mereka yang berkompromi dalam penyembahan berhala dan ketidak-bermoralan.] - hal 47.

b) ‘yang memberi nasihat kepada Balak untuk menyesatkan orang Israel’.

NIV: ‘who taught Balak to entice the Israelites to sin’ [= yang mengajar Balak untuk membujuk / memikat orang-orang Israel kepada dosa]. Ini jelas merupakan terjemahan yang tidak hurufiah. Bandingkan dengan terjemahan-terjemahan bahasa Inggris yang lain di bawah ini.

KJV: ‘who taught Balac to cast a stumblingblock before the children of Israel’ [= yang mengajar Balak untuk memberikan batu sandungan di depan anak-anak Israel].

NASB: ‘who kept teaching Balak to put a stumbling block before the sons of Israel’ [= yang terus mengajar Balak untuk meletakkan batu sandungan di depan anak-anak Israel].

RSV: ‘who taught Balak to put a stumbling block before the sons of Israel’ [= yang mengajar Balak untuk meletakkan batu sandungan di depan anak-anak Israel].

Leon Morris (Tyndale): “The stumblingblock (SKANDALON) was the bait stick of a trap, the stick which triggered off the trapping mechanism when a bird perched on it.” [= Batu sandungan (SKANDALON) adalah tongkat umpan pada sebuah jebakan / jerat, yang memicu mekanisme jebakan / jerat pada saat seekor burung bertengger / hinggap padanya.] - hal 67.

Penerapan: Siasat setan semacam itu tetap banyak digunakan pada jaman sekarang. Ia memancing kita dengan hal-hal duniawi yang nikmat, seperti sex, uang, kesenangan lain, tetapi begitu kita mulai menikmati hal-hal itu, jerat / jebakan setan itu bekerja dan menghancurkan kita. Karena itu hati-hatilah dengan segala sesuatu yang nikmat!

c) ‘supaya mereka makan persembahan berhala dan berbuat zinah’.

Sebetulnya makan persembahan berhala tidak membawa keuntungan ataupun kerugian rohani apapun bagi kita (1Kor 8:8), kecuali kalau mereka makan dengan kepercayaan tertentu pada makanan itu (1Kor 8:7). Tetapi pada waktu kita makan persembahan berhala, itu bisa membuat orang lain jatuh ke dalam dosa dengan ikut makan sambil percaya pada makanan itu. Karena itulah Paulus mengatakan jangan makan persembahan berhala (1Korintus 8:9-13).

Selanjutnya Paulus lalu memberikan beberapa situasi tentang makan persembahan berhala, dan boleh atau tidaknya kita makan dalam situasi tersebut:

1. Makan daging persembahan berhala dalam upacara penyembahan berhala dari agama kafir. Ini jelas dilarang oleh Paulus dalam 1Kor 10:21-22.

2. Makan daging bekas persembahan berhala yang lalu dijual di pasar. Tentu seseorang tidak bisa tahu mana daging yang bekas persembahan dan mana yang tidak. Paulus berkata bahwa ini boleh dimakan dengan bebas (1Korintus 10:25).

3. Makan suguhan yang diberikan oleh orang yang mengundang kita. Ini terbagi dalam 2 kemungkinan:

a. Kalau orang yang mengundang itu tidak mengatakan apa-apa (apakah makanan itu bekas persembahan berhala atau bukan), maka kita boleh makan apa saja yang dihidangkan (1Kor 10:27).

b. Kalau orang yang mengundang itu berkata bahwa itu adalah persembahan berhala, maka itu tidak boleh dimakan (1Kor 10:28-33).

Catatan: saya berpendapat bahwa situasi ke 3 ini juga berlaku kalau kita diberi makanan oleh orang lain.

Perlu diketahui bahwa pada jaman itu perayaan-perayaan kafir boleh dikatakan selalu mencakup kedua hal itu, yaitu ‘makan persembahan berhala’ dan ‘perzinahan’ (bdk. Kis 15:20).

Karena dalam Wahyu 2:14 ini ‘makan persembahan berhala’ itu dikecam, dan digandengkan dengan ‘berbuat zinah’, maka hampir pasti yang dimaksud dengan ‘makan persembahan berhala’ di sini adalah makan dalam upacara penyembahan berhala agama kafir, yang jelas-jelas dilarang oleh Paulus (1Kor 10:21-22).

3) Sebagian berkompromi, dan yang lain tidak mendisiplin orang-orang yang berkompromi ini.

a) Godaan untuk mengikuti pesta-pesta kafir bukanlah godaan yang ringan.

William Hendriksen: “the trades had their tutelary deities which would be worshipped at the feasts. Refusal to join in these feasts often meant that a man would lose his job, his trade; he would become an outcast.” [= perdagangan mempunyai dewa penjaga / pelindung yang disembah pada pesta-pesta itu. Penolakan untuk bergabung dalam pesta-pesta ini sering berarti bahwa seseorang akan kehilangan pekerjaannya dan langganannya; dan ia akan menjadi orang buangan / orang yang diusir dari masyarakat.] - hal 67.

b) Sebagian berkompromi.

Karena godaan yang begitu kuat itu, sebagian orang-orang kristen Pergamus mulai berkompromi dan mungkin mereka berargumentasi bahwa seseorang boleh ikut dalam pesta kafir itu, dan ikut makan daging yang telah dipersembahkan kepada berhala, dan bahkan ikut mempersembahkan dupa / kemenyan kepada berhala, asal mereka tetap sadar bahwa berhala itu bukan apa-apa (bdk. 1Kor 8:4-7).

Karena itu beberapa orang jemaat mulai menghadiri pesta-pesta kafir dan terlihat dalam hal-hal tak bermoral di sana.

George Eldon Ladd: “Although the Pergamum Christians has held fast to Jesus’ name and did not renounce their faith in him under the pressure of threatened persecution, they allowed pagan morals to influence them.” [= Sekalipun orang-orang Kristen Pergamum berpegang erat-erat pada nama Yesus dan tidak meninggalkan iman mereka kepadaNya di bawah tekanan dari ancaman penganiayaan, mereka membiarkan / mengijinkan moral kafir mempengaruhi mereka.] - hal 47.

Penerapan: hati-hati untuk tidak menjadi orang yang hanya benar dalam kepercayaan, pengakuan dan ajaran, tetapi berantakan dalam hal moral.

c) Tidak ada pendisiplinan terhadap orang-orang yang berkompromi itu.

Gereja seharusnya melakukan disiplin / siasat gerejani terhadap orang-orang itu (bdk. Matius 18:15-17 1Korintus 5:1-13 2Tesalonika 3:6,14-15), tetapi ternyata gereja tidak melakukannya.

Hendriksen (hal 66-67) mengatakan bahwa gereja Pergamus terlalu menekankan keselamatan individual, sehingga mengabaikan disiplin gereja.

Herman Hoeksema: “the church in Pergamos bears with evil men, and therefore is the church which is growing lax in discipline.” [= gereja Pergamus sabar terhadap orang jahat, dan karena itu merupakan gereja yang menjadi lalai dalam disiplin.] - hal 82.

Herman Hoeksema: “the church in Pergamos was defective in discipline, the discipline of its own members. ... Discipline is the Christ-ordained guard in the church of Jesus. It is the sentinel, standing watch by the purity of doctrine according to the Word of God and by the holiness of the sacraments, as well as by the walk of believers. Where that sentinel is not placed on guard, or where he is sleeping while on duty, the church is exposed to the evil, seducing influence of false doctrine, as well as to the degenerating influence of the world upon the life of its individual members.” [= gereja Pergamus cacat dalam disiplin, disiplin terhadap anggota-anggotanya sendiri. ... Disiplin adalah penjaga yang ditentukan Kristus dalam gereja Yesus. Itu adalah pengawal, penjaga yang mempertahankan kemurnian ajaran sesuai dengan Firman Allah, dan kekudusan sakramen, dan juga kehidupan orang percaya. Dimana penjaga itu tidak ada di tempatnya, atau dimana ia tidur pada waktu sedang bertugas, maka gereja terbuka terhadap hal-hal yang jahat, pengaruh memikat dari ajaran sesat / palsu, dan juga terhadap pengaruh yang merusak moral dari dunia terhadap kehidupan anggota-anggota gereja.] - hal 87-88.

Tidak diketahui dengan pasti apa sebabnya gereja Pergamus ini tidak melakukan disiplin gerejani, tetapi ada beberapa kemungkinan:

1. Karena kesukaran dan penderitaan sudah terlalu banyak.

Pendisiplinan gereja dikuatirkan akan menambah problem dan membuat gereja lebih lemah.

2. Prinsip salah yang seringkali dianut gereja: ‘Gereja harus mengasihi dan menyelamatkan, bukan menolak / mengeluarkan’.

3. Karena sungkan atau tidak mau repot.

4) Kebenaran dan kasih.


John Stott: “It is specially striking that if in these letters love is the first mark of a true and living church, truth is the third, because the Scriptures hold love and truth together in perfect balance. Some Christians are so resolved to make love paramount, that they forget the sacredness of revealed truth. ‘Let us drown our doctrinal differences’, they urge, ‘in the ocean of brotherly love!’ Others are equally mistaken in their pursuit of truth at the expense of love. So dogged is their zeal for God’s word that they become harsh and bitter and unloving. Love becomes sentimental if it is not strengthened by truth, and truth becomes hard if it is not softened by love. We need to preserve the balance of the Bible which tells us to hold the truth in love, to love others in the truth, and to grow not only in love but in discernment (Eph. 4:15; 3Jn. 1; Phil. 1:9).” [= Adalah sesuatu yang sangat menyolok bahwa jika dalam surat-surat ini, kasih adalah ciri pertama dari gereja yang benar dan hidup, maka kebenaran adalah yang ketiga, karena Kitab Suci menjaga kesatuan dari kasih dan kebenaran dalam keseimbangan yang sempurna. Sebagian orang Kristen begitu teguh dalam keputusannya untuk membuat kasih sebagai hal yang terpenting, sehingga mereka lupa akan ke-sakral-an dari kebenaran yang diwahyukan. ‘Marilah kita menenggelamkan perbedaan doktrinal kita’, desak mereka, ‘dalam lautan kasih persaudaraan!’. Orang Kristen yang lain sama salahnya karena mereka mengejar kebenaran dengan mengorbankan kasih. Begitu mantap semangat mereka untuk firman Allah sehingga mereka menjadi keras / kasar dan pahit dan tidak kasih. Kasih menjadi sentimentil / emosionil jika itu tidak dikuatkan oleh kebenaran, dan kebenaran menjadi keras jika itu tidak dilembutkan oleh kasih. Kita perlu menjaga / memelihara keseimbangan dari Alkitab yang berkata kepada kita untuk memegang kebenaran dalam kasih, untuk mengasihi orang lain dalam kebenaran, dan untuk bertumbuh bukan hanya dalam kasih tetapi juga dalam ketajaman untuk membedakan (Efesus 4:15; 3Yoh 1; Filipi 1:9).] - hal 53-54.

John Stott lalu melanjutkan, dan sekarang ia menekankan ‘kebenaran’:

“Let those who say that it does not matter what you believe so long as you live well and love all, read, mark, learn and inwardly digest this epistle. Let them consider the attitude and gain the mind of our Lord Jesus Christ. He does not share the lack of doctrinal concern exhibited by such. He called Himself ‘the truth’ and ‘the light of the world’. ... He told Pontius Pilate that He had come into the world to bear witness to the truth (Jn. 14:6; 8:12,31-32; 18:37). He loves the truth, He speaks the truth, He is the truth. Then how can we be indifferent to it?” [= Biarlah mereka, yang mengatakan bahwa tidak jadi soal apa yang kaupercaya selama engkau hidup dengan benar dan mengasihi semua, membaca, memperhatikan, mempelajari dan mencerna / menyelami surat ini dalam hati. Biarlah mereka mempertimbangkan sikap Tuhan kita Yesus Kristus dan mendapatkan pikiranNya. Ia tidak mempunyai ‘sikap tidak memperhatikan doktrin’ seperti yang ditunjukkan oleh orang-orang seperti itu. Ia menyebut diriNya sendiri ‘kebenaran’ dan ‘terang dunia’. ... Ia berkata kepada Pontius Pilatus bahwa Ia telah datang ke dalam dunia untuk memberi kesaksian tentang kebenaran (Yohanes 14:6; 8:12,31-32; 18:37). Ia mengasihi kebenaran, Ia mengucapkan kebenaran, Ia adalah kebenaran. Lalu bagaimana kita bisa acuh tak acuh terhadap kebenaran?] - hal 54.

John Stott: “We must learn to preserve unity in essentials, liberty in non-essentials and charity in all things. Many of our troubles in inter-church relations arise from our lack of proportion. We minimize the central and magnify the circumferential. We often make concessions on clearly revealed truths which should never be surrendered, and yet insist upon secondary matters or even on trivialities which are neither revealed nor required by God.” [= Kita harus belajar untuk menjaga / memelihara kesatuan dalam hal-hal yang pokok / dasar, kebebasan dalam hal-hal yang bukan pokok / dasar, dan kasih dalam segala hal. Banyak dari problem kita dalam hubungan antar gereja timbul dari kurangnya proporsi. Kita meminimumkan hal yang di tengah / penting dan membesarkan hal yang di tepi / kurang penting. Kita sering membuat kelonggaran dalam kebenaran yang dinyatakan secara jelas, dimana kita tidak pernah boleh menyerah / mengalah, tetapi berkeras dalam hal-hal sekunder atau bahkan dalam hal-hal yang remeh yang tidak dinyatakan / diwahyukan maupun dituntut oleh Allah.] - hal 55.

John Stott: “We cannot have Christian fellowship with those who deny the divinity of Christ’s person or the satisfactoriness of His work on the cross for our salvation. These are defence positions we cannot yield. There is no room for negotiation or appeasement here. To deny that Jesus of Nazareth was both human and divine, ‘the Christ come in the flesh’ is antichrist, wrote John, while to preach any other gospel than the gospel of Christ’s saving grace is to deserve Paul’s anathema (1Jn. 2:22; 4:2,3; 2Jn. 7-11; Gal 1:6-9).” [= Kita tidak dapat mempunyai persekutuan Kristen dengan mereka yang menyangkal keilahian pribadi Kristus atau dengan mereka yang menganggap bahwa pekerjaanNya pada kayu salib tidak cukup untuk keselamatan kita. Ini adalah posisi-posisi pertahanan dimana kita tidak boleh menyerah. Tidak ada tempat untuk ‘negosiasi / perundingan’ atau ‘ketundukan terhadap tuntutan untuk menghindari kesukaran’ di sini. Menyangkal bahwa Yesus dari Nazaret adalah manusia dan ilahi, ‘Kristus datang dalam daging’, adalah anti Kristus, tulis Yohanes, sedangkan memberitakan injil yang lain dari pada injil kasih karunia Kristus yang menyelamatkan, adalah layak untuk mendapatkan kutukan Paulus (1Yohanes 2:22; 4:2,3; 2Yoh 7-11; Gal 1:6-9).] - hal 56.

Wahyu 2:15: “Demikian juga ada padamu orang-orang yang berpegang kepada ajaran pengikut Nikolaus.”.

1) Terjemahan KJV yang berbeda.

KJV: ‘So hast thou also them that hold the doctrine of the Nicolaitans, which thing I hate’ [= Demikian juga ada padamu mereka yang memegang ajaran pengikut Nikolaus, yang adalah hal yang Kubenci].

RSV: ‘So you also have some who hold the teaching of the Nicolaitans’ [= Demikian juga ada padamu beberapa orang yang memegang ajaran pengikut Nikolaus].

NIV: ‘Likewise you also have those who hold to the teaching of the Nicolaitans’ [= Demikian juga ada padamu mereka yang berpegang pada ajaran pengikut Nikolaus].

NASB: ‘Thus you also have some who in the same way hold the teaching of the Nicolaitans’ [= Demikian juga ada padamu beberapa orang yang dengan cara yang sama memegang ajaran pengikut Nikolaus].

Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan manuscript, dimana ada yang menuliskan HO MISO [= ‘which I hate’ / ‘yang aku benci’], dan ada yang menuliskan OMOIOS [= ‘in like manner’ / dengan cara yang sama]. Yang terakhirlah yang harus diambil karena didukung oleh semua manuscript yang terbaik (Pulpit Commentary, hal 63).

Catatan: Pulpit mengatakan OMISO, tetapi Barnes (hal 1560) HO MISO. Mounce (hal 98) sama dengan Barnes.

2) Apakah ‘pengikut Nikolaus’ dan ‘penganut ajaran Bileam’ ini merupakan golongan yang sama atau berbeda?

Tentang apakah ‘pengikut Nikolaus’ dan ‘penganut ajaran Bileam’ ini merupakan golongan yang sama atau berbeda telah saya bahas secara panjang lebar pada waktu membahas Wahyu 2:6. Karena itu di sini saya hanya membahasnya sepintas saja.

Ada yang menafsirkan bahwa kata HOUTOS [= So {= demikian}; In this manner / In this way / In the same way {= dengan cara yang sama}] di awal ay 15 ini berarti bahwa ajaran Nikolaitan dan Bileam adalah sama.

Tetapi ada yang justru berpandangan sebaliknya.

Homer Hailey: “Though some eminent scholars hold that Balaam and the Nicolaitans are identical, John’s introduction of the Nicolaitans with ‘also’ and ‘in like manner’ argues for two separate groups. They may have had much in common, but they appear to have been two distinct parties.” [= Sekalipun beberapa sarjana yang terkenal percaya bahwa Bileam dan pengikut Nikolaus itu identik, perkenalan Yohanes tentang pengikut Nikolaus dengan ‘juga’ dan ‘dengan cara yang sama’ menunjukkan bahwa mereka adalah 2 grup yang terpisah. Mereka mungkin mempunyai banyak persamaan, tetapi mereka adalah 2 golongan yang berbeda.] - hal 132.

Saya lebih condong pada pandangan Hailey ini.

3) Setan berganti siasat; sekarang ia bertujuan menghapus perbedaan gereja dengan dunia.

Herman Hoeksema: “It is not impossible that these Nicolaitans were antinomians, people who deliberately taught that it mattered not how the Christian lived here upon earth since Christ fulfilled the law and the old Adam was doomed to destruction anyway. They were not very scrupulous as to their lives. ... In a word, they were a class of people that threatened by their doctrine and life to obliterate the distinction between the church and the world in Pergamos, ... The purpose and subtilty of the devil in this scheme is transparent. In the recent past he had made an attempt to wipe out the church and make it unfaithful to its Lord by subjecting it to bloody persecution. But in this he had failed. For the time being he now abandoned this course of action, in order to try the method of corrupting the church and thus wiping out the distinction between the church and the world.” [= Bukannya mustahil bahwa pengikut Nikolaus ini adalah orang yang anti hukum, orang yang dengan sengaja mengajar bahwa tidak jadi soal bagaimana orang Kristen hidup di dunia ini karena Kristus telah menggenapi hukum dan bagaimanapun juga Adam yang lama pasti akan dihancurkan. Mereka tidaklah terlalu teliti / cermat berkenaan dengan hidup mereka. ... Singkatnya, mereka adalah segolongan orang yang dengan ajaran dan hidup mereka mengancam untuk menghapuskan perbedaan antara gereja dan dunia di Pergamus, ... Tujuan dan kelicinan dari setan dalam rencana jahatnya ini adalah jelas. Pada masa yang baru lalu ia telah berusaha untuk menghancurkan gereja dan membuatnya tidak setia kepada Tuhannya dengan menjadikan mereka sasaran dari penganiayaan berdarah. Tetapi dalam hal ini ia gagal. Sekarang ia meninggalkan jalan itu, dan mencoba metode yang merusak kehidupan gereja dan dengan demikian menghapus perbedaan antara gereja dan dunia.] - hal 89-90.

Penerapan: kalau saudara digoda dengan godaan seperti ini, ingatlah akan Roma 12:2a yang berbunyi: “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini”.


4) Tentang ‘penganut ajaran Bileam’ dan ‘pengikut Nikolaus’, James B. Ramsey, yang menganggap mereka sebagai golongan yang satu dan yang sama, berkata sebagai berikut:

“Sin changes its forms, but not its principles. There are no temples of Diana, and Venus, or of Boodh and Vishnu among us, enticing back to their licentious indulgences those who were once devoted worshippers there. But the temples of Mammon, of Pleasure, of Ambition, rear their alluring fronts and open their wide portals along every walk of life.” [= Dosa berubah dalam bentuknya, tetapi tidak dalam prinsipnya. Sekarang tidak ada kuil Diana, dan Venus, atau dari Buddha dan Wisnu di antara kita, memikat kita untuk kembali kepada pemuasan nafsu yang tak bermoral dari mereka yang dulu merupakan penyembah-penyembah yang berbakti di sana. Tetapi kuil dari Mammon, dari Kesenangan, dari Ambisi, membangun penampilan yang menarik dan membuka lebar-lebar pintu-pintu gerbang mereka di sepanjang jalan kehidupan.] - hal 143.
-bersambung-
Next Post Previous Post