SURAT KEPADA JEMAAT TIATIRA (1): WAHYU 2:18-29
PDT. BUDI ASALI, M. DIV.
Wahyu 2:18-29 - “(Wahyu 2:18) ‘Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Tiatira: Inilah firman Anak Allah, yang mataNya bagaikan nyala api dan kakiNya bagaikan tembaga: (19) Aku tahu segala pekerjaanmu: baik kasihmu maupun imanmu, baik pelayananmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa pekerjaanmu yang terakhir lebih banyak dari pada yang pertama. (20) Tetapi Aku mencela engkau, karena engkau membiarkan wanita Izebel, yang menyebut dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan hamba-hambaKu supaya berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala. (21) Dan Aku telah memberikan dia waktu untuk bertobat, tetapi ia tidak mau bertobat dari zinahnya. (22) Lihatlah, Aku akan melemparkan dia ke atas ranjang orang sakit dan mereka yang berbuat zinah dengan dia akan Kulemparkan ke dalam kesukaran besar, jika mereka tidak bertobat dari perbuatan-perbuatan perempuan itu. (23) Dan anak-anaknya akan Kumatikan dan semua jemaat akan mengetahui, bahwa Akulah yang menguji batin dan hati orang, dan bahwa Aku akan membalaskan kepada kamu setiap orang menurut perbuatannya. (24) Tetapi kepada kamu, yaitu orang-orang lain di Tiatira, yang tidak mengikuti ajaran itu dan yang tidak menyelidiki apa yang mereka sebut seluk-beluk Iblis, kepada kamu Aku berkata: Aku tidak mau menanggungkan beban lain kepadamu. (25) Tetapi apa yang ada padamu, peganglah itu sampai Aku datang. (26) Dan barangsiapa menang dan melakukan pekerjaanKu sampai kesudahannya, kepadanya akan Kukaruniakan kuasa atas bangsa-bangsa; (27) dan ia akan memerintah mereka dengan tongkat besi; mereka akan diremukkan seperti tembikar tukang periuk - sama seperti yang Kuterima dari BapaKu - (28) dan kepadanya akan Kukaruniakan bintang timur. (29) Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat.’”.
gadget, otomotif, asuransi |
Wahyu 2: 18: “Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Tiatira: Inilah firman Anak Allah, yang mataNya bagaikan nyala api dan kakiNya bagaikan tembaga:”.
1) Kota Tiatira.
a) Letak dan ukuran kota Tiatira.
Herman Hoeksema: “Thyatira was a city in Asia Minor southeast from Pergamos, on the road to Sardis.” [= Tiatira adalah sebuah kota di Asia Kecil di sebelah tenggara dari Pergamus, pada jalan menuju Sardis.] - hal 95-96.
Herman Hoeksema: “It was not a large city, like Pergamos;” [= Itu bukanlah sebuah kota yang besar, seperti Pergamus;] - hal 96.
b) Kota Tiatira terkenal karena pewarnaan kain.
Herman Hoeksema: “It was known for the art of dyeing.” [= Kota itu dikenal karena seni pewarnaan (kain).] - hal 96.
Bandingkan ini dengan Lidia, petobat pertama di kota Filipi (Kis 16:14-15), yang adalah ‘seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira’. Kain ungu yang ia jual adalah produksi utama kota Tiatira.
c) Kota Tiatira mempunyai banyak serikat kerja yang berhubungan dengan penyembahan berhala.
Kota Tiatira adalah kota perdagangan, dan di kota ini ada banyak serikat kerja. Ada serikat kerja untuk pekerja wol, ada serikat kerja untuk pekerja kain, ada serikat kerja untuk pekerja kulit, dan sebagainya Dan setiap serikat kerja ini mempunyai dewa pelindung / penjaganya sendiri-sendiri, dan karena itu setiap serikat kerja berhubungan dengan penyembahan terhadap dewa pelindung / penjaga tersebut. Ini menjadi problem bagi orang kristen di Tiatira.
William Hendriksen: “The situation, therefore, was somewhat as follows: if you wish to get ahead in this world, you must belong to a guild; if you belong to a guild, your very membership implies that you worship its god. You will be expected to attend the guild-festivals and to eat food part of which is offered to the tutelary deity and which you receive on your table as a gift from the god. And then, when the feast ends, and the real - grossly immoral - fun begins, you must not walk out unless you desire to become the object of ridicule and persecution!” [= Karena itu, situasinya kira-kira adalah sebagai berikut: jika engkau ingin maju di dunia ini, engkau harus termasuk dalam suatu serikat kerja; jika engkau termasuk dalam suatu serikat kerja, maka keanggotaanmu itu sendiri secara tidak langsung menunjukkan bahwa engkau menyembah dewa dari serikat kerja itu. Engkau akan diharapkan untuk menghadiri pesta / perayaan dari serikat kerja itu dan makan makanan yang merupakan bagian dari apa yang dipersembahkan kepada dewa pelindung, dan yang engkau terima di mejamu sebagai suatu pemberian dari dewa itu. Dan lalu, pada saat pesta / perayaan berakhir, dan kesenangan yang sebenarnya, yang sangat tidak bermoral, dimulai, janganlah engkau meninggalkan tempat itu kecuali engkau ingin menjadi obyek dari ejekan dan penganiayaan!] - hal 71.
Steve Gregg: “the Christians in Thyatira may have been hard pressed to support themselves and their families without resorting themselves to some measure of compromise with idolatry.” [= orang-orang Kristen di Tiatira mungkin telah sangat tertekan untuk menghidupi diri mereka sendiri dengan keluarga mereka tanpa mengambil jalan kompromi sampai pada tingkat tertentu dengan penyembahan berhala.] - hal 71.
Bdk. 1Korintus 10:21-22 - “(21) Kamu tidak dapat minum dari cawan Tuhan dan juga dari cawan roh-roh jahat. Kamu tidak dapat mendapat bagian dalam perjamuan Tuhan dan juga dalam perjamuan roh-roh jahat. (22) Atau maukah kita membangkitkan cemburu Tuhan? Apakah kita lebih kuat dari pada Dia?”.
Penerapan: situasi di Tiatira mirip dengan situasi di Indonesia, dimana orang kristen sering diundang untuk ikut slametan, dan kalau tidak pernah mau datang, mungkin sekali akan dianggap sombong, dan lalu dikucilkan.
2) Surat kepada gereja / jemaat Tiatira.
a) Ini adalah surat yang terpanjang dari 7 surat dalam Wah 2-3.
Steve Gregg, William Barclay, Leon Morris, dan banyak penafsir lain mengatakan bahwa dari ke 7 kota yang mendapatkan surat dalam Wah 2-3, kota Tiatira adalah kota yang paling tidak penting, tetapi kota ini mendapatkan surat yang paling panjang.
Leon Morris (Tyndale): “The longest of the seven letters is written to the church in the smallest and least important town! The values of God are not the values of men.” [= Surat yang terpanjang dari tujuh surat ditulis kepada gereja di kota yang paling kecil dan paling tidak penting! Nilai / penilaian dari Allah bukanlah nilai / penilaian dari manusia.] - hal 69.
Penerapan: dalam melakukan pelayanan, jangan menganggap gereja besar lebih penting dari gereja kecil, orang kaya / orang yang mempunyai kedudukan tinggi lebih penting dari orang miskin / orang yang berkedudukan rendah, orang dewasa / jemaat dewasa lebih penting dari anak kecil / sekolah minggu / jemaat kebaktian remaja, dsb.
b) Robert Mounce (NICNT) mengutip kata-kata Hemer yang mengatakan bahwa surat ini bukan hanya paling panjang tetapi juga paling sukar.
Robert H. Mounce (NICNT): “The difficulty in interpreting the letter grows out of its numerous references to the details of daily life which have become obscured with the passing of time and the lack of archaeological evidence which would reveal its past.” [= Kesukaran dalam menafsirkan surat ini timbul dari banyaknya hubungan dengan hal-hal terperinci dari kehidupan sehari-hari pada saat itu, yang telah menjadi kabur dengan berlalunya waktu dan kurang / tidak adanya bukti arkheologi yang menyingkapkan masa lalu tempat itu.] - hal 101.
Saya sendiri agak meragukan bahwa ini adalah surat yang paling sukar dari ke tujuh surat dalam Wah 2-3.
3) Ada 3 hal yang dinyatakan oleh Yesus tentang diriNya dalam ay 18 ini, yaitu:
a) Ia adalah ‘Anak Allah’.
Ini adalah satu-satunya kali dimana gelar ‘Anak Allah’ muncul dalam ke 7 surat, bahkan dalam seluruh kitab Wahyu.
Barnes’ Notes (hal 1562) mengatakan bahwa kerasnya teguran dalam surat ini menyebabkan otoritas dari si Pembicara dibuat lebih mengesankan dengan memberi gelar ‘Anak Allah’.
Robert Mounce (NICNT) mengatakan bahwa karena ay 27 mengutip Maz 2:9, maka mungkin sekali istilah ‘Anak Allah’ di sini diambil dari Mazmur 2:7.
Wahyu 2: 27: “dan ia akan memerintah mereka dengan tongkat besi; mereka akan diremukkan seperti tembikar tukang periuk - sama seperti yang Kuterima dari BapaKu -”.
Mazmur 2:7,9 - “(7) Aku mau menceritakan tentang ketetapan TUHAN; Ia berkata kepadaku: ‘AnakKu engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini. ... (9) Engkau akan meremukkan mereka dengan gada besi, memecahkan mereka seperti tembikar tukang periuk.’”.
b) ‘mataNya bagaikan nyala api’.
Ini menunjukkan kemahatahuan. Ia tahu akan dosa-dosa mereka.
c) ‘kakiNya bagaikan tembaga’.
Ini menunjukkan penghakiman / penghukuman. Ia akan menginjak-injak mereka yang tidak mau bertobat. Gregg mengatakan bahwa kaki ini akan menginjak-injak orang jahat dalam kilangan anggur dari murka Allah (bdk. 14:19-20 19:15 Yesaya 63:3-4).
Wahyu 14:19-20 - “(19) Lalu malaikat itu mengayunkan sabitnya ke atas bumi, dan memotong buah pohon anggur di bumi dan melemparkannya ke dalam kilangan besar, yaitu murka Allah. (20) Dan buah-buah anggur itu dikilang di luar kota dan dari kilangan itu mengalir darah, tingginya sampai ke kekang kuda dan jauhnya dua ratus mil.”.
Wahyu 19:15 - “Dan dari mulutNya keluarlah sebilah pedang tajam yang akan memukul segala bangsa. Dan Ia akan menggembalakan mereka dengan gada besi dan Ia akan memeras anggur dalam kilangan anggur, yaitu kegeraman murka Allah, Yang Mahakuasa.”.
Yes 63:3-4 - “(3) ‘Aku seorang dirilah yang melakukan pengirikan, dan dari antara umatKu tidak ada yang menemani Aku! Aku telah mengirik bangsa-bangsa dalam murkaKu, dan Aku telah menginjak-injak mereka dalam kehangatan amarahKu; semburan darah mereka memercik kepada bajuKu, dan seluruh pakaianKu telah cemar. (4) Sebab hari pembalasan telah Kurencanakan dan tahun penuntutan bela telah datang.”.
Yes 63:3 (KJV): ‘I have trodden the winepress alone; and of the people there was none with me: for I will tread them in mine anger, and trample them in my fury; and their blood shall be sprinkled upon my garments, and I will stain all my raiment.’ [= Aku telah menginjak-injak kilangan anggur sendirian; dan dari bangsa itu tidak ada yang bersama Aku: karena Aku akan menginjak-injak dalam kemarahanKu, dan menginjak-injak mereka dalam murkaKu; dan darah mereka akan dipercikkan pada jubahKu, dan Aku akan menandai / mewarnai seluruh pakaianKu.].
Wahyu 2: 19: “Aku tahu segala pekerjaanmu: baik kasihmu maupun imanmu, baik pelayananmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa pekerjaanmu yang terakhir lebih banyak dari pada yang pertama.”.
Ayat ini menunjukkan suatu pujian terhadap hal-hal yang baik dalam gereja Tiatira.
1) Hal-hal yang baik ialah: kasih, iman, pelayanan dan ketekunan mereka.
a) Hoeksema (hal 99) berkata bahwa ‘kasih’ disebutkan sebagai yang pertama, tetapi itu tidak berarti bahwa kasih merupakan sumber dari hal-hal yang disebutkan berikutnya. ‘Kasih’ disebutkan sebagai yang pertama karena itu merupakan yang paling menonjol dalam gereja Tiatira ini.
b) Kata ‘ketekunan’ diterjemahkan dari kata Yunani HUPOMONE.
Kata bahasa Yunani HUPOMONE berarti ‘kemampuan bertahan dalam kesukaran, bukan dengan sikap sekedar bertahan (diam / pasif), tetapi dengan sikap sedemikian rupa sehingga mampu untuk menjadikan situasi / hal yang tidak menyenangkan itu menjadi sesuatu yang memuliakan Tuhan’.
2) ‘Aku tahu, bahwa pekerjaanmu yang terakhir lebih banyak dari pada yang pertama’.
Ini sesuatu yang baik dari gereja Tiatira, yaitu mereka maju dalam pekerjaan / pelayanan. Jadi, kontras dengan jemaat Efesus yang mundur karena kehilangan kasih yang semula, maka jemaat Tiatira justru maju.
Adam Clarke: “They not only retained what they had received at first, but grew in grace, and in the knowledge and love of Jesus Christ. This is a rare thing in most Christian Churches: they generally lose the power of religion, and rest in the forms of worship; and it requires a powerful revival to bring them to such a state that their last works shall be more than their first.” [= Mereka tidak hanya mempertahankan apa yang telah mereka terima pada mulanya, tetapi bertumbuh dalam kasih karunia, dan dalam pengenalan dan kasih Yesus Kristus. Ini merupakan hal yang langka dalam kebanyakan Gereja-gereja Kristen: mereka biasanya kehilangan kekuatan agama, dan bersandar pada / berhenti dalam bentuk-bentuk ibadah / ibadah yang bersifat lahiriah; dan membutuhkan kebangunan rohani yang kuat untuk membawa mereka pada suatu keadaan dimana pekerjaan terakhir mereka lebih banyak dari pekerjaan mereka pada mulanya.] - hal 981.
Berusahalah supaya saudara tidak seperti gereja pada umumnya, seperti kata-kata Adam Clarke di atas ini!
John Stott: “Ephesus was backsliding; Thyatira was moving forward. The church of Ephesus had abandoned the love it had at first; the church of Thyatira was exceeding the works it did at first. Which of these two churches do we resemble more? Alas! that of many Christians the solemn words could be used: ‘the last state has become worse for them than the first’ (2Pet. 2:20; cf. Pendeta. 12:45).” [= Efesus sedang merosot ke belakang; Tiatira sedang bergerak ke depan. Gereja Efesus telah meninggalkan kasih yang mereka miliki pada mulanya; gereja Tiatira sedang melampaui pekerjaan-pekerjaan yang mereka lakukan pada mulanya. Kita lebih mirip yang mana dari dua gereja ini? Aduh / celaka! bahwa terhadap banyak orang Kristen bisa digunakan kata-kata yang khidmat: ‘maka akhirnya keadaan mereka lebih buruk dari pada yang semula’ (2Pet 2:20; bdk. Mat 12:45).] - hal 70.
2Petrus 2:20 - “Sebab jika mereka, oleh pengenalan mereka akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus, telah melepaskan diri dari kecemaran-kecemaran dunia, tetapi terlibat lagi di dalamnya, maka akhirnya keadaan mereka lebih buruk dari pada yang semula.”.
Matius 12:45 - “Lalu ia keluar dan mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat dari padanya dan mereka masuk dan berdiam di situ. Maka akhirnya keadaan orang itu lebih buruk dari pada keadaannya semula. Demikian juga akan berlaku atas angkatan yang jahat ini.’”.
Wahyu 2: 20: “Tetapi Aku mencela engkau, karena engkau membiarkan wanita Izebel, yang menyebut dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan hamba-hambaKu supaya berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala.”.
1) ‘Aku mencela engkau’.
Kalau Wahyu 2: 19 tadi menunjukkan hal-hal yang baik dalam gereja Tiatira yang menyebabkan mereka layak dipuji, maka ay 20 ini menunjukkan hal yang jelek dalam gereja Tiatira, yang menyebabkan mereka dikecam, yaitu suatu toleransi / kompromi terhadap penyesatan dan dosa dalam gereja.
2) ‘wanita Izebel’.
Ada bermacam-macam pandangan tentang siapa yang dimaksud dengan ‘wanita Izebel’ ini:
a) Ia adalah istri dari bishop / pendeta dari gereja Tiatira.
Robert Mounce (NICNT - hal 103) mengatakan bahwa kata Yunani GUNAI bisa diterjemahkan ‘perempuan’ maupun ‘istri’, dan dalam manuscript tertentu ada kata ‘mu’ sehingga terjemahannya bisa menjadi ‘istrimu Izebel’. Ini menyebabkan ada yang menganggap bahwa yang dimaksud dengan Izebel adalah istri dari bishop / pendeta kota Tiatira, karena surat ini ditujukan kepada bishop / pendeta gereja itu. Tetapi manuscript itu sangat diragukan kebenarannya, dan karena itu penafsiran ini juga harus diabaikan.
b) Ia adalah Lidia yang diceritakan pertobatannya dalam Kisah Para Rasul 16:14-15.
Robert Mounce juga mengatakan bahwa ada orang yang menganggap bahwa wanita Izebel ini adalah Lidia dalam Kis 16:14-15.
Kis 16:14-15 - “(14) Seorang dari perempuan-perempuan itu yang bernama Lidia turut mendengarkan. Ia seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira, yang beribadah kepada Allah. Tuhan membuka hatinya, sehingga ia memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus. (15) Sesudah ia dibaptis bersama-sama dengan seisi rumahnya, ia mengajak kami, katanya: ‘Jika kamu berpendapat, bahwa aku sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan, marilah menumpang di rumahku.’ Ia mendesak sampai kami menerimanya.”.
Ia menolak pandangan ini karena tidak mempunyai dasar / alasan apapun.
c) William Barclay: “it is quite clear that Jezebel was a member of the Church and her influence was being exerted from within.” [= adalah cukup jelas bahwa Izebel adalah anggota Gereja dan pengaruhnya digunakan / dinyatakan dari dalam (gereja).] - hal 105.
d) Baik Stott maupun Hoeksema menganggap bahwa ‘wanita Izebel’ ini betul-betul seorang wanita, tetapi namanya hanyalah nama simbolis.
e) Steve Gregg: “There arose in the church a self-professed prophetess, symbolically called Jezebel (v. 20) due to similarity of her influence upon the church to that of the original Jezebel upon Israel. This woman apparently taught that idolatrous practices were permissible, encouraged fornication, and indulged in the same herself with members of the church.” [= Dalam gereja itu muncul orang yang mengaku dirinya sendiri sebagai nabiah, yang secara simbolis disebut Izebel (ay 20) disebabkan oleh kemiripan dari pengaruhnya terhadap gereja dengan Izebel yang asli terhadap Israel. Perempuan ini kelihatannya mengajarkan bahwa praktek-praktek penyembahan berhala diijinkan, mendorong / menguatkan orang untuk melakukan percabulan, dan memuaskan dirinya sendiri dengan cara yang sama dengan anggota-anggota gereja.] - hal 71.
f) William Hendriksen: “Her name is a synonym for seduction to idolatry and immorality (1Ki. 16:31; 18:4,13,19: 19:1,2).” [= Namanya merupakan sinonim untuk bujukan kepada penyembahan berhala dan ketidak-bermoralan (1Raja 16:31; 18:4,13,19: 19:1,2).] - hal 72.
Catatan: Dalam jaman Izebel dalam Perjanjian Lama, ada banyak penyembahan berhala (1Raja 16:31-33 1Raja 22:53-54), dan juga persundalan dan sihir (2Raja 9:22). Tetapi ada yang mengatakan bahwa ‘sundal’ dalam 2Raja 9:22 ini menunjuk pada ‘perzinahan rohani’ yaitu penyembahan berhala.
3) ‘menyebut dirinya nabiah’.
Orang menjadi nabi, rasul, pendeta tidak boleh karena kehendaknya sendiri, tetapi harus ada panggilan Tuhan (1Korintus 1:1 2Korintus 1:1 Gal 1:1,15-17 Efesus 1:1 Kolose 1:1). Tetapi ‘wanita Izebel’ ini menjadikan / menyebut dirinya sendiri nabiah.
4) ‘mengajar dan menyesatkan hamba-hambaKu supaya berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala’.
a) Arti dari ‘berbuat zinah’ dan ‘makan persembahan-persembahan berhala’.
Robert Mounce (NICNT): “Since the eating of ‘things sacrificed to idols’ is undoubtedly intended in a literal sense, it is best to take ‘commit fornication’ in the same way. Pagan feasts often led to sexual promiscuity.” [= Karena tindakan makan ‘persembahan berhala’ jelas dimaksudkan dalam arti hurufiah, maka hal yang terbaik adalah menerima ‘berbuat zinah’ dengan cara yang sama. Pesta / perayaan kafir sering membawa pada hubungan sex dengan seadanya orang.] - hal 104.
b) Ajaran wanita Izebel.
William Barclay: “Jezebel of Thyatira was an evil influence on the life and worship of the Christian Church. It must be clearly understood that she had no wish to destroy the Church; but she wished to bring into it new ways which were, in fact, destructive of the faith.” [= Izebel dari Tiatira merupakan pengaruh jahat terhadap kehidupan dan ibadah dari Gereja Kristen. Harus dimengerti secara jelas bahwa ia tidak mempunyai keinginan untuk menghancurkan Gereja; tetapi ia ingin membawa ke dalamnya cara-cara yang baru, yang dalam faktanya merupakan hal yang bersifat menghancurkan iman.] - hal 106.
Kata-kata Barclay ini perlu dicamkan. Seorang penyesat bisa saja mempunyai maksud yang baik, tetapi apa yang ia ajarkan tetap sesat.
Mungkin ini bisa disejajarkan dengan orang-orang / pendeta-pendeta tertentu dalam ‘gereja kristen’, yang menggunakan solat 7 waktu, menggunakan kiblat pada waktu doa, memakai jilbab, imam, dan sebagainya
William Hendriksen: “In this difficult situation the prophetess Jezebel pretended to know the real solution of the problem, the way out of the difficulty. She, apparently, argued thus: in order to conquer Satan, you must know him. You will never be able to conquer sin unless you have become thoroughly acquainted with it by experience. In brief, a Christian should learn to know ‘the deep things of Satan’. By all means attend the guild-feasts and commit fornication ... and still remain a Christian; nay rather, become a better Christian!” [= Dalam situasi yang sukar ini nabiah Izebel menganggap dirinya tahu pemecahan yang sebenarnya dari problem itu, jalan keluar dari kesukaran. Kelihatannya ia berargumentasi demikian: untuk mengalahkan Setan, engkau harus mengenal dia. Engkau tidak bisa mengalahkan dosa kecuali engkau telah mengenalnya sepenuhnya dengan mengalaminya. Singkatnya, seorang Kristen harus belajar untuk mengenal ‘hal-hal yang dalam dari Setan / seluk beluk Iblis’. Hadirilah selalu pesta / perayaan dari serikat kerja dan lakukanlah percabulan ... dan tetaplah sebagai orang Kristen, bahkan jadilah orang Kristen yang lebih baik!] - hal 71-72.
c) Persamaan kesalahan gereja Tiatira dengan gereja Pergamus.
James B. Ramsey: “They are the same as those charged upon the church of Pergamos, - fornication, and the eating of things sacrificed unto idols. ... There the seducers were Balaamites; here it was a Jezebel. There the cause was covetousness and the friendship of the world; here it was heretical teaching, ... But the results upon the life are the same, though reached by a somewhat different process. ... Whether apostacy begins in a secret covetousness or in doctrinal error, it ends in the same horrid depths of moral pollution.” [= Itu adalah hal-hal yang sama seperti yang dituduhkan kepada gereja Pergamus, - percabulan, dan makan hal-hal yang dipersembahkan kepada berhala. ... Di sana (gereja Pergamus) para pembujuk itu adalah penganut ajaran Bileam; di sini (gereja Tiatira) itu adalah seorang Izebel. Di sana penyebabnya adalah ketamakan dan persahabatan dengan dunia; di sini itu adalah ajaran sesat, ... Tetapi akibatnya terhadap kehidupan adalah sama, sekalipun dicapai melalui proses yang agak berbeda. ... Apakah penyesatan / kemurtadan dimulai dengan ketamakan yang tersembunyi atau dengan kesalahan doktrinal / pengajaran, itu berakhir pada kedalaman yang mengerikan dari polusi moral yang sama.] - hal 154.
d) Gereja Tiatira merupakan simbol dari Gereja Roma Katolik?
William R. Newell, yang menganggap bahwa gereja Tiatira merupakan simbol dari gereja Roma Katolik, menggunakan ayat ini untuk menyerang penyembahan berhala / patung-patung dalam gereja Roma Katolik.
William R. Newell: “The same arguments now used by the Romanists to defend image worship were rejected by Christians of the first three centuries when used in defense of image worship. The heathen said, We do not worship the images themselves, but those whom they represent. To this Lactantius (third century A. D.) answers, ‘You worship them; for, if you believe them to be in heaven, why do you not raise your eyes up to heaven? Why do you look at the images, and not up where you believe them to be?’” [= Argumentasi yang sama yang sekarang digunakan oleh orang Roma Katolik untuk mempertahankan penyembahan patung, ditolak oleh orang-orang Kristen dari tiga abad yang pertama pada waktu digunakan untuk mempertahankan penyembahan patung. Orang kafir berkata: Kami tidak menyembah patung itu sendiri, tetapi mereka yang diwakili oleh patung-patung itu sendiri. Terhadap hal ini Lactantius (abad ke tiga Masehi) menjawab: ‘Kamu menyembah mereka; karena, jika kamu percaya bahwa mereka ada di surga, mengapa kamu tidak menaikkan pandangan matamu ke surga? Mengapa kamu memandang pada patung-patung, dan tidak ke atas dimana kamu percaya mereka berada?’] - hal 56.
William R. Newell: “Thomas Aquinas, a Roman Catholic (13th century), declared, ‘A picture, considered in itself, is worthy of no veneration, but if we consider it as an image of Christ, it may be allowable to make an internal distinction between the image and its subject, and adoration and service are as well due to it as to Christ.’ Bonaventura the Franciscan, said, ‘Since all veneration shown to the image of Christ is shown to Christ himself, then the image of Christ is also entitled to be prayed to.’ Bellarmine, Rome’s principal authority in dogmatic theology (1542-1621), writes, ‘The images of Christ and the saints are to be adored, not only in a figurative manner, but quite positively, so that the prayers are directly addressed to them, and not merely as representative of the original.’” [= Thomas Aquinas, seorang Roma Katolik (abad ke 13), menyatakan: ‘Sebuah gambar, dipertimbangkan dalam dirinya sendiri, tidak layak untuk pemujaan, tetapi jika kita mempertimbangkannya sebagai gambar dari Kristus, bisa diijinkan untuk membuat perbedaan internal / di dalam antara gambar / patung dan subyeknya, dan pemujaan / penyembahan dan pelayanan / tindakan berbakti harus dilakukan terhadapnya sama seperti terhadap Kristus’. Bonaventura dari golongan Franciscan berkata: ‘Karena semua pemujaan yang ditunjukkan kepada gambar / patung dari Kristus ditunjukkan kepada Kristus sendiri, maka gambar / patung Kristus juga berhak untuk menerima doa’. Bellarmine, otoritas utama Roma Katolik dalam theologia dogmatik (1542-1621), menulis: ‘Gambar / patung Kristus dan orang-orang suci harus disembah / dipuja, bukan hanya dalam cara simbolis / perlambang, tetapi secara cukup positif, sehingga doa-doa ditujukan langsung kepada mereka, dan bukan hanya sebagai wakil dari aslinya’.] - hal 56.
Ini jelas merupakan ajaran sesat! Tetapi sekalipun saya sangat menentang ajaran Gereja Roma Katolik, saya tidak setuju dengan penafsiran yang mengatakan bahwa gereja Tiatira menyimbolkan gereja Roma Katolik.
5) ‘Aku mencela engkau, karena engkau membiarkan’.
a) Membiarkan penyesatan / dosa adalah hal yang salah.
Homer Hailey: “Not only must one have no fellowship with the unfruitful works of darkness, but he must reprove them (Eph. 5:11).” [= Seseorang bukan hanya tidak boleh mempunyai persekutuan dengan pekerjaan / perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi bahkan harus memarahi mereka (Efesus 5:11).] - hal 138.
Pulpit Commentary: “It is not said that Jezebel receives sympathy or encouragement, but merely that she is let alone: her wickedness is left unchecked, and that is sinful.” [= Tidak dikatakan bahwa Izebel menerima simpati atau dorongan / penguatan hati, tetapi semata-mata bahwa ia dibiarkan: kejahatannya dibiarkan tanpa dicegah, dan itu merupakan dosa.] - hal 65.
Jemaat Tiatira membiarkan wanita Izebel itu mengajarkan ajaran sesatnya, dan sekaligus mempraktekkan perzinahannya dengan beberapa jemaat, dan hal ini dikecam oleh Kristus. Ini menunjukkan bahwa kalau kita membiarkan nabi palsu, kita bersalah. Kita harus menentangnya supaya ia tidak leluasa dalam mengajarkan ajaran sesatnya. Karena itu saya ‘gegeran’ dengan Bambang Noorsena dan banyak orang / kelompok sesat! Kalau kita sudah mengusahakan pelurusan theologia tetapi tidak berhasil, maka baru kita boleh membiarkan (Titus 3:10).
Titus 3:10 - “Seorang bidat yang sudah satu dua kali kaunasihati, hendaklah engkau jauhi.”.
Tetapi tentu saja kalau orang yang melakukan penyesatan itu ada di bawah otoritas kita, kita harus melakukan tindakan lebih keras, seperti pengucilan, pemecatan, dan sebagainya.
b) Dari sini terlihat bahwa toleransi, sekalipun memang harus dilakukan dalam banyak hal, tetapi tidak selalu merupakan hal yang baik!
Kita memang tidak bisa hidup tanpa toleransi sama sekali. Tetapi toleransi (atau mungkin lebih tepat disebut kompromi) terhadap dosa yang hebat atau penyesatan dalam gereja, jelas merupakan hal yang salah. Tetapi jaman sekarang ini, dalam gereja ada banyak toleransi yang salah, sama seperti dalam gereja Tiatira pada abad pertama!
Theodore H. Epp: “Kita dapat melihat adanya sikap yang serupa dalam banyak gereja pada masa kini. Kita seolah-olah dibuat ‘toleran’ terhadap orang-orang yang tidak sepandangan dengan kita. Dan ‘mengasihi’ orang-orang semacam itu hanya berarti toleransi terhadap dosa.” - ‘Kristus Berkata-kata kepada GerejaNya’, hal 70-71.
Toleransi yang salah yang dimaksudkan oleh Theodore H. Epp ini biasanya banyak dijumpai dalam kalangan Liberal, yang sering berlagak sebagai orang yang bijaksana, toleran, penuh kasih, dsb, tetapi sebetulnya tidak menghargai otoritas dari Kitab Suci.
Contoh:
1. Komentar William Barclay tentang kelahiran Yesus dari seorang perawan (Virgin Birth): “... the Virgin Birth. The Church does not insist that we believe in this doctrin.” [= ... kelahiran dari perawan. Gereja tidak mendesak / memaksa supaya kita percaya pada doktrin ini.] - ‘The Gospel of Luke’, hal 12.
Komentar saya: hanya gereja sesat yang tidak mendesak kepercayaan terhadap kelahiran Kristus dari perawan, karena kalau Kristus tidak lahir dari perawan, maka Ia sepenuhnya adalah manusia biasa saja, dan sama sekali bukan Allah, dan dengan demikian Ia tidak mungkin bisa menjadi Juruselamat manusia. Mengapa? Karena keilahianNyalah yang menyebabkan penebusan yang Ia lakukan bisa mempunyai nilai yang tidak terbatas. Juga Ia pasti lahir di dalam dosa, sehingga tak bisa menebus dosa-dosa orang lain.
2. Dari majalah ‘Penuntun’ terbitan GKI Jabar (Vol. 2. No. 6, Januari - Maret 1996):
a. Pengantar: “Banyak orang sering semberono menilai dengan negatif agama-agama lain yang mereka sendiri tidak hayati. Hal paling minimal yang diperlukan dalam rangka mengenal orang-orang yang beragama lain, yaitu membaca dan memahami Kitab Suci agama-agama lain, belum mereka lakukan. Apalagi menghayati hidup seperti yang dihayati penganut agama lain itu sendiri. Sikap seperti ini, tidak terkecuali, banyak ditemukan di dalam diri orang-orang Kristen. Yang berpendidikan tinggi maupun yang tidak. Orang juga sering memakai petobat-petobat baru untuk membuktikan betapa agama-agama semula yang sudah ditinggalkan petobat-petobat baru itu adalah agama-agama yang kurang sempurna, yang di dalamnya tidak terdapat kebenaran, atau, dalam ungkapan yang sangat menusuk perasaan, berisi ajaran-ajaran sesat dari kuasa-kuasa kegelapan. Tindakan jahat yang tidak penuh kasih semacam ini juga banyak ditemukan di antara orang-orang Kristen. ... Pemahaman dan pendekatan yang simpatetik terhadap pelbagai pandangan keselamatan, khususnya yang terdapat di dalam agama-agama lain, diharapkan akan sedikit banyak mempengaruhi dengan positif sikap dan pandangan orang Kristen terhadap agama-agama lain dan para penganutnya” (hal v).
Komentar saya: kalau kata-kata di atas ini benar, maka Paulus sendiri bisa dikatakan sebagai jahat / tidak kasih, karena pada waktu ia sendiri telah bertobat dari agama lamanya yaitu agama Yahudi / Yudaisme, ia lalu berkata tentang agama lamanya itu sebagai berikut:
(1) ‘tidak benar’, ‘tanpa pengertian yang benar’, ‘mendirikan kebenaran mereka sendiri’, dan ‘tidak takluk kepada kebenaran Allah’ (Roma 9:30-10:3).
Roma 10:1-3 - “(10:1) Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya mereka diselamatkan. (10:2) Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar. (10:3) Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah.”.
BACA JUGA: SURAT KEPADA JEMAAT TIATIRA (2)
(2) ‘rugi’ dan bahkan ‘sampah’ (Fil 3:7-8). Kata ‘sampah’ oleh KJV bahkan diterjemahkan ‘dung’ [= kotoran hewan].
Filipi 3:7-8 - “(7) Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. (8) Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus,”.
Dan bahkan orang-orang Yahudi yang masih aktif dalam Yudaisme, ia sebut dengan istilah ‘anjing’, ‘penyunat palsu’, dan ‘pekerja jahat’ (Filipi 3:2).
Filipi 3:2 - “Hati-hatilah terhadap anjing-anjing, hati-hatilah terhadap pekerja-pekerja yang jahat, hati-hatilah terhadap penyunat-penyunat yang palsu,”.
-bersambung-