EKSPOSISI KITAB WAHYU 2:18-29 (JEMAAT TIATIRA)

Pdt. Esra Alfred Soru, MPdK

Wahyu 2:18-29 – (Wahyu 2:18) "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Tiatira: Inilah firman Anak Allah, yang mata-Nya bagaikan nyala api dan kaki-Nya bagaikan tembaga: (19) Aku tahu segala pekerjaanmu: baik kasihmu maupun imanmu, baik pelayananmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa pekerjaanmu yang terakhir lebih banyak dari pada yang pertama. (20) Tetapi Aku mencela engkau, karena engkau membiarkan wanita Izebel, yang menyebut dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan hamba-hamba-Ku supaya berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala. (21) Dan Aku telah memberikan dia waktu untuk bertobat, tetapi ia tidak mau bertobat dari zinahnya. (22) Lihatlah, Aku akan melemparkan dia ke atas ranjang orang sakit dan mereka yang berbuat zinah dengan dia akan Kulemparkan ke dalam kesukaran besar, jika mereka tidak bertobat dari perbuatan-perbuatan perempuan itu. (23) Dan anak-anaknya akan Kumatikan dan semua jemaat akan mengetahui, bahwa Akulah yang menguji batin dan hati orang, dan bahwa Aku akan membalaskan kepada kamu setiap orang menurut perbuatannya. (24) Tetapi kepada kamu, yaitu orang-orang lain di Tiatira, yang tidak mengikuti ajaran itu dan yang tidak menyelidiki apa yang mereka sebut seluk-beluk Iblis, kepada kamu Aku berkata: Aku tidak mau menanggungkan beban lain kepadamu. (25) Tetapi apa yang ada padamu, peganglah itu sampai Aku datang. (26) Dan barangsiapa menang dan melakukan pekerjaan-Ku sampai kesudahannya, kepadanya akan Kukaruniakan kuasa atas bangsa-bangsa; (27) dan ia akan memerintah mereka dengan tongkat besi; mereka akan diremukkan seperti tembikar tukang periuk -- sama seperti yang Kuterima dari Bapa-Ku – (28) dan kepadanya akan Kukaruniakan bintang timur. (29) Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat."
EKSPOSISI KITAB WAHYU 2:18-29 (JEMAAT TIATIRA)
gadget, bisnis, otomotif
Kita sudah selesai membahas jemaat Pergamus (3 kali pembahasan), dan sekarang kita akan melanjutkan dengan membahas jemaat Tiatira. Surat kepada jemaat Tiatira ini adalah surat yang terpanjang dari antara surat kepada semua jemaat di Asia Kecil dan mungkin adalah
surat tersukar untuk dimengerti.

Robert Mounce : Kesukaran dalam menafsirkan surat ini timbul dari banyaknya hubungan dengan hal-hal terperinci dari kehidupan sehari-hari pada saat itu, yang telah menjadi kabur dengan berlalunya waktu dan kurang / tidak adanya bukti arkheologi yang menyingkapkan masa lalu tempat itu. (New International Commentary of the NT, hal. 101).

Di permulaan surat ini Yesus memperkenalkan diri sebagai berikut :

Wahyu 2:18 - "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Tiatira: Inilah firman Anak Allah, yang mata-Nya bagaikan nyala api dan kaki-Nya bagaikan tembaga

Di sini Yesus memperkenalkan diri-Nya sebagai Anak Allah. Ini adalah satu-satunya gelar ‘Anak Allah’ muncul dalam ke 7 surat, bahkan dalam seluruh kitab Wahyu. Albert Barnes mengatakan bahwa kerasnya teguran dalam surat ini menyebabkan otoritas dari si Pembicara dibuat lebih mengesankan dengan memberi gelar ‘Anak Allah’. Deskripsi tentang Anak Allah ini adalah bahwa mata-Nya bagaikan nyala api. Ini menunjukkan kemahatahuan. Ia tahu akan dosa-dosa mereka. Tidak ada yang tersembunyi di mata-Nya. Deskripsi lainnya adalah kaki-Nya bagaikan tembaga. Ini menunjukkan penghakiman / penghukuman. Ia akan menginjak-injak mereka yang tidak mau bertobat. Steve Gregg mengatakan bahwa kaki ini akan menginjak-injak orang jahat dalam kilangan anggur dari murka Allah. Bandingkan :

Yesaya 63:3 : "…Aku telah mengirik bangsa-bangsa dalam murka-Ku, dan Aku telah menginjak-injak mereka dalam kehangatan amarah-Ku; semburan darah mereka memercik kepada baju-Ku, dan seluruh pakaian-Ku telah cemar.

Itulah identitas pemberi surat ini yakni Kristus sendiri. Kita akan mempelajari teks ini dalam beberapa bagian :

I. KOTA DAN JEMAAT TIATIRA.

Berbeda dengan 3 kota yang sudah kita bahas (Efesus, Smirna dan Pergamus), kota Tiatira adalah kota kecil. Bahkan Tiatira adalah kota terkecil dari 7 kota yang dibahas di dalam Wah 2-3. Kota ini terletak di sebelah tenggara Pergamus pada jalan menuju kota Sardis.

Sebelumnya sudah saya beritahu bahwa Pergamus adalah ibukota propinsi Asia dan letak Tiatira yang persis di depan gerbang masuk Pergamus menjadikan Tiatira menjadi kota yang harus dilalui sebelum orang memasuki ibukota propinsi yakni Pergamus. Pada masa itu jikalau suatu negara / propinsi diserang oleh musuh, maka yang pertama kali diupayakan untuk ditaklukan adalah ibukotanya. Dan karena itu maka Pergamus selalu berada dalam bahaya serangan musuh. Nah untuk menghalangi masuknya musuh secara cepat ke Pergamus maka Tiatira yang persis di depannya dijadikan sebagai “penghambat” gerakan musuh ke Pergamus. Dengan demikian Tiatira dianggap sebagai “bempernya” Pergamus. Karena itu di Tiatira ditempatkanlah beberapa pasukan tentara yang berpatroli di sana yang siap bertempur apabila terjadi serangan untuk memperlambat pergerakan musuh ibukota Pergamus. Tidak ada harapan bahwa peperangan melawan musuh dimenangkan di Tiatira karena letak Tiatira yang di lembah membuatnya sangat mudah diserang atau dikalahkan. Satu-satunya yang diharapkan dari Tiatira adalah memperlambat musuh mencapai Pergamus. Dari sisi agama, sekalipun ada penyembahan kepada dewa-dewa kafir tetapi Tiatira tidak pernah menjadi pusat penyembahan berhala yang menyolok seperti kota-kota lainnya. Dan karena itu juga orang Kristen di Tiatira tidak mempunyai persoalan dengan pengakuan terhadap kaisar sebagai Tuhan dan dengan demikian mereka hidup tanpa ancaman hukuman mati. Satu-satunya kuil yang ada di Tiatira adalah penujuman atau pusat ramalan nasib yang dipimpin oleh seorang ahli nujum perempuan yang disebut “Sambathe”.

Sekalipun Tiatira bukan kota yang besar dan terkenal, sekalipun hanya dijadikan “bemper” bagi Pergamus, sekalipun bukan merupakan pusat keagamaan kafir, tetapi Tiatira terkenal dalam hal perdagangan. Hal ini dipengaruhi oleh letaknya yang ada di luar ibukota Pergamus di mana orang sering mencari cindera mata sebelum benar-benar meninggalkan Pergamus.

David Iman Santoso – Betapa pun kota ini kecil namun kota ini masih merupakan kota dagang yang penuh dengan kegiatan usaha kerajinan dan usaha dagang lainnya, di antaranya usaha kain wool, berbagai macam usaha tenun, garmen, usaha kulit dan sebagainya. (Membaca dan Memahami Kitab Wahyu, hal. 51).

Biarpun ada banyak usaha perdagangan di Tiatira tetapi yang paling menonjol adalah seni pewarnaan kain di mana kain yang sangat terkenal dan menjadi produksi utama di Tiatira adalah kain ungu (baik ungu tua maupun ungu muda)

Agnes Maria Layantara – Tiatira sesuai dengan arti namanya disebut kota ungu. Kota ini adalah penghasil kain ungu yang bermutu, terutama dalam soal pewarnaan. Kain ungu dihasilkan dengan cara mencelup kain biasa dengan cairan berwarna ungu yang merupakan hasil percampuran sejenis akar tumbuh-tumbuhan dengan sejenis kerang yang hanya ada di Tiatira. Pencampuran ini menghasilkan kain ungu yang sangat bagus. Karena bagus, harga kain ungu dari Tiatira sangat mahal. Produk kain ungu menyebabkan Tiatira menjadi kota yang sangat maju dalam dunia perdagangan. (Wahyu Tuhan Bagi Gereja-Nya, hal. 56).

Kain ungu pada zaman itu adalah kain yang sangat mahal dan tidak sembarang orang bisa memakainya. Biasanya hanya raja-raja atau pembesar-pembesar kerajaan atau imam-imam dan orang-orang kaya yang membeli / memakainya. Perhatikan ayat-ayat berikut :

Ester 8:15 - Dan Mordekhai keluar dari hadapan raja dengan memakai pakaian kerajaan dari pada kain ungu tua dan kain lenan, dengan memakai tajuk emas yang mengagumkan serta jubah dari pada kain lenan halus dan kain ungu muda.

Dan 5:29 - Lalu atas titah Belsyazar dikenakanlah kepada Daniel pakaian dari kain ungu dan pada lehernya dikalungkan rantai emas, dan dimaklumkanlah tentang dia, bahwa di dalam kerajaan ia akan mempunyai kekuasaan sebagai orang ketiga.

Itulah juga sebabnya ketika Yesus diolok-olok sebagai raja, Ia dikenakan jubah ungu layaknya seorang raja lengkap dengan mahkotanya tapi dari duri.

Markus 15:17-18 – (17) Mereka mengenakan jubah ungu kepada-Nya, menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya. (18) Kemudian mereka mulai memberi hormat kepada-Nya, katanya: "Salam, hai raja orang Yahudi!"

Keluaran 39:1 - Dari kain ungu tua, kain ungu muda dan kain kirmizi dibuat merekalah pakaian jabatan yang dipakai apabila diselenggarakan kebaktian di tempat kudus; juga dibuat mereka pakaian-pakaian kudus untuk Harun, seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa.

Lukas 16:19 - "Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan.

Karena itu ada banyak pengusaha kain ungu di kota Tiatira dan rata-rata menjadi orang kaya. Salah satu di antaranya adalah seorang perempuan yang lalu menjadi percaya kepada Kristus karena penginjilan Paulus.

Kis 16:14 - Seorang dari perempuan-perempuan itu yang bernama Lidia turut mendengarkan. Ia seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira, yang beribadah kepada Allah. Tuhan membuka hatinya, sehingga ia memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus.

Besar kemungkinan jemaat di Tiatira ini muncul sebagai akibat dari penginjilan langsung dari Paulus sebagaimana dikatakan dalam Kis 19:10 :

Kisah Para Rasul 19:10 - Hal ini dilakukannya dua tahun lamanya, sehingga semua penduduk Asia mendengar firman Tuhan, baik orang Yahudi maupun orang Yunani.

Atau mungkin secara tidak langsung melalui Lidia yang sudah percaya kepada Kristus sebagaimana diceritakan dalam Kisah Para Rasul 16:14.

Perlu juga diketahui bahwa di Tiatira ada banyak serikat kerja. Dan setiap serikat kerja ini mempunyai dewa pelindung / penjaganya sendiri-sendiri, dan karena itu setiap serikat kerja berhubungan dengan penyembahan terhadap dewa pelindung / penjaga tersebut.

William Barclay - Dari tulisan yang ditemukan kita mengetahui bahwa kota itu mempunyai serikat dagang yang jumlahnya luar biasa banyak. Serikat dagang ini adalah asosiasi atau perkumpulan untuk saling menguntungkan dan melayani di antara para pedagang. Ada serikat kerja di bidang wol, kulit, lenan, dan perunggu, para pengrajin pakaian luar, para ahli celup, pengrajin tembikar, pembuat roti, dan pedagang budak. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Wahyu Kepada Yohanes Pasal 1-5, hal. 151).

Jakob P.D.Groen – Dalam kota Tiatira terdapat banyak serikat kerja seperti serikat tukang roti, penjahit pakaian, tukang cat, tukang besi, tukang tenun dan lain sebagainya. Siapa yang tidak menjadi anggota serikat kerja, hampir pasti tidak akan mendapat pekerjaan. Tiap-tiap perkumpulan itu mempersembahkan diri kepada dewa atau dewi tertentu, dengan demikian segala usaha terikat pada persembahan kepada berhala. (Aku Datang Segera – Tafsiran Kitab Wahyu, hal. 51).

Demikianlah kira-kira gambaran dan latar belakang kota Tiatira.

Satu hal yang bisa ditambahkan adalah bahwa sekalipun kota Tiatira ini adalah yang terkecil dan paling tidak penting dari 7 kota yang dibicarakan di dalam Wahyu 2-3 tapi Tuhan memberikan surat yang lebih panjang kepadanya melebihi surat untuk jemaat di 6 kota yang lain. Ini menunjukkan bahwa penilaian Tuhan tidak selalu sama dengan penilaian manusia.

Leon Morris : Surat yang terpanjang dari tujuh surat ditulis kepada gereja di kota yang paling kecil dan paling tidak penting. Nilai / penilaian dari Allah bukanlah nilai / penilaian dari manusia. (Tyndale Bible Commentary : Revelation, hal. 69).

Karena itu ingatlah bahwa dalam melakukan pelayanan, jangan menganggap gereja besar lebih penting dari gereja kecil, orang kaya / orang yang mempunyai kedudukan tinggi lebih penting dari orang miskin / orang yang berkedudukan rendah, orang dewasa / jemaat dewasa lebih penting dari anak kecil / sekolah minggu jemaat kebaktian remaja, dsb.

II. PUJIAN KRISTUS KEPADA JEMAAT TIATIRA.

Dalam surat ini kita jumpai adanya pujian Tuhan kepada jemaat Tiatira ini.

Wahyu 2:19 - Aku tahu segala pekerjaanmu: baik kasihmu maupun imanmu, baik pelayananmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa pekerjaanmu yang terakhir lebih banyak dari pada yang pertama.

Apa yang dipuji Tuhan dari jemaat Tiatira ini?

Tuhan memuji iman mereka.

Wahyu 2:19 - Aku tahu segala pekerjaanmu: baik kasihmu maupun imanmu, baik pelayananmu maupun ketekunanmu….”

Di sini jemaat Tiatira dipuji karena iman mereka. Sangat mungkin iman yang dimaksudkan di sini adalah kepercayaan mereka kepada Tuhan. Jadi mereka dipuji karena kepercayaan mereka kepada Tuhan. Bahwa di sini iman dipuji oleh Tuhan menunjukkan bahwa Tuhan memang memperhatikan iman dari gereja-Nya. Manusia memang tidak bisa melihat iman, tetapi Tuhan yang mahatahu pasti bisa melihatnya. Bandingkan :

Markus 2:5 - Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!"

Dan karena itu Ia tahu apakah di dalam seseorang benar-benar ada iman atau tidak. Persoalannya adalah ada banyak orang yang beragama tetapi sebenarnya tidak beriman. Ada banyak orang bergereja tetapi tidak beriman. Ada banyak orang kelihatannya percaya Yesus tetapi sebenarnya tidak demikian. Ada banyak orang giat di dalam kegiatan gereja tetapi sebenarnya tidak beriman. Perhatikan contoh berikut :

Yohanes 2:23-25 – (23) Dan sementara Ia di Yerusalem selama hari raya Paskah, banyak orang percaya dalam nama-Nya, karena mereka telah melihat tanda-tanda yang diadakan-Nya. (24) Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua, (25) dan karena tidak perlu seorang pun memberi kesaksian kepada-Nya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia.

Kata-kata “banyak orang percaya dalam nama-Nya” kelihatannya menunjukkan bahwa mereka adalah orang percaya. Tetapi kata-kata : “Yesus sendiri tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua, …sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia” menunjukkan bahwa sebenarnya mereka tidak sungguh-sungguh percaya. Mereka hanya kelihatan beriman tetapi sebenarnya tidak. Iman mereka adalah iman palsu. Apakah keadaan saudara seperti ini? Kalau ya, sadarlah bahwa Tuhan tahu semuanya itu. Manusia bisa terkecoh, rekan-rekan bisa terkecoh, pendeta / hamba Tuhan bisa terkecoh, seperti 11 rasul yang lain tidak tahu ketidakpercayaan Yudas Iskariot, tetapi Tuhan tahu dengan persis. Ingat bahwa dipermulaan surat ini dikatakan :

Wahyu 2:18 – “…Inilah firman Anak Allah, yang mata-Nya bagaikan nyala api …”

Jadi memang ada iman palsu tetapi bahwa di sini jemaat ini dipuji menunjukkan bahwa iman mereka benar-benar iman yang sejati.

Kata “iman” di dalam ayat ini menggunakan kata Yunani “PISTIS” yang berasal dari kata “PISTOS” yang memang bisa berarti iman, bisa juga berarti kesetiaan.

Wahyu 2:19 (TEV) - I know what you do. I know your love, your faithfulness (kesetiannmu), your service, and your patience. I know that you are doing more now than you did at first.

Jadi ayat ini bisa juga diartikan bahwa jemaat Tiatira bukan hanya beriman tetapi juga mereka setia di dalam iman mereka kepada Tuhan itu. Kiranya kita boleh meniru jemaat Tiatira ini dan mempunyai iman yang sejati, juga kesetiaan dan Kristus pasti tahu apakah kita masing-masing sungguh-sungguh beriman atau tidak.

Tuhan memuji kasih mereka.

Wahyu 2:19 - Aku tahu segala pekerjaanmu: baik kasihmu maupun imanmu, baik pelayananmu maupun ketekunanmu….”

Dalam ayat ini, kasih ditempatkan sebagai hal yang pertama dipuji oleh Kristus. Ini tidak berarti bahwa kasih adalah yang terpenting. Bagi saya imanlah yang terpenting dan karena itu saya membahas iman terlebih dahulu. Kasih disebutkan lebih awal di sini karena jemaat Tiatira kelihatannya lebih menonjol dalam hal kasih ini. Kata “kasih” di sini menggunakan kata Yunani “AGAPE” yang menunjukkan kualitas kasih yang sangat baik. Hanya saja kita tidak jelas apakah yang dimaksudkan di sini adalah kasih mereka kepada Allah atau kepada sesama. Di sini kita harus mengoreksi pandangan yang mengatakan bahwa “AGAPE” selalu menunjuk pada kasih Allah kepada manusia karena dalam kenyataannya kasih “AGAPE” dinyatakan juga sebagai dimiliki oleh jemaat Tiatira yang bisa saja sasaran kasih itu adalah Allah ataupun manusia. Kita memang tidak tahu pasti kasih di sini diarahkan pada Tuhan atau manusia tetapi itu tidaklah menjadi masalah karena bagaimana pun juga kasih kepada Allah akan berimbas pada kasih kepada sesama.

1 Yohanes 4:20 - Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barang siapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya.

Sebagaimana saya katakan bahwa kasih di sini ditempatkan dalam urutan pertama dari hal yang dipuji Tuhan menunjukkan bahwa dalam hal kasih ini, jemaat Tiatira sangat menonjol. Ini jelas mempunyai hubungan dengan iman. Orang yang sungguh-sungguh beriman otomatis akan mempunyai kasih, baik kepada Allah maupun kepada sesama. Ingat bahwa iman itu abstrak dan tidak terlihat (hanya Tuhan yang bisa melihat iman), tetapi iman itu bisa dilihat lewat perbuatan-perbuatan kasih kita. Seorang yang tidak beriman bisa saja melakukan tindakan kasih (dari sisi manusia) tetapi seorang yang beriman tidak mungkin tidak mengasihi. Kasih bisa diwujudkan dengan berbagai tindakan seperti menolong orang yang susah, mengampuni orang yang bersalah atau juga memberitakan Injil kepada orang yang belum percaya, dll. Pikirkan ini, apakah saudara sudah memiliki kasih seperti ini atau belum? Marilah kita belajar dari jemaat Tiatira yang sangat menonjol dalam hal kasih ini dan karenanya mereka dipuji oleh Tuhan.

Tuhan memuji pelayanan mereka.

Wahyu 2:19 - Aku tahu segala pekerjaanmu: baik kasihmu maupun imanmu, baik pelayananmu maupun ketekunanmu….”

Jemaat di Tiatira juga dipuji karena pelayanan mereka dan menurut saya pelayanan ini adalah salah satu wujud kasih yang ada pada mereka. Maksudnya adalah karena mereka mengasihi Tuhan, maka mereka mau melayani Tuhan. Ini penting untuk ditekankan. Ada banyak orang melayani tanpa mengasihi Tuhan dan ada banyak orang mengaku mengasihi Tuhan tetapi tidak mau melayani. Dua-duanya salah! Orang melayani harus karena mengasihi Tuhan (bukan karena jabatan, hobi, uang, kewajiban, dll) dan orang yang mengasihi Tuhan harus mau melayani. Bahwa ada pujian terhadap pelayanan mereka menunjukkan bahwa mereka memang adalah jemaat yang giat di dalam pelayanan sekalipun kita tidak tahu pelayanan macam apa yang mereka lakukan. Bagaimana dengan saudara? Jikalau saudara adalah orang Kristen yang rajin berbakti setiap hari minggu dan setelah itu tidak pernah berbuat apa pun untuk Tuhan, maka pada dasarnya saudara sama sekali tidak melayani. Pelayanan itu luas. Tidak hanya di gereja. Hal sekecil apa pun kalau kita lakukan itu demi kerajaan Tuhan maka itu adalah pelayanan. Perhatikan :

Matius 10:42 - Dan barang siapa memberi air sejuk secangkir saja pun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya."

Jadi hal sekecil memberi air sejuk secangkir saja untuk mendukung pekerjaan Tuhan, itu dianggap Tuhan sebagai sebuah pelayanan dan untuk itu ada upah bagi yang memberikannya.

Tuhan memuji pelayanan dari jemaat Tiatira. Ini berarti bahwa Tuhan bukan saja memperhatikan masalah iman dan kasih. Ia juga memperhatikan pelayanan gereja-Nya. Dan Ia tidak segan-segan memberikan pujian kepada anak-anak-Nya yang giat melayani. Yesus juga berkata :

Yohanes 12:26 - Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada. Barang siapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.

Maukah saudara melayani Tuhan?

Tuhan memuji ketekunan mereka.

Wahyu 2:19 - Aku tahu segala pekerjaanmu: baik kasihmu maupun imanmu, baik pelayananmu maupun ketekunanmu….”

Setelah memuji kasih, iman dan pelayanan jemaat Tiatira, sekarang Tuhan memuji ketekunan mereka. Ketekunan di sini kelihatannya berhubungan dengan iman sebagaimana saya katakan tadi bahwa kata iman dalam ayat ini bisa diartikan kesetiaan. Barclay mengatakan bahwa 4 hal ini (kasih, iman, pelayanan dan ketekunan) berjalan berpasangan.

William Barclay – Pelayanan adalah hasil dari kasih dan ketekunan hasil dari kesetiaan [LAI : iman]. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Wahyu Kepada Yohanes Pasal 1-5, hal. 153).

Kalau ketekunan di sini berhubungan dengan iman maka kelihatannya jemaat di Tiatira menghadapi tantangan yang besar terhadap iman mereka (yang kita tidak tahu apa itu) tetapi dalam hal ini mereka tetap bertekun.

Kata “ketekunan” di sini menggunakan kata Yunani “HUPOMONE” dan kata ini berarti ‘kemampuan bertahan dalam kesukaran, bukan dengan sikap sekedar bertahan (diam / pasif), tetapi dengan sikap sedemikian rupa sehingga mampu untuk menjadikan situasi / hal yang tidak menyenangkan itu menjadi sesuatu yang memuliakan Tuhan’. Kalau saudara menghadapi kesukaran, ada bebera­pa macam sikap yang bisa saudara ambil seperti saudara bisa menjadi marah, jengkel, bersungut-sungut, lari ke dalam dosa, mundur dari Tuhan, atau bahkan murtad. Ini jelas bukan ketekunan / HUPOMONE. Atau saudara bertahan, tetapi secara pasif / diam (tidak marah, tidak bersungut-sungut dsb). Ini memang masih lebih baik dari sikap pertama di atas, tetapi ini masih belum termasuk ketekunan / HUPOMONE. Tetapi saudara bisa juga tetap bersukacita, memuji / bersyukur kepada Tuhan dan tetap hidup bagi kemuliaan Tuhan. Contoh Paulus dan Silas, yang baru saja dicambuk, dan sedang dipasung dalam penjara tetapi mereka justru menyanyi memuji Tuhan.

Kisah Para Rasul 16:25 - “Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka”.

Atau seperti nabi Habakuk yang walaupun dalam segala kondisi yang buruk tetapi tetap memuji Tuhan.

Hab 3:17-18 - “(17) Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, (8) namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku”.

Inilah yang dimaksud dengan ketekunan / HUPOMONE.

Jadi jemaat Tiatira pasti mengalami tantangan yang hebat terhadap iman mereka tetapi mereka tidak hanya bertahan dengan pasif. Mereka tetap hidup memuliakan Allah di tengah-tengah kesukaran itu. Inilah ketekunan itu. Ketekunan seperti ini tidak mungkin bisa didapatkan kalau kita tidak mengalami kesukaran.

Yakobus 1:2-3 – (2) Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, (3) sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan

Jadi jangan pernah mengharapkan bisa bertekun seperti ini kalau saudara tidak pernah berada dalam kesukaran / persoalan.

Seorang pendeta muda meminta seorang pendeta tua untuk mendoakannya supaya ia mempunyai ketekunan. Mereka lalu berdoa bersama-sama, dan pendeta tua itu memimpin dalam doa. Ternyata pendeta tua itu sama sekali tidak menying­gung tentang ‘ketekunan’ dalam doanya. Sebaliknya ia berdoa supaya Tuhan memberikan segala macam kesukaran dan penderitaan kepada pendeta muda itu. Ini membuat pendeta muda itu menjadi marah dan menegur pendeta tua itu. Tetapi pendeta tua itu lalu berkata: ‘satu-satunya jalan untuk mendapatkan ketekunan adalah dengan melalui penderitaan / kesukaran!’ Karena itu, janganlah marah / memberontak kepada Tuhan, kalau Ia menempatkan saudara dalam berbagai macam kesukaran / penderitaan. Ia sedang membentuk saudara supaya menjadi orang yang tekun! Dan kalau saudara berada dalam masalah / persoalan, jangan marah kepada Tuhan dan menerjunkan diri ke dalam dosa, jangan juga bertahan secara pasif, tetapi usahakanlah untuk memuliakan Allah di tengah-tengah kesukaran itu. Jikalau saudara bisa lakukan itu, saudara adalah orang yang bertekun dan sebagaimana Tuhan memuji ketekunan jemaat Tiatira, Ia juga akan memuji ketekunan saudara.

Inilah 4 hal yang dipuji Tuhan dari jemaat Tiatira (kasih, iman, pelayanan dan ketekunan).

Selain 4 hal ini, ada 1 hal lagi yang dikatakan oleh Tuhan.

Wahyu 2:19 – “….Aku tahu, bahwa pekerjaanmu yang terakhir lebih banyak dari pada yang pertama.

Ini kelihatannya berbicara tentang pelayanan karena ada kata “pekerjaanmu”. Ini adalah hal lain yang baik dari jemaat Tiatira yaitu mereka maju dalam pekerjaan / pelayanan di mana pekerjaan / pelayanan mereka yang terakhir lebih banyak daripada pekerjaan / pelayanan mereka yang pertama. Kondisi jemaat Tiatira ini jelas kontras dengan jemaat Efesus yang bukannya mengalami kemajuan, malah mengalami kemunduran karena kehilangan kasih yang semula.

Wahyu 2:2-4 – (2) Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta. (3) Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah. (4) Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.

Jemaat Tiatira jelas mengalami kemajuan di dalam pelayanan.

Adam Clarke - Mereka tidak hanya mempertahankan apa yang telah mereka terima pada mulanya, tetapi bertumbuh dalam kasih karunia, dan dalam pengenalan dan kasih Yesus Kristus. Ini merupakan hal yang langka dalam kebanyakan gereja Kristen yang biasanya kehilangan kekuatan agama, dan bersandar pada / berhenti dalam bentuk-bentuk ibadah / ibadah yang bersifat lahiriah; dan membutuhkan kebangunan rohani yang kuat untuk membawa mereka pada suatu keadaan di mana pekerjaan terakhir mereka lebih banyak dari pekerjaan mereka pada mulanya.

Ada banyak gereja seperti jemaat Efesus. Pada awalnya mereka adalah jemaat yang baik, giat untuk Tuhan, sungguh-sungguh di dalam iman, kasih dan pelayanan mereka tetapi semakin lama, tahun demi tahun berikutnya, mereka merosot dan mengalami kemunduran. Lalu bagaimana dengan gereja kita (GKIN “REVIVAL”)? Apakah selama 4 tahun gereja ini berjalan, kita menjadi tambah baik atau tambah buruk? Kita mengalami kemajuan atau kemunduran? Saya melihat ada gejala kita mengalami kemunduran dari aspek kasih, pelayanan dan ketekunan. Lalu bagaimana pula dengan pribadi kita masing-masing, pikirkanlah sejak saudara pertama kali terima Yesus hingga saat ini, apakah saudara mengalami kemunduran (seperti jemaat Efesus) atau kemajuan (seperti jemaat Tiatira) dalam iman, kasih, pelayanan dan ketekunan? Dalam faktanya ada banyak orang yang keadaannya dulu lebih baik daripada keadaan sekarang. Atau keadaan sekarang lebih buruk daripada keadaan dulu.

John Stott - Efesus sedang merosot ke belakang; Tiatira sedang bergerak ke depan. Gereja Efesus telah meninggalkan kasih yang mereka miliki pada mulanya; gereja Tiatira sedang melampaui pekerjaan-pekerjaan yang mereka lakukan pada mulanya. Kita lebih mirip yang mana dari dua gereja ini? Aduh, celaka! Bahwa ternyata terhadap banyak orang Kristen lebih cocok digunakan kata-kata : ‘maka akhirnya keadaan mereka lebih buruk dari pada yang semula’ (2 Petrus 2:20; Matius 12:45). (What Christ Thinks of the Church, hal. 70).

Kita harus berdoa dan berjuang, mengobarkan kembali kasih kita, pelayanan kita dan ketekunan kita agar pelayanan kita menjadi lebih baik dari sebelumnya seperti jemaat Tiatira.

Roma 12:11 - Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.

TIATIRA : GEREJA YANG BERKOMPROMI DENGAN KESESATAN (2)

Wahyu 2:18-29 – (18) "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Tiatira: Inilah firman Anak Allah, yang mata-Nya bagaikan nyala api dan kaki-Nya bagaikan tembaga: (19) Aku tahu segala pekerjaanmu: baik kasihmu maupun imanmu, baik pelayananmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa pekerjaanmu yang terakhir lebih banyak dari pada yang pertama. (20) Tetapi Aku mencela engkau, karena engkau membiarkan wanita Izebel, yang menyebut dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan hamba-hamba-Ku supaya berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala. (21) Dan Aku telah memberikan dia waktu untuk bertobat, tetapi ia tidak mau bertobat dari zinahnya. (22) Lihatlah, Aku akan melemparkan dia ke atas ranjang orang sakit dan mereka yang berbuat zinah dengan dia akan Kulemparkan ke dalam kesukaran besar, jika mereka tidak bertobat dari perbuatan-perbuatan perempuan itu. (23) Dan anak-anaknya akan Kumatikan dan semua jemaat akan mengetahui, bahwa Akulah yang menguji batin dan hati orang, dan bahwa Aku akan membalaskan kepada kamu setiap orang menurut perbuatannya. (24) Tetapi kepada kamu, yaitu orang-orang lain di Tiatira, yang tidak mengikuti ajaran itu dan yang tidak menyelidiki apa yang mereka sebut seluk-beluk Iblis, kepada kamu Aku berkata: Aku tidak mau menanggungkan beban lain kepadamu. (25) Tetapi apa yang ada padamu, peganglah itu sampai Aku datang. (26) Dan barangsiapa menang dan melakukan pekerjaan-Ku sampai kesudahannya, kepadanya akan Kukaruniakan kuasa atas bangsa-bangsa; (27) dan ia akan memerintah mereka dengan tongkat besi; mereka akan diremukkan seperti tembikar tukang periuk -- sama seperti yang Kuterima dari Bapa-Ku – (28) dan kepadanya akan Kukaruniakan bintang timur. (29) Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat."

Pada bagian pertama dari pembahasan tentang jemaat Tiatira ini, kita sudah belajar tentang latar belakang kota dan jemaat Tiatira, juga pujian Tuhan bagi jemaat Tiatira di mana Tuhan memuji kasih mereka, iman mereka, pelayanan mereka, ketekunan mereka dan kemajuan mereka di mana dikatakan bahwa pekerjaan mereka yang terakhir lebih banyak daripada yang pertama. (Wah 2:19). Sekarang kita akan melanjutkan pembahasan tentang jemaat Tiatira ini pada bagian yang ketiga.

III. KESESATAN DI DALAM JEMAAT TIATIRA.

Dalam point ini ada 2 hal yang akan saya bahas :

a. Ajaran sesat dalam jemaat Tiatira.

Ajaran sesat di dalam jemaat Tiatira ini nampak dalam ayat 20 :

Wahyu 2:20 - Tetapi Aku mencela engkau, karena engkau membiarkan wanita Izebel, yang menyebut dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan hamba-hamba-Ku supaya berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala.

Dari ayat ini terlihat bahwa kesesatan dalam jemaat di Tiatira berkaitan dengan seorang wanita yang bernama Izebel. Terhadap wanita yang disebut Izebel ini, ada banyak penafsiran diberikan. Ada yang mengatakan bahwa ini adalah isteri dari uskup Tiatira, ada juga yang berkata bahwa ini adalah sebutan untuk Lidia (penjual kain ungu yang bertobat karena pemberitaan Injil rasul Paulus) yang kemudian menjadi murtad, ada pula yang mengatakan bahwa ini menunjuk pada seorang ahli nujum di Tiatira yang bernama Sambathe. Tetapi kelihatannya dugaan-dugaan ini tidak mempunyai dasar sama sekali. John Stott dan Herman Hoeksema berpendapat bahwa Izebel ini benar-benar adalah seorang wanita hanya saja namanya di sini tidaklah bersifat hurufiah melainkan simbolis. Maksudnya adalah dia tidak benar-benar bernama Izebel tetapi disebut demikian karena memiliki kemiripan dengan Izebel (Saya setuju dengan penafsiran ini). Kalau begitu kita perlu menelusuri dulu Izebel yang asli yang mana sifatnya dikaitkan dengan wanita di Tiatira ini.

William Barclay – Perempuan ini dinamakan Izebel, dan oleh karena itu, ciri-cirinya harus disingkapkan dalam diri Izebel yang asli. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Wahyu 1-5, hal. 156).

Nama Izebel muncul dalam Perjanjian Lama, ia adalah anak perempuan dari Etbaal (raja Sidon) yang adalah seorang kafir / penyembah berhala dan dengan demikian dia (Izebel) juga adalah seorang kafir / penyembah berhala. Dia lalu diambil menjadi istri oleh seorang raja Israel yang bernama Ahab. Pada waktu menikah dengan Ahab, ia membawa dewa-dewanya dari Sidon ke Israel dan lalu mempengaruhi Ahab sehingga Ahab akhirnya terlibat di dalam penyembahan berhala.

1 Raja-Raja 16:31-33 – (31) “….ia mengambil pula Izebel, anak Etbaal, raja orang Sidon, menjadi isterinya, sehingga ia pergi beribadah kepada Baal dan sujud menyembah kepadanya. (32) Kemudian ia membuat mezbah untuk Baal itu di kuil Baal yang didirikannya di Samaria. (33) Sesudah itu Ahab membuat patung Asyera, dan Ahab melanjutkan bertindak demikian, sehingga ia menimbulkan sakit hati TUHAN, Allah Israel, lebih dari semua raja-raja Israel yang mendahuluinya.
1 Raj 21:25-26 – (25) Sesungguhnya tidak pernah ada orang seperti Ahab yang memperbudak diri dengan melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, karena ia telah dibujuk oleh Izebel, isterinya. (26) Bahkan ia telah berlaku sangat keji dengan mengikuti berhala-berhala,…”

Di bawah pengaruh Izebel, penyembahan berhala pada zaman Ahab berkembang dengan pesat dan menyeret banyak orang Israel ke dalam penyembahan berhala.

William Barclay – Sebenarnya ia tidak bermaksud untuk memusnahkan penyembahan Yahweh, seandainya para nabi Yahweh mau menerima Baal sebagai tambahan atas Yahweh. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Wahyu 1-5, hal. 156).

Jadi ia ingin menawarkan semacam iman pluralisme di dalam kehidupan bangsa Israel. Tapi karena para nabi Yahweh ini menolak Baal, Izebel ini lalu membunuh banyak nabi Yahweh dan mengangkat nabi-nabi kafirnya.

1 Raj 18:4,13,19 - (4) Karena pada waktu Izebel melenyapkan nabi-nabi TUHAN, Obaja mengambil seratus orang nabi, lalu menyembunyikan mereka … (13) Tidakkah diberitahukan kepada tuanku apa yang telah kulakukan pada waktu Izebel membunuh nabi-nabi TUHAN, bagaimana aku menyembunyikan seratus orang nabi-nabi TUHAN dalam gua,… (19) Sebab itu, suruhlah mengumpulkan seluruh Israel ke gunung Karmel, juga nabi-nabi Baal yang empat ratus lima puluh orang itu dan nabi-nabi Asyera yang empat ratus itu, yang mendapat makan dari meja istana Izebel."
Nanti nabi-nabi Baal inilah yang berlomba dengan Elia untuk menurunkan api dari langit dan lalu dibunuh oleh Elia. (1 Raj 18:23 dst). Izebel ini lalu dikenang sebagai nama terkenal untuk orang-orang sundal dan para penyihir.

2 Raja-Raja 9:22 - Tatkala Yoram melihat Yehu, bertanyalah ia: "Apakah ini kabar damai, hai Yehu?" Jawabnya: "Bagaimana ada damai, selama sundal dan orang sihir ibumu Izebel begitu banyak!"
Ada penafsir yang mengatakan bahwa “sundal” (seharusnya “zinah”) di sini menunjuk pada perzinahan rohani.

Dari sekian data ini terlihat bahwa Izebel adalah orang yang mempengaruhi / menyeret / menyebabkan orang lain jatuh ke dalam penyembahan berhala / perzinahan secara rohani. Karena itu maka nama Izebel lalu akhirnya dikaitkan dengan setiap orang yang menyebabkan orang lain jatuh ke dalam penyembahan berhala dan perzinahan sama seperti nama Yudas Iskariot dikaitkan dengan setiap orang yang berkhianat atau mencuri uang dari kas.

William Hendriksen - Namanya merupakan sinonim untuk bujukan kepada penyembahan berhala dan kehidupan yang tidak bermoral. (The Book of Revelation, hal. 72).

Karena itu wanita di Tiatira ini disebut Izebel bukan karena nama aslinya adalah Izebel melainkan dia memiliki kesamaan dengan Izebel di Perjanjian Lama yakni menyeret orang banyak ke dalam penyembahan berhala dan perzinahan.

Wahyu 2:20 – “…. wanita Izebel, yang menyebut dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan hamba-hamba-Ku supaya berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala.

Jakob P.D. Groen – Orang di jemaat Tiatira yang disebut dengan nama ini rupanya mempunyai pengaruh yang sama dengan pengaruh Izebel pada zaman Ahab. Seperti Izebel merusak jemaat Perjanjian Lama, demikian juga orang yang berciri “Izebel” akan merusak jemaat di Tiatira. (Aku Datang Segera, hal. 53).

Kelihatannya dia adalah wanita yang cukup terpandang di dalam jemaat Tiatira dan menarik karena dikatakan bahwa ia “menyebut dirinya nabiah”. Kita tahu bahwa orang menjadi nabi, rasul, pendeta tidak boleh karena kehendaknya sendiri, tetapi harus ada panggilan Tuhan (1 Korintus 1:1; 2 Korintus 1:1; Galatia 1:1,15-17; Efesus 1:1; Kolose 1:1) tetapi ‘wanita Izebel’ ini menjadikan / menyebut dirinya sendiri nabiah.

Lalu apa sebenarnya yang dia ajarkan di dalam jemaat Tiatira? Hal ini terkait dengan apa yang sudah saya jelaskan pada bagian 1 bahwa Tiatira adalah sebuah kota dengan banyak serikat kerja seperti serikat kerja di bidang wol, kulit, lenan, dan perunggu, para pengrajin pakaian luar, para ahli celup, pengrajin tembikar, pembuat roti, pedagang budak, tukang cat, tukang besi, tukang tenun, dll. Setiap serikat kerja ini mempunyai dewa pelindung / penjaganya sendiri-sendiri, dan karena itu setiap serikat kerja berhubungan dengan penyembahan terhadap dewa pelindung / penjaga tersebut. Demi kesuksesan suatu usaha, maka upacara-upacara tertentu harus dilaksanakan oleh semua anggota serikat terhadap dewa mereka dan seringkali dalam upacara-upacara itu dilakukan juga pesta-pesta kafir di mana makan makanan berhala dan perzinahan fisik sukar dihindari. Di sinilah muncul persoalan bagi orang-orang Kristen Tiatira. Jika mereka tidak mau terlibat di dalam upacara-upacara dan pesta-pesta kafir itu maka mereka akan dikucilkan dari serikatnya, dan kalau tidak menjadi anggota dari sebuah serikat dagang, mereka sama sekali tidak bisa berdagang / mencari nafkah.

William Barclay – Menjauhkan diri dari serikat dagang ini atau tidak menjadi anggotanya sama saja dengan bunuh diri di bidang bisnis. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Wahyu 1-5, hal. 158).

Tetapi kalau mereka harus terlibat di dalamnya, berarti mereka akan didesak untuk makan makanan berhala dan terlibat dalam perzinahan. Nah, dalam dilema semacam ini, muncullah Izebel ini dengan ajarannya. Dari ayat 20 jelas bahwa ajarannya Izebel ini lalu menyereret banyak jemaat ke dalam perzinahan dan makan persembahan berhala.

Wahyu 2:20 – “…. wanita Izebel, yang menyebut dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan hamba-hamba-Ku supaya berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala.

Tetapi bagaimana ajaran atau argaumentasi dari Izebel ini? Kelihatannya ini ada kaitan dengan ayat 24 :

Wahyu 2:24 - Tetapi kepada kamu, yaitu orang-orang lain di Tiatira, yang tidak mengikuti ajaran itu dan yang tidak menyelidiki apa yang mereka sebut seluk-beluk Iblis, …”

KJV : ‘the depths of Satan’ (kedalaman dari Setan).

RSV/NASB : ‘the deep things of Satan’ (hal-hal yang dalam dari Setan).

NIV : ‘Satan’s so-called deep secrets’ (yang disebut rahasia-rahasia yang dalam dari Setan).

Berarti ajaran Izebel itu disebut “seluk beluk Iblis”. Dan Izebel mengajar agar mereka mau “menyelidiki” seluk beluk Iblis itu atau rahasia-rahasia setan. Apa maksudnya? Perhatikan komentar Hendriksen :

William Hendriksen - Dalam situasi yang sukar ini nabiah Izebel menganggap dirinya tahu pemecahan yang sebenarnya dari problem itu, jalan keluar dari kesukaran. Kelihatannya ia berargumentasi demikian : untuk mengalahkan Iblis, engkau harus mengenal dia. Engkau tidak bisa mengalahkan dosa kecuali engkau telah mengenalnya sepenuhnya dengan mengalaminya. Singkatnya, seorang Kristen harus belajar untuk mengenal ‘hal-hal yang dalam dari Iblis / seluk beluk Iblis’. Hadirilah selalu pesta / perayaan dari serikat kerja dan lakukanlah perzinahan ... dan tetaplah sebagai orang Kristen, bahkan jadilah orang Kristen yang lebih baik. (The Book of Revelation, hal. 71-72).

Dengan kata lain Izebel mengajarkan bahwa orang Kristen harus menjadi “musuh dalam selimut” bagi Iblis. Orang Kristen harus bisa menyusup ke dalam organisasi-organisasi Iblis, terlibat di dalam praktek-praktek / upacara-upacara Iblis, dan bahkan melakukan semua aktifitas Iblis (dosa). Dengan demikian ia bisa benar-benar mengenal Iblis, sang musuh itu secara detail. Pengajaran seperti ini pernah saya dengar dari seseorang. Orang itu berkata bahwa untuk bisa menyelamatkan manusia, Allah lalu menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus. Karena itu untuk bisa mengetahui pergumulan seorang pemabuk, kita juga harus menjadi pemabuk. Untuk bisa menolong para pelacur, kita juga harus menjadi pelacur., dsb. Ada kemungkinan juga bahwa ini Izebel dipengaruhi oleh ajaran Gnosticisme yang mengajarkan bahwa apa pun yang dilakukan oleh tubuh tidak ada pengaruhnya pada jiwa / roh seseorang.

Robert Mounce - Di sisi yang lain, ‘seluk beluk iblis’ bisa merupakan suatu petunjuk pada pandangan yang mengatakan bahwa untuk bisa menghargai sepenuhnya kasih karunia Allah, pertama-tama seseorang harus tenggelam ke kedalaman kejahatan. Para pengikut Gnosticisme yang belakangan membanggakan bahwa justru dengan masuk ke dalam benteng dari setanlah yang menyebabkan orang-orang percaya bisa mempelajari batas dari kuasanya dan muncul sebagai pemenang. Berdasarkan pandangan bahwa kerohanian orang percaya tidak dipengaruhi oleh apa yang ia lakukan dengan tubuhnya, Izebel bisa berargumentasi bahwa orang-orang Kristen Tiatira harus ikut ambil bagian dalam pesta serikat kerja kafir (bahkan jika mereka berhubungan dengan hal-hal yang dalam dari setan) dan dengan demikian membuktikan betapa tak berdayanya kejahatan untuk mengubah sifat dari kasih karunia. (New International Commentary of the New Testament, hal. 105-106).

Demikianlah banyak jemaat yang terseret ke dalam perzinahan dan makan makanan yang sudah dipersembahkan kepada berhala dengan anggapan bahwa toh semua itu tidak akan berpengaruh apa-apa pada kondisi rohani mereka. Demikianlah ajaran sesat ini bertumbuh dengan subur di dalam jemaat Tiatira.

Di bagian pertama kita sudah melihat bahwa jemaat Tiatira ini adalah jemaat yang baik dan karena itu mereka dipuji oleh Tuhan.

Wahyu 2:19 - Aku tahu segala pekerjaanmu: baik kasihmu maupun imanmu, baik pelayananmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa pekerjaanmu yang terakhir lebih banyak dari pada yang pertama.

Tetapi sekarang kita melihat bahwa di dalam jemaat yang bagus ini ternyata bisa tumbuh dengan subur suatu ajaran yang begitu menyesatkan. Semua ini menunjukkan bahwa setan bekerja dengan sangat hebat. Ia bisa menyusupkan pengajar-pengajarnya (seperti Izebel) ke dalam gereja yang bagus bahkan kaki tangan setan itu bisa mendapatkan kedudukan yang tinggi di dalam jemaat seperti pendeta dan bisa menjadi pengajar (nabi / nabiah).

2 Petrus 2:1-3 – (1) Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka. (2) Banyak orang akan mengikuti cara hidup mereka yang dikuasai hawa nafsu, dan karena mereka Jalan Kebenaran akan dihujat. (3) Dan karena serakahnya guru-guru palsu itu akan berusaha mencari untung dari kamu dengan ceritera-ceritera isapan jempol mereka. Tetapi untuk perbuatan mereka itu hukuman telah lama tersedia dan kebinasaan tidak akan tertunda.

Banyak gereja sebenarnya sudah disusupi oleh para pengajar sesat ini hanya saja mereka tidak menyadarinya. Mengapa? Karena sepintas lalu ajaran para guru palsu itu sangat mirip dengan ajaran yang benar. Tetapi ini sebenarnya adalah strategi setan. Setan tidak akan menyuruh kaki tangannya itu menyebarkan ajaran yang sama sekali frontal dengan ajaran Kristen. Justru mereka akan mengajarkan ajaran yang nyaris mirip dengan kekristenan yang alkitabiah tetapi lalu disusupi dengan sedikit kesesatan. Coba dipikirkan, jika kita ingin meracuni seseorang, apakah kita akan mencampurkan sedikit racun pada nasi atau sedikit nasi pada racun? Tentu kita akan memberikan sedikit racun pada nasi bukan? Jadi nasinya harus lebih banyak dari racunnya. Begitu juga, setan tidak akan menyuruh guru-guru palsu untuk memberikan full ajaran sesat dalam setiap khotbah dan pengajaran mereka. Bisa jadi ada banyak ajaran yang benar (95%), sedangkan sisanya (5%) adalah ajaran sesat. Karena itu jangan heran kalau ajaran dari guru-guru palsu akan terlihat sangat mirip dengan ajaran yang benar. Perhatikan juga bahwa kalau kita ingin membuat uang palsu maka kita akan membuat uang itu semirip mungkin dengan uang asli bukan? Kita akan membuat uang dengan warna, ukuran, gambar dan font yang sama. Hanya orang bodoh yang membuat uang palsu yang sama sekali berbeda secara menyolok dengan uang asli.

Jadi jangan heran kalau ajaran sesat justru kelihatran sangat mirip dengan ajaran benar. Karena itu gereja kita harus sangat hati-hati agar kita tidak mengalami nasib yang sama dengan gereja Tiatira yang lalu dikuasai oleh pengajar sesat.

b. Mengapa Jemaat Tiatira bisa kecolongan seperti ini?

Tadi sudah disinggung bahwa gereja Tiatira adalah gereja yang bagus tetapi mereka lalu disusupi oleh ajaran sesat dari Izebel ini. Mengapa mereka bisa kecolongan seperti itu? Atau mengapa mereka bisa melakukan kesalahan sebesar itu? Herman Hoeksema menjawab :

Herman Hoeksema - Bagaimana mungkin bahwa jemaat kecil Tiatira yang sangat rajin / bergairah ini mendengar dengan sabar pada kesaksian yang gelap dari alat neraka ini? Hanya dalam satu jalan : gereja yang manis dan memikat ini secara bertahap telah lupa untuk menerapkan standard yang obyektif dari wahyu Allah dan telah mengizinkan pengalaman pribadi untuk menjadi kriteria utama dari kebenaran. Jika mereka melakukan pengujian dengan Firman Allah terhadap ucapan dan kehidupan dari wanita Izebel ini, mereka pasti telah mendeteksi kesesatannya dengan segera dan akan membuangnya keluar jika ia tidak bertobat. Tetapi mereka condong pada mistisime yang salah. Dan setan, yang menyadari kecenderungan dalam jemaat ini, menggunakan seorang wanita, yang pada umumnya hidup berdasarkan intuisi / gerakan hati, lebih condong untuk dihanyutkan oleh perasaan dan pengalaman yang bersifat subyektif, dan yang secara alamiah emosinya lebih kuat dan lebih bergairah dari pada laki-laki, untuk menarik kepada kecenderungan ajaran mistisime dalam gereja Tiatira, supaya bisa memikatnya dari kebenaran. ... Singkatnya, kami menemukan dalam jemaat Tiatira suatu gereja dengan kecenderungan pada mistisisme yang salah, suatu gereja yang kuat dalam kehidupan ibadah / doa, tetapi yang menobatkan pengalaman pribadi sebagai kriteria untuk kebenaran. (Behold He Cometh, hal.102-103).

Webster’s New World Dictionary mengatakan bahwa mysticism / mistisisme adalah suatu ajaran yang mengatakan bahwa kita bisa mendapatkan : (1) Persekutuan dengan Allah melalui perenungan dan kasih, tanpa penggunaan akal. (2) Pengetahuan tentang kebenaran rohani melalui intuisi / gerakan hati yang didapatkan melalui meditasi. Herman Hoeksema mengatakan bahwa dalam sejarah gereja sering terjadi saat-saat di mana ada banyak orang Kristen condong pada ‘cold intellectualism’ (intelektualisme yang dingin) atau ‘dead orthodoxy’ (keortodoksan yang mati), dan pada saat seperti itu lalu muncul reaksi yang ekstrim ke arah yang berlawanan, yaitu mysticism (mistisisme). Itulah sebabnya banyak orang yang hidup kerohaniannya selalu bergantung pada penglihatan-penglihatan / suara roh / dsb, dan akal sehat mereka sama sekali tidak dipakai. Saya pernah melayani bersama satu kelompok Persekutuan Doa yang pada malam sebelum mau diadakan acara KKR, mereka berkata bahwa mereka mendapatkan perintah dari Tuhan untuk mengadakan doa tempala (suatu istilah yang saya tidak tahu darimana diambil juga) yakni doa mengelilingi gedung gereja sambil berjalan berputar. Celakanya adalah ‘Tuhan’ memerintahkan kepada mereka agar tidak boleh ada yang memakai alas kaki padahal gedung gereja itu belum selesai di bangun dan potongan-potingan seng, kaca, paku, dll bertebaran di mana-mana. Ini jelas sesuatu yang tidak masuk akal dan tidak bermanfaat. Selain itu darimana mereka tahu kalau memang Tuhan yang memerintahkan demikian? Juga seperti yang pernah terjadi di kota Kupang di mana sekelompok team doa yang melayani seorang yang sakit ayan, mereka mengatakan bahwa mereka mendapatkan suara roh yang mengatakan bahwa tubuh orang yang sakit ayan itu sementara dihuni oleh setan dan setannya hanya bisa diusir dengan menggunakan kayu damar, dengan cara memukul-mukulkan kayu damar di seluruh tubuh orang sakit itu. Mereka pun melakukannya dan memukul sekeras-kerasnnya sambil berteriak “dalam nama Yesus” dan apa yang terjadi? Si ayan tersebut dipukul sampai mati. Mereka lalu masuk penjara. Salah satunya bertobat dan terima Yesus sewaktu saya berkhotbah di dalam penjara. Dalam kesaksiannya dia berkata “saya kira sekian lama saya dipakai Tuhan padahal sebenarnya saya dipakai setan”. Inilah contoh-contoh di mana orang lebih mengandalkan aspek mistisisme ini di dalam hidup kekristenannya. Jadi benar kata Heoksema bahwa inteletualisme yang dingin akan membawa/menjatuhkan orang pada mistisisme. Karena itu Hoeksema berkata :

Herman Hoeksema - Karena itu, gereja harus waspada terhadap kedua ekstrim ini. Gereja harus berjaga-jaga terhadap bahaya dari intelektualisme yang dingin, tetapi pada saat yang sama menolak untuk menobatkan pengalaman subyektif sebagai tuan / penguasa yang tertinggi. Pengalaman pribadi kita harus terus menerus diuji oleh Firman Allah. Dan jika seseorang mengalami sesuatu yang tidak sesuai dengan wahyu yang obyektif itu, ia harus menyimpulkan bahwa pengalaman itu datang dari si jahat. Dan lagi, jika seorang anggota gereja berdasarkan pengalaman menyebarkan suatu ajaran yang tidak sesuai dengan Kitab Suci, ia harus dikoreksi; dan jika ia tidak mau bertobat, ia harus dikucilkan tanpa penundaan yang tidak benar. (Behold He Cometh, hal.103-104).

Hal yang sama terjadi pada masa kini, ada begitu banyak kesesatan terjadi karena orang lebih banyak memakai pengalaman rohani mereka sebagai standard dan bukannya Kitab Suci. Ada orang yang percaya bahwa roh orang mati masih bisa gentayangan. Apa dasarnya? Karena mereka pernah bertemu dengan roh orang mati. Jadi pengalamannya menjadi dasar ajarannya dan bukan Alkitab. Padahal Alkitab mengajarkan bahwa orang yang mati akan langsung ke surga atau neraka tergantung dia beriman atau tidak seperti dalam kasus orang kaya dan Lazarus, juga penjahat di samping Yesus yang dijamin hari itu juga akan bersama Yesus di dalam firdaus (surga) dan masih banyak bagian Alkitab yang membuktikan hal itu. Ada orang yang percaya bahwa di neraka iblis berkuasa dan menyiksa orang-orang berdosa.

Mengapa? Karena dia atau orang lain mengaku bahwa roh mereka pernah dibawa Tuhan mengunjungi neraka dan mereka lihat di sana demikian. Jadi dasar kepercayaan mereka adalah pengalaman dan bukan Kitab Suci padahal Kitab Suci mengatakan bahwa setan baru akan masuk neraka pada akhir zaman nanti (Wahyu 20:10) lalu setan apa yang mereka lihat di sana? Juga kalau setan masuk neraka, mereka akan di siksa dan bukan menyiksa (Wah 20:10). Lalu siapa yang mengangkat setan jadi algojo di neraka? Kitab Suci tidak pernag mengajarkan yang demikian. Banyak orang Kharismatik, kalau ajarannya / prakteknya (seperti Toronto Blessing, tumbang dalam roh, bahasa roh, dsb) diserang menggunakan Kitab Suci, mereka sering berkata: ‘Serangan seperti itu tidak usah ditanggapi. Itu merupakan serangan dari orang yang belum mengalami, dan hal ini tak bisa dimengerti oleh orang yang belum mengalaminya’.

Betul-betul lucu! Kalau pengalaman pribadi mereka tidak bisa dijelaskan berdasarkan Kitab Suci, dari mana mereka bisa yakin bahwa itu merupakan pengalaman yang diberikan oleh Tuhan, dan bukan oleh setan? Tetapi inilah orang yang menggunakan pengalaman pribadi, dan bukannya Kitab Suci, sebagai standard. Ini tidak berarti bahwa kita anti pengalaman rohani tetapi pengalaman rohani tidak boleh menjadi standard kebenaran. Yang menjadi standard kebenaran haruslah Alkitab. Jadi sebuah pengalaman hanya bisa diterima kalau itu cocok dengan Alkitab. Jika tidak, sebagus apa pun pengalaman itu, harus dibuang. Selain itu pengalaman pribadi tidak bisa dijadikan standard karena pengalaman pribadi itu bersifat subyektif yang bisa saja berlaku bagi seseorang tapi tidak berlaku bagi orang lain. Juga seringkali pengalaman pribadi seseorang dan orang yang lain bisa bertentangan.

Ada orang yang setelah percaya Yesus lalu menjadi kaya tetapi ada orang yang setelah percaya Yesus lalu menjadi miskin. Ada orang yang setelah dibaptis selam lalu hidup menjadi lebih baik, tetapi ada orang yang setelah dibaptis selam malah hidupnya menjadi rusak. Nah, kalau kepercayaan seseorang harus ditarik berdasarkan pengalaman-pengalaman pribadi ini maka muncullah ajaran yang kacau balau. Seseorang akan percaya bahwa kalau orang miskin percaya Yesus akan menjadi kaya, sedangkan yang seorang lagi akan percaya bahwa kalau orang kaya percaya Yesus, dia akan menjadi miskin.

Yang satu percaya bahwa baptisan selam bisa membuat hidupnya lebih baik sedangkan yang satu lagi percaya bahwa baptisan selam membuat hidup menjadi lebih buruk. Lagi pula darimana mengetahui bahwa pengalaman-pengalaman itu diakibatkan oleh apa yang terjadi sebelumnya? Maksudnya adalah darimana mereka tahu bahwa menjadi kaya atau menjadi miskin itu disebabkan oleh iman mereka kepada Yesus? Darimana mereka tahu bahwa hidup yang menjadi lebih baik atau lebih buruk itu disebabkan oleh baptisan selam? Sesungguhnya akan muncul banyak kekacauan kalau kita menjadikan pengalaman-pengalaman kita dan bukan Kitab Suci sebagai standard kebenaran. Kiranya kita berhati-hati untuk tidak menjadikan pengalaman pribadi kita atau orang lain sebagai standard kebenaran, demikian juga dengan segala sesuatu yang bersifat mistisisme dan hanya menjadikan Alkitab saja sebagai standard kebenaran kita. Dengan demikian kita akan terhindari dari segala macam bahaya penyesatan.

IV. CELAAN TUHAN TERHADAP JEMAAT TIATIRA.

Perlu diketahui bahwa sekalipun ada ajaran sesat di dalam jemaat Tiatira tetapi tidak semua jemaat Tiatira terpengaruh dengan ajaran sesat ini. Ada juga yang tetap berpegang pada kebenaran.

Wahyu 2:24 - Tetapi kepada kamu, yaitu orang-orang lain di Tiatira, yang tidak mengikuti ajaran itu dan yang tidak menyelidiki apa yang mereka sebut seluk-beluk Iblis, kepada kamu Aku berkata: Aku tidak mau menanggungkan beban lain kepadamu.

Meskipun demikian, untuk orang-orang yang tidak mengikuti ajaran sesat itu, Tuhan tetap mencela mereka. Mereka dicela karena sekalipun mereka tidak mengikuti ajaran sesat itu tetapi mereka membiarkan ajaran sesat itu ada dan berkembang di tengah-tengah mereka. Atau dengan kata lain mereka bertoleransi terhadap ajaran sesat itu.

Wahyu 2:20 - Tetapi Aku mencela engkau, karena engkau membiarkan wanita Izebel, yang menyebut dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan hamba-hamba-Ku supaya berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala.

ESV - I have this against you, that you tolerate (mentoleransi) that woman Jezebel, who calls herself a prophetess and is teaching and seducing my servants to practice sexual immorality and to eat food sacrificed to idols.

Ingat, bahwa Tuhan mencela sikap membiarkan / seperti ini jelas menunjukkan bahwa membiarkan suatu ajaran sesat diajarkan atau bertoleransi terhadap suatu ajaran sesat adalah dosa.

Homer Hailey - Seseorang bukan hanya tidak boleh mempunyai persekutuan dengan pekerjaan / perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi bahkan harus memarahi mereka (Efesus 5:11). (Revelation, an Introduction and Commentary, hal.138).

Efesus 5:11 - Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu.
Pulpit Commentary - Tidak dikatakan bahwa Izebel menerima simpati atau dorongan dari jemaat Tiatira, tetapi semata-mata bahwa ia dibiarkan : kejahatannya dibiarkan tanpa dicegah, dan itu merupakan dosa. (hal. 65).

Jadi kalau kita membiarkan nabi palsu secara leluasa menyebarkan ajarannya, kita bersalah! Kita harus menentangnya supaya ia tidak leluasa dalam mengajarkan ajaran sesatnya. Karena itu saya sering debat dengan banyak orang / kelompok sesat seperti Saksi-Saksi Yehuwa, aliran Pluralisme, Unitarian, Katholik, Islam yang menyerang Kristen, dll). Saya juga membuat banyak tulisan untuk menanggapi ajaran-ajaran yang sesat seperti ajaran Paulus Tribrata, Jusuf Roni, Eben Nuban Timo, dll.

Demikian juga dengan Pdt. Budi Asali yang berdebat dengan banyak orang sesat dan menulis tanggapan terhadap begitu banyak aliran / orang sesat seperti Yesaya Pariadji, Andreas Samudera, Gerakan Pria Sejati, Yahwehisme, Insan Mokoginta, Pdt. Yohanes Bambang Mulyono, Pdt. Eka Darma Putera, dll. Anehnya, banyak orang ketika melihat kami berdebat dengan orang-orang sesat itu malah mencela / memusuhi kami, menuduh kami tidak punya kasih, arogan, dsb. Ingat, dengan membiarkan orang-orang sesat itu menyebarkan ajaran sesatnya saja, saudara pasti dicela Tuhan dan itu dosa. Apalagi kalau saudara menyalahkan orang yang menyerang ajaran-ajaran sesat. Saudara akan dicela Tuhan 2 kali dan dosa saudara dobel! Kalau kita sudah mengusahakan pelurusan teologia tetapi tidak berhasil, maka baru kita boleh membiarkan (Titus 3:10).

Titus 3:10 - Seorang bidat yang sudah satu dua kali kaunasihati, hendaklah engkau jauhi.
Tetapi tentu saja kalau orang yang melakukan penyesatan itu ada di bawah otoritas kita, kita harus melakukan tindakan lebih keras, seperti pemecatan, pengucilan, dsb. Dari sini terlihat bahwa toleransi, sekalipun memang harus dilakukan dalam banyak hal, tetapi tidak selalu merupakan hal yang baik. Kita memang tidak bisa hidup tanpa toleransi sama sekali. Tetapi toleransi (atau mungkin lebih tepat disebut kompromi) terhadap dosa yang hebat atau penyesatan dalam gereja, jelas merupakan hal yang salah. Tetapi zaman sekarang ini, dalam gereja ada banyak toleransi yang salah, sama seperti dalam gereja Tiatira pada abad pertama.

Theodore H. Epp : Kita dapat melihat adanya sikap yang serupa dalam banyak gereja pada masa kini. Kita seolah-olah dibuat ‘toleran’ terhadap orang-orang yang tidak sepandangan dengan kita. Dan ‘mengasihi’ orang-orang semacam itu hanya berarti toleransi terhadap dosa. (Kristus Berkata-kata kepada GerejaNya, hal. 70-71).

Toleransi yang salah yang dimaksudkan oleh Theodore H. Epp ini biasanya banyak dijumpai dalam kalangan Liberal, yang sering berlagak sebagai orang yang bijaksana, toleran, penuh kasih, dsb, tetapi sebetulnya tidak menghargai otoritas dari Kitab Suci. Misalnya seperti apa yang nampak dari tulisan Pdt. Dr. Eka Darma Putera berikut ini :

BOLEH DIPERBANDINGKAN, JANGAN DIPERTANDINGKAN

“Sebuah dongeng Hindu. Ada seorang raja yang adil, arif lagi bijaksana. Tiga orang puteranya, semua serba gagah, tampan dan perkasa. Konon menyadari usianya yang kian uzur, sri baginda ingin mempersiapkan segala sesuatu sebaik-baiknya sebelum ajal tiba. Demikianlah ia memutuskan untuk membagi semua harta di kerajaannya menjadi tiga. Semua, tanpa boleh ada yang tersisa atau terlupa. Masing-masing puteranya harus menerima persis sepertiga. Tak ada yang lebih atau kurang. Supaya jangan ada yang bangga, dan ada yang kecewa. Titah ini segera dilaksanakan tanpa masalah. Sampai sang raja sendiri menyadari, bahwa ternyata masih ada satu yang tersisa. Yaitu cincin yang selama ini melingkar di jari manisnya.

Bagaimana membaginya? Namun bukan sri baginda namanya bila tidak menemukan jalan keluar juga pada akhirnya. Dengan diam-diam dan amat rahasia, pada suatu hari, dipanggilnya pandai mas yang paling ahli di seluruh kerajaannya. Pandai mas itu dititahkannya membuat dua buah cincin lagi. Syaratnya: sama persis dalam segala hal dengan cincin yang semula. Ringkas cerita, persoalan teratasi. Namun sementara. Sebab akhirnya, lama setelah baginda wafat, tiga pangeran itu toh mafhum juga bahwa tidak semua dari tiga cincin yang ada itu ‘asli’. Mereka segera bertengkar hebat sekali, masing-masing mengklaim bahwa cincin yang lain adalah ‘tiruan’, dan cuma cincinnya sendiri yang ‘asli’. Pertengkaran itu pasti akan berkelanjutan, bila mereka tidak segera menyadari bahwa apa yang mereka lakukan itu pasti membuat hati mendiang ayah mereka terluka dan amat berduka.

Terlebih lagi, alangkah bodohnya yang mereka lakukan itu! Bertengkar menguras enerji dan emosi untuk hal yang tak dapat mereka buktikan! Akhirnya kembali ke akal sehat mereka. Mereka masing-masing bertekad merawat cincin mereka masing-masing. Tanpa mempersoalkan, apalagi mempertengkarkan, mana yang ‘asli’ dan mana yang ‘palsu’. Sebab mengenai ini, hanya ayahanda tercinta saja yang mengetahuinya. Untuk apa ‘dongeng’ tersebut? Untuk menolong kita memasuki pembicaraan yang akan cukup rumit dan peka. Yaitu, ketika Redaksi Penuntun meminta saya menunjukkan mana di antara ketiga ‘cincin’ itu yang ‘asli’. Melalui dongeng di atas saya telah memberikan pratanda apa yang bakal menjadi jawab saya nanti. Yang pertama-tama ingin saya katakan adalah, permintaan itu aneh tetapi wajar.

Bahkan, saya yakin, apa yang diminta itu, adalah pertanyaan sebagian besar pembaca juga. Yaitu, setelah artikel-artikel mengenai ajaran keselamatan dari pelbagai macam agama / kepercayaan itu, kita pasti bertanya: manakah yang benar di antara ajaran yang berbeda-beda itu? Begitu lazimnya pertanyaan itu, sehingga banyak orang tidak merasa perlu bertanya terlebih dahulu: Tepatkah pertanyaan itu? Dan mungkinkah menjawab pertanyaan itu? Ternyata cukup banyak juga yang menjawab: ‘Ya! Pertanyaan itu bukan cuma tepat, tetapi juga perlu!’ Termasuk dalam kelompok ini, adalah sebagian besar pemimpin serta penganut agama (Anda juga?). Yaitu ketika dengan keyakinan yang tidak dibuat-buat, mereka berkata, ‘Anda mau tahu mana yang benar dari antara ajaran yang bermacam-macam itu? Ya agama saya! Apa lagi?!’ Bila Anda mendengar jawaban seperti itu, anjuran saya adalah jangan mendebatnya. Mengapa? Sebab yang saya bayangkan adalah, Anda pasti akan bertanya: ‘Dari mana dan bagaimana Anda tahu bahwa cuma agama Anda yang benar?’. Iya ‘kan?” (hal 170,171).

“Orang-orang ini (dalam ilmunya) ‘memperbandingkan’ agama-agama tapi tidak ‘mempertandingkan’nya. Mereka tidak berminat untuk mencari mana yang lebih benar dan lebih unggul. Dan semua itu dilakukan dengan seilmiah serta seobyektif mungkin. Sebab itu biasanya enak dan mengasyikkan berdiskusi dengan orang-orang dari kelompok ini! Toleran, terbuka, dan simpatik! Berbeda dengan kelompok pertama.” (hal 173).

“Dengan tetap menghormati kekhasan masing-masing agama, kita harus tetap mengatakan bahwa semua agama ada pada dataran yang sama. Ada perbedaan, namun (dalam bahasa Inggris) ‘they are different in degree, but not in kind’. Berbeda dalam banyak hal, tapi tidak dalam hakikat. Secara hakiki, semua adalah satu kategori.” (hal 174).

“Dengan membuat perbandingan itu, kita dipaksa dan dilatih untuk terbuka dan rendah hati. Di samping itu, manfaat yang sering tidak kita sadari adalah: kita tidak hanya dibuat lebih mengenal kepercayaan orang lain, tetapi juga kepercayaan kita sendiri. Kita hanya dapat membuat perbandingan, apabila kita mengenal dengan baik dan dengan benar ajaran sendiri maupun ajaran orang lain, bukan? Sayang sekali, bagi banyak penganut agama polemik dan apologetik masih lebih digemari ketimbang perbandingan dan dialog. Padahal, dengan polemik dan apologetik, tanpa sadar kita terdorong untuk melebih-lebihkan diri sendiri dan mencari-cari atau menekan-nekankan kelemahan orang lain. Sikap yang tidak kristiani, bukan? Tanpa sadar kita tergiring untuk semakin menutup diri. Kehilangan kesempatan untuk belajar dari kekurangan diri sendiri dan kelebihan orang lain. Kehilangan kesempatan untuk diperkaya oleh orang lain dan sekaligus menjadi berkat bagi orang lain! Sayang sekali! Tapi itu yang sering terdengar. ‘Orang Kristen tidak perlu belajar apa-apa dari siapa-siapa! Kita sudah punya Yesus!’ Menarik sekali kata-kata ini! Tetapi naif! Sebab justru bila Anda benar-benar sudah punya Yesus maka, seperti Dia, Anda akan tahu apa artinya kerendahan hati dan ‘mengosongkan diri’, terbuka untuk belajar dari siapa saja! Justru bila Anda benar-benar sudah punya Yesus, Anda akan dapat mendemonstrasikan iman yang seperti kanak-kanak bukan iman Farisi yang penuh dengan keangkuhan hati!” (hal 174-175).

Terlihat bahwa Eka Darma Putera sangat toleran bukan? Tetapi sekarang perhatikan tanggapan Pdt. Budi Asali terhadap tulisan itu :

Cerita tentang raja, 3 anaknya dan cincin, dikatakan oleh penulis ini sebagai pratanda terhadap jawabannya terhadap pertanyaan: ‘mana agama yang benar?’ Ini secara implicit menunjukkan bahwa penulis sesat ini beranggapan bahwa kita tidak bisa mengetahui mana agama yang benar dan mana agama yang salah. Pandangan semacam ini jelas merupakan pandangan sesat yang bukan hanya bertentangan dengan Alkitab, tetapi juga merendahkan dan tidak mempercayai Alkitab. Alkitab sendiri menyatakan bahwa Kitab Suci kita bermanfaat untuk menyatakan kesalahan dan mendidik orang dalam kebenaran (2Timotius 3:16). Dan Alkitab juga menyatakan bahwa Yesus mengclaim diriNya sebagai ‘jalan, kebenaran dan hidup’ sehingga tanpa Dia tak seorangpun sampai kepada Bapa (Yohanes 14:6). Saya bertanya-tanya dalam hati saya sendiri: apa makna ayat-ayat seperti itu bagi Eka Darmaputera?

Orang sesat ini mengatakan bahwa ‘berapologetik’ merupakan ‘sikap yang tidak Kristiani’! Ada 2 hal yang ingin saya persoalkan tentang hal ini. Yang pertama: mungkin karena ia terlalu banyak belajar dari orang agama lain, maka ia tidak mempunyai waktu untuk membaca / mempelajari Kitab Sucinya sendiri, sehingga ia belum pernah membaca atau menyelidiki 1Pet 3:15b yang berbunyi: “Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu”. Perlu diketahui bahwa kata ‘pertanggungan jawab’ dalam 1Petrus 3:15b ini diterjemahkan dari kata bahasa Yunani APOLOGIAN, dari mana kata ‘Apologetik’ berasal! Ini berarti bahwa ayat ini justru mengharuskan orang Kristen untuk berapologetik! Juga kalau kita melihat kehidupan dan pelayanan Paulus maupun Stefanus dalam Kisah Para Rasul, maka kita akan melihat bahwa mereka sering berdebat / berapologetik (Kisah Para Rasul 6:8-10 Kisah Para Rasul 9:22,29 dsb). Yang kedua: sebetulnya dengan mengatakan bahwa berapologetik merupakan sikap yang tidak Kristiani, dan juga dengan memberikan cerita tentang raja dan ke 3 anaknya itu, maka ia sendiri sudah berapologetik. Ia berapologetik bahwa orang Kristen tidak boleh berapologetik! Bukankah ini menggelikan dan bodoh? Tidak usah heran bahwa ia bisa sampai pada kesimpulan bodoh seperti itu, karena apologetiknya tidak menggunakan Kitab Suci tetapi hanya menggunakan sebuah dongeng Hindu!

Juga ‘berapologetik’ sama sekali tidak berarti ‘melebih-lebihkan diri sendiri, ataupun mencari-cari dan menekan-nekankan kelemahan orang lain’, tetapi ‘membela ajaran Kristen terhadap serangan pihak non Kristen’, bukan hanya dengan tujuan menguatkan orang-orang Kristen terhadap serangan pihak luar, tetapi sekaligus untuk memberitakan Injil terhadap si penyerang dan mempertobatkannya / menyelamatkannya (ini jelas mempunyai motivasi kasih!). Dan dalam berapologetik harus ada sikap jujur dan tulus, bukan ‘melebih-lebihkan diri sendiri, ataupun mencari-cari dan menekan-nekankan kelemahan orang lain’, yang secara implicit menunjukkan suatu sikap yang tidak jujur. Dengan memberi definisi seenaknya tentang apologetik, penulis ini ingin orang mempercayainya bahwa berapologetik itu tidak baik!

Orang sesat ini mengatakan bahwa ‘semua agama ada pada dataran yang sama. ... Berbeda dalam banyak hal, tapi tidak dalam hakikat. Secara hakiki, semua adalah satu kategori.’. Ini menunjukkan bahwa ia tidak mengerti inti kekristenan maupun agama lain, yang jelas bukan hanya berbeda tetapi bahkan bertolak belakang!

Hal lain yang perlu dibahas dari kata-kata di atas adalah kata-kata “justru bila Anda benar-benar sudah punya Yesus maka, seperti Dia, Anda akan tahu apa artinya kerendahan hati dan ‘mengosongkan diri’, terbuka untuk belajar dari siapa saja!”. Lagi-lagi orang sesat ini rupanya tidak pernah mempelajari kata-kata Yesus yang berkata kepada murid-muridNya : “Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepa-damu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas” (Matius 7:15). “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki” (Matius 16:6). Bandingkan juga dengan Matius 16:12 yang menunjukkan bahwa kata ‘ragi’ di sini menunjuk pada ‘ajaran’. “Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu!” (Matius 24:4). Dari ayat-ayat ini terlihat dengan jelas bahwa Yesus tidak pernah mengajarkan ‘kerendahan hati / pengosongan diri’ dalam arti ‘terbuka untuk belajar dari siapa saja’! Bdk. juga dengan 1Yohanes 4:1-3.

Mengatakan bahwa kita perlu belajar dari orang beragama lain, sekalipun seolah-olah merupakan sikap yang rendah hati tetapi sebetulnya merupakan sikap yang merendahkan Kitab Suci kita sendiri. Kitab Suci kita adalah Firman Allah yang sudah lengkap, dan juga merupakan satu-satunya Firman Allah. Karena itu, dalam persoalan kebenaran rohani, kita tidak perlu belajar dari orang yang beragama lain! Kita tentu harus terbuka dalam arti mau mengadakan diskusi / dialog dengan orang beragama lain, tetapi tujuannya bukan untuk belajar kebenaran rohani dari mereka, tetapi sebaliknya untuk mengajarkan kebenaran rohani kepada mereka, atau dengan kata lain, untuk memberitakan Injil dan mempertobatkan mereka!

Jadi jelas apa yang diajarkan Eka Darma Putera adalah toleransi yang salah! Bertoleransilah dalam hal-hal yang lain, tetapi janganlah bertoleransi dalam urusan kebenaran dan kesesatan. Ingat, dalam menghadapi para pengajar sesat, Paulus sama sekali tidak bertoleransi dengan mereka. Bahkan ia mengutuk mereka.

Galatia 1:8-9 – (8) Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. (9) Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia.
Jangan sampai kita seperti jemaat Tiatira yang dikecam oleh Tuhan maupun jemaat Korintus yang dikecam oleh Paulus karena sabar terhadap pengajar-pengajar sesat.

2 Korintus 11:4 - Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima

Tetapi hendaklah kita seperti jemaat Efesus yang dipuji oleh Tuhan :

Wahyu 2:2 – “… Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta.

Maukah saudara?

TIATIRA : GEREJA YANG BERKOMPROMI DENGAN KESESATAN (3)

Wahyu 2:18-29 – (18) "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Tiatira: Inilah firman Anak Allah, yang mata-Nya bagaikan nyala api dan kaki-Nya bagaikan tembaga: (19) Aku tahu segala pekerjaanmu: baik kasihmu maupun imanmu, baik pelayananmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa pekerjaanmu yang terakhir lebih banyak dari pada yang pertama. (20) Tetapi Aku mencela engkau, karena engkau membiarkan wanita Izebel, yang menyebut dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan hamba-hamba-Ku supaya berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala. (21) Dan Aku telah memberikan dia waktu untuk bertobat, tetapi ia tidak mau bertobat dari zinahnya. (22) Lihatlah, Aku akan melemparkan dia ke atas ranjang orang sakit dan mereka yang berbuat zinah dengan dia akan Kulemparkan ke dalam kesukaran besar, jika mereka tidak bertobat dari perbuatan-perbuatan perempuan itu. (23) Dan anak-anaknya akan Kumatikan dan semua jemaat akan mengetahui, bahwa Akulah yang menguji batin dan hati orang, dan bahwa Aku akan membalaskan kepada kamu setiap orang menurut perbuatannya. (24) Tetapi kepada kamu, yaitu orang-orang lain di Tiatira, yang tidak mengikuti ajaran itu dan yang tidak menyelidiki apa yang mereka sebut seluk-beluk Iblis, kepada kamu Aku berkata: Aku tidak mau menanggungkan beban lain kepadamu. (25) Tetapi apa yang ada padamu, peganglah itu sampai Aku datang. (26) Dan barangsiapa menang dan melakukan pekerjaan-Ku sampai kesudahannya, kepadanya akan Kukaruniakan kuasa atas bangsa-bangsa; (27) dan ia akan memerintah mereka dengan tongkat besi; mereka akan diremukkan seperti tembikar tukang periuk -- sama seperti yang Kuterima dari Bapa-Ku – (28) dan kepadanya akan Kukaruniakan bintang timur. (29) Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat."

Kita akan melanjutkan pembahasan kita tentang jemaat Tiatira. Dalam bagian kedua saya sudah jelaskan tentang ajaran sesat yang ada di dalam jemaat Tiatira yang disebarkan oleh seorang wanita bernama Izebel di mana ia menyuruh orang-orang untuk berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala (ayat 20b). Kita juga melihat bagaimana Tuhan mencela jemaat Tiatira karena mereka membiarkan/bertoleransi terhadap Izebel dan ajaran sesatnya (ayat 20a). Sekarang kita akan melanjutkan pembahasan kita tentang jemaat Tiatira ini.

V. HUKUMAN TUHAN BAGI PENYESAT DAN PENDOSA.

Teks kita tidak hanya menunjukkan kesesatan dalam jemaat Tiatira dan bagaimana sikap jemaat Tiatira yang membiarkan ajaran sesat itu tumbuh subur tetapi juga menunjukkan bagaimana reaksi Tuhan atas penyesatan tersebut terutama penyesatnya yakni dengan cara menjatuhkan hukuman-Nya. Perhatikan ayat 21-23 :

Wahyu 2:21-23 - (21) Dan Aku telah memberikan dia waktu untuk bertobat, tetapi ia tidak mau bertobat dari zinahnya. (22) Lihatlah, Aku akan melemparkan dia ke atas ranjang orang sakit dan mereka yang berbuat zinah dengan dia akan Kulemparkan ke dalam kesukaran besar, jika mereka tidak bertobat dari perbuatan-perbuatan perempuan itu. (23) Dan anak-anaknya akan Kumatikan dan semua jemaat akan mengetahui, bahwa Akulah yang menguji batin dan hati orang, dan bahwa Aku akan membalaskan kepada kamu setiap orang menurut perbuatannya.

Dari teks ini kita bisa melihat beberapa hal penting terkait hukuman Tuhan terhadap dosa Izebel ini :

a. Tuhan menghukum dia setelah memberikan kepadanya kesempatan untuk bertobat.

Wahyu 2:21-22 - (21) Dan Aku telah memberikan dia waktu untuk bertobat, tetapi ia tidak mau bertobat dari zinahnya. (22) Lihatlah, Aku akan melemparkan dia ke atas ranjang orang sakit

Jadi terlihat bahwa Tuhan memang menghukum Izebel ini tetapi hukuman datang setelah Izebel menolak untuk bertobat setelah waktu yang diberikan untuk bertobat itu berakhir. Bahwa Tuhan tidak langsung menghukum Izebel tetapi memberikan kepadanya kesempatan untuk bertobat menunjukkan bahwa Kristus begitu sabar terhadap nabiah palsu ini. Ia memberikan waktu kepada penyesat ini untuk bertobat, sayangnya penyesat ini tidak bertobat atau lebih tepatnya tidak mau bertobat dan Tuhan lalu menghukumnya. Prinsip yang sama juga berlaku bagi seadanya dosa. Seringkali kita berdosa dan sepertinya Tuhan tidak bertindak apa-apa. Itu semua bukan berarti Tuhan tidak tahu atau Tuhan tidak peduli dengan dosa-dosa itu. Ingat bahwa tidak kebetulan Alkitab banyak berkata tentang “jahat di mata Tuhan” (57 ayat di seluruh Alkitab).

Kejadian 38:7 - Tetapi Er, anak sulung Yehuda itu, adalah jahat di mata TUHAN, maka TUHAN membunuh dia.

Hak 2:11 - Lalu orang Israel melakukan apa yang jahat di mata TUHAN dan mereka beribadah kepada para Baal.

Ini berarti bahwa setiap dosa/kejahatan yang kita buat, kita seolah-olah melakukannya di depan mata Tuhan. Jadi kalau saudara mencuri, korupsi, berzinah, selingkuh, dll, ingatlah bahwa saudara sementara melakukan semuanya persis di depan mata Tuhan. Jadi sudah pasti Tuhan tahu semua dosa-dosa kita. Tetapi kalau sampai Tuhan kelihatannya tidak berbuat apa-apa untuk menghukum/menghajar saudara, itu bukan berarti Ia setuju dengan perbuatan saudara atau membiarkan saudara. Ingat Tuhan tidak bisa kompromi dengan dosa.

Nah 1:3 - TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah. …

Ayub 10:14 - kalau aku berbuat dosa, maka Engkau akan mengawasi aku, dan Engkau tidak akan membebaskan aku dari pada kesalahanku.

Sebenarnya dengan tidak melakukan apa-apa terhadap orang berdosa, Tuhan sementara menunjukkan kesabaran-Nya seperti yang Ia tunjukkan pada Izebel si penyesat ini. Dan apabila orang berdosa itu tidak mau bertobat, maka hukuman Tuhan akan dijatuhkan.

Roma 2:4-5 – (4) Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan? (5) Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan.

Perhatikan bahwa dalam ayat 5 ada kata-kata “menimbun murka”. Bandingkan dengan terjemahan yang lain :

TL : Tetapi menurut degilmu dan hati yang tiada mau bertobat, engkau menghimpunkan kemurkaan ke atas dirimu untuk hari murka dan kenyataan hukum Allah yang adil.

BIS - Tetapi kalian keras kepala dan tidak mau berubah. Oleh sebab itu kalian sendirilah yang membuat hukumanmu menjadi bertambah berat pada Hari Kiamat, bila Allah menyatakan murka-Nya dan menjatuhkan hukuman yang adil.

Ini berarti bahwa makin panjang Tuhan bersabar terhadap seseorang, apabila orang tersebut tidak bertobat-bertobat juga maka hukuman yang akan dia terima nanti menjadi lebih besar dari yang seharusnya. Mengapa? Karena selain dosa yang ia lakukan, ia juga membuat dosa yang lain yakni menganggap sepi karunia Allah. Perhatikan ayat 4 nya :

Roma 2:4 - Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya?

Bandingkan bunyi ayat ini dalam terjemahan lain :

TL : Atau engkau hinakankah kemurahan-Nya yang limpah dan sabar dan panjang hati-Nya

BIS - Atau kalian pandang enteng kemurahan Allah dan kelapangan hati serta kesabaran-Nya yang begitu besar?

Karena itu berhati-hatilah kalau saudara terus berbuat dosa yang sementara saudara lakukan saat ini karena kelihatannya Tuhan pun diam, itu artinya Dia masih memberikan kesempatan kepadamu untuk bertobat. Tetapi jika saudara tetap tidak mau bertobat, dia akan menghukum / menghajar saudara lebih banyak / lebih hebat dari yang seharusnya. Nah rupanya wanita Izebel ini telah mendapatkan kesabaran Tuhan tetapi ia tidak mau bertobat dan Tuhan lalu menjatuhkan hukuman kepadanya.

Wahyu 2:22 - Lihatlah, Aku akan melemparkan dia ke atas ranjang orang sakit…”

Terkait dengan penyesatan yang dilakukannya. Ini juga menunjukkan bahwa jikalau orang-orang sesat/guru-guru sesat tidak bertobat dari kesesatan dan penyesatan mereka, maka ada saatnya Tuhan akan menghukum mereka.

b. Tuhan menghukum dia dengan hukuman yang mirip dengan dosa yang dia lakukan.

Alkitab menggambarkan Izebel sebagai seorang perempuan yang berzinah (Wahyu 2:20; band. 2 Raja-Raja 9:22).

Wahyu 2:20 - Tetapi Aku mencela engkau, karena engkau membiarkan wanita Izebel, yang menyebut dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan hamba-hamba-Ku supaya berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala.

2 Raja-Raja 9:22 - Tatkala Yoram melihat Yehu, bertanyalah ia: "Apakah ini kabar damai, hai Yehu?" Jawabnya: "Bagaimana ada damai, selama sundal dan orang sihir ibumu Izebel begitu banyak!

Kata “sundal” di sini harusnya zinah. Ada yang menganggap bahwa ini hanyalah perzinahan rohani melalui penyembahan berhala tetapi ada pula yang beranggapan bahwa ini termasuk perzinahan fisik terkait dengan berbagai praktek / kebiasaan orang-orang kafir penyembah berhala saat itu. Tafsiran kedua dapat juga diterima. Jika perzinahan Izebel ini juga termasuk perzinahan fisik maka menarik bahwa hukuman yang Tuhan berikan kepadanya ini berhubungan erat dengan dosa yang dia lakukan. Dosanya adalah ia melakukan perzinahan di atas ranjang, dan hukumannya adalah ia dilemparkan ke atas ranjang (menjadi sakit).

Wahyu 2:22 - Lihatlah, Aku akan melemparkan dia ke atas ranjang orang sakit…”

James B. Ramsey - Dosanya menjadi hukumannya. Ia akan menjumpai ranjang kesenangannya sebagai ranjang ketidakberdayaan dan penyakit yang menghancurkan. (Revelation, hal. 157).

Geoffrey B. Wilson - Kristus akan membalik ranjang kesenangan Izebel menjadi ranjang penderitaan. (Revelation, hal. 38).

Mungkin Tuhan melakukan hal ini supaya di atas ranjang penderitaannya itu ‘wanita Izebel’ itu bisa menyadari / teringat akan dosa-dosanya / perzinahannya yang ia lakukan di atas ranjang yang sama, dan bertobat. Memang tidak selamanya Tuhan menghukum / menghajar seseorang dengan cara di mana ia berdosa, tetapi kadang Tuhan melakukan hal seperti ini. Misalnya Yakub yang menipu kakaknya dan ayahnya (dalam kasus berkat kesulungan) juga pamannya (dalam kasus kambing domba), dan Tuhan mengijinkan ia sendiri ditipu oleh pamannya (dalam kasus perkawinannya dengan Lea). Dosanya adalah menipu dan Tuhan menghajar dia dengan tipuan juga. Mungkin suapaya dia tahu rasanya ditipu. Contoh lain adalah Daud yang mengambil dan berzinah dengan isteri orang lain (Betsyeba isteri Uria) dihukum Tuhan dengan cara yang sama.

2 Samuel 12:11-12 - (11) Beginilah firman TUHAN: Bahwasanya malapetaka akan Kutimpakan ke atasmu yang datang dari kaum keluargamu sendiri. Aku akan mengambil isteri-isterimu di depan matamu dan memberikannya kepada orang lain; orang itu akan tidur dengan isteri-isterimu di siang hari. (12) Sebab engkau telah melakukannya secara tersembunyi, tetapi Aku akan melakukan hal itu di depan seluruh Israel secara terang-terangan.”

Sebagaimana saya katakan bahwa jenis hukuman yang sama dengan jenis dosa tidak selamanya dilakukan oleh Tuhan dan karena itu, ini tidak bisa dijadikan dasar untuk membenarkan paham tentang hukum karma. Tetapi bahwa Tuhan juga bisa melakukan hal seperti itu membuat kita harus berhati-hati. Jikalau saudara tidak mau sesuatu yang jelek terjadi pada saudara, janganlah melakukan itu pada orang lain. Jikalau saudara tidak mau dimaki, janganlah memaki! Jikalau saudara tidak mau ditipu, jangan menipu! Jikalau saudara tidak mau disakiti, janganlah menyakiti! Jikalau saudara tidak mau dihina, janganlah menghina! Ingat nasihat Firmamn Tuhan :

Matius 7:12 - "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.

c. Tuhan juga menghukum semua orang yang terlibat di dalam dosa / kejahatan yang dilakukannya.

Ternyata Tuhan bukan hanya menghukum Izebel saja tetapi juga semua orang yang terlibat di dalam dosa/kejahatannya.

Wahyu 2:22-23 - (22) ….mereka yang berbuat zinah dengan dia akan Kulemparkan ke dalam kesukaran besar, jika mereka tidak bertobat dari perbuatan-perbuatan perempuan itu. (23) Dan anak-anaknya akan Kumatikan ….

Perzinahan terjadi karena ada 2 pihak. Dan perhatikanlah bahwa Tuhan bukan hanya menghukum Izebel yang mengajak orang lain berzinah. Ia juga menghukum orang-orang yang mau diajak berzinah oleh Izebel. Kita tidak tahu apa maksudnya “kesukaran besar” di sini tetapi jelas itu adalah bentuk hukuman/hajaran dari Tuhan. Juga dikatakan bahwa anak-anaknya (anak-anak Izebel) akan Tuhan matikan. Memang ada yang berkata bahwa anak-anak di sini menunjuk pada anak-anak hasil perzinahan Izebel tetapi mayoritas penafsir mengatakan bahwa anak-anak di sini menunjuk pada pengikut-pengikut Izebel. Mereka akan dibunuh oleh Tuhan!

Bahwa mereka bisa dibunuh oleh Tuhan menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang Kristen KTP karena Tuhan tidak mungkin menghukum anak-anak-Nya yang sejati dengan hukuman mati. Bahkan dalam arti yang ketat, Tuhan tidak pernah bisa menghukum anak-anak-Nya yang sejati, karena semua hukuman sudah ditanggung oleh Kristus (Roma 8:1). Tuhan memang masih bisa menghajar anak-anak-Nya, tetapi karena hajaran ini ditujukan untuk memperbaiki mereka (Ibrani 12:5-11), maka tidak mungkin Ia memberikan hajaran dalam bentuk kematian. Memang orang Kristen yang sejati tentu akan mati, tetapi status kematian itu bukan ‘hukuman’ ataupun ‘hajaran’ tetapi sekedar ‘pemanggilan pulang’.

Semua ini mengajarkan pada kita bahwa setiap orang yang berdosa akan dihukum/dihajar oleh Tuhan tetapi orang-orang yang terlibat di dalam dosa orang lain juga tidak akan dibiarkan oleh Tuhan. Karena itu janganlah saudara mau terlibat di dalam dosa / kejahatan orang lain. Jangan mau diajak berbohong termasuk berbohong demi kebaikan. Jangan mau ikut-ikutan memusuhi orang lain hanya karena teman / saudaramu / orang dekatmu memusuhi dia. Jangan ikut-ikutan memfitnah/menyebarkan gosip tentang orang lain, dll. Ingat bahwa Tuhan bukan hanya memandang bersalah biang keroknya tetapi juga semua yang terlibat di dalamnya.

Terkait dengan konteks penyesatan, terlihat bahwa si penyesat dihukum oleh Tuhan tetapi orang-orang yang tersesat atau pengikut-pengikut dari si penyesat juga akan dihukum oleh Tuhan. Karena itu kalau saudara tahu bahwa ajaran seseorang sesat atau kalau sudah ditunjukkan bahwa ajaran seseorang itu sesat dari Alkitab, tapi kalau saudara tetap masih mau ikut juga, apalagi membelanya, saudara juga akan dihukum/dihajar oleh Tuhan. Mengapa Tuhan melakukan semuanya ini?

Wahyu 2:23 – “…dan semua jemaat akan mengetahui, bahwa Akulah yang menguji batin dan hati orang, dan bahwa Aku akan membalaskan kepada kamu setiap orang menurut perbuatannya.

VI. JANJI TUHAN BAGI JEMAAT TIATIRA YANG SETIA.

Sebagaimana sudah saya jelaskan sebelumnya bahwa tidak semua jemaat Tiatira terpengaruh dengan ajaran sesat Izebel ini. Memang mereka juga dicela Tuhan karena membiarkan ajaran sesat Izebel bertumbuh dan berkembang dalam jemaat Tiatira tetapi bagaimana pun juga Tuhan tetap membedakan orang-orang yang mengikuti ajaran sesat dan orang-orang yang tidak mengikuti ajaran sesat, sebaliknya tetap berpegang pada ajaran benar. Itulah sebabnya Tuhan berkata :

Wahyu 2:24 - Tetapi kepada kamu, yaitu orang-orang lain di Tiatira, yang tidak mengikuti ajaran itu dan yang tidak menyelidiki apa yang mereka sebut seluk-beluk Iblis, kepada kamu Aku berkata: Aku tidak mau menanggungkan beban lain kepadamu.

Tuhan lalu memberikan janji pada mereka :

Wahyu 2:25-28 - (25) Tetapi apa yang ada padamu, peganglah itu sampai Aku datang. (26) Dan barangsiapa menang dan melakukan pekerjaan-Ku sampai kesudahannya, kepadanya akan Kukaruniakan kuasa atas bangsa-bangsa; (27) dan ia akan memerintah mereka dengan tongkat besi; mereka akan diremukkan seperti tembikar tukang periuk -- sama seperti yang Kuterima dari Bapa-Ku – (28) dan kepadanya akan Kukaruniakan bintang timur.

Kata-kata : “peganglah itu sampai Aku datang” dari konteksnya jelas adalah memegang ajaran yang benar. Terjemahan yang lebih tepat bukan hanya memegang tetapi memegang erat-erat.

KJV - But that which ye have already hold fast (peganglah erat-erat) till I come.

TL - Akan tetapi barang yang ada padamu, peganglah teguh-teguh sehingga Aku datang.

Mengapa disuruh memagang erat-erat? Secara implisit ini menunjukkan bahwa setan selalu berusaha supaya kita melepaskan ajaran yang benar dengan menggunakan ajaran sesat. Camkan juga bahwa ajaran sesat yang didengar terus-menerus bisa menyesatkan orang yang betul-betul sudah mengerti kebenaran. Nah untuk orang-orang yang setia memegang ajaran yang benar sampai akhirnya, mereka disebut orang-aorang yang menang. Dan untuk orang-orang yang menang ini, Tuhan memberikan 2 janji :

a. Tuhan akan mengaruniakan kepadanya kuasa atas bangsa-bangsa.

Wahyu 2:26-27 – (26) Dan barangsiapa menang dan melakukan pekerjaan-Ku sampai kesudahannya, kepadanya akan Kukaruniakan kuasa atas bangsa-bangsa (27) dan ia akan memerintah mereka dengan tongkat besi; mereka akan diremukkan seperti tembikar tukang periuk -- sama seperti yang Kuterima dari Bapa-Ku

Apa maksudnya ini? Ada penafsir yang mengatakan bahwa ini menunjuk pada pemerintahan mereka bersama Kristus terhadap orang-orang yang belum selamat dalam Kerajaan 1000 tahun yang akan datang (bdk. Wahyu 20:4). Ini jelas merupakan pandangan Premilenialisme (pandangan yang mengatakan bahwa kedatangan Kristus yang keduakalinya mendahului kerajaan 1000 tahun). Saya tidak setuju dengan Premilenialisme, dan karenanya juga tidak bisa menerima pandangan ini. Ada juga yang mengatakan bahwa ini menunjuk pada pemerintahan mereka atas / terhadap orang-orang Kristen lain di surga, dan dengan demikian menunjukkan adanya tingkat di surga (bdk. Mat 25:21,23; Lukas 19:17,19; 1Korintus 14:41-dst). Saya jelas menolak pandangan ini karena ‘mereka’ dalam ayat 27 itu dikatakan ‘diperintah dengan tongkat besi’, ‘diremukkan seperti tembikar’, sehingga tidak memungkinkan untuk menunjuk kepada orang Kristen. Kalau begitu apa maksudnya ayat ini? Maksudnya adalah bahwa orang-orang yang menang ini akan berpartisipasi dalam pemerintahan bersama dengan Kristus setelah kematian / di surga. Bahwa orang-orang percaya akan ikut memerintah bersama dengan Kristus dari sorga terlihat juga dari :

Wahyu 3:21 - Barangsiapa menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku, sebagaimana Aku pun telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya.

Wahyu 20:4 - Lalu aku melihat takhta-takhta dan orang-orang yang duduk di atasnya; kepada mereka diserahkan kuasa untuk menghakimi. Aku juga melihat jiwa-jiwa mereka, yang telah dipenggal kepalanya karena kesaksian tentang Yesus dan karena firman Allah; yang tidak menyembah binatang itu dan patungnya dan yang tidak juga menerima tandanya pada dahi dan tangan mereka; dan mereka hidup kembali dan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Kristus untuk masa seribu tahun.

Bandingkan :

Dan 7:18,22,27 – (18) sesudah itu orang-orang kudus milik Yang Mahatinggi akan menerima pemerintahan, dan mereka akan memegang pemerintahan itu sampai selama-lamanya, bahkan kekal selama-lamanya. (22) sampai Yang Lanjut Usianya itu datang dan keadilan diberikan kepada orang-orang kudus milik Yang Mahatinggi dan waktunya datang orang-orang kudus itu memegang pemerintahan. (27) Maka pemerintahan, kekuasaan dan kebesaran dari kerajaan-kerajaan di bawah semesta langit akan diberikan kepada orang-orang kudus, umat Yang Mahatinggi: pemerintahan mereka adalah pemerintahan yang kekal, dan segala kekuasaan akan mengabdi dan patuh kepada mereka.

Matius 19:28 - Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.

1 Korintus 6:2-3 – (2) Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang kudus akan menghakimi dunia? … (3) Tidak tahukah kamu, bahwa kita akan menghakimi malaikat-malaikat? …

Mungkin saja pemerintahan orang-orang kudus ini akan menyisakan banyak pertanyaan di benak kita, tetapi intinya yang tidak bisa dibantah adalah bahwa Firman Tuhan memang mengatakan bahwa oramng-orang kudus akan memerintah bahkan menghakimi bersama dengan Kristus. Memerintah segala bangsa, menghakimi 12 suku Israel, bahkan menghakimi para malaikat.

Kalau memang orang-orang yang percaya akan turut memerintah bersama Kristus, lalu siapakah yang akan diperintah? Orang-orang yang masih ada di bumi ini. Jadi orang-orang yang menang ini ketika mereka mati, mereka akan masuk ke surga dan turut memerintah dunia ini bersama dengan Kristus. Karena itu orang-orang Kristen yang setia, pada saat mati mereka sangat berbahagia. Bukan saja karena mereka masuk surga tetapi karena mereka juga ikut memerintah bersama dengan Kristus terhadap kita yang masih ada di bumi dan terhadap seluruh dunia ini. Karena itu kita seharusnya tidak usah terlalu bersedih jika kekasih-kekasih kita yang percaya kepada Kristus meninggal. Mereka bukan hanya masuk surga tetapi jadi pemerintah di sana. Ini sesuatu yang luar biasa! Mungkin di dunia ini saudara adalah orang miskin, tidak mempunyai kedudukan apa-apa, asal saudara terus berpegang pada ajaran yang benar saudara akan jadi “anggota dewan” di sorga nanti.

Perlu diperhatikan juga bahwa janji untuk memerintah ini bukan hanya diberikan kepada orang-orang yang menang dalam artian setia kepada ajaran yang benar, tetapi juga mereka yang setia di dalam pelayanan sampai akhir.

Wahyu 2:26 - Dan barangsiapa menang dan melakukan pekerjaan-Ku sampai kesudahannya, kepadanya akan Kukaruniakan kuasa atas bangsa-bangsa.

Karena itu saudara, belajarlah setia kepada pelayanan yang Tuhan percayakan kepada suadara. Mungkin dalam pelayanan itu ada banyak tantangan, kesulitan, masalah dan saudara seringkali ingin mundur / berhenti saja, tapi ingatlah, kalau saudara setia melakukan pekerjaan Tuhan sampai akhir, saudara akan turut memerintah dengan Tuhan di sorga. Mungkin dalam pelayanan di dunia ini saudara kurang dihargai, kurang diperhatikan, tidak dibangga-banggakan, bahkan tidak ada yang mengucapkan terima kasih kepada suadara, tetapi jangan sedih! Lakukan saja tugas saudara dan ingatlah bahwa saudara adalah calon “anggota dewan” di surga nanti.

b. Tuhan akan mengaruniakan kepadanya bintang timur.

Wahyu 2:26, 28 - (26) Dan barangsiapa menang dan melakukan pekerjaan-Ku sampai kesudahannya, kepadanya akan Kukaruniakan kuasa atas bangsa-bangsa; … (28) dan kepadanya akan Kukaruniakan bintang timur.

Perlu diketahui bahwa kata “bintang timur” ini muncul hanya 4 kali di dalam Alkitab dan pemunculan pertamanya adalah dalam Yes 14:12.

Yesaya 14:12 - "Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa!

“Bintang Timur” di sini di dalam terjemahan KJV diterjemahkan dengan kata “Lucifer”.

KJV - How art thou fallen from heaven, O Lucifer, son of the morning! how art thou cut down to the ground, which didst weaken the nations!

Pada abad 4, seorang bapa gereja (kalau tidak salah Origenes) menafsirkan bahwa Bintang Timur / Lucifer ini adalah nama dari komandannya setan. Sejak itu seluruh dunia menerima itu tanpa pernah mempersoalkannya. Tetapi ini adalah tafsiran yang salah. Mengapa? Karena konteks dari Yesaya 14:12 adalah nubuatan tentang raja Babel dan bukannya setan. Memang kata-kata dari Yesaya 14:12-14 kelihatannya menunjuk pada kejatuhan setan :

Yesaya 14:12-14 – (12) "Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa! (13) Engkau yang tadinya berkata dalam hatimu: Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh di sebelah utara. (14) Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi!

Tetapi persoalannya adalah kata-kata ini bersifat puisi dan karena itu tidak boleh dihurufiahkan. Kalau Bintang Timur / Lucifer di sini mau ditafsirkan sebagai komandannya setan, lalu bagaimana mengartikan ayat 18-20?

Yehezkiel 14:18-20 – (18) Semua bekas raja bangsa-bangsa berbaring dalam kemuliaan, masing-masing dalam rumah kuburnya. (19) Tetapi engkau ini telah terlempar, jauh dari kuburmu, seperti taruk yang jijik, ditutupi dengan mayat orang-orang yang tertikam oleh pedang dan jatuh tercampak ke batu-batu liang kubur seperti bangkai yang terinjak-injak. (20) Engkau tidak akan bersama-sama dengan raja-raja itu di dalam kubur, sebab engkau telah merusak negerimu dan membunuh rakyatmu. Anak cucu orang yang berbuat jahat tidak akan disebut-sebut untuk selama-lamanya.

Apakah kita harus menafsirkan bahwa setan bisa dikubur? Apakah kita harus menafsirkan bahwa setan bisa ditutupi dengan mayat-mayat? Apakah kita harus menafsirkan bahwa setan membunuh rakyatnya? Memangnya setan mempunyai rakyat? Apakah kita harus menafsirkan bahwa setan mempunyai anak cucu? Bukankah ini menjadi tafsiran yang sama sekali kacau? Karena itu jelas adalah tafsiran yang keliru kalau beranggapan bahwa Bintang Timur / Lucifer di sini adalah setan. Perhatikan komentar Calvin dan Adam Clarke berikut ini :

Calvin - Eksposisi yang diberikan oleh beberapa orang tentang teks ini, seakan-akan teks ini menunjuk kepada setan / berkenaan dengan setan, muncul / timbul dari ketidaktahuan; karena konteks secara jelas menunjukkan bahwa pernyataan-pernyataan ini harus dimengerti dalam hubungannya dengan raja Babel. Tetapi pada waktu bagian-bagian Kitab Suci diambil secara sembarangan, dan konteks tidak diperhatikan, kita tidak perlu heran bahwa kesalahan seperti ini muncul / timbul. Tetapi itu merupakan contoh dari ketidaktahuan yang sangat hebat, untuk membayangkan bahwa Lucifer adalah raja dari setan-setan, dan bahwa sang nabi memberikan dia nama ini. Tetapi karena penemuan-penemuan ini tidak mempunyai kemungkinan apapun, marilah kita mengabaikan mereka sebagai dongeng / cerita bohong yang tidak ada gunanya. (Calvin Commentary, hal. 442).

Adam Clarke - Dan sekalipun konteksnya berbicara secara eksplisit tentang Nebukadnezar, tetapi entah mengapa konteks ini telah diterapkan kepada kepala dari malaikat-malaikat yang jatuh, yang secara sangat tidak pantas disebut / dinamakan Lucifer (pembawa terang), suatu julukan yang sama umumnya bagi dia, seperti Iblis dan Setan. Bahwa Roh Kudus oleh nabi-Nya menyebut musuh utama dari Allah dan manusia sebagai pembawa terang, betul-betul merupakan hal yang sangat aneh. Tetapi kebenarannya adalah, teks ini tidak berbicara sama sekali tentang Setan maupun kejatuhannya, ataupun saat / alasan kejatuhan itu, yang dengan keyakinan yang besar telah disimpulkan dari teks ini oleh banyak ahli teologia. Oh, alangkah pentingnya untuk mengerti arti hurufiah dari Kitab Suci, supaya komentar-komentar yang gila-gilaan / tidak masuk akal bisa dicegah. (Adam Clarke’s Commentary on the Bible, hal. 82).

Ingat, sebagaimana disinggung Clarke di atas, Bintang Timur / Lucifer itu artinya adalah pembawa terang. Setan adalah pangeran kegelapan dan karena itu sangat tidak cocok nama Lucifer dikenakan kepadanya. Memang di Yesaya 14:12, Bintang Timur / Lucifer menunjuk pada raja Babel, tetapi jika nama Lucifer harus diberikan kepada Setan atau Yesus, menurut saya, Yesus lebih layak menyandang sebutan itu daripada setan. Mengapa? Karena Alkitab berkata bahwa Yesus adalah terang. (Yohanes 1:9; 8:12). Lebih daripada itu, jika di dalam Yesaya 14:12, kata “Lucifer” diterjemahkan dari “Bintang Timur” maka dalam kitab Wahyu, Yesus sendiri menyebut diri-Nya sebagai bintang timur.

Wahyu 22:16 - "Aku, Yesus, telah mengutus malaikat-Ku untuk memberi kesaksian tentang semuanya ini kepadamu bagi jemaat-jemaat. Aku adalah tunas, yaitu keturunan Daud, bintang timur yang gilang-gemilang."

Karena itu sepertinya nama “Lucifer” lebih layak disandang Kristus daripada setan. Lepas dari semuanya itu, dalam Wahyu 22:16 ini Yesus sendiri menyebut diri-Nya bintang timur. Berarti bintang timur itu adalah Yesus dan sekarang Yesus berkata : “barangsiapa menang dan melakukan pekerjaan-Ku sampai kesudahannya, kepadanya akan Kukaruniakan bintang timur. Jikalau Yesus sendiri adalah bintang timur, lalu apa maksudnya Ia akan mengaruniakan bintang timur kepada orang-orang yang menang dan yang setia di dalam pelayanan? Mayoritas penafsir mengatakan bahwa ini menunjukan kalau orang-orang yang memang akan mengalami persekutuan dengan Kristus.

The New Bible Commentary - Bintang pagi kelihatannya adalah Kristus sendiri (seperti dalam 22:16); lebih besar daripada hak untuk memerintah bersama Kristus, adalah menikmati persekutuan-Nya tanpa halangan. (hal. 1285).

William Barclay – Kitab Wahyu sendiri menamakan Yesus "bintang pagi yang cemerlang" atau "bintang timur yang gilang-gemilang" (Wahyu 22:16). Janji mengenai bintang pagi adalah janji mengenai Kristus sendiri. Jika orang Kristen hidup benar, pada saat hidupnya berakhir ia akan memiliki Kristus, dan tak akan kehilangan Dia lagi untuk selama-lamanya. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Wahyu 1-5, hal. 164).


Ya, benar sekali! Jika saudara terus berpegang pada ajaran yang benar, terus setia melakukan pekerjaan Tuhan sampai akhirnya, saudara akan hidup dalam persekutuan yang indah dengan Kristus. Saudara akan memiliki-Nya dan tak akan kehilangan Dia untuk selama-lamanya sebagaimana kata Barclay dan Dia pun akan memiliki saudara selama-lamanya. Ada sebuah lagu tua yang syairnya berkata :

Saya rindu bertemu dengan Yesus
Saya rindu memandang wajah-Nya
Saya capai berjalan dalam dunia yang fana
Saya rindu bertemu dengan Dia

Mungkin lagu itu adalah kerinduan hati saudara untuk bertemu dengan Yesus dalam persekutuan yang indah bersama Dia, tetaplah berpegang pada ajaran yang benar, tetaplah setia melayani Dia sampai akhir hidup saudara, dan Kristus akan menepati janji-Nya dengan mengaruniakan kepadamu bintang timur yakni persekutuan yang intim dengan Dia. Yesus Kristus sudah berjanji :

Lukas 22:30 - bahwa kamu akan makan dan minum semeja dengan Aku di dalam Kerajaan-Ku dan kamu akan duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.EKSPOSISI KITAB WAHYU 2:18-29 (JEMAAT TIATIRA).
- AMIN -
Next Post Previous Post